BAB II TRUST SEBAGAI PRANATA HUKUM
A. Kelahiran Trust di Negara dengan Sistem Hukum Common Law
Untuk membicarakan kehadiran hukum sebagai suatu sistem, sebaiknya dimulai dari pembicaraan tentang suatu sistem itu sendiri. Sistem mempunyai dua
pengertian yang penting untuk dikenali, sekalipun dalam pembicaraan- pembicaraan keduanya sering dipakai secara tercampur begitu saja. Pertama
adalah pegertian sistem sebagai suatu jenis satuan, yang mempunyai tatanan tertentu. Tatanan tertentu disini menunjuk kepada suatu struktur yang tersusun
dari bagian-bagian. Kedua, sistem sebagai suatu rencana, metoda, atau prosedur untuk mengerjakan sesuatu. Dalam pemahaman mengenai sistem hukum nanti
akan terlihat, bahwa keduanya dapat dikenali kembali pemakaiannya.
44
Sistem hukum merupakan sistem abstrak dan terbuka artinya bahwa sistem hukum itu terdiri dari unsur-unsur yang tidak konkrit, tidak menunjukan kesatua
yang dapat dilihat dan unsur-unsur itu mempunyai hubungan timbal balik dengan lingkungannya, serta unsur-unsur lain yang termasuk dalam sistem yang
mempunyai pengaruh terhadap unsur-unsur dalam sistem. Scholten yang menyatakan bahwa tata hukum itu sendiri tidak lengkap, oleh karenanya sistem
hukum adalah sistem terbuka yang selalu membutuhkan masukan untuk penyempurnaan.
45
44
J. B. Daliyo, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: PT. Prenhallindo, 2001, hal 91.
45
Satjipto Rahardjo, Op. Cit, hal 48.
Universitas Sumatera Utara
Hukum sebagai suatu sistem menurut Fuller dapat diukur dengan delapan asas yang dikenal sebagai principles of legality. Delapan asas itu adalah:
46
1. Suatu sistem hukum harus mengandung peraturan-peraturan bukan
hanya keputusan ad hoc 2.
Peraturan yang sudah dibuat harus diumumkan 3.
Peraturan tidak boleh ada yang berlaku surut 4.
Peraturan harus dirumuskan dengan susunan kata-kata yang dapat dimengerti
5. Suatu sistem tidak boleh mengandung peraturan-peraturan yang
bertentangan satu sama lain 6.
Peraturan tidak boleh mengandung ketentuan yang melebihi apa yang dapat dilakukan
7. Tidakboleh sering merubah peraturan sehingga menyebabkan orang
kehilangan orientasi 8.
Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangankan dengan pelaksanaannya
Fuller sendiri mengatakan, bahwa kedelapan asas yang diajukan itu sebetulnya lebih dari sekadar persyaratanbagi adanya suatu sistem hukum,
melainkan memberikan pengkualifikasian terhadap sistem hukum yang mengandung suatu moralitas tertentu.
Di dunia ini tidak kita jumpai satu sistem hukum saja, melainkan lebih dari satu. Adapun yang dimaksud dengan sistem hukum disini meliputi unsur-unsur
seperti: struktur, kategori, dan konsep. Perbedaan dalam unsur-unsur tersebut
46
J. B. Daliyo, Op. Cit.
Universitas Sumatera Utara
mengakibatkan perbedaan dalam sistem hukum yang dipakai. Kita mengenal dua sistem hukum yang berbeda, yaitu sistem hukum Civil Law dan sistem hukum
Common Law . Pada umumnya masyarakat menggunakan sebutan Civil Law
System dan Common Law System.
47
Pandangan sistem hukum Common Law mengenai trust, “trusts is created the absolute owner of property the settlor passes the legal title in that property
to a person the trustee to hold that property on trust for the benefit of another person the beneficiary in accordance with terms set out by the settlor
”.
48
Hal ini mengandung pengertian bahwa trust dibuat pemilik mutlak dari properti settlor
melewati proses hukum properti tersebut untuk seseorang wali amanat untuk menahan properti yang ada pada trust untuk kepentingan orang lain penerima
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh pemilik mutlak properti. Konsepsi awal trusts tersebut menunjukkan bahwa “trusts is a relationship
recognized by equity which arises where property is vested in a person or persons called the trustees, which those trustees are obligated to hold for the
benefit of other persons called cestuis que trust or beneficiaries ”.
49
Konsep tersebut berarti trust adalah hubungan yang diakui oleh ekuitas yang timbul di
mana properti dipegang seseorang atau orang yang disebut para wali wali amanat, yang diwajibkan untuk menahan untuk kepentingan orang lain yang
disebut que cestuis trust atau penerima manfaat.
47
Satjipto Rahardjo, Op. Cit, hal 235.
48
Gunawan Widjaja, Transplantasi Trust dalam KUH Perdata, KUD, dan Undang- Undnag Pasar Modal Indonesia,
Jkarta: PT Raja Gafindo Persada, 2008 hal 30.
49
Peter Joseph Loughlin, The Domestication of The Trust: Bridging the Gap Beetween Common Law and Civil Law,
hal 3 , http:www.financialanalyst.orgnewarticle2.html. diakses pada 31 Januari 2014
Universitas Sumatera Utara
Secara teoritis, dalam suatu pernyataan trusts, settlor
50
menyerahkan suatu benda untuk diletakkan dalam trusts yang tercatat atas nama atau dalam
kepemilikan trustee. Pemberian oleh seorang settlor ini disertai dengan kewajiban kepada trustee untuk menyerahkan kenikmatan atau kemanfaatan benda tersebut
kepada pihak ketiga yang disebut dengan beneficiary
51
. Ini menunjukkan bahwa settlor
sebagai pemberi suatu benda, setelah pernyataan trusts yang diucapkan olehnya dilaksanakan tidak lagi menguasai, memiliki mempunyai kepentingan
apapun atas benda yang sudah diserahkan dalam trusts tersebut. Penyerahan benda tersebut tidak disertai dengan suatu kontra prestasi langsung yang harus
dilakukan oleh trustee
52
kepada settlor, melainkan kepada seorang pihak ketiga yang disebutkan oleh settlor dalam pernyataan trusts-nya tersebut. Dalam konteks
tersebut, antara settlor, trustee dan beneficiary tidak ada perjanjian kontrak sama sekali. Beneficiary tidaklah mempunyai kewenangan dalam hukum Common
Law untuk menuntut pemenuhan kewajiban trustee, demikian juga settlor oleh
karena settlor sudah kehilangan haknya atas benda tersebut dalam hukum.
53
Penjelasan diatas menunjukkan bahwa seorang trustee adalah pihak yang mempunyai kewenangan atas benda yang berada dalam trusts, yang merupakan
bagian dari kewajibannya terhadap beneficiary atau cestui que trust, meskipun kewenangan tersebut hanya sebatas pencatatan dan pendaftaran atas nama trustee
tersebut.
54
Bahkan dalam perkembangan selanjutnya sebagaimana dikatakan oleh
50
Seseorang yang menyerahkan harta kekayaannya untuk diatur kepada orang lain atau pihak kedua yang dipercayainya Trustor.
51
Pihak ketiga yang akan menerima keuntungan atau manfaat atas pengelolaan harta kekayaan settlor sesuai dengan perjanjian.
52
Setiap orang yang memegang properti, otoritas, atau posisi kepercayaan atau tanggung jawab terhadap harta kekayaan untuk kepentingan orang lain settlor.
53
Gunawan Widjaja, Op.cit, hal 30.
54
Phillip H. Pettit,Equity and the Law of Trusts, 12
th
edition London: Oxford University Press, 2009 hal. 23.
Universitas Sumatera Utara
Gary Watt dalam Briefcase Equity Trusts :
55
A Trust has the following characteristics :
1. The assets constitute a separate Fund and ae not part off the trustee’s
estate 2.
Title to the trust assests stand in the name of the trustee or in the name of another person on behalf of the trustee
3. The trustee has the power and the duty, in respect of which he is
accountable, to manage, to employ or dispose of the assests in accordance with the terms of the trusts and the special duties imposed
upon him by law
The reservation by the settlor of certain rights and powers, and the fact that the trustee may himself have have rights as a benefiaciay, are not necessarily
inconsistent with the existence of a trusts .
Gambar 1. Klasifikasi Trust
Sumber : Margareth Halliwell, Equity and Trusts,London: Old Bailey Press, 2002, hal. 3
55
Gary Watt ,Briefcase Equity and Trusts 2
nd
ed., London: Cavendish Publishing Ltd.,
1999, hal. 2 Trust
EXPRESS NON
EXPRESS
Public Charitable
Private Un
‐Enforceable Trusts of Impefect
Obligation Implied
Resulting Cons
‐ tructive
Fixed Protective
Discretionary Traditional
New Model
Under Trust
Instrument By
the Operation of
law
Universitas Sumatera Utara
Penjelasan Gambar 1: 1. Trust
dibagi menjadi dua jenis yaitu: a.
Express Trust b.
Not Express Trust a.
Express Trusts Express trusts
terjadi jika seorang settlor membuat pernyataan bahwa harta kekayaan tertentu diserahkan dalam trusts untuk kepentingan orang-orang atau
tujuan tertentu.
56
Express trusts selanjutnya dibedakan ke dalam :
1 Private trusts ;
2 Public trusts ;
3 Trusts of imperfect obligation.
1 Private trust
57
Express trusts dapat melahirkan private trusts maupun public trusts.
Express trust melahirkan private trusts jika benda yang diletakkan dalam trusts
tersebut hanya dimanfaatkan oleh suatu orang atau satu kelompok orang tertentu. Sementara itu, express trusts dinilai melahirkan public trusts jika benda yang
diletakkan dalam trusts tersebut dipergunakan untuk tujuan sosial tertentu, yang dapat dinikmati oleh banyak orang, seperti misalnya suatu charitable trusts.
Private trusts selanjutnya dibedakan ke dalam fixed trusts, protective trusts,
dan discretionary trusts. a
Discretionary dan Fixed Trusts
58
56
Ibid hal 3.
57
Ibid , hal. 4.
Universitas Sumatera Utara
Discretionary trusts adalah suatu trusts di mana trustee diberikan kebebasan
kebijakan untuk melakukan suatu tindakan untuk kepetingan dari salah satu atau lebih beneficiary tertentu dalam suatu kelompok orang yang telah ditentukan oleh
settlor atau kepada seluruh beneficiary dalam kelompok tersebut, semata-mata
atas pertimbangan dari trustee. Sementara itu, dalam fixed trusts, kewajiban trustee
sudah ditentukan dengan pasti. Trustee hanya melaksanakan segala sesuatu yang telah ditentukan dalam pernyataan trusts dan wajib untuk melaksanakannya
untuk kepentingan dari seluruh beneficiary, serta tidak diperkenankan untuk bertindak berdasarkan pada kebijakannya sendiri.
b Protective Trusts
59
Protective trusts adalah trusts yang dengan sengaja secara khusus diciptakan
oleh settlor agar beneficiary tidak menghabiskan atau menghilangkan atau meniadakan dengan cara apapun juga hak-haknya dalam equity beneficiary
rights kepada pihak lain, selama benda yang dinikmatinya tersebut masih berada
dalam tusts di bawah pemilikan trustee.
2 Charitable Trusts
Charitable trusts adalah suatu public trusts yang dengan sengaja dibuat atau
dibentuk untuk kegiatan bagi kepentingan umum yang diakui oleh pengadilan sebagai charitable suatu bentuk amal atau kedermawaan.
60
Charity adalah pengertian hukum, sehingga apa yang dikandung atau dirasakan oleh donor
sebagai settlor tidaklah penting. Pengadilan menentukan apakah suatu tindakan yang dilakukan termasuk ke dalam tindakan charity atau bukan. Dalam
58
Ibid.
59
Ibid, hal 4-5.
60
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Re.Hummeltenberg tahun 1923 seorang pewasiat meninggal dunia mewasiatkan
sebagai harta peninggalannya untuk mendirikan sekolah yang melatih orang-orang dalam bidang kerohanian untuk tujuan amal. Mengenai hal tersebut Russie LJ
mengemukakan :
61
“in my opinion the question whether a gift is or may be operative for the public benefit is the question to be answered by the court by
forming an opinion on the evidence before it.” Pendapat Russie LJ mengandung
pengertian bahwa jawaban yang dikeluarkan oleh pengadilan adalah dengan cara membentuk pendapat atas bukti-bukti yang dikumpulkan sebelumnya.
Pada sisi lain, meskipun dalam pandangan pemberi wasiat suatu tindakan hanya ditujukan untuk kepentingan pemberi wasiat, namun jika dalam pandangan
pengadilan hal tersebut membawa kepentingan bagi masyarakat banyak, wasiat yang ditinggalkan tersebut dapat menjadi suatu charitable trusts.
62
Untuk menilai apakah suatu tindakan pemberian adalah charitable trusts atau bukan, ada tiga hal pokok yang diperhatikan oleh pengadilan yaitu sebagai
berikut:
63
a Trusts must be of a charitable nature within the spirit and intend of the
preamble to the Statute of Elizabeth as interpreted by the courts and extended by statute ;
b It must promote a public benefit of a nature recognized by the courts as a
public benefit; c
The purpose of the trusts must be wholly and exclusively charitable Hal diatas dalam terjemahan bebas berarti:
a Trust harus bersifat amal dalam semangat dan berniat dari Piagam Statuta Elizabeth sebagaimana ditafsirkan oleh pengadilan dan diperpanjang oleh undang-
undang
61
Ibid hal 171.
62
Gunawan Widjaja, Op.Cit hal 100.
63
Halliwell, Op.Cit hal 172.
Universitas Sumatera Utara
b Harus mempromosikan kepentingan publik yang bersifat diakui oleh pengadilan sebagai manfaat publik;
c Tujuan dari trust harus sepenuhnya dan secara eksklusif amal
3 Purpose Trusts Trusts of Imperfect Oboigations
Purpose trusts adalah trusts yang dibuat untuk tujuan tertentu dan bagi
kepentingan tujuan tersebut daripada untuk kepentingan seorang atau lebih beneficiary
. Purpose trusts ini sering kali disebut juga dengan nama “trusts of imperfect obligation
”. Secara umum trusts yang demikian batal dan tidak memiliki kekuatan hukum, karena dalam konsepsi private trusts, trusts dibuat dan
diciptakan untuk kepentingan dari seorang atau lebih beneficiary tertentu dan dicptakan untuk kepentingan tertentu.
64
Rocburgh J dengan tegas mengemukakan bahwa suatu trusts bukanlah trusts jika tidak ada objek yang tertuju pada
kepentingan orang perorangan tertentu.
65
Ada tiga kondisi yang harus diperhatikan dalam suatu purpose trusts, yang sering kali dipergunakan oleh pengadilan untuk menyatakan bahwa suatu purpose
trusts adalah purpose trusts yang memiliki akibat hukum dan atau memiliki
kekuatan hukum. Ketiga kondisi tersebut adalah sebagai berikut.
66
a The trusts must be for a purpose which has been previously upheld by the
court b
The trusts must be limited in perpetuity c
There must be someone who will execute the purpse trusts
64
Ibid hal 5.
65
Ibid hal 155.
66
Ibid hal 157.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian pada dasarnya suatu purpose trusts merupakan pengecualian dari berlakunya ketentuan trusts secara umum. Purpose trusts hanya
dibatasi pada pelaksanaan suatu wasiat yang jika tidak dilaksanakan akan menyebabakan terjadinya hibah atas sisa benda milik pewasiat. Pengadilan dapat
secara tidak langsung melaksanakan trusts tersebut dengan meminta jaminan dari trustee
untuk melaksanakan wasiat tersebut sesuai dengan dan untuk kepentingan yang telah ditentukan tersebut, dan selanjutnya memberikan kepada para penerima
wasiat sisa lainnya untuk melaksanakan wasiat tersebut secara bebas jika hal tersebut tidak dilaksanakan.
67
b. Not - Express Trusts
Not - Express trusts dapat dibedakan lagi ke dalam :
1 resulting trusts
2 conctructive trusts
1 Resulting Trusts
Resulting trusts sering kali dinamakan juga implied trusts.
68
Suatu trusts dikatakan merupakan implied ataiu resulting trusts jika, misalnya seorang settlor
menyatakan kehendaknya untuk memberikan kepada seoranng beneficiary uang sejumlah tertentu untuk keperluan selama hidup dari orang tersebut. Trusts yang
demikian tidak menjelaskan ke mana perginya sisa uang yang diletakkan dalam trusts
tersebut, ketika beneficiary telah meninggal dunia. Dalam konteks yang
67
Pettit, Op.cit., hal 49.
68
Halliwell, Op.cit. hal 5.
Universitas Sumatera Utara
demikian kepada settlor atau masuk harta kekayaan settlor pada saat meninggal dunia.
69
Dalam konteks yang lain, resulting trusts dapat terjadi misalnya dalam hal dua atau lebih orang memberli sesuatu benda secara bersama-sama, baik atas
nama seseorang dari mereka atau atas nama bersama. Dalam hal ini, equity mengatakan bahwa suatu resulting trusts telah terjadi untuk kepentingan atas
benda yang dibeli tersebut untuk kepentingan dari seluruh pihak yang telah berkontribusi untuk membeli benda tersebut.
70
2 Construtive Trusts
Suatu trusts adalah contructive trusts jika trusts tersebut dipaksakan pelaksanaannya oleh Pengadilan karena perilaku dari pihak tertentu dalam trusts
tersebut yang tidak adil yang berkehendak untuk mempertahankan seluruh atau sebagian kepetingan atau manfaat atas suatu benda tertentu hanya untuk
kepentingan dirinya sendiri. Dalam trust jenis ini, kehendak dari settlor tidak lagi menjadi perhatian penting, oleh karena constructive trusts ini berjalan demi
hukum dan diatur sepenuhnya menurut ketentuan atau aturan hukum yang berlaku.
Beberapa hal penting yang dapat menyebabkan terjadinya contructive trusts adalah misalnya :
71
a Seorang pihak ketiga di luar instrumen trusts, yang bukan bona fide
purchaser for value without notice
72
, menguasai suatu benda yang
69
Ibid. hal 5
70
Ibid. hal 6.
71
Pettit, Op.cit., hal. 55.
Universitas Sumatera Utara
diletakkan atau diserahkan dalam trusts diwajibkan unk menjadi constructive trustee
bagi beneficiary benda yang berada dalam kekuasaanya tersebut;
b Trustee
memperoleh manfaat pribadi dari suatu trusts, yang selanjutnya diwajibkan untuk tetap memeliharanya dalam trusts untuk kepentingan
dari beneficiary; c
Dalam suatu perjanjian yang bertujuan melaksanakan jual beli tanah, pemilik menjadi constructive trustee bagi pembeli hingga seluruh proses
jual beli diselesaikan dan pembeli menjadi pemiliik. Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa jika ada pemisahan
kepemilikkan, sedangkan tidak ada express trusts, implied trusts atau resulting trusts
, pihak terhadap siapa suatu benda diserahkan penguasaan dan kepemilikannya menjadi trustee dalam suatu constructive trusts.
73
Constructive trust
lahir karena kehendak hukum semata-mata.
74
Dikatakan karena kehendak hukum, oleh karena constructive trust diwajibkan oleh dan berdasarkan pada
putusan pengadilan tanpa perlu memerhatikan kehendak dari para pihak yang ada dalam hubungan hukum tersebut.
75
1. Lahirnya konsep Trust di negara Amerika Serikat
Secara historis, Amerika Serikat berbeda dengan negara-negara yang menganut tradisi hukum Common Law lainnya, yang tergabung dalam negara
persemakmuran British Commonwealth. Sebagai suatu negara serikat, Amerika
72
Seseorang yang memperoleh hak atas properti tanpa pemberitahuan aktual, pemberitahuan konstruktif tetapi didasari dengan itikad baik.
73
Ibid. hal 55.
74
Hudson, Op.cit., hal. 342.
75
Ibid. hal 342.
Universitas Sumatera Utara
Serikat tidaklah pernah dijajajah oleh Negara Inggris Raya, meskipun sejarah menunjukan bahwa sebagian besar Negara bagian dalam Amerka Serikat
merupakan bekas jajahan Inggris Raya. Sejarah juga menunjukan bahwa negara- negara bagian dalam Amerika Serikat pernah dijajah juga oleh negara-negara
dengan tradisi hukum Civil Law seperti Spanyol di Florida, Perancis di New Orleans dan Swedia di Delaware.
Dengan demikian, sesungguhnya setiap negara bagian di Amerika Serikat memiliki sistem hukumnya sendiri. Dari muatan-
muatan hukum yang ada, disamping hukum Inggris, hukum Perancis masih meninggalkan bekasnya di Lousiana, dan hukum Spanyol di California dan
beberapa negara bagian di sebelah barat Amerika Serikat.
76
Pilihan penggunakan hukum Inggris di negara-negara bagian Amerika Serikat tidaklah sepenuhnya sama dengan hukum yang berkembang di Inggris itu
sendiri. Pengaruh budaya hukum yang berkembang di tiap-tiap negara bagian juga menyebabkan berbagai perbedaan antara tradisi hukum Common Law yang
berkembang di negara-negara bagian Amerika Serikat dengan tradisi hukum Common Law
di Inggris.
77
Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan serta penyimpangan dalam penegakan hukum dan keadilan baik di Amerika Serikat
maupun di Inggris. Sistem peradilan Equity yang dikenal di Inggris tidaklah dikenal sepenuhnya oleh seluruh negara bagian di Amerika Serikat yang
menganut tradisi hukum Common Law. Berbeda dengan negara-negara bagian di Amerika Serikat yang mempunyai
sistem hukum yang berbeda-beda dan perlakuan yang berbeda terhadap Equity, pada tingkat Federal hanya dikenal satu jenis peradilan yang menyelesaikan
76
Lawrence M. Friedman, History of American Law2
nd
, edition 1
st
, New York: Simon Schulster, 1958, hal 19.
77
Ibid, hal 20.
Universitas Sumatera Utara
segala macam persoalan sengketa yang terkait baik dengan Common Law maupun equity. Seiring dengan pertumbuhan equity yang berbeda dengan sumber
asalnya, perkembangan trust di Amerika Serikat pun berbeda dengan yang terjadi di Inggris Raya.
Trust bukan lagi suatu pranata yang lahir dari equity dan semata-mata untuk
memberikan perlindungan bagi hak-hak yang tidak dapat diperoleh atau dipertahankan dalam Common Law. Trust adalah “A right property, real or
personal, heldby one party, the person appointed or required by law to administer a trust, for benefit of another.
”
78
dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa trust dibentuk berdasarkan perjanjian. Selain itu, trust dapat dibentuk berdasarkan
perjanjian yang tunduk pada ketentuan Common Law. Pada negara-negara bagian di Amerika Serikat yang tidak mempunyai
hukum tertulis yang mengatur mengenai trust, trust dimungkinkan untuk dibentuk atau dibuat melalui perjanjian.
79
Dalam konteks demikian trust seringkali disebutkan sebagai “a three party contact, a private legal agreement.”
80
Perjanjian yang mengatur mengenai trust disebut dengan nama indenture.
81
Trust yang demikian disebut dengan nama pure trust. Sebagai suatu perjanjian, pure
trust tunduk pada ketentuan yang diatur dalam Common Law dan karenanya
masuk dalam yuridiksi sistem peradilan Common Law. Pure trust tidak berada dalam wilayah equity karena pure trust tunduk sepenuhnya pada aturan-aturan
78
James D. Fullerton, Trust Fund Laws and Agreements, hal 1, www.fullertonlaw.comtrustfundchap.htm diakses pada 1 Februari 2014.
79
Ibid, hal 2.
80
Gwen H. Wycoff, What Is The Common Law Trust?, hal 1, www.socal.print.com574.html diakses pada 1 Febrari 2014.
81
Lawrence M. Friedman, History of American Law2
nd
, edition 1
st
, New York: Simon Schulster, 1958, hal 19.
Universitas Sumatera Utara
hukum perjanjian, terutama asas kebebesan kontrak yng diberikan konstitusi Amerika Serikat.
82
Selanjutnya oleh karena pure trust ini tunduk sepenuhnya pada ketentuan hukum perjanjian dalam Common Law, seperti halnya Common Law yang tidak
mengakui pemisahan kepemilikan ke dalam pemilikan hukum legal ownership dan pemilikan manfaat beneficial ownership
83
, pure trust juga tidak mengakui pemisahan pemilikan ke dalam pemilikan hukum legal owner dan pemilikan
manfaat beneficial owner.
84
Peran trust dalam kegiatan ekonomi di Amerika Serikat telah berkembang sedemikian rupa sehingga trust sudah berperan sebagai:
a. Kegiatan operasional dari suatu bisnis keluarga
b. Kegiatan operasional dari skema investasi kolektif investment collective
scheme c.
Pemilikan penguasaan harta kekayaan asset holding dari sekelompok invidu tertentu, keluarga dan kelompok-kelompok lainnya.
85
Secara praktis, trust khususnya pure trust dalam berbagai kegiatan ekonomi tersebut di atas mengambil bentuk yang serupa dengan suatu perusahaan, hanya
saja bentuk perusahaan yang demikian tidaklah tunduk pada ketentuan peraturan perundang-perundangan yang berlaku seperti misalnya suatu perseroan
terbataspersekutuan perdata, melainkan tunduk pada peraturan kebebasan berkontrak dalam hukum perjanjian. Sehubungan dengan hal tersebut, pure trust
82
Joe Sweet, Essay on the International, Sovereign, Pure, Private, Non-Statutory, Non- Associated Unincorporated Business Trust Organization
, UBTO, hal 2 http:freedom- school.comtruthTBAUBTO.htm diakses pada 1 februari 2014.
83
Siapa saja yang memiliki manfaat kepemilikan barang atau harta namun bukan merupakan pemilik terdaftar melainkan pemilik sebenarnya atas barang atau harta tersebut.
84
Ibid.
85
Gunawan Widjadja, Op. Cit, hal 143.
Universitas Sumatera Utara
dalam perkembangannya mengambil bentuk Unincorporated Business Trust Organization
UBTO.
86
Sebagai suatu bentuk organisasi perusahaan serupa tetapi tidak sama dengan suatu perseroan terbatas maupun persekutuan perdata, bergantung pada ketentuan
trust indenture yang mengatur mengenai hak-hak dan kewajiban-kewajiban para
pihak yang ada dalam pure trust atau UBTO tersebut, pure trust dapat mengambil bentuk antara lain:
87
a. Baik sebagai pengelola dan pengurus trust corpus secara aktif dan
bertanggung jawab atas pengurusan tersebut actively manage assets and icurliabilities
maupun hanya sebagai pemilik trust corpus yang pasif only hold assets passively
b. Suatu bare trust
88
, dengan manajemen atau pengelolaan trust corpus sepenuhnya atas instruksi dari beneficiary.
c. Suatu bentuk kepemilikan trust corpus dengan kewenangan untuk
menerbitkan bagian pemilikan bersama yang diwadahi oleh trust corpus tersebut.
d. Dengan kewenangan pendelegasian kepada pihak ketiga dalam suatu
investment trust atau dana pension atau dengan kewajiban untuk
melakukan pengelolaan sendiri dalam unit trust. Hal-hal tersebut diatas memperlihatkan bahwa pure trust dalam bentuk
UBTO, kepemilikan trust corpus secara hukum dan kenikmatan berada di tangan trustee
tetapi dengan kewajiban bagi trustee untuk menyerahkan kepada
86
Joe Sweet, Op.cit hal 3 diakses pada 1 februari 2014.
87
Gunawan Widjaja, op.cit hal 153.
88
Bare trust adalah suatu trust yang dalam instrumen penerbitannya tidak secara tegas dan terang memberikan beban atau kewajiban kepada seorang trustee melainkan menyerahkan
persoalan tersebut kepada ketentuan atau aturan hukum yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
beneficiary setiap keuntungan dan manfaat yang diperoleh dari trust corpus
tersebut berdasarkan trust indenture. Beneficiary bukan lagi pemilik manfaat dalam pengertian pemilik manfaat yang dipisahkan dari pemilik hukum. Setiap
keuntungan atau manfaat yang diperoleh benefiaciary adalah benda yang secara dominium
merupakan milik beneficiary yang dikeluarkan dari kepemilikan dominium trustee
.
89
Eksistensi pure trust atau UBTO yang berada dalam lapangan Common Law dan bukan equity
90
menyebabkan terjadinya pergeseran dalam hal pertanggungjawaban trustee yang semula berada dalam equity menjadi
pertanggungjawaban dalam Common Law. Fiduciary duty yang merupakan pertanggungjawaban trustee dalam equity selanjutnya menjadi default rules
91
yang menunjukan bahwa fiduciary duty dapat disimpangi dan dikesampingkan oleh para pihak berdasarkan pada kesepakatan yang diatur dalam trust
indenture .
92
Penjelasan yang diberikan memperlihatkan bahwa trust dalam tradisi hukum Common Law
juga telah mengalami perubahan dari yang semula berada dalam lapangan equity semata-mata pada akhirnya juga masuk ke dalam hukum
perjanjian yang berada dalam lapangan Common Law. Namun demikian, trust yang berada dalam lapangan hukum perjanjian Common Law memiliki perbedaan
dengan trust yang berada di dalam lapangan hukum equity.
89
Gunawan Widjaja, op.cit hal 154.
90
Tindakan atau prinsip memperlakukan semua orang sama-sama sesuai dengan hukum, proses hukum, atau sesuai keadilan.
91
Aturan hukum yang dapat ditimpa oleh kontrak, trust, keinginan, atau perjanjian hukum efektif lainnya. Ide default rules dalam hukum kontrak kadang-kadang dihubungkan
dengan gagasan tentang kontrak lengkap.
92
Melanie B. Leslie, Trusting Trustee: Fiduciary Duties and The Limits of Default Rules, Cardozo: School of Law, 2005, hal 2.
Universitas Sumatera Utara
Trust dalam lapangan hukum perjanjian sebagai bagian dari Common Law
tidak mengenal pemisahan pemilikan ke pemilikan hukum dan pemilikan manfaat. Beneficiary
dalam trust yang lahir dari perjanjian merupakan pihak yang berdasarkan perjanjian yang dibuat memperoleh manfaat hasil hasil pengelolaan
harta kekayaan yang diletakan kepemilikannya dalam semua harta kekayaan terpisah yang dikelola trustee. Harta kekayaan yang terikat tersebut yang
dicatatkan atas nama trustee bukanlah harta kekayaan trustee sebagai dominium, melainkan hanya sebagai suatu bentuk rekening terpisah dari kekayaan pribadi
trustee . Pemisahan ini menjadi penting artinya bagi kepentingan beneficiary dari
kepailatan trustee dan jangkauan kreditor pribadi trustee.
93
2. Lahirnya konsep Trust di negara Inggris Secara sederhana dapat dikatakan bahwa trust dalam tradisi hukum
Common Law adalah: “Legal relationship created under the laws of equity
whereby property the corpus is held by one party the trustee for the benefit of other cestui que trust or beneficiaries”
94
Rumusan tersebut memperlihatkan bahwa trust pada negara-negara dengan tradisi hukum Common Law merupakan produk dari equity, yang berada di luar
sistem peradilan Common Law. Common Law sendiri tidaklah mengakui eksistensi trust. Trust lahir karena adanya equity, tanpa equity tidak ada trust.
95
93
Melanie B. Leslie, Op. Cit, hal 3.
94
AR Fullarton, The Common Law and Taxation of Trust in Australia in the Twenty-First Century
, hal 3, www.arfullartonassociates.com.autrust20paper.htm. diakses pada 1 Februari 2014.
95
Peter Joseph Loughlin, The Domestication of Trust : Bridging the gap between common law and Civil Law,
hal 3, www.jurisconsultsgroup.comtrust.com diakses pada 7 Februari 2014.
Universitas Sumatera Utara
Pihak-pihak yang terkait hubungan hukum dalam suatu trust tidak dapat menyelesaikan permasalahan hukum yang ada melalui sistem peradilan Common
Law . Mereka hanya akan memperoleh penyelesaiannya dalam sistem peradilan
equity . Sistem peradilan equity ini sejak awalnya memang tidak dimaksudkan
untuk menjadi sistem dengan hukum yang terpisah. Segala sesuatu yang diputuskan oleh equity akan diberikan jika hukum yang berlaku saat itu Common
Law atau hukum yang ada ternyata tidak dapat memberikan keadilan bagi
rakyat.
96
Sebagai suatu sistem yang berkembang dan berjalan seiring dengan perkembangan dan perjalanan Common Law, equity dan Common Law memiliki
hubungan yang saling melengkapi. Di antara keduanya ada garis-garis merah yang menjadi dan merupakan batasan hubungan dan sekaligus menjadi dasar
bekerjanya equity dan Common Law secara bersama-sama. Prinsip-prinsip dasar yang menjadi batasan hubungan equity dan Common Law tersebut dapat
dilukiskan sebagai berikut :
97
a. Dalam pandangan yuridiksi Common Law hanya trustee yang diakui oleh
Common Law sebagai pemilik dari suatu benda dan bukan beneficiary.
Ini berarti suatu gugatan yang berkaitan dengan pelanggaran equitable obligation
98
tidak pernah dapat dimajukan di hadapan sistem peradilan Common Law
. b.
Sistem peradilan equity tidak berwenang untuk memtuskan perkara yang berkaitan dengan legal rights dan titles. Dengan demikian setiap pihak
96
Gunawan Wijaya, Op.Cit, hal 59.
97
Ibid, hal 60-62.
98
kewajiban yang tidak dikuatkan kontrak atau hanya karena kewajiban moral atau kewajiban demi kewajaran atau keadilan.
Universitas Sumatera Utara
yang bermaksud untuk menegakan haknya dalam hukum harus memajukannya dihadapan sistem peradilan Common Law.
c. Equity tidak berwenang untuk memberikan hukuman ganti rugi. Sistem
peradilan ini hanya berwenang untuk memberikan hukuman ganti rugi dalam bentuk restitusi dan bukan jenis-jenis kerugian lainnya yang
dikenal dalam Common Law. d.
Sistem peradilan Common Law tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan tindakan-tindakan sementara. Hanya sistem peradilan equity
yang memiliki kewenangan yang demikian seperti menghentikan perbuatan yang merugikan dan mengangkat pengurus sementara.
e. Perkara yang tengah diperiksa di sistem peradilan Common Law tidak
dapat begitu saja dialihkan proses pemeriksaannya ke sistem peradilan equity
dan begitu pula sebaliknya. Masing-masing peradilan mempunyai batas kewenangan pemeriksaan dan yuridiksinya sendiri-sendiri.
Ketentuan-ketentuan tersebut memperlihatkan batasan yang jelas antara kedua sistem peradilan yang dikenal dalam tradisi hukum Common Law. Sistem
peradilan equity bukan merupakan bagian dari sistem Common Law pada nyatanya menunjukan bahwa equity memberikan kontribusi yang cukup besar
bagi perkembangan hukum di negara penganut tradisi hukum Common Law.
99
Salah satu kontribusi besar equity adalah trust. Melalui equity seseorang memiliki suatu benda untuk kepentingan pihak lain, yang dalam Common Law disebut
dengan owner, dalam equity diwajibkan untuk memenuhi kewajibannya berdasarkan trust yang menjadikan orang yang memiliki benda tersebut dalam
99
Ibid, hal 71.
Universitas Sumatera Utara
hukum sebagi legal owner kepada pihak, untuk siapa kemanfaatan atas benda tersebut harus diberikan beneficial equitable owner.
100
3. Perkembangan Trust di Inggris Sejarah menunjukan bahwa pada mulanya secara konseptual, trust di negara
Inggris lahir dari kebutuhan yang terkait dengan kepemilikan hak atas tanah yang tidak dapat dimiliki oleh orang-perorangan biasa. Hal tersebut kemudian
dimanfaatkan lebih lanjut untuk kepentingan keluarga dari pribadi atau orang- perorangan tertentu. Trust dibuat dengan tujuan tidak dapat ditarik kembali atau
dibatalkan atau dikembalikan pada keadaan semula irrevocable.
101
Dikatakan irrevocable karena pada dasarnya trust terbentuk atau diciptakan untuk melindungi kepentingan dari orang-perorangan tertentu oleh settlor melalui
suatu pemberian tidak langsung dengan tujuan agar pemberian tersebut akan memberikan manfaat kepada satu lebih orang yang ditunjuk olehnya tersebut.
Jadi settlor sejak awal sudah bermaksud untuk menyerahkan dan melepaskan hak milik atas benda yang dimiliki olehnya. Namun demikian, karena adanya satu dan
lain hal tertentu, penyerahan tersebut dilakukan secara bersyarat yaitu dengan membentuk trust.
Pada umumnya, terkait dengan kepemilikan hak atas tanah dan dalam kerangka perlindungan bagi kepentingan keluarga tertentu, trust dibentuk
berdasakan wasiat, yang sering kali disebut dengan testamentary trust, berdasarkan pada trust will, yang selanjutnya baru akan berlaku efektif dengan
100
Paul Todd, Textbook on Trust 4
th
edition , London: Blackstone Press Limited, 1999,
hal 22.
101
Bagian III Interpreting Trust Instrument: Type of Trust, E. Revocable Trust, hal 11, www.search.yahoo.comsearch?p=property+transferred+in+Breach+of+Trustsm=Yahoo21+s
earchtoogle=1ei=UTF-8fr=FP-tab-web-t295b=51, diakses pada tanggal 3 Februari 2014.
Universitas Sumatera Utara
meninggalnya settlor.
102
Hal ini juga menunjukan bahwa tidak mungkin terjadi pembatalan atau penarikan kembali atau pengambilan kembali harta kekayaan
yang telah diserahkan tersebut oleh settlor, kecuali karena pembatalan berdasarkan putusuan pengadilan.
Perkembangannya, trust juga dapat diciptakan semasa hidup seseorang, yang dikenal dengan nama inter vivos trust yang berupa pemberian trust oleh
orang yang masih hidup kepada orang lain yang masih hidup juga. Sama halnya dengan testamentary trust, konsepsi awal trust yang lahir di Inggris menunjukan
bahwa inter vivos trust yang diciptakan adalah trust yang tidak dapat dibatalkan atau ditarik kembali atau dikembalikan pada keadaan semula. Salah satu
alasannya adalah karena inter vivos trust ini pada umumnya diciptakan untuk kepentingan perpajakan dan pajak mengkehendaki sesuatu yang konsisten.
103
Pihak yang memperoleh peyerahan hak milik dalam hukum trustee akan terus menjadi pemilik di hadapan hukum yang akan menyelenggarakan
pengurusan dan pengelolaan atas harta benda yang diserahkan dalam trust tersebut trust corpus, memberikan kemanfaatan atau keuntungan yang diperoleh dari
pengurusan trust corpus tersebut kepada beneficiary penerima manfaat dalam hukum yang ditunjuk, sampai pada akhirnya menyerahkan hak milik trust corpus
tersebut kepada beneficiary yang telah ditentukan. Dengan dilakukannya penyerahan hak milik tersebut, kepemilikan secara hukum dominium atas benda
tersebut kembali berada di satu tangan yaitu beneficiary yang dengan penyerahan hak milik tersebut menjadi juga pemilik di mata hukum legal owner.
104
102
Gunawan Widjaja dan Parendra Tama, Exchange Trade Fund di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2007, hal 40.
103
Ibid, hal 41.
104
Paul Todd, op. cit, hal 23.
Universitas Sumatera Utara
Eksistensi pemilikan hukum legal owner di tangan trustee, dengan beneficiary
hanya sebagai penerima manfaat atau penikmat yang tidak mempunyai hak apa pun juga di hadapan Common Law, melahirkan kewajiban
fidusia fiduciary duty bagi trustee untuk kepentingan beneficiary.
105
Dalam hal tertentu terdapat lebih dari satu beneficiary, trustee harus dapat bertindak adil
dengan memberikan manfaat yang relatif adil dan sama bagi seluruh beneficiary yang terkait.
Equity membebankan serangkaian kewajiban mendasar kepada trustee,
mulai dari pengelolaan dan pengurusan trust corpus untuk kepentingan beneficiary
, melakukan pemisahan trust corpus dari harta kekayaan pribadinya, sampai memberikan pertanggungjawaban yang terkait atas pemilikan trust corpus
di tangan trustee. Secara prinsipil, trustee memiliki dua peran kewajiban yaitu:
106
a. Peran kewajiban distributif yang terkait dengan kewajiban trustee untuk
menyerahkan pendapatan atau penghasilan yang diperoleh trust corpus b.
Peran kewajiban administratif atau manajerial yang terkait dengan kewajiban untuk memelihara dan meningkatkan nilai trust corpus
Sehubungan dengan peran dan kewajiban tersebut, yang terpenting dari fiduciary
duty adalah kewajiban trustee untuk bertindak semata-mata untuk kepentingan dan manfaat trust corpus tanpa memiliki kepentingan pribadi atas
trust corpus tersebut.
107
Jadi, trustee tidak diperkenankan untuk memperoleh kepentingan sama sekali atas harta yang berada dalam trust. Setiap pemanfaatan
trust corpus tidak sah oleh trustee memberikan hak kepada benefiaciary untuk
105
Ibid.
106
Ibid.
107
Peter Birks, The Content Of Fiduciary Obligation , Shelbourne.butterworths, 2000, hal 4.
Universitas Sumatera Utara
menuntut tidak hanya kerugian, tetapi juga keuntungan yang terjadi dan diperoleh sebagai akibat penggunaan turst corpus yang secara tidak sah. Pada dasarnya
trust ee tidaklah diprkenankan untuk menyerahkan tugasnya kepada pihak lain.
Trust ee bertanggung jawab untuk melakukan pengurusan dan pengelolaan atas
trust corpus semata-mata berdasarkanpada kepercayaan yang diberikan settlor
kepadanya.
108
Pada konteks trust corpus bukanlah harta kekayaan milik trustee meskipun tercatat atas nama trustee, dapat dimengerti mengapa dengan kepailitan trustee,
beneficiary memiliki hak dalam equity untuk menuntut penyerahan benda yang
berada dalam trust tersebut ke dalam pemilikan dominium beneficiary. Sehubungan dengan hak dan kewenangan benefiaciary atas trust corpus yang
serupa dengan hak kebendaan terbatas dalam hukum, seringkali dikatakan bahwa seorang beneficiary mempunyai hak kebendaan atas trust corpus. Namun
demikian, perlu diingat bahwa hak yang serupa dengan hak kebendaan ini juga adalah hak yang hanya diberikan dalam equity.
109
Terkait dengan hak yang dimiliki oleh beneficiary atas trust corpus, equity memberikan hak kepada beneficiary untuk melakukan pelacakan eqitable tracing
guna mengetahui keberadaan dan eksistensi trust corpus, ketika trustee yang diberikan kepercayaan untuk melakukan pengurusan dan pengelolaan trust corpus
telah melanggar kewajibannya yang mengakibatkan kebendaan dalam trust terebut telah beralih secara tidak sah kepada pihak lainnya. Hak benefiaciary
untuk melakukan pelacakan tersebut menunjukan bahwa dalam hal trustee telah
108
Ibid.
109
Ibid, hal 5.
Universitas Sumatera Utara
melakukan pelanggaran terhadap kewajibannya secara tidak sah telah mengalihkan trust corpus ditentukan sebagai berikut:
110
a. Jika pengalihan tersebut adalah pengalihan tanpa pembayaran atau kontra
prestasi atau perbuatan hukum dimana pihak yang menerima telah mengetahui eksistensi dari trust corpus tersebut, penerima trust corpus
demi hukum menjadi constructive trustee
111
dari trust corpus tersebut. b.
Jika pengalihan tersebut adalah pengalihan yang merupakan bona fide purchaser for value without notice
pembeli yang beritikad baik, beneficiary
dapat melakukan tracing terhadap hasil penjualan tersebut , dalam hal:
1 Hasil penjualan masih dapat diidentifikasi, hasil penjualan
tersebut akan menjadi trust corpus baru. 2
Hasil penjualan telah bercampur dengan karya kekayaan trust lainya, beneficiary hanya berhak atas equitable remedies yaitu
bentuk penggantian yang layak yang sebanding dengan kenikmatan beneficiary.
3 Hasil penjualan yng telah bercampur tersebut telah
menerbitkan keuntungan dan keuntungan masih dapat diidentifikasikan.
Trust secara konseptual tidak diperkenankan untuk didirikan secara
permanen kecuali dalam bentuk public trust yang memenuhi syarat. Trust bukan merupakan suatu badan hukum sehingga tidak memiliki suatu kepribadian dalam
110
Gunawan Widjaja, op. cit, hal 136.
111
Constructive trustee adalah pihak ketiga diluar instrumen trust yang bukan bona fide purchaser for value without notice
pembeli yang beritikad baik telah menguasai suatu benda yang telah diletakan atau diserahkan dalam trust.
Universitas Sumatera Utara
hukum sendiri. Oleh karena itu, setiap tindakan trustee atas nama trust corpus adalah atas tanggungan harta kekayaan trustee pribadi.
112
Dalam konteks yang demikian, tentunya akan timbul pertanyaan sehubungan dengan kemampuan
trust ee untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang lahir dari trust corpus,
disamping kemampuan trustee untuk memenuhi kewajiban pribadi trustee itu sendiri. Ini berarti trustee berhadapan dengan 2 kelompok kreditor yaitu kreditor
dari trust corpus dan kreditor trustee pribadi.
113
Pada konteks yang demikian, baik kreditor pribadi maupun kreditor dari trust
corpus hanya akan dapat menuntut dan menggugat trustee di hadapan hukum. Dalam halnya kepailitan trustee, hanya harta kekayaan trustee pribadi
yang dipertanggungkan, baik kepada kreditor trustee pribadi maupun kepada kreditor dari trust corpus. Jika dan selama melakukan pengurusan dan atau
pengelolaan trust corpus, trustee tidak melakukan kesalahan, maka demi hukum trust
ee berhak atas penggantian dari trust corpus atas pemenuhan kewajiban trust corpus
para kreditornya.
114
Hal-hal yang dijelaskan di atas memperlihatkan bahwa trust sebagai suatu pranata hukum memiliki karakteristik dengan pranata-pranata lainnya, bahakan
dari setiap bentuk perjanjian. Trust bukanlah perjanjian.
115
Karena perjanjian berada dalam Common Law dan trust berada dalam equity.
112
Gunawan Widjaja dan Parendra Tama, Op.cit , hal 46.
113
Ibid
114
Ibid
115
Ibid , hal 47
Universitas Sumatera Utara
B. Eksistensi Equity dan Pranata Serupa Trust dalam Tradisi Hukum Eropa