Pertimbangan etik Instrumen Penelitian

4. Pertimbangan etik

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengurus surat permohonan izin penelitian terlebih dahulu kepada bagian pendidikan Fakultas Keperawatan USU yang ditujukan kepada Lurah Sempakata melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Balitbang Kota Medan dan Camat Medan Selayang. Penelitian ini juga sudah melewati proses pemeriksaan oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapatkan izin penelitian dari Lurah Sempakata peneliti melanjutkan dengan proses pengambilan data. Pertama peneliti memperkenalkan diri kemudian memberi penjelasan kepada responden penelitian tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila responden bersedia maka responden dipersilahkan menandatangani informed consent. Peneliti juga menjelaskan bahwa responden yang diteliti bersifat sukarela dan tidak ada paksaan. Jika responden tidak bersedia, maka responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko fisik dan psikologis bagi individu yang menjadi responden sebab peneliti akan memperhatikan kondisi responden sehingga responden merasa tetap nyaman tanpa merasa sakit ketika dilakukan pengukuran Indeks Massa Tubuh IMT berupa pengukuran tinggi lutut, penimbangan berat badan ataupun pengukuran lingkar betis. Peneliti juga merahasiakan data responden dengan tidak menuliskan nama responden anonimity pada instrumen tetapi hanya nomor kode yang digunakan untuk Universitas Sumatera Utara menjaga semua kerahasiaan informasi yang diberikan. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner. Instrumen penelitian yang pertama berisi data demografi responden yang meliputi: suku bangsa, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, tempat tinggal, perokok atau tidak, kondisi rongga mulut, riwayat penyakit dan mengikuti posyandu lansia. Insrumen kedua berisi kuesioner untuk menilai status nutrisi lansia dengan mengadopsi formulir Mini Nutritional Assessment MNA yang sudah di terjemahkan oleh sebuah lembaga bahasa yaitu BBC sebagai pertimbangan aspek legal dalam penelitian yaitu jika instrumen yang didapat merupakan bahasa asing, maka instrumen tersebut harus diterjemahkan oleh ahli bahasa atau lembaga bahasa. Instrumen kedua merupakan modifikasi Mini Nutritional Assessment MNA yang terdiri dari 7 pertanyaan namun satu pertanyaan adalah pertanyaan pengganti yang dapat dipakai jika IMT tidak tersedia contohnya pada responden yang immobilisasi yang tidak bisa diukur berat badannya dengan timbangan berat badan. Total skor dalam formulir Mini Nutritional Assessment MNA adalah 14 poin. Penilaian status nutrisi dengan MNA dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu: skor 0-7 dikategorikan malnutrisi, skor 8-11 dikategorikan beresiko malnutrisi dan skor 12-14 dikategorikan nutrisi baik. Universitas Sumatera Utara Modifikasi yang dilakukan peneliti pada formulir Mini Nutritional Assessment adalah menghilangkan 1 pertanyaan mengenai status neuropsikologis sebab untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan akurat bisa didapatkan dari rekam medis responden dan penilaian dari ahli atau profesional status neuropsikolgis. Selain itu, peneliti juga memodifikasi 5 skor pertanyaan dengan membuat skor 0 untuk jawaban yang negatif atau mengarah ke malnutrisi dan skor 1 untuk jawaban yang positif atau tidak mengarah ke malnutrisi. Pertanyaan pertama adalah apakah responden mengalami penurunan asupan makanan selama tiga bulan terakhir dikarenakan kehilangan selera makan, masalah pencernaan, kesulitan mengunyah atau menelan? Jika responden menjawab iya mengalami penurunan asupan makanan beratparah maka atau iya mengalami penurunan asupan yang sedang maka skornya 0 dan jika responden menjawab tidak mengalami penurunan asupan maka skornya 1. Pertanyaan kedua adalah apakah responden kehilangan berat badan selama 3 bulan terakhir? Jika responden menjawab kehilangan berat badan lebih dari 3 kilogram, tidak tahu atau kehilangan berat badan antara 1-3 kilogram maka skornya 0 dan jika responden lansia menjawab tidak kehilangan berat badan maka skornya 1. Pertanyaan ketiga menanyakan mobilitaspergerakan lansia. Bagaimana mobilitaspergerakan anda sehari-hari? Jika responden menjawab hanya ditempat tidur atau kursi roda atau menjawab hanya mampu turun dari tempat tidur atau kursi roda namun tidak bisa jalan-jalan keluar maka skornya 0 dan jika responden menjawab dapat jalan-jalanberaktivitas di luar rumah maka skornya 1. Universitas Sumatera Utara Pertanyaan keempat adalah apakah responden mengalami stress psikologis atau penyakit akut selama 3 bulan terakhir? Jika responden menjawab ya maka skornya 0 dan jika tidak maka skornya 1. Pertanyaan kelima adalah antropometri berupa pengukuran Indeks Massa Tubuh IMT. Jika IMT kurang dari 18,5 maka skornya 0. Jika IMT ≥ 18,5, maka skornya 1. Jika IMT tidak didapatkan, maka pengukuran IMT dapat diganti dengan mengukur lingkar betis. Jika lingkar betis kurang dari 31 maka skornya 0 dan jika lingkar betis 33 atau lebih maka skornya 1 Skates Anthony, 2012. Skor terendah yang mungkin dicapai adalah 0 dan skor tertinggi yang mungkin dicapai adalah 5. Menurut Wahyuni 2011 berdasarkan rumus statistika: rentang p = banyak kelas Dengan p adalah panjang kelas dan rentang merupakan selisih nilai tertinggi dengan nilai terendah. Rentang kelas adalah 5 dan banyak kelas adalah 0, maka diperoleh panjang kelas adalah 2,5. Panjang kelas kemudian digenapkan menjadi 3. Oleh karena itu, status nutrisi dikatakan malnutrisi jika skor yang didapat 0-2 dan dikatakan normal jika skor yang didapat 3-5. Selain kedua instrumen tersebut peneliti juga menggunakan beberapa instrumen untuk mendapatkan data-data dari calon responden yaitu timbangan injak Seca merk Camry untuk mengukur berat badan, pengukur tinggi lutut yang dibuat sendiri oleh peneliti untuk mengukur tinggi lutut. Pengukur tinggi lutut Universitas Sumatera Utara yang terbuat dari kayu didesain seperti gambar 2.1 a. Pengukur tinggi lutut terdiri dari tiga bagian penting yaitu lempeng alas tempat telapak kaki, batang sebagai tempat melekatnya angka tinggi lutut satuan cm dan lempeng kayu yang dapat digeser keatas atau kebawah untuk mendapatkan tinggi lutut. Selain iu, kalkulator untuk menghitung IMT dan mengkonversi tinggi lutut menjadi tinggi badan dan meteran untuk menghitung lingkar betis jika berat badan tidak didapatkan karena responden yang immobilisasi.

6. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas