Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah kemiskinan di Indonesia saat ini dirasakan sangat mendesak untuk ditangani. Salah satu ciri umum adalah kondisi masyarakatnya yang miskin tidak memiliki prasarana dan sarana, dasar perumahan dan pemukiman yang memadai, kualitas, lingkungan yang kumuh dan tidak layak huni. Kemiskinan dan pengentasannya pada persoalan permasyarakatan yang factor dan tolak ukur kadarnya dapat berbeda akibat perbedaan lokasi dan situasi. Untuk keluar dari masalah kemiskinan kita harus berfikir keras bagaimana cara untuk mendapatkan solusinya. Salah satu solusi yang tepat adalah dengn memberdayakan kaum dhu’afa dan anak-anak yang tidaka mampu lagi untuk melanjutkan sekolah lagi. Nabi bersabda yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA, ﻡ + , Artinya:“Bantulah orang-orang yang lemah diantara kamu, sesungguhnya kamu mendapatkan bantuan dan rizki melalui kaum dhu’afa diantra kamu.” Masalah kemiskinan dalam kehidupan dunia modern seperti sekarang masih tetap merupakan masalah social yang dianggap actual di negeri ini. Kemiskinan menyangkut kebutuhan dasar dan sekaligus status social, baik bagi individu maupun kelompok tertentu. Persoalan kemiskina juga menyangkut masalah kehidupan. Kemiskina bukan hanya terjadi di Negara-negara berkembang, kemiskinan juga menjadi salah satu persoalan bagi Negara maju termasuk Indonesia. Kemiskinan seolah menjadi penyakit tak kunjung dapat disembuhkan. Dengan ukuran yang berbeda, dapat dikatakan bahwa kemiskinan berlangsung selama berabad-abad lamanya. +, - . .  1-34 5 67 89 :8 ; 5 = ? ; = A BCDE8 FG H: I JKL - DK= M N 6 Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. QS. At-Taubah: 60. Firman Allah di atas menggambarkan bahwa Islam sebagai agama yang memuat dan mengandung yang bersifat universal, dalam ayat tersebut diperintahkan bagaimana seorang yang memiliki harta harus memberikan bantuan serta menyalurkan sebagian hartanya kepada kerabat, anak-anak yatim, orang- orang miskin, dan perintah untuk mengeluarkan zakat. Dalam firman ini jelas bahwa ajaran Islam pada hakikatnya mengandung unsure dimensi sosial berupa pemberdayaan dan pengentasan melalui perintah wajib mengeluarkan zakat. Kemiskinan yang melanda di negeri ini bila terus dibiarkan dan tidak dicarikan jalan keluar Problem Solving sangat potensial sekali memicu terjadinya berbagai dampak dan akibat seprti tindakan kriminalitas penodongan, perampokan bahkan pembunuhan yang sering terjadi akibat mendesaknya ekonomi dan semakin meningkatnya kebutuhan. Hal ini disebabkan karena banyaknya serta semakin meningkatnya angka pengangguran, anak-anak banyak yang putus sekolah karena tidak mampu membayar sekolah yang kehidupan keluarganya secara ekonomi di batas harapan dan putus asa. Jika orang-orang yang mampu mau berbagi dengan saudaranya yang kurang mampu maka kesejahteraan akan dirasakan. Ketentraman dan kedamaian pun akan dating. Sehingga ekonomi akan berputar kepada seluruh lapisan masyarakat dan tidak dimonopoli oleh orang-orang kaya saja. Kenyataannya umat Islam dikondisi ideal, karena belum optimal dalam pengelola kondisi yang ada. OM  R6S : UV H:  X ME E YV : Z M [ OM 4\ . 5 YV : 8 :] : 1 ` a X b L c] I 3d4 X e f4? C. gL : OM h : Ki V H: Z M L V : E : j Ck +6H ;hlmn M A +6H ;E :d4 X o Npp Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. QS. Ar-Ra’du: 11. Bila seluruh potensi sumber daya manusia dan ekonomi yang melimpah, dikembangkan secara baik, dipadukan dengan potensi Aqidah Islamiah tauhid, tentu akan memberikan hasil yang optimal. Dengan demikian, kesadaran beragama dan ukhuwah Islamiyah kaum muslimin akan semakin meningkat maka pintu-pintu kemungkaran akibat kesulitan ekonomi akan semakin sedikit. Salah satu sisi ajaran Islam yang harus ditangani serius adalah penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infak dan shodaqoh. Sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW serta penerusan di zaman keemasan Islam. Potensi dana zakat dapat menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan Islam yang berdiri atas prinsip-prinsip: ummatan wahidah, musawamah persamaan derajat, ukhuwah Islamiyah persaudaraan Islam, dan takaful ijtima’ tanggung jawab bersama. Zakat menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam distribusi harta dan keseimbangan tanggung jawab individu dalam masyarakat. 1 Zakat merupakan salah satu instrument pemerataan pendapatan.Zakat yang dikelola dengan baik dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan, economic growth with equity. Yang diterima oleh golongan ekonomi lemah, memiliki implikasi positif terhadap meningkatnya daya beli masyarakat, yang pada gilirannya mendorong peningkatan produksi. Namun potensi ekonomi yang terdapat dalam zakat belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagian kalangan memandang zakat sebagai sebuah kewajiban rutin yang dilaksanakan setiap tahun, tanpa melihat aspek pemberdayaan ekonominya padahal, zakat bisa menjadi salah satu solusi alternative berbagai problematika ekonomi kontemporer, jika potensi yang ada padanya dikelola secara professional untuk aktivitas ekonomi. Berdasarkan sudut pandang system ekonomi, zakat merupakan upaya menciptakan ekonomi pendapatan menjadi lebih merata. Selain bertujuan untuk distribusi, berdasarkan analisis fiscal zakat merupakan sumber pendapatan dan pembiayaan kegiatan ekonomi. 2 Pengurangan kemiskinan dalam Islam harus didukung sepenuhnya dari kepastian hukum serta bimbingan agama. Salah satu bukti bahwa zakat belum 1 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, Jakarta, 2005 : CV. Pustaka Amri Cet, h. 7. 2 Ibid, h. 15 terberdayakan dapat dilihat dari kondisi masyarakat Islam yang padat dan miskin. Fenomena yang sering kita temui adalah di daerah-daerah miskin, mayoritas dihuni oleh warga yang beragama Islam. Di jalan-jalan kebanyakan pengemis mengaku beragama Islam. Bahkan, mereka yang meminta dukungan dana untuk pembangunan sekolah dan masjid di jalan-jalan, bukankah berasal dari kalangan kita ?. Memang, orang muslim mana yang tidak mau menyaksikan hal demikian yang memilukan hati ini. Suatu kegiatan yang menjadi imej buruk untuk Islam. Akhir-akhir ini kegiatan demikian malah semakin menjadi-jadi. Dengan begitu siapa yang mau nasuk Islam? Tetapi jelas tidak adil jika kesalahan itu sepenuhnya dilimpahkan kepada mereka sebab semua itu akibat umat Islam sendiri. Andai setiap muslim kaya mau menyalurkan zakatnya, maka tidak mungkin kejadian seperti ini akan terjadi secara berulang-ulang. 3 Zakat yang didalamnya terdapat amanat umat yang harus diatur dan disalurkan kepada yang berhak sesuai dengan aturan agama, jelas memerlukan pengaturan dan pengelolaan yang dapat mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien. Jadi, dengan melalui pengelolaan zakat yang dilakukan secara professional dan handal diharapkan tujuan dari kehadirannya zakat itu sendiri dapat dirasakan kita semua. Diantara hikmah disyariatkannya mengeluarkan zakat ialah bahwa pendistribusiannya dan pendayagunaan yang baik mampu memperbaiki kedudukan masyarakat dari sudut moral dan material dimana ia dapat menyatukan anggota-anggota masyarakatnya seolah-olah menjadi sebuah satu tubuh. Selain 3 Syaikh Muhammad Abdul Malik Ar-Rahman, Zakat 1001 Masalah dan Solusinya, Jakrta, 2003: Pustaka Cerdas Cet I, h 167. dari itu, zakat juga dapat membersihkan jiwa anggota masyarakat dari sifat pelit dan bakhil. Zakat juga merupakan benteng keamanan dalam system ekonomi Islam dan sebagai jaminan kea rah stabilisasi dan keseimbangan sejarah social sebuah masyarakat. 4 Melihat fenomena di atas, maka Baitul Maal Hidayatullah hadir untuk menjadi salah satu penghimpunan dan penyalur dana zakat melihat perlu upaya pemberdayaan masyarakat secara utuh dan menyeluruh bukan parsialitas. Yakni melibatkan fungsi Da’i dan masjid sebagai basis pemberdayaan masyarakat seutuhnya. Diperlukan pioner-pioner Da’i yang penuh tanggung jawab dan konsisten dalam melaksanakan tugasnya. Eksistensi Da’i bukan bukan hanya yang pandai berorator diatas mimbar tetapi kehadiran Da’i mampu memberikan spirit, inspirasi, mengayomi nilai –nilai kefitrahan dan sebagai agen of change society . keberadaan dai’I sangat dibutuhkan khususnya Da’i yang bergelut di daerah kumuh, padat dan pinggiran kota juga dikawasan miskin, pedesaan yang minus, pedalaman, kepulauan terpencil, kawasan rawan konflik. Tugas sebagai seorang Da’i yang berlokasi diatas tentu bukan hal yang mudah, pertaruhannya adalah keyakinan dan hidup itu sendiri. Berkaitan dengan judul di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Strategi Pendayagunaan Dana Zakat Baitul Maal Hidayatullah Jakarta Timur Melalui Program Kuliah Da’i Mandiri”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah