4.2.2.2 Uji Heterokedasitas
Pengujian gejala heterokedasitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual dan pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain, maka disebut homokedasitas, dan jika berbeda disebut hetrokedasitas Erlina,
105:2011. Model regresi dikatakan baik apabila tidak terjadi heterokedasitas. Cara mendeteksi ada tidaknya gejala heteroksidasi
Cara mendeteksi ada tidaknya gejala heterokedasitas adalah dengan melihat grafik scatterplot yang dihasilkan dari pengolahan data menggunakan program
SPSS. Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: 1.
Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar, kemudian menyempit, maka
mengindikasikan telah terjadi heteroksidasitas Ghozali 2005. 2.
Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedasitas Ghozali 2005.
Berikut ini grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi gejala heterokedasitas atau tidak dengan cara mengamati penyebaran titik-titik pada
grafik.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3 Hasil Uji Heterokedasitas
Sumber: output SPSS, diolah penulis 2013
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik tersebar secara acak dengan tidak adanya pola yang jelas serta tersebar di atas maupun di bawah angka 0 pada
sumbu Y. Hal tersebut menunjukan bahwa tidak terjadi heterokedasitas, sehingga model ini layak digunakan untuk memprediksi Return saham pada perusahaan
makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan masyukan variabel independen yaitu profitabilitas dan leverage dengan indicator
ROA,ROE, dan DTA
Universitas Sumatera Utara
4.2.2.3 Uji Multikolinearitas
Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas dapat diketahui melalui:
1. Nilai tolerance dan lawannya
2. Variance inflactor factor
Kedua jenis ukuran tersebut menjelaskan bagaimana satu variabel independen dijelaskan oleh variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh
variabel independen lainnya, jadi pada tolerance yang bernilai rendah sama dengan VIF yang bernilai tinggi dan menunujukan terdapat kolinearitas adalah
nilai tolerance 0.10 atau sama dengan nilai VIF 10
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas
Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bebas dari adanya multikolinearitas. Hal tersebut dapat dilihat dengan membandingkan
dengan nilai tolerance dan VIF. Masing-masing variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai tolerance yang lebih besar dari 0,10
untuk DTA sebesar 0,958 0,10, ROE 0,964 0,10 ,ROA 0,984 0,10. Jika dilihat dari nilai VIF, bahwa masing-masing variabel bebas lebih kecil dari 10
yaitu DTA sebesar 1,044 10 , ROE 1,037 10 , ROA 1,016 10.
Coefficients
a
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 DTA
.958 1.044
ROE .964
1.037 ROA
.984 1.016
a. Dependent Variable: Return_Saham Sumber : Output SPSS, dioalah peneliti 2013
Universitas Sumatera Utara
4.2.2.4 Uji Autokorelasi