21 Gambar 8.Kurva Kalibrasi Sumber: Khopkar
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
Aji, B.K. dan Kurniawan, F., 2012 melakukan penelitian Pemanfaaan serbuk biji salak Salacca zalacca sebagai adsorben CrVI dengan metode batch
dan kolom. Biji salak dipreparasi hingga menjadi serbuk, kemudian dicuci dengan aquades dan metanol. Beberapa parameter variasi seperti pengaruh waktu kotak,
konsentrasi larutan CrVI, ukuran partikel adsorben, laju alir dalam proses adsorpsi telah dipelajari untuk memperoleh kondisi optimum adsorpsi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa adsorben serbuk biji salak dapat mengadsorpsi ion CrVI. Isoterm adsorpsi pada saat kesetimbangan lebih sesuai dengan pola
isoterm Langmuir daripada Freundlich dan Bruneur-Emment-Teller. Konsentrasi logam ditentukan dengan pengujian Spektrofotometer UV-Vis. Kondisi optimum
adsorpsi ion CrVI diperoleh pada waktu kontak 60 menit dengan ukuran partikel adsorben 125 µ m dan konsentrasi ion logam 100 mgL. daya penyerapan optimum
ion CrVI oleh serbuk biji salak adalah 0,59 mgg. Penelitian lainnya yang menggunakan limbah kulit salak sebagai adsorben
tembaga dalam larut an adalah Chadrudee Sirilamduan dengan judul “ Removal of
A
22 copper aqueoussolutions by adsorption using modify Zalacca edulis peel
modify ”2011 diperoleh kesimpulan bahwa daya adsorpsi sangat dipengaruhi
konsentrasi awal larutan logam. pH larutan juga berpengaruh pada adsorpsi Cu baik pada adsorben kulit salak yang di-treatment dengan CaCl
2
maupun yang tidak. Aktivasi dengan CaCl
2
meningkatkan daya adsorpsi. Analisis menggunakan SEM menunjukkan bahwa kulit salak yang diaktivasi dengan CaCl
2
struktur biomassanya menjadi seragam. Isoterm adsorpsi pada kulit salak tanpa aktivasi
sesuai dengan pola isoterm Langmuir.Pola isoterm Langmuir dan Freundlich lebih tepat pada adsorpsi Cu dengan adsorben kulit salak yang diaktivasi dengan
CaCl
2
.Pada penelitian ini 0,1 gram adsorben kulit salak yang dimodifikasi dengan CaCl
2
dapat mengadsorp ion CuII hingga nilai yang berkisar antara 24 mgg dengan waktu kontak 24 jam, kecepatan 100 rpm pada suhu kamar.
Penelitian lain yang menggunakan limbah pertanian sebagai adsorben Cu yaitu Removal of Copper from Water by Adsorption onto Banana Peel as
Bioadsorbent oleh M. A Hossain, H. Hao Ngo, W.S. Guo dan T.V. Nguyen 2012.Dari penelitian tersebut diperoleh kulit pisang yang proses preparasinya
menjadi adsorben adalah dengan mengeringkan dalam oven pada 105 C selama
24 jam. Untuk 1 gram adsorben tersebut mampu mengadsorpsi 28 mg Cu. Model isoterm untuk adsorpsi tembaga pada adsorben kulit pisang adalah Langmuir dan
Freundlich namun kurang sesuai dengan isoterm Tempkin. Penelitian yang juga menggunakan limbah pertanian sebagai adsorben Cu
adalah penelitian yang dilakukan oleh Aliya Nur Hasanah, Fani Rizkiana dan Driyanti Rahayu yang berjudul Banana peels and Stem Musa x paradisiaca
23 Linn. as Biosorbent of Copper in Textile Industry Wastewater2012.Berdasarkan
penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa kulit pisang dan batang pisang potensial untuk dijadikan adsorben Cu pada air limbah industri tekstil.daya
adsorpsi Cu batang pisang mencapai 23-89 dan 25-59 pada kulit pisang. Daya adsorpsi optimum dicapai pada biosorbent yang diaktivasi dengan formalin pada
pH 4, ukuran partikel 30 mesh dan waktu kontaknya 12 jam. Pada kondisi tersebut biosorben mampu mengadsorpsi hingga 19,7 mg.Pada penelitian inidibandingkan
antara adsorben yang diaktivasi dengan formalin dan NaOH. Ternyata hasil adsorpsi adsorben yang diaktivasi menggunakan formalin lebih baik.Hal ini
karena secara alami formalin menghasilkan gugus karboksil yang memiliki keasaman daripada NaOH,sehingga memiliki muatan yang lebih negatif pada
gugus asamnya akibatnya interaksi antara kation logam dalam larutan lebih mudah.
C. KERANGKA BERPIKIR