Malnutrisi pada Lansia TINJAUAN PUSTAKA

Konsumsi 1500-2000ml 6-8 gelas per hari diperlukan untuk menjaga hidrasi Miller, 2004 dalam Fatmah 2010 . Kositzke 1990 menyatakan bahwa lansia membutuhkan cairan sekitar 1.500 mlhari dalam kondisi yang normal Watson 2003.

5. Malnutrisi pada Lansia

Setiati Dinda 2009 menyatakan malnutrisi merupakan keadaan defisiensi, kelebihan atau ketidakseimbangan protein energi dan nutrien lain yang dapat mengganggu fungsi tubuh. Malnutrisi pada lansia dapat berupa obesitas, malnutrisi energi protein dan defisiensi vitamin dan mineral Setiati Dinda, 2009. Watson 2003 menyatakan malnutrisi energiprotein merupakan kondisi yang paling banyak dialami lansia. Malnutrisi Energi Protein MEP adalah kondisi dimana energi dan atau protein yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan metabolisme. MEP bisa terjadi karena buruknya asupan protein atau kalori, meningkatnya kebutuhan metabolik bila terdapat penyakit atau trauma, atau bahkan meningkatnya kehilangan zat gizi Sari 2009. 5.1 Penyebab malnutrisi energi protein Darmojo 2000 menyatakan kekurangan nutrisi pada lansia disebabkan oleh sebab-sebab yang bersifat primer dan sekunder. Penyebab yang bersifat primer antara lain: ketidaktahuan, isolasi sosial, hidup seorang diri, baru kehilangan pasangan hidup, gangguan fisik, gangguan indera, gangguan mental, kemiskinan dan iatrogenik. Sedangkan penyebab yang bersifat sekunder adalah: Universitas Sumatera Utara gangguan nafsu makanselera makan, gangguan mengunyah, malabsorbsi, obat- obatan, peningkatan kebutuhan zat gizi serta alkoholisme. Ketidaktahuan dapat dibawa sejak masa kanak-kanak atau karena terbatasnya tingkat pendidikan. Isolasi sosial yang terjadi pada lansia yang hidup sendiri menyebabkan lansia kehilangan gairah hidup dan tidak ada keinginan untuk masak. Gangguan fisik seperti hemiparesishemiplagia, artritis dan gangguan penglihatan menyebabkan keterbatasan lansia untuk menyaipkan makanan. Ganggaun mental seperti demensia dan depresi menyebabkan lansia lupa apakah sudah makan atau belum dan menurunkan minatnya untuk makan sedangkan kondisi iatrogenik merupakan kondisi yang dapat terjadi pada lansia yang mendapat diet lambung untuk jangka lama, sehingga terjadi kekurangan vitamin C Darmojo, 2000. Gangguan selera makan, gangguan mengunyah dan malabsorbsi terjadi karena penurunan fungsi alat-alat pencernaan dan panca indera, penyakit berat tertentu; paska operasi, iskemik dinding perut dan sensitifitas yang meningkat terhadap bahan makanan tertentu seperti “lombok”, santan, lemak dan tepung bergluten seperti ketan. Padahal kebutuhan akan nutrisi meningkat pada lansia yang mengalami keseimbangan nitrogen negatif dan katabolisme protein akibat tirah baring untuk jangka waktu yang lama dan hipertermia Darmojo, 2000. Rianto 2004 dalam penelitiannya melaporkan bahwa dari 74 lansia di masing-masing tempat yaitu Panti Werdha Pucang Gading dan RW III Kelurahan Barusari Kecamatan Semarang Selatan angka kejadian malnutrisi di panti sebesar 43,2 sedangkan di non panti sebesar 1.4, dan angka kejadian resiko Universitas Sumatera Utara malnutrisi di panti sebesar 48,6 sedangkan di non panti sebesar 9,5. Malnutrisi yang terjadi pada lansia disebabkan oleh intake kalori dan protein yang kurang dari kebutuhan tubuh. 5.2 Dampak Malnutrisi Ketidakadekuatan diet yang mengandung protein, karbohidrat dan lemak menyebabkan hati dan otot memecahkan protein menjadi glukosa untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh dan hal ini akan terus berlangsung jika kebutuhan akan protein, karbohidrat dan lemak tidak tercukupi Watson, 2003. Kondisi ini akan memicu terjadinya pemecahan protein yang terus menerus di jaringan dan berimplikasi pada nilai indeks massa tubuh IMT lansia. Watson 2003 menyatakan lansia yang mengalami malnutrisi beresiko tinggi untuk jatuh atau terbatas dalam mobilisasi sehingga membuat lansia rentan untuk cedera atau mengalami luka tekan.

6. Status Nutrisi