Klasifikasi Penyakit Jantung Koroner Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner Tabel 2.1. Faktor risiko Penyakit Jantung Koroner

6 Gambar 2.1. Anatomi Jantung, National Heart and Lung Blood Institute, 2014 2.2. Penyakit Jantung Koroner 2.2.1. Definisi Penyakit Jantung Koroner Penyakit jantung koroner ditandai dengan terjadinya ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan miokardial. Berkurangnya aliran darah ke miokardium terjadi disebabkan oleh mekanisme obstruksi dari atheroma, thrombosis dan lain-lain Kumar, 2012. Menurut Rimmerman 2010, penyakit jantung koroner ditandai dengan aterosklerosis yang mempersempitkan lumen arteri koroner sehingga menghambat aliran darah ke miokardium.

2.2.5. Klasifikasi Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung diklasifikasi mengikut diagnosa klinis. a Angina Pektoris Stabil Tekanan disebabkan oleh iskemia miokardial transien tanpa infark. Hal ini terjadi apabila terdapat stress psikologis atau fisiologis yang meningkat dan membaik dengan istirahat dan obat-obatan. Angina pektoris stabil 7 terjadi ketika beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen miokard yang melebihi kemampuan arteri koroner untuk mensuplai jumlah oksigen yang cukup seiring dengan penyempitan arteri Cannon, 2008. b Angina Pektoris Tidak Stabil Pasien dengan angina tidak stabil mengalami 3 skenario klinis. Yang pertama dengan peningkatan angina dengan intensitas lebih dan lebih lama tanpa aktivitas fisik yang tinggi. Kedua, angina saat istirahat. Onset angina baru dengan ketidaknyamanan parah Cannon, 2008 . c Infark Miokardial Iskemia miokardial yang terjadi karena kebutuhan metabolik miokardial meningkat. Infark Miokardial diklasifikasi menjadi STEMI dan NON- STEMI berdasarkan diagnosa klinik. Pada STEMI terdapat elevasi ST pada EKG dan Oklusi koronari yang penuh selepas rupturnya plak. Pada NON- STEMI, tidak ada ST Elevasi pada EKG, beban plak tinggi tanpa ruptur Antman, 2008.

2.2.2. Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner Tabel 2.1. Faktor risiko Penyakit Jantung Koroner

Faktor Risiko Dapat Dimodifikasi Tidak Dapat Dimodifikasi a Merokok f Usia b Hiperkolesterolemia g Jenis Kelamin c Hipertensi h Wanita menopause d Diabetes Melitus e Obesitas a Merokok Efek rokok menyebabkan beban miokard bertambah karena rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya konsumsi 02 akibat inhalasi CO. Di samping itu, rokok dapat menurunkan kadar HDL kolesterol. Merokok juga dapat meningkatkan tipe hiperlipidemi IV dan hipertrigliserid, pembentukan platelet yang abnormal pada diabetes disertai obesitas dan hipertensi sehingga orang yang perokok cenderung lebih mudah terjadi proses aterosklerosisLennep, 2002. 8 b Hiperkolesterolemia Kolestrol dapat menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah arteri, sehingga lumen dari pembuluh darah tersebut menyempit dan proses ini disebut sebagai aterosklerosis. Penyempitan pembuluh darah ini akan menyebabkan aliran darah menjadi lambat sehingga aliran darah pada pembuluh darah arteri koroner terganggu. Beberapa parameter digunakan untuk mengetahui risiko PJK : Tabel 2.2 Kadar Kolesterol DJohan, 2004 Normal Abormal Kolesterol Total 200mgdl 200mgdl LDL Kolesterol 130mgdl 130mgdl HDL Kolesterol 45 mgdl 45mgdl Trigliserida 150 mgdl 150mgdl LDL = Kolestrol Total- HDL – Trigliserida5 c Hipertensi Komplikasi yang terjadi pada hipertensi esensial biasanya akibat perubahan struktur arteri dan arterial sistemik, terutama terjadi pada kasus-kasus yang tidak diobati. Mula-mula akan terjadi hipertrofi dari tunika media diikuti dengan hialinisasi setempat dan penebalan fibrosis dari tunika intima dan akhirnya akan terjadi penyempitan pernbuluh darahAlexander, 2014. d Diabetes Melitus Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu telah diketahui sebagai predisposisi penyakit pembuluh darah. Penelitian menunjukkan laki-laki yang menderita DM risiko PJK 50 lebih tinggi daripada orang normal, sedangkan pada perempuan risikonya menjadi 2 kali lipat. Mekanismenya belum jelas, akan tetapi terjadi peningkatan tipe hiperlipidemia IV dan hipertrigliserid, pembentukan platelet yang abnormal dan DM yang disertai obesitas dan hipertensi DJohan, 2004. 9 e Obesitas Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh 19 pada laki-laki dan 21 pada perempuan. Obesitas sering didapatkan bersama-sama dengan hipertensi, DM dan hipertrigliseremia. Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol total dan LDL kolesterol. Resiko PJK akan jelas meningkat bila BB mulai melebihi 20 dari BB idea Gaziano, 2008. f Usia Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan meningkat dengan bertambahnya umur. Juga didapatkan adanya hubungan antara umur dan kadar kolesterol, yaitu kadar kolesterol total akan meningkat dengan bertambahnya umur. Setelah menopause kadar kolesterol dalam perempuan biasanya akan meningkat menjadi lebih tinggi dari laki-laki DJohan, 2004. g Jenis Kelamin Laki-laki mempunyai risiko PJK 2-3 kali lebih besar daripada perempuan. Pada beberapa perempuan pemakaian oral kontrasepsi dan selama kehamilan akan meningkatkan kadar kolesterol. Pada wanita hamil kadar kolesterolnya akan kembali normal 20 minggu setelah melahirkan Lennep, 2002. h Wanita Menopause Wanita premenopause memiliki insiden lebih rendah terkena infark miokard akut. Selepas menopause, LDL-C meningkat dan kadar HDL menurun. Ini meningkatkan kejadian penyakit jantung koroner Matthews, 1989.

2.2.3. Patogenesis Penyakit Jantung Koroner