terpisah ini selanjutnya juga diadaptasi ke dalam negara-negara Asia yang bertradisi hukum Civil Law.
Bentuk-bentuk tranplantasi
trust tersebut juga menunjukan bahwa trustee
merupakan satu-satunya pihak yang berhak dan diberikan kewenangan untuk melakukan pengurusan atas harta kekayaan yang diletakan dalam trust tersebut.
Pengurusan dan pengelolaan harta kekayaan tersebut tunduk pada berbagai macam kewajiban dan pertanggungjawaban perdata oleh trustee dalam
hubungannya dengan instrumen yang melahirkan trust tersebut, peraturan perundang-undangan yang berlaku dan putusan hakim.
B. Ciri-ciri Karakteristik Pranata Serupa Trusts dan Trusts dalam Tradisi
Hukum Civil Law
Penjelasan dan uraian yang telah diberikan di muka memperlihatkan bahwa dalam konsepsi hukum harta kekayaan yang berkembang di negara-negara dengan
tradisi hukum Civil Law, pemisahan antara fungsi pengurusan dan pengelolaan dengan fungsi pemanfaatan atas suatu benda tidak memerlukan pemisahan dalam
pemilikan seperti haknya dalam suatu trusts menurut konsepsi tradisi Common Law
. Dalam negara-negara yang bertradisi hukum Civil Law, dimungkinkan untuk menyerahkan hak milik kepada trustee dengan berbagai macam batasan dalam
kewenangan, termasuk batasan untuk menikmati benda yang berada dalam kepemilikan trusts, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di
Skotlandia, negara bagian Louisiana, dan negara-negara bertradisi hukum Civil Law
lainnya yang menerapkan tax heaven seperti Jersey, Guammsey, dan Mauritius, atau menyerahkan hak milik kepada beneficiary dengan kewajiban
Universitas Sumatera Utara
penyerahan pengurusan dan pengelolaan kepada trustee, seperti halnya dalam bewind
yang berlaku di Afrika Selatan atau yang diatur dalam Nederlands Burgerlijke Wetboek
; atau menyerahkan hak milik kepada suatu budel harta terpisah separate patrimony yang tidak dimiliki oleh siapapapun, yang
melekatkan kewajiban pengelolaan dan pengurusan di tangan trustee dan kenikmatan atau pemanfaatannya kepada beneficiary, seperti yang berlaku di
Provinsi Quebec Kanada.
145
Dengan demikian, jelaslah juga bahwa transplantasi trusts yang terjadi di negara-negara yang bertradisi hukum Civil Law tetap mengalami perubahan
dalam paradigma dan konsepsi trusts tersebut. Perubahan tersebut pada dasarnya terjadi karena prinsip-prinsip hukum memaksa yang tidak dapat disimpangi,
khususnya yang terkait dengan hukum kebendaan yang hanya mengkaui satu jenis kepemilikan, yaitu kepemilikan dalam hukum. Dengan demikian juga dapat
dilihatlah bahwa meskipun pada negara-negara dengan nilai tradisi hukum Civil Law
hukum perdatanya juga mengenal pranata-pranata hukum yang serupa trusts, pranata-pranata tersebut adalah pranata yang secara konseptual sudah berubah dan
menyesuaikan diri dengan konsepsi hukum yang ada dalam tradisi hukum Civil Law
. Penjelasan yang diberikan sebelumnya memperlihatkan bahwa pranata-
pranata hukum yang didalamnya mengandung trusts tersebut secara garis besar dapat lahir dari :
1. Pemberian oleh seserang setelah orang tersebut meninggal yang serupa
dengan trusts will
145
Gunawan Widjaja, Op. cit, hal 271.
Universitas Sumatera Utara
2. Pemberian selama hidup seseorang inter vivos trusts
Konteks pemberian selama hidup seseorang kepada pihak ketiga dengan kewajiban ini memiliki dasar hukum pada ketentuan Pasal 1121 French Civil
Code , atau 1353 Nederlands Burgerlijke Wetboek atau Pasal 13117 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata. Ketentuan pasal-pasal tersebut sering kali disebut dengan nama “Janji untuk kepentingan pihak ketiga” atau “dreden
beding ”
Transplantasi trusts yang berakar dari tradisi hukum Common Law ke dalam negara-negara dengan tradisi hukum Civil Law pada umumnya terjadi karena dua
alasan pokok berikut:
146
1. Negara-negara tersebut merupakan negara-negara dengan mixed
jurisdiction , yaitu negara-negara yang secara historis, teritorial dan
kultural berbaur antara tradisi hukum Civil Law dengan tradisi hukum Common Law
, seperti terjadi di Provinsi Quebec Civil Law, di Canada Common Law, Negara Bagian Louisiana Civil Law, di Amerika
Serikat Common Law, ceylon Civil Law diantara negara persemakmuran Common Law dan Afrika Selatan yang pernah dijajah
oleh Belanda Civil Law dan Inggris Common Law pada kurun yang berbeda.
2. Negara-negara berkembang yang tengah memacu perkembangan
perekonomian dunia usaha yang memasukkan transplantasi berbagai institusi finansial ke dalam negara-negara berkembang tersebut,
khususnya pasar uang dan pasar modal. Negara-negara tersebut antara
146
Ibid, hal 273.
Universitas Sumatera Utara
lain jepang Civil Law, Korea Selatan Civil Law, Taiwan Civil Law, dan Cina Civil Law yang membuat undang-undang khusus tentang
trusts guna mengakomodasi masuknya berbagai instrumen pasar modal
seperti Mutual Fund dan asset securitization di negara mereka masing- masing.
Selanjutnya sebagai suatu bentuk transplantasi, trusts yang ditransplantasikan pada negara-negara yang bertradisi hukum Civil Law tersebut
juga menunjukkan terjadiya perubahan dan perbedaan dengan sumber asalnya. Trusts
yang ditransplantasikan pada negara-negara yang bertradisi hukum Civil Law
tidak mengubah konsepsi hukum yang sudah dibakukan, norma-norma dan kaidah-kaidah hukum dalam kitab undang-undang code sama sekali tidak
disimpangi. Bentuk-bentuk transplantasi trusts ke dalam negara-negara dengan tradisi hukum Civil Law tetap tidak mengakui adanya dualisme pemilikan yaitu
dalam bentuk legal owner dan equity owner sebagaimana diakui dan dikenal dalam tradisi hukum Common Law. Pembuatan trusts dalam tradisi hukum Civil
Law dapat mengambil empat macam bentuk, yaitu :
147
1. Melalui penyisihan suatu benda atau harta kekayaan tertentu yang
selanjutnya oleh hukum dijadikan sebagai suatu harta kekayaan sendiri, yang merupakan subjek hukum mandiri, yang bukan lagi merupakan
milik settlor, maupun menjadi milik trustee atau beneficiary. 2.
Melalui penyerahan hak kebendaan di luar hak milik atau perseorangan lain dari suatu benda atau harta kekayaan yang diakui sebagai benda di
dalam hukum, dengan tetap mempertahankan hak milik atas benda
147
Ibid, hal 274.
Universitas Sumatera Utara
tersebut di tangan settlor, dengan ketentuan bahwa hak kebendaan atau hal perseorangan yang melekat pada harta kekayaan tersebut dapat
dipertahankan meskipun settlor dinyatakan pailit. 3.
Melalui penyerahan hak milik dari benda atau harta kekayaan yang hendak diletakkan dalam trusts kepada beneficiary, dengan pencabutan
kewenangan tertentu sehingga beneficiary tidak berwenang untuk melakukan tindakan hukum secara bebas atas harta kekayaan tersebut,
dan karenanya harta kekayaan tersebut, dan karena harta kekayaan tersebut bukan merupakan bagian dari budel pailit dalam hal beneficary
dinyatakan pailit. 4.
Melalui penyerahan hak milik dari benda atau harta kekayaan yang hendak diletakkan dalam trusts kepada seseorang lain, yang selanjutnya
bertindak sebagai trustee seperti dalam pemberian hak pakai hasil karena kematian atau suatu fideicommissum. Dalam pemberian hak pakai hasil
karena kematian, pemegang hak milik adalah pihak ketiga yang selanjutnya menjadi pemilik sejati dengan meninggalnya penerima hak
pakai hasil atau saat lain yang ditentukan dalam wasiat. Dalam hal ini, meskipun hak milik tersebut masuk dalam budel waris atau budel pailit,
sifat kebendaan memberikan perlindungan bagi pemegang hak pakai hasil sebeagai beneficiary, sehingga hal tersebut tidak merugikan
kepentingan penerima hak pakai hasil. Hak pakai hasil itu sendiri berada di luar budel yang beralih ke tangan ahli waris dari penerima warisan
pertama kali tersebut. Harta kekayaan dalam fideicommissum adalah
Universitas Sumatera Utara
harta kekayaan yang terpisah dari harta kekayaan penerima warisan berdasarkan fideicomissum.
Keempat hal yang terkait dengan lahirnya trusts tersebut di atas menunjukkan bahwa agar suatu trusts dapat tercipta, settlor haruslah
mengeluarkan harta kekayaan yang hendak diserahkan dalam trusts itu dari pemilikannya, yaitu baik dengan pemisahan ke dalam parimoni tersendiri,
maupun dengan cara menyerahkan hak milik atas harta kekayaan tersebut kepada trustee
classic trusts maupun beneficiary bewind trusts atau pihak lain yang ditunjuk olehnya berdasarkan pada kepercayaan, maupun hak kebendaan lainnya
yang terbatas atau hak perseorangan yang diakui oleh hukum sebagai benda tertentu.
148
Dari keempat macam atau cara pembentukan trusts seperti tersebut diatas, trustee
merupakan satu-satunya pihak yang berhak dan diberikan kewenangan untuk melakukan pengurusan atas harta kekayaan yang diletakkan dalam trusts
tersebut. Pengurusan dan pengelolaan harta kekayaan tersebut tunduk pada berbagai macam kewajiban dan pertanggungjawaban perdata oleh trustee dalam
hubungannya dengan instrumen yang melahirkan trusts tersebut, peraturan perundang-undangan yang berlaku dan putusan hakim. Jadi dalam hal ini trustee
terikat pada : 1.
Syarat-syarat yang ditentukan oleh settlor dalam surat wasiatnya testamentaire trusts berdasarkan trusts will ataupun dalam perjanjian
pembentukan trusts antara settlor dan ;
148
Ibid, hal 276.
Universitas Sumatera Utara
2. Ketentuan dan peraturan perndang-undangan yang berlaku, termasuk di
dalam putusan hakim yang terkait. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, trustee tidak lagi hanya
bertanggungjawab sepenuhnya kepada beneficiary yang berhak atas kenikmatan dari penggunaan, pemanfaatan atau perolehan dan keuntungan dari harta kekayaan
yang diletakkan dalam trusts termasuk pengurusan dan pengelolaanya fiduciary duty
dalam trusts yang berkembang di negara-negara dengan tradisi hukum Common Law
, melainkan juga terhadap settlor yang dalam pandangan trusts klasik yang berkembang di negara-negara dengan tradisi hukum Common Law
sudah tidak lagi memiliki hubungan hukum dengan trustee, seketika setelah trust terbentuk.
149
Beneficiary dalam konteks ini tidak dibatasi hanya pada satu orang tertentu, melainkan dapat terdiri dari satu atau lebih orang secara bersama-sama
yang memperoleh bagian sama besar maupun hanya salah satu atau lebih dari jumlah beneficiary yang berhak.
Bentuk-bentuk trusts dan pranata-pranata serupa trusts dalam negara-negara dengan tradisi hukum Civil Law bersama-sama dengan trusts yang
ditransplantasikan, dalam perkembangannya dipergunakan tidak saja oleh negara- negara dengan tradisi hukum Civil Law, melainkan juga negara-negara dengan
tradisi hukum Common Law, dalam rangka mengisi kebutuhan hukum akan pranata-pranata trusts dalam kehidupan perekonomian atau bisnis mereka.
BAB IV
149
Gunawan Widjaja Op. Cit hal 277.
Universitas Sumatera Utara
EKSISTENSI TRUST DALAM PERATURAN PASAR MODAL
INDONESIA
A. Lembaga Trust dalam Pasar Modal Indonesia