22
4. Metode Jigsaw JIG
a. Hakikat Metode Jigsaw JIG
Cooperative learning metode jigsaw adalah sebuah model pembelajaran yang menitik beratkan pada kerja kelompok siswa
dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam metode ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan masing-
masing anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan anggota kelompoknya serta dapat menyampaikan informasi tentang
bagian materinya kepada anggota kelompok lain. Metode Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson
1975. Metode ini memiliki dua versi tambahan Jigsaw II Slavin, 1989 dan Jigsaw III Kagan, 1990.Dalam metode Jigsaw siswa
ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri 4-6 anggota. Setiap kelompok diberi informasi yang yang membahas salah
satu materi pembelajaran.Dari informasi yang diberikan pada setiap kelompok, masing-masing anggota harus mempelajari bagian-bagian
yang berbeda dari informasi tersebut, Miftahul Huda, 2011:120. Adapun langkah-langkah pembeelajaran kooperatif tipe Jigsaw
menurut Daryanto, dkk. 2012:243, adalah sebagai berikut: 1
Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan
kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah serta jika mungkin anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan gender.
2 Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota
dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian
23 materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu
bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama, belajar bersama dalam
kelompok yang disebut kelompok ahli Counterpart GroupCG.
3 Dalam kelompok ahli siswa mendiskusikan bagian materi
pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temanya jika kembali
ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw gigi gergaji.
Prosedur belajar tipe jigsaw menurut Melvin L. Silberman 2013: 180-182, adalah sebagai berikut:
1 Pilihlah materi belajar yang bisa dipecah menjadi
beberapa bagian. Sebuah bagian bisa sependek kalimat atau sepanjang beberapa paragraf. jika mateinya panjang,
perintahkan siswa untuk membaca tugas mereka sebelum pelajaran.
2 Hitunglah jumlah bagian yang hendak dipelajari dan
jumlah siswa. Bagikan secara adil berbagai tugas kepada berbagai kelompok siswa. Sebagai contoh, bayangkan
sebuah kelas yang terdiri dari 12 siswa. Dimisalkan bahwa anda bisa membagi materi menjadi tiga segmen atau
bagian. Anda dapat membentuk kuartet kelompok empat anggota, dengan memberikan segmen 1, 2, atau 3 kepada
tiap kelompok. Kemudian, perintahkan tiap kuartet atau
“kelompok belajar” untuk membaca, mendiskusikan, dan mempelajari materi yang mereka terima. jika anda
menghendaki, anda dapat membentuk dua pasang “rekan
belajar” terlebih dahulu dan kemudian menggabungkan pasangan-pasangan itu menjadi kuartet untuk saling
berkonsultasi dan saling berbagi pendapat.
3 Setelah waktu belajar selesai, bentuklah kelompok-
kelompok “belajar ala jigsaw”, kelompok tersebut terdiri dari perwakilan tiap “kelompok belajar” tadi. Dalam
contoh yang baru saja diberikan, anggota dari tiap kuartet dapat brhitung mulai dari 1, 2, 3, dan 4. Kemudian
bentuklah kelompok belajar jigsaw dengan jumlah yang sama. Hasilnya adalah empat kelompok trio. Dalam
masing-masing trio akan ada satu siswa yang telah mempelajari segmen 1, segmen 2, dan segmen 3.
Keseluruhan penjelasan kelompok.
24 Kelompok belajar
Kelompok belajar bersama 1 1 1 1
2 2 2 2 3 3 3 3
4 Perintahkan anggota kelompok “jigsaw” untuk
mengajarkan satu sama lain apa yang telah mereka pelajari.
5 Perintahkan siswa untuk kembali keposisi semula dalam
rangka membahas pertanyaan yang masih tersisa guna memastikan pemahaman yang akurat.
Variasi 1
Berikan tugas baru, misalnya menjawab sejumlah pertanyaan yang didasarkan pada pengetahuan akumulatif
dari semua anggota kelompok belajar jigsaw. 2
Beri siswa tanggung jawab untuk mempelajari keterampilan , sebagai alternatif dari pemberian informasi
kognitif. Perintahkan siswa untuk saling mengajarkan keterampilan yang telah mereka pelajari.
5. Senam