Defenisi Lansia WHO mengelompokkan lansia menjadi 4 kelompok, yaitu: 1 usia Perubahan pada Lansia yang Mempengaruhi Status Nutrisi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. Defenisi Lansia

Undang-undang No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas Darmojo,

2000. WHO mengelompokkan lansia menjadi 4 kelompok, yaitu: 1 usia

pertengahan middle age yaitu usia 45-59 tahun, 2 lansia elderly yaitu usia 60- 74 tahun, 3 lansia tua old yaitu usia 75-90 tahun dan 4 usia sangat tua very old yaitu usia diatas 90 tahun Fatmah, 2010. Depkes 2006, dalam Fatmah, 2010 memberi batasan lansia menjadi tiga yaitu: 1 Virilitas prasenium yaitu usia 55-59 tahun, 2 usia lanjut dini senescen yaitu usia 60-64 tahun dan 3 lansia yang beresiko tinggi untuk menderita panyakit degeneratif yaitu usia diatas usia 65 tahun.

2. Perubahan pada Lansia yang Mempengaruhi Status Nutrisi

Proses menua pada lansia mengakibatkan banyak perubahan, antara lain perubahan struktur dan fungsi tubuh, kemampuan kognitif dan kesehatan mental. Salah satu diantaranya adalah perubahan anatomis dan fisiologis pada saluran pencernaan yang akan berdampak terhadap kemampuan kerja sistem pencernaan dan akan mempengaruhi status nutrisi lansia Oktariyani, 2012. Seiring bertambahnya usia, secara alami fungsi fisiologis tubuh lansia akan menurun termasuk fungsi yang berkaitan dengan sistem pencernaan. Sistem pencernaan tidak hanya melibatkan saluran pencernaan dari mulut hingga rectum, namun ada beberapa organ penting yang dapat membantu sistem pencernaan. Universitas Sumatera Utara Perubahan pada saluran pencernaan dimulai dari mulut hingga rectum sedangkan organ lain berupa hati dan pankreas. Rongga mulut berfungsi sebagai tempat untuk memecah makanan menjadi komponen yang lebih kecil yaitu bolus. Untuk dapat berfungsi dengan optimal, rongga mulut harus dalam kondisi yang optimal pula. Akibat penuaan, rongga mulut akan mengalami perubahan struktur. Perubahan itu biasanya meliputi gigi, gusi dan ludah. Arisman 2010 menyatakan perubahan yang dapat terjadi pada rongga mulut antara lain penurunan sekresi saliva hingga 75. Hal ini akan membuat mukosa pada rongga mulut akan mongering sehingga mungkin akan terjadi penurunan cita rasa pada makanan yang dikonsumsi Arisman, 2010. Selain penurunan sekresi saliva, kehilangan indra pengecapan, penurunan ketajaman pengecapan, dan kerusakan indra penciuman dapat terjadi pada lansia Adriani Wirjatmadi, 2012. Akibat yang mungkin ditumbulkan dari kondisi tersebut adalah kurangnya ketertarikan lansia pada makanan atau anoreksia Adriani Wirjatmadi, 2012. Selain itu, Adriani Wirjatmadi 2012 menyatakan penyakit periodental yang terjadi pada 80 lansia dan kehilangan gigi mengakibatkan kesulitan makan dan terbatasnya pilihan menu makanan. Esophagus berfungsi mendorong makanan yang masuk ke rongga mulut untuk kemudian diproses oleh lambung. Proses pendorongan makanan dari rongga mulut ke lambung memerlukan gerakan yang disebut peristaltik. Seiring bertambahnya usia, esophagus dapat mengalami pengerasan. Pengerasan yang umumnya terjadi pada sfingter bagian bawah mengakibatkan esogafus akan sukar berkontraksi Arisman, 2010. Kondisi ini lama kelamaan akan menyebabkan Universitas Sumatera Utara esofagus melebar presby esophagus sehingga berdampak pada pengosongan lambung yang menjadi lebih lambat dan tidak jarang berlanjut sebagai hernia hiatal Arisman,2010 . Setelah berhasil melewati esofagus, bolus akan masuk ke lambung untuk kemudian diproses sehingga bolus yang masuk ke saluran cerna berikutnya dapat diserap dengan baik. Lambung umumnya berfungsi sebagai pensekresi, sebab banyak enzim yang akan dikeluarkan ketika bolus masuk ke lambung. Seiring bertambahnya usia, lambung bagian atas akan menipis Adriani Wirjatmadi, 2012. Penipisan ini akan mempengaruhi sekresi asam klorida HCL, pepsin dan empedu yang berdampak pada penyerapan kandungan kalsium, zat besi, seng, protein, lemak dan vitamin yang larut lemak Adriani Wirjatmadi, 2012. Setelah mengalami proses sekresi di lambung, bolus akan memasuki usus. Usus berfungsi sebagai penyerap nutrisi yang terkandung di bolus. Atrofi mukosa usus halus akan menurunkan jumlah vili dan luas permukaannya Fatmah, 2010. Akibatnya absorpsi terhadap nutrisi menurun dan akan menimbulkan masalah nutrisi pada lansia. Selain usus halus, usus besar pun akan mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi berupa peningkatan kelokan-kelokan pembuluh darah yang dapat menyebabkan berkurangnya motilitas usus Fatmah, 2010. Motilitas usus berfungsi mendorong sisa makanan kedalam rectum. Namun, akibat dari penurunan motilitas usus, penyerapan air dan elektrolit lain akan meningkat sehingga akan menyebabkan feses menjadi lebih keras dan resiko untuk konstipasi juga akan meningkat Fatmah, 2010. Selain kelemahan peristaltik kolon untuk mengosongkan rektum, kelemahan pada dinding abdomen juga akan Universitas Sumatera Utara meningkatkan resiko konstipasi sebab proses defekasi dibantu oleh kontraksi dinding abdomen Fatmah, 2010. Pankreas merupakan organ yang berfungsi untuk mensekresi beberapa enzim. Enzim- enzim yang dihasilkan berfungsi untuk proses pencernaan. Penuaan berdampak pada penurunan enzim amilase, tripsin, dan lipase yang dapat menyebabkan penurunan kapasitas metabolisme karbohidrat, protein dan lemak Fatmah, 2010. Akibatnya sering terjadi gangguan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh sebab karbohidrat, protein dan lemak merupakan penghasil kalori. Hati, selain berperan dalam proses metebolisme karbohidrat, protein, dan lemak juga berperan besar dalam proses detoksifikai, sirkulasi, penyimpanan vitamin, konjugasi bilirubin dan sebagainya Fatmah, 2010. Seiring pertambahan usia, secara histologik dan anatomik akan terjadi perubahan akibat atrofi pada sebagian besar selnya yang membuat sel tersebut menjadi jaringan fibrosa. Hal ini akan menyebabkan perubahan fungsi hati dalam berbagai aspek terutama dalam metabolisme obat-obatan.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi pada Lansia