Maka dapat disimpulkan bahwa pendayagunaan adalah bagaimana cara atau usaha dalam mendatangkan hasil dan manfaat yang lebih besar dan lebih
baik. Adapun pendayagunaan zakat merupakan bentuk dari proses optimalisasi pendayagunaan dana zakat agar lebih efektif, bermanfaat dan berdayaguna.
2. Sasaran Pendayagunaan Zakat 8 Asnaf.
Kebijaksanaan pendayagunaan zakat diarahkan kepada sasaran dalam pengertian yang lebih luas, secara tepat guna, efektif, dengan distribusi yang serba
guna dan produktif. System distribusi zakat adalah persolan maslahat. Ia menggunakan metode prioritas sesuai dengan tuntutan kebutuhan umat untuk
mencapai masyarakat adil dan makmur, dan untuk melaksanakan alokatif dan distributor dalam kebijaksanaan fiscal.
30
Sasaran pembagian zakat yang dikenal dengan sebutan “mustahuqquz zakat”
yaitu kategori golongan yang berhak menerima zakat, pengertian secara luas mengenai kedelapan kategori itu menurut ulama fiqih,
31
terutama ulama kontemporer, adalah sebagai berikut:
a. Golongan Fakir Miskin. Menurut Mazhab Hanafi, fakir adalah orang yang mempunyai harta
kurang dari senisab atau lebih, tetapi habis untuk kebutuhannya. Sedangkan miskin adalah orang yang tidak mempunyai sesuatu apapun juga untuk memenuhi
kebutuhannya.
32
Telah ditegaskan bahwa orang-orang yang berhak menerima zakat diantaranya adalah fakir miskin. Begitu juga di antara tujuan zakat adalah
30
Sjehcul Hadi Pernomo, Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pembangunan Nasional, Jakarta, Pustaka Firdaus, 1992, Cet. Ke 2, h. 91.
31
Ibid, hal. 12.
32
Yusuf Qhardowi, Fikih Zakat, Bairut, Muassasah Risalah, 1996, Cet. Ke 23, h. 173.
menghapuskan kefakiran, kemiskinan dan kemelaratan.
33
Masyarakat ini terdiri dari tiga kategori, kategori pertama: mereka yang pendapatannya yang tidak
mencukupi kebutuhan pokoknya; mereka bisa mengambil jatah zakat. Kategori kedua: mereka yang dapat mencukupi kebutuhan pokoknya, tapi sisa
pendapatannya di bawah satu nisab; mereka tidak berkewajiban membayar zakat, tapi tidak berhak mengambil jatah zakat. Kategori ketiga: pendapatannya
mencukupi kebutuhan pokoknya dan sisanya mencukupi satu nisab; mereka wajib membayar zakat. Allah berfirman:
q A
s
B tc
u A
q u4
v u4
4i +
[ 1
h
S E
1 B V
H: 1
9=
? I
X q4
+
[ Nwxp
Artinya: Jika kamu menampakkan sedekahmu, Maka itu adalah baik sekali. dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang
fakir, Maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.Q.S. Al-Baqarah: 271
Dapat dikatakan bahwa pengertian miskin adalah al-mahrum yaitu orang yang tidak mampu akan tetapi menjaga kehormatan diri, tidak mau meminta-
minta. Misalnya, seseorang membutuhkan Rp. 10.000,-hari akan tetapi hanya mempunyai Rp. 7000,-hari. Sedangkan fakir adalah golongan yang memiliki
harta namun kebutuhan hidup mereka lebih banyak dibandingkan harta yang mereka miliki. Misalnya, seseorang membutuhkan Rp. 25.000,-hari tetapi ia
hanya memiliki Rp. 2.500,-hari.
34
b. Golongan Amil Zakat.
33
M. Ali Hasan, Zakat, Pajak Asuransi Dan Lembaga Keuangan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1996, Cet. 1, h. 19.
34
Ibid, hal. 14.
Amil adalah para pekerja yang telah diserahi tugas penguasa atau penggantinya untuk mengambil harta zakat dani wajib zakat, mengumpulkan,
menjaga dan menyalurkannya. Dengan kata lain amil adalah badan, lembaga atau panitia yang mengurus dan mengelola zakat, terdiri dari orang-orang yang
diangkat oleh pemerintah dan masyarakat sekitar. Adapun amil mendapat bagian seperdelapan dari seluruh harta zakat yang terkumpul, untuk dipergunakan biaya
operasional, administrasi dan honorgaji bagi anggota team. Setiap amil boleh menerima zakatnya sebagai petugas sesuai kedudukan dan prestasi kerjanya,
kendatipun dia orang kaya.
35
c. Golongan Muallaf. Golongan muallaf, antara lain adalah, mereka yang diharapkan
kecenderungan hatinya atau keyakinannya dapat bertambah terhadap Islam, atau terhalangnya niat jahat mereka atau atas kaum muslimin atau harapan akan adanya
kemanfaatan mereka dalam membela dan menolong kaum muslimin dari musuh.
36
Diantara golongan masyarakat yang berhak menerima zakat dari kategori ini adalah sebagai berikut:
1. Orang-orang yang mempunyai keinginan memeluk agama Islam. Dengan
adab yang baik orang-orang yang telah dilembutkan hatinya supaya memeluk agama Islam.
2. Orang-orang yang mempunyai keinginan membantu umat Islam dengan
adab yang baik orang-orang yang mempunyai kekuasaan bertindak seperti pemerintah, pemimpin sebuah Negara.
35
Lili Bariadi, dkk, Zakat Wirausaha, Jakarta, CV. Pustaka Amri, 2005, Cet. 1, h. 13.
36
Yusuf Qhardhawi, Hukum Zakat, Beirut, Muassasah Risalah, 1996, Cet. 23, Hal. 511.
3. Orang-orang yang baru memeluk Islam kurang dari satu tahun dan mereka
masih memerlukan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan mereka yang baru walaupun bukan semata-mata berbentuk nafkah.
Bantuan tersebut diberikan secara langsung kepada mereka atau secara bertahap.
Bagian yang
diberikan kepada
muallaf memang
benar-benar membuktikan tujuan semula sesuai syariat sampai tercapai kondisi social ideal
yang sesuai dengan syariat Islam.
37
d. Golongan Riqab. Riqab artinya hamba sahaya. Bagian ini diberikan untuk memerdekakan
budak, atau dalam rangka membantu memerdekakannya. Sejalan dengan perkembangan zaman, budak dalam arti harfiah seperti pada masa pra Islam
mungkin sudah tidak ada lagi, tetapi perbudakan dalam bentuk lain, misalnya: masyarakat Islam yang tertindas baik oleh penjajahan atau dominasi golongan
lain. Alokasi dana zakat pada sektor ini diberikan untuk menolong buruh-buruh agar lebih berkembang.
e. Golongan Gharim. Gharim
adalah orang yang berhutang bukan untuk keperluan maksiat, seperti hutang untuk menafkahi dirinya, anak-anak dan istrinya serta hamba
sahaya miliknya. Termasuk untuk menjalankan perintah Allah SWT, seperti haji, umrah dan hutang untuk menunaikan hak-hak seperti membayar diyat denda
atau biaya perkawinan. Termasuk dalam kategori ini adalah orang yang berhutang untuk kepentingan umum seperti mendamaikan manusia.
37
Syaikh Muhammad Abdul Malik Ar-Rahman, Zakat 1001 Masalah dan Solusinya, Jakarta, Pustaka Cerdas, 2003, Cet. , h. 35.
Terbagi dalam tiga macam bentuk gharim diantaranya yaitu: 1.
Hutang yang menjadi kewajiban seseorang untuk kemaslahatan dirinya sendiri dan hutanngnya bukan untuk maksiat.
2. Hutang yang wajib dibayar Karena mendamaikan dua orang yang
berselisih. 3.
Hutang yang wajib dibayar karena menanggung orang lain. f. Golongan Fi Sabilillah.
Sabilillah adalah sarana untuk menuju keridhoan Allah SWT dalam semua kepentingan bagi umat Islam secara umum, untuk menegakkan agama dan Negara
bukan untuk keperluan pribadi. Kata fisabilillah memiliki arti luas, pengertiannya bisa berubah sesuai waktu dan kebiasaan. Fisabilillah meliputi banyak perbuatan,
meliputi berbagai bidang perjuangan dan amal ibadah, baik dari segi agama, pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya, kesenian, termasuk mendirikan rumah
sakit, pengiriman da,I, penerbitan mushaf dan sebagainya. Semua usaha kebaikan untuk kemaslahatan umum, semua upaya yang dapat menambah kekuatan dan
kejayaan agama dan Negara termasuk dalam kandungan fisabilillah. g. Golongan Ibnu Sabil.
Ibnu Sabil adalah musafir, orang yang bepergian jauh, yang sedang
kehabisan bekal. Pada saat itu, ia sangat membutuhkan belanja bagi keperluan hidupnya. Ia berhak mendapatkan bagian zakat sekedar keperluan yang
dibutuhkan sebagai bekal dalam perjalanannya sampai tempat yang dituju. Sesuai dengan perkembangan zaman, dana zakat ibnu sabil dapat
disalurkan antara lain untuk keperluan: beasiswa bagi pelajar mahasiswa yang kurang mampu, mereka yang belajar jauh dari kampung halaman, mereka yang
kahabisan atau kekurangan bekal, penyediaan sarana tempat pemondokan yang murah bagi musafir muslim atau asrama pelajar dan mahasiswa.
38
Pembagian dan pendayagunaan zakat, ditentukan sebagai berikut: 1.
Bersifat edukatif, produktif dan ekonomis agar para penerima zakat pada suatu masa tidak memerlukan zakat lagi. Bahkan diharapkan menjadi
orang yang membayar zakat. 2.
Untuk fakir-miskin, muallaf dan ibnu sabil, pembagian zakat itu ditikberatkan pada pribadinya bukan pada lembaga hukum yang
mengurusnya. Kebijaksanaan ini dilakukan agar unsur pendidikan yang dikandung dalam pembagian zakat itu lebih jelas dan terasa.
3. Bagi kelompok amil, gharimin, dan sabilillah, pembagian dititikbratkan
pada badan hukumnya atau kepada lembaga yang mengurus dan melakukan aktivitas-aktivitas keislaman. Dana-dana yang tersedia dari
pengumpulan zakat itu yang belum dibagi atau diserahkan kepada para mustahik dimanfaatkan untuk pembangunan.
Pendayagunaan dana zakat untuk pemberdayaan selalu memperhatikan bobot permasalahan yang dihadapi oleh penerima zakat, LPZ juga membuat
ketentuan umum yang merupakan kebijaksanaan zakat. Salah satu alternative antara lain:
1. Sektor fakir miskin: 35 dua puluh lima persen untuk bantuan fisik, dan
sepuluh persen untuk dan konsumtif. 2.
Sektor amil: 10, 3.
Sektor muallaf, gharim, dan ibnu sabil: 10,
38
Ibid , Hal. 15.
4. Sektor sabilillah: 45 dua puluh lima persen untuk bantuan fisik, lima
belas persen untuk bantuan social. Disamping mempertimbangkan ketentuan umum, pendayagunaan dana
zakat juga mempertimbangkan masalah-masalah praktis yang dihadapi masyarakat.
39
3. Bentuk dan Sifat Pendayagunaan