15
d Asupan garam
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler
ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,
sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi Kumar, 2012.
e Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres
berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Pada binatang percobaan dibuktikan bahwa pajanan terhadap stres menyebabkan
binatang tersebut menjadi hipertensi Kumar, 2012
g Kolesterol tinggi
Kandungan lemak yang berlebihan dalam darah dapat menyebabkan penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh darah
akan menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat Kumar, 2012.
h Obesitas
Orang yang kegemukan lebih rentan untuk mengalami hipertensi karena penumpukan lemak yang banyak yang mempersempitkan aliran darah dan
meyebabkan tekanan darah untuk meningkat. Kumar, 2012
2.3.5. Patogenesis Hipertensi
Beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan darah yang mempengaruhi rumus dasar:
Tekanan Darah = Curah Jantung x Tahanan Perifer Yogiantoro, 2008.
Mekanisme patofisiologi :
Curah jantung dan tahanan perifer
Kenormalan tekanan darah dipengaruhi oleh keseimbangan curah jantung dan tahanan perifer. Pada sebagian besar kasus hipertensi esensial, curah jantung
16
biasanya normal tetapi tahanan perifernya meningkat. Konsentrasi sel otot polos menentukan tekanan darah yang terdapat pada arteriol kecil. Peningkatan
konsentrasi kalsium intraseluler mempengaruhi peningkatan konsentrasi sel otot polos. Peningkatan konsentrasi otot sel polos ini semakin lama akan
mengakibatkan penebalan pembuluh darah arteriol yang mungkin dimediasi oleh angiotensin yang menjadi awal meningkatnya tahanan perifer yang ireversibel
Kotchen, 2008.
Sistem Renin-Angiotensin
Menurut Yogiantoro 2008, Tekanan darah dikontrol oleh ginjal melalui pengaturan volume cairan ekstraseluler dan sekresi renin. Sistem Renin-
Angiotensin merupakan sistem endokrin yang penting dalam kontrol tekanan darah. Renin disekresi oleh juxtaglomerulus aparantus ginjal sebagai respon
glomerulus underperfusion atau penurunan asupan garam, ataupun respon dari sistem saraf simpatetik
Mekanisme terjadinya hipertensi : 1. Terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-
converting enzyme ACE. ACE memegang peranan fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang
diproduksi hati, yang oleh hormon renin diproduksi oleh ginjal akan diubah menjadi angiotensin I dekapeptida yang tidak aktif.
2. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II oktapeptida yang sangat aktif. Angiotensin II berpotensi
besar meningkatkan tekanan darah karena bersifat sebagai vasokonstriktor melalui dua jalur, yaitu:
a. Meningkatkan sekresi hormon antidiuretik ADH dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus kelenjar pituitari dan bekerja pada ginjal
untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
antidiuresis sehingga urin menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkan, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan
17
dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya volume darah meningkat sehingga meningkatkan tekanan darah.
b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang berperan penting pada ginjal. Untuk
mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl garam dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus
ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya
akan meningkatkan volume dan tekanan darah Oparil, 2003.
Sistem Saraf Otonom
Vasokonstriksi dan dilatasi arteriol disebabkan oleh Sirkulasi sistem saraf simpatetik. Sistem saraf otonom ini mempunyai peran yang penting dalam
pempertahankan tekanan darah. Interaksi antara sistem saraf otonom dan sistem renin-angiotensin bersama
– sama dengan faktor lain termasuk natrium, volume sirkulasi, dan beberapa hormone dapat menyebabkan hipertensi
Kotchen, 2008.
Disfungsi Endotelium
Sel endotel pembuluh darah mempunyai peran yang penting dalam pengontrolan curah darah jantung dengan memproduksi sejumlah vasoaktif lokal
yaitu molekul oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer. Secara klinis pengobatan dengan
antihipertensi menunjukkan perbaikan gangguan produksi dari oksida nitri Kotchen, 2008.
Substansi vasoaktif
Banyak sistem vasoaktif yang mempengaruhi transpor natrium dalam mempertahankan tekanan darah dalam keadaan normal.
a Bradikinin merupakan vasodilator yang potensial, begitu juga endothelin. Endothelin dapat meningkatkan sensitivitas garam pada tekanan darah
18
serta mengaktifkan sistem renin-angiotensin lokal. b Arterial natriuretic peptide merupakan hormon yang diproduksi di atrium
jantung dalam merespon peningkatan volume darah. Hal ini dapat meningkatkan ekskresi garam dan air dari ginjal yang akhirnya dapat
meningkatkan retensi cairan dan hipertensi Oparil, 2003.
2.3.6. Diagnosis Hipertensi