Pemberdayaan dana zakat Baitul Qiradh Baznas melalui program usaha kecil menengah

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)

Oleh:

ATIK NURDIANA NIM : 10705002285

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya telah cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 21 Juni 2011


(5)

(6)

i ABSTRAK

Atik Nurdiana (107053002285)

“Pemberdayaan Dana Zakat baitul Qiradh Baznas Melalui Program Usaha

Kecil Menengah.”

Di bawah bimbingan Drs. Sunandar, M. Ag

Pemberadayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Dana zakat mempunyai peranan yang besar bagi usaha kecil menengah, karena peranannya yang besar ini menempatkan posisi begitu pentingnya dan di butuhkan usahawan untuk membuka usaha.

Usaha kecil menengah merupakan salah satu pelaku ekonomi yang dominan dalam dunia usaha, yang memiliki kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting. Usaha kecil menengah mampu memperluas lapangan kerja, memberikan pelayanan ekonomi, meningkatkan pendapatan masyarakat. Dalam proses bisnisnya, usaha kecil menengah memiliki beberapa faktor penghambat yaitu keterbatasan skills (ketrampilan) dan pengetahuan serta serta susahnya mendapatkan akses modal. Jawaban akan faktor penghambat pada perkembangan proses bisnis usaha kecil menengah yaitu dengan menerapkan metode pemberdayaan dana zakat Baitul Qiradh Baznas.

Tujuan: dalam rangka memberdayakan potensi zakat sebagai sebuah kekuatan ekonomi masyarakat maka keberadaan institusi zakat sebagai lembaga public yang ada di masyarakat menjadi sangat penting. Metodologi Penelitian : Pada penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan Kualitatif Deskriptif yaitu jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai ( diperoleh) dengan prosedur-prosedur statistic atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Dan menurut Bogdan dan Taylor, penelitian Kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Penelitian Kualitatif dalam buku Lexy J. Moleong diartikan : penelitian yang bermaksud untuk memang memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai model alamiah.

Hasil dari penelitian ini, peneliti membuat kesimpulan yang diperoleh ialah salah satu lembaga yang menerapkan metode ini yaitu Baitul Qiradh Baznas dengan sasaran utamanya adalah para pelaku usaha kecil menengah. Pengaplikasian dana tersebut diimplementasikan untuk pelatihan guna meningkatkan keterampilan para pelaku usaha kecil menengah serta pemberian akses peminjaman modal usaha.


(7)

ii

senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad bin Abdullah Shallallhu Alaihi wa Sallam, keluarga, para sahabat dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini tidak akan selesai tanpa jasa dari berbagai pihak, maka penulis ingin menghanturkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Dr. H. Arief Subhan, MA, sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi. 2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA, sebagai Kepala Jurusan Manajemen Dakwah. 3. Drs. H. Mulkannasir , MA, sebagai Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah. 4. Drs. Sunandar, M.Ag, sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan arahan selama proses skripsi ini berjalan. 5. Drs. Sihabuddin Noor, sebagai pembimbing akademik MD B.

6. Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan selama mengikuti perkuliahan.

7. Almarhumah ibunda dan Ayahanda yang selalu mendo’akan, mendukung, memberikan semangat dan mengizinkan penulis ketika akan mencari data dan menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Kedua kakakku Rifdah Silfiah, Risda yanti, dan adikku Ahmad Zaki Arfan, kedua kakak iparku, terima kasih selama ini kalian telah memberikan dukungan dan support bagi penulis, sehingga skripsi ini telah selesai.


(8)

ii

9. Bpk. Mujibburrohman dan Ibu Yanah Baitul Qiradh Baznas, sebagai narasumber yang telah meluangkan waktu untuk diwawancarai.

10.Teman-teman jurusan Manajaemen Dakwah B, penulis ucapkan terima kasih kepada kalian semua yang telah memberi semangat kepada penulis, dan untuk Iin Irnawati, Rohayati Khosidah, Eem Huzaimah, dll yang tidak dapat penulis sebutkan satiu persatu terima kasih atas komentar, dukungan, saran, koreksian dan semangat yang kalian berikan kepada penulis, semoga kita akan selalu menjadi sahabat sampai kapan pun.

11.Bagian perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Umum yang telah membantu penulis menyediakan berbagai referensi yang di butuhkan dalam penulisan skripsi.

Jakarta, 21 Juni 2011


(9)

KATA PENGANTAR……….ii

DAFTAR ISI………...iii

BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..……… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Penelitian……… 6

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian……….…. 6

D. Metode Penelitian………...7

E. Subyek dan Objek ………..………... 7

F. Lokasi dan Jadwal Penelitian……... 7

G. Metode Pengumpulan Data……….………... 8

H. Teknik Analisis Data………..9

I. Tinjauan Pustaka………10

J. Sistematika Penulisan……….………….. 11

BAB II. LANDASAN TEORITIS A. Pemberdayaan. 1. Pengertian Pemberdayaan………..….. 13

2. Pola-pola Pemberdayaan………..……… 17

B. Dana Zakat. 1. Pengertian Dana Zakat……… 18


(10)

3. Subjek Zakat……… 35

C. Pengertian Usaha Kecil Menengah. 1. Pengertian Usaha Kecil Menengah……….…… 39

BAB III. GAMBARAN UMUM BAITUL QIRADH BAZNAS 1. Sejarah Berdirinya Baitul Qiradh Baznas………..…… 41

2. Visi dan Misi Baitul Qiradh Baznas………..……… 43

3. Struktur Organisasi Baitul Qiradh Baznas………..….. 44

4. Produk-produk yang dikelola Baitul Qiradh Baznas…………..….. 47

BAB IV. ANALISIS “PEMBERDAYAAN DANA ZAKAT MELALUI PROGRAM USAHA KECIL MENENGAH BAITUL QIRADH BAZNAS”. 1. Pemberdayaan Dana Zakat Baitul Qiradh Baznas Melalui Program Usaha Kecil Menegah……….……….. 49

2. Analisis Pemberdayaan Dana Zakat Melalui Program Usaha Kecil Menengah……….. 56

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pemberdayaan Dana Zakat Melalui Program Usaha Kecil Menengah……….. 60

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……….………. 62

B. Saran-saran………. 63

DAFTAR PUSTAKA……….………… 65


(11)

1

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan sosial manusia memiliki bermacam-macam

keanekaragaman, seperti masyarakat dengan kebutuhan yang cukup dan terpenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi ada juga masyarakat yang kehidupannya serba kekurangan dalam materi, sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Salah satu ciri dari kemiskinan adalah kondisi masyarakat yang tidak mempunyai tempat tinggal, masih berpendapatan rendah, berada dibawah garis kemiskinan, sehingga mereka mencari nafkah dengan cara mengamen, dan meminta-minta, mereka juga meminjam uang kepada rentenir untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Peristiwa kejadian ini disebabkan karena banyaknya angka pengangguran, anak-anak yang putus sekolah karena orang tua mereka yang tidak mampu untuk membiayai sekolah anaknya, sehingga para orang tua mereka menjadi putus asa. Maka dari itu, kenyataannya umat Islam dikondisi ideal seperti saat ini, belum optimal dalam pengelolaan sumber alam dengan kondisi yang ada. Bila seluruh potensi sumber daya manusia dan ekonomi yang melimpah dikembangkan secara baik, dan dipadukan dengan potensi Aqidah Islamiah (tauhid), maka dari itu memberikan hasil yang optimal.


(12)

2

Kemiskinan seolah menjadi penyakit yang tak dapat disembuhkan. Dengan ukuran yang berbeda, dapat dikatakan bahwa kemiskinan berlangsung selama berabad-abad lamanya. Allah berfirman dalam surat At-Taubah ayat 60 yang berbunyi :

























Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang

fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang

dibujuk hatinya untuk ( memerdekakan ) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. ( QS. At-Taubah : 60).

Ayat al-Qur’an di atas menjelaskan tentang orang yang berhak menerima zakat yaitu delapan golongan. Yang pertama dan yang kedua, fakir dan miskin. Mereka itulah yang pertama diberi saham harta zakat oleh Allah. Ini menunjukkan, bahwa sasaran pertama zakat ialah hendak menghapuskan kemiskinan dan kemelaratan dalam masyarakat Islam. Yang di maksud dengan fakir, yaitu orang yang dalam memenuhi kebutuhan, tapi dapat menjaga diri tidak minta-minta. Sedangkan yang dimaksud miskin, yaitu orang yang dalam kebutuhan.

Salah satu ajaran Islam yang harus ditangani serius adalah penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan, pemberdayaan dan pendayagunaan dana zakat. Salah satu instrument keuangan Islam adalah dana zakat. Untuk kurun waktu yang begitu lama umat


(13)

Islam memiliki persepsi bahwa ajaran zakat tidak lebih dari sekedar ibadah ritual yang terpisah dari konteks sosial. 1

Konsep dasar pemberdayaan dana zakat dapat memberi peluang bagi para wirausahawan kecil untuk mendapat pelayanan dan mengembangkan potensi ekonomi yang mereka miliki dari pemberdayaan dana zakat.

Oleh karena itu, dalam rangka memberdayakan dana zakat sebagai sebuah kekuatan ekonomi masyarakat, maka keberadaan institusi zakat sebagai lembaga public yang ada di masyarakat menjadi penting.

Allah telah memberikan kelebihan yaitu akal pikiran kepada manusia, dengan akal yang dapat mereka gunakan adalah untuk mengelola alam, sehingga manusia mendapatkan manfaat, baik bagi dirinya maupun masyarakat. Di bumi, manusia diberi tugas untuk mengelola alam dan meningkatkan kehidupan di dalamnya yaitu dengan cara saling tolong-menolong, seperti yang kaya memberi bantuan kepada yang miskin, yang kuat memberi pertolongan kepada yang lemah, yang kuat, maka dari itu dengan keseimbangan dunia ini dapat tercapai. Zakat adalah salah satu cara untuk mewujudkan prinsip tolong-menolong dan salah satu cara untuk mewujudkan keadilan sosial.2

1

Abdul Majid, Tantangan dan Harapan Umat Islam di Era Globalisasi, (Bandung: Pustaka Setia, 2002 ), h. 213

2

Farida Prihatini, S.H.,M.H.,C.N dkk, Hukum Islam Zakat dan Wakaf Teori dan Prakteknya di Indonesia, Penerbit Papas Sinar Sinanti dengan Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, h 47-48


(14)

4

Usaha kecil menengah merupakan salah satu pelaku ekonomi yang dominan dalam dunia usaha, yang memiliki kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting. Oleh karena itu kegiatan usaha kecil seharusnya mampu memperluas lapangan kerja, memberikan pelayanan ekonomi, meningkatkan pendapatan masyarakat. Namun kenyataannya belum sesuai dengan yang diharapkan. Memang Usaha Kecil Menengah telah mampu banyak membuka lapangan pekerjaan, namun sayangnya belum memberikan kesejahteraan pada para pelakunya. Karena keterbatasan skills dan pengetahuan serta serta susahnya mendapatkan akses modal, usaha mereka sulit berkembang.

Berkaitan dengan itu, dana zakat yang didalamnya terdapat amanat umat yang harus diatur dan di salurkan kepada yang berhak sesuai dengan tuntunan agama, maka dari itu dengan adanya pemberdayaan dan pengelolaan yang dapat mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien. Maka dari itu dengan melalui pemberdayaan dana zakat yang dilakukan secara professional dan handal dapat di harapkan tujuan dari kehadirannya dapat dirasakan oleh masyarakat. Hal inilah yang menjadikan ketertarikan penulis

untuk mengangkat masalah tersebut dengan sebuah judul “Pemberdayaan Dana Zakat Baitul Qiradh Baznas Melalui Program Usaha Kecil


(15)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Permasalahan yang ada dalam pemberdayaan dana zakat sangat beragam diantaranya pemberdayaan dana zakat melalui pendidikan, sosial, kesehatan, ekonomi dan pemberdayaan perempuan. Dalam permasalahan yang sering terjadi adalah dalam pemberdayaan zakat melalui dana zakat, maka penulis membatasi masalah pada pemberdayaan zakat melalui UKM dalam pemberdayaan di sektor ekonomi produktif di Baitul Qiradh Baznas.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalah pokok yang diangkat mengenai:

a. Usaha Kecil dan Menengah apa saja yang di berdayakan pada Baitul Qiradh Baznas melalui dana zakat?

b. Bagaimana pemberdayaan dana zakat pada Baitul Qiradh Baznas untuk usaha kecil menengah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui usaha kecil dan menengah apa saja yang

diberdayakan pada Baitul Qiradh Baznas melalui dana zakat?

b. Untuk mengetahui bagaimana pemberdayaan dana zakat Baitul Qiradh

Baznas untuk usaha kecil menengah?


(16)

6

Adapun Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : a. Manfaat Akademis : penelitian ini diharapkan menambah referensi dan

menambah sejumlah studi mengenai lembaga amil zakat dalam pemberdayaan dana zakat dalam programnya.

b. Manfaat Teoritis : Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan, yaitu pengetahuan mengenai zakat dan program UKM, khususnya pada pemberdayaan dana zakat melalui program kesuksesan UKM

c. Manfaat Praktis : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian yang menarik dan dapat menambah wawasan serta cakrawala keilmuan khususnya bagi penulis, umumnya bagi pembaca.

D. Metodologi Penelitian

Pada penyusunan proposal skripsi ini, penulis menggunakan metode Kualitatif Deskriptif yaitu jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Dan menurut Bogdan dan Taylor, penelitian Kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Penelitian Kualitatif dalam buku Lexy J. Moleong diartikan : penelitian yang bermaksud untuk memang memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi


(17)

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai model alamiah.3

E. Subyek dan Obyek Penelitian

a. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah Baitul Qiradh Baznas, dalam hal ini unsur pelaksana yang terlibat dalam pelaksanaan program pertumbuhan UKM, yaitu; Bagian Penelitian, Pengambilan data dilakukan kepada orang atau informasi yang dianggap paling mengetahui dan terlibat secara langsung dalam pelaksanaan Pemberdayaan Dana Zakat Baitul Qiradh Baznas melalui program Usaha Kecil Menengah.

b. Objek Penelitian

Objek sasaran dalam penelitian ini adalah tentang Pemberdayaan Dana Zakat Baitul Qiradh Baznas Melalui Program Usaha Kecil Menengah.

F. Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi Baitul Qiradh Baznas adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini didasari oleh pertimbangan – pertimbangan yaitu:

1. Baitul Qiradh Baznas adalah salah satu lembaga yang berorientasi untuk pemberdayaan dana zakat melalui program Usaha Kecil Menengah.

3

Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( J.akarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2001 ), Cet. Ke-1, h 324


(18)

8

2. Jadwal penelitian di laksanakan pada tanggal 21 Januari 2011, pada pukul : 11.00 WIB

G. Tekhnik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan metode pengumpulan data berupa :

a. Observasi adalah usaha memperoleh dan mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan terhadap suatu kegiatan secara akurat serta mencatat fenomena yang muncul suatu teknis mencari atau mengumpulkan data dengan mengamati dan melihat secara nyata keadaan dan Pemberdayaan dana zakat pada Baitul Qiradh Baznas. Observasi dari penelitian ini adalah dengan mengadakan pengamatan langsung ke bagian-bagian yang berhubungan dengan pemberdayaan dana zakat pada Baitul Qiradh Bazns. Adapun dalam observasi penulis datang langsung ke Baitul Qiradh Baznas dengan tujuan melihat usaha kecil dan menengah apa saja yang diberdayakan oleh Baitul Qiradh Baznas dari dana zakat dan melihat langsung para mustahik yang ingin meminjam dana zakat kepada Baitul Qiradh Baznas.

b. Wawancara (Interview) adalah penulis memperoleh keterangan dengan tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya dan penjawab, atau responden dengan menggunakan alat yang dinamika interview guide (panduan wawancara). Atau Teknik Tanya jawab secara lisan yang diarahkan pada masalah tertentu untuk mendapatkan informasi


(19)

yang selengkapnya tanpa unsur paksaan kepada informan yang berkecimpung langsung pada Baitul Qiradh Baznas.

c. Dokumentasi berupa data tertulis yang mendukung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang actual. Dokumentasi dalam penelitian ini berupa profil-profil dan program kesuksesan UKM.4 Atau data – data yang mengenai hal- hal atau variable yang berupa catatan, pengumpulan data.5 seperti sejarah Baitul Qiradh Baznas, Struktur Organisasi dan Macam-macam Program yang ada padaBaitul Qiradh Baznas.

d. Teknik Pengolahan Data adalah analisis yang baik memerlukan pengelolaan data yang dilakukan secara efisien. Karena itu penulis mencatat data dalam format yang memudahkan analisisnya. Kegiatan yang mempelajari berkas-berkas yang terkumpul, sehingga keseluruhan berkas dapat diketahui dan data dapat di olah dengan baik.

H. Tekhnik Analisis Data

Tekhnik analisis data dalam penelitian deskriptif analisis ini, terhadap data berupa informasi, uraian dalam bentuk bahasa, kemudian dikaitkan dengan data sehingga memperoleh gambaran atau menguatkan suatu gambaran yang sudah ada dan sebaiknya bila dibandingkan dengan teori yang ada. Adapun pedoman yang dijadikan sandaran penulis dalam penulisan proposal skripsi ini adalah Buku Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertai UIN

4

Wardi Bakhtiar, Metodologi Penelitian Dakwah ( Jakarta : Logos, 1997 ), h 2

5

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta : Rineka Cipta, 1993 ), Edisi Revisi II, h. 202


(20)

10

Syarif Hidayatullah Jakarta, terbitan UIN Jakarta Press, 2002, dan buku pegangan Metodologi Penelitian Kualitatif Deskriptif.

I. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini sebelum penulis mengadakan penelitian lebih lanjut, kemudian penyusunannya menjadi 2 point, sebagai berikut : 1. Judul Skripsi: Pemberdayaan Ekonomi Pedagang Sembako Di Kelurahan

Cipare Kebon Jahr Serang Melalui Pinjaman Modal Bergulir BAZDA Kabupaten Serang. Oleh: Subahri NIM : 103053028276. Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2007

2. Judul Skripsi : Pendistribusian Dana Zakat Untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pada Badan Amil Zakat Daerah ( BAZDA ) Kab. Karawang. Oleh : Mukhlisin NIM : 104053002059. Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2009.

Kedua skripsi di atas, berbeda dengan skripsi yang penulis tulis, skripsi yang penulis tulis adalah tentang pemberdayaan dana zakat Baitul Qiradh Bazanas dana zakat tersebut di pinjamkan kepada para mustahik tanpa bunga dan sistem pinjaman dana zakat tersebut seperti peminjaman , yaitu uangnya di pinjamkan, lalu para mustahik yang sudah pinjam dana zakat itu harus kembalikan setiap bulannya seratus ribu rupiah ( Rp.100.000) sampai 10 bulan.


(21)

J. Sistematika Penulisan

Dalam rangka melakukan pembahasan yang sistematika dan terarah, penulis menyusun skripsi ini kedalam lima bab dengan sub-sub judul masing-masing adapun sistematikanya sebagai berikut :

Bab 1 Pendahuluan : Berisi Latar Belakang Masalah, Batasan dan

Perumusan Masalah, Tinjauan Pustaka, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Subyek dan obyek, Lokasi dan Jadwal Penelitian, Metodologi Penelitian,Metode Pengumpulan Data.

Bab II Tinjauan Teoritis : Pengertian Pemberdayaan, Pola-pola

Pemberdayaan, Pengertian Dana Zaakt, Pengertian Usaha Kecil Menengah, Program dan Kegiatan UKM

Bab III Gambaran Umum Baitul Qiradh Baznas : Sejarah

Berdirinya, Visi dan Misi Serta Tujuan, Struktur Organisasi Baitul Qiradh Baznas, Produk- produk yang dikelola Baitul Qiradh Baznas, Program-program Baitul Qiradh Baznas.

Bab IV Analisis Pemberdayaan Dana Zakat Baitul Qiradh Baznas

Melalui Program Usaha Kecil Menengah : Pemberdayaan Dana Zakat

Baitul Qiradh Baznas Melalui Program Usaha Kecil Menengah, Analisis Pemberdayaan Dana Zakat Melalui Program Usaha Kecil Menengah, Faktor Pendukung dan Penghambat Dari Pemberdayan Dana Zakat Melalui Program Usaha Kecil Menengah.


(22)

12 BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pemberdayaan

1. Pengertian Pemberdayaan

Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu empowerment. Pemberdayaan berasal dari kata dasar power yang berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan. Awalan em berasal dari bahasa latin atau yunani, yang berarti di dalamnya, karena itu pemberdayaan dapat berarti kekuatana dalam diri manusia, suatu sumber kreatifitas.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata pemberdayaan diterjemahkan sebagai upaya pendayagunaan, pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan.1 Istilah pemberdayaan diartikan sebagai upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat, dalam upaya pendayagunaan potensi, pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah

1


(23)

yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pilihan-pilihan.2

Selain itu pemberdayaan atau pengembangan juga berarti menciptakan kondisi semua orang yang lemah dapat menyumbang kemampuannya secara maksimal untuk mencapai tujuannya. Pemberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan, dengan kata lain memberdayakan adalah memampuhkan dan memandirikan masyarakat.3

Pemberdayaan merupakan modal empiris pengembangan prilaku individual dan kolekitf dalam dimensi karya terbaik, baik sisi ekonomi, sosial dan cultural dengan titik tekan pada pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat, dengan demikian istilah pemberdayaan adalah suatu sistem pembangunan yang berorientasi pada peningkatan sumber daya manusia dengan mengedepankan atas partisipasi, musyawarah, keadilan dan berkesinambungan.4

Pemberdayaan pun sebagai perubahan kepada arah yang lebih baik dari tidak berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan terkait dengan upaya meningkatkan tarap hidup ke tingkat yang lebih baik lagi. Pemberdayaan adalah

2

Nanih Mahendrawati dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam ( Bandung : Rosda Karya, 2001), cet ke-1, h 42

3

Bambang Rudito (ed), Akses Peran serta Masyarakat : Lebih Jauh Memahami Community Development ( Jakarta : ICDS, 2003), h 153

4

Nanih Mahendrawati dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam ( Bandung : Rosda Karya, 2001), cet ke-1, h 42


(24)

14

meningkatkan kemampuan dan rasa diri untuk menggunakan daya yang memiliki dalam menentukan tindakan kea rah yang lebih baik lagi.5

Pemberdayaan mengandung dua elemen pokok yaitu kemandirian dan partisipasi. Dengan kemampuan berpartisipasi diharapkan kelompok fakir miskin dapat mencapai kemadirian, yang dapat dikategorikan sebagai kemandirian material, kemandirian intelektual, dan kemandirian manajemen.

Kemandirian material adalah kemapuan produktif guna memenuhi kebutuhan hidup dasar , serta cadangan dan mekanisme untuk dapat bertahan dalam kondisi krisis. Pemberdayaan adalah suatu proses yang berjalan terus menerus untuk meningkatkan kemampuan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya.

Proses tersebut mayarakat bersama-sama mengidentifikasi dan mengkaji permasalahan dan potensinya, mengembangkan rencana kegiatan kelompok berdasarkan hasil kajian, menerapkan rencana tersebut, serta secara terus-menerus memantau dan mengkaji proses serta hasil kegiatannya.6

Dalam membuat program pemberdayaan, amil harus menyadari penuh bahwa posisinya adalah menjadi pengelola. Sebagai mediator, amil harus paham bahwa mengemas program sesungguhnya menahan hak mustahik untuk segera sampai. Artinya tanpa program pun, mustahilk sudah berhak mengambil dana

5

Dian, Perencanaan Sosial Negara Berkembang ( Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1999), h. 15

6

Nana Mintarti, Zakat & Jurnal Pemikiran dan Gagasan Empowering, Volume 2, Jumadil Tsani 1430/Juni 2009, h. 20-21


(25)

zakat yang menjadi haknya. Hak-hak mustahik inilah yang harus dijadikan landasan. Agar dalam bekerja amil tak pernah lepas dari semangat khidmat.7

Pemberdayaan dalam kaitannya dengan penyampaian kepemilikan harta zakat kepada mereka yang berhak terbagi ke empat bagian, yaitu :

a. Pemberdayaan sebagian dari kelompok yang berhak akan harta zakat, misalnya fakir miskin, yaitu dengan memberikan harta zakat kepada mereka sehingga dapat memenuhi kebutuhan mereka.

b. Pemberdayaan sebagian kelompok yang berhak atas harta zakat, adalah para fakir. Dengan memberikan sejumlah harta untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dan memberdayakn mereka yang memang tidak memiliki keahlian apapun, baik kerajinan maupun perdagangan.

c. Pemberdayaan sebagian kelompok yang berhak akan harta zakat, yang memiliki penghasilan baru dengan ketidakmampuan mereka. Mereka adalah pegawai zakat dan para muallaf. Pemberdayaan sebagian kelompok yang berhak akan harta zakat untuk mewujudkan arti dan maksud sebenarnya dari zakat selain mereka yang disebutkan diatas.

Diantaranya adalah hamba sahaya, mereka yang di jalan Allah, ibnussabil, dan mereka yang mempunyai banyak hutang.8

7

Eri Sudewo, Manajemen Zakat Tinggalkan 15 tradisi 8 Terapkan 4 Prinsip Dasar, ( Jakarta : Institut Manajemen Zakat, 2004 ), cet, ke-1, h 222

8

Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’iy, Ekonomi Zakat Sebuah Kajian Moneter Dan Keuangan


(26)

16

2. Pola-pola Pemberdayaan

Pola-pola pemberdayaan ekonomi masyarakat mempunyai ciri-ciri atau unsur pokok sebagai berikut :

1. Mempunyai tujuan yang hendak dicapai. 2. Mempunyai wadah kegiatan yang terorganisir

3. Aktivitas yang dilakukan terencana, berlanjut, serta harus sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya setempat.

4. Ada tindakan bersama dan keterpaduan dari berbagai aspek yang terkait. 5. Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama tahap-tahap

pemberdayaan.

6. Menekankan pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam ekonomi terutama dalam wirausaha.9

Dengan demikian pola-pola pemberdayaan ekonomi masyarakat bukan sekedar di artikan sebagai keharusan masyarakat untuk mengikuti suatu kegiatan, melainkan dipahami sebagai kontribusi mereka dalam setiap tahapan yang mesti di lalui oleh suatu program kerja pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat, kita saksikan bahwasannya Indonesia sudah tertinggal jauh dalam kemajuan dan penguasaan teknologi, untuk itu diperlukan berbagai upaya pemberdayaan ekonomi dan intelektual.

9


(27)

Pemberdayaan ekonomi telah kita ketahui permasalahan kemiskinan menjadi demikian identik dengan masyarakat Islam, dan ini bukanlah untuk diratapi, melainkan berupaya mencari jalan keluarnya.

Dengan demikian diperlukan Pemberdayaan Dana Zakat yang dapat mencapai berbagi aspek dengan memparhatikan hak, nilai dan keyakinan yang harus dihormati dan harus disertai kesadaran bahwa tujuan akhir dan perubahan yang dilakukan adalah untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan seluruh masyarakat.

B. Dana Zakat

1. Pengertian Dana Zakat

Pengertian Dana Zakat merupakan sumber zakat yang salah satu potensi umat Islam dalam upaya pemberdayaan ekonomi umat. Dana zakat mempunyai peranan yang besar bagi zakat dan usaha kecil menengah, karena peranannya yang besar ini menempatkan posisi begitu pentingnya dan di butuhkan usahawan untuk membuka usaha. Jenis-jenis harta yang menjadi sumber zakat yang dikemukakan secara terperinci dalam Al-qur’an dan hadis, pada dasarnya ada empat jenis yaitu : tanaman, buahan, hewan, ternak, emas dan perak, serta harta perdagangan. Adapun Syarat harta menjadi objek zakat. Ajaran Islam selalu menetapkan standar umum pada setiap kewajiban yang dibebankan kepada umatnya, maka dalam penetapan harta menjadi sumber atau objek zakat pun


(28)

18

terdapat beberapa ketentuan yang harus dipenuhi. Apabila harta seorang muslim tidak memenuhi salah satu ketentuan, misalnya belum mencapai nishab, maka harta tersebut belum menjadi sumber atau objek yang wajib dikeluarkan zakatnya. Adapun persyaratan harta menjadi sumber atau objek zakat adalah sebagai berikut : Pertama, harta tersebut harus didapatkan dengan cara yang baik dan halal. Kedua, harta tersebut berkembang atau berpotensi untuk dikembangkan, seperti melalui kegiatan usaha, perdagangan melalui pembelian saham, atau ditabungkan, baik dilakukan sendiri maupun bersama orang atau pihak lain. Ketiga, milik penuh, yaitu harta tersebut berada dibawah control dan di dalam kekuasaan pemiliknya, atau seperti menurut sebagian ulama bahwa harta itu berada ditangan pemiliknya, didalamnya tidak tersangkut dengan hak orang lain, dan ia dapat menikmatinya. Keempat, harta tersebut, menurut pendapat jumhur ulama, harus mencapai nishab, yaitu junlah minimal yang menyebabkan harta terkena kewajiban zakat. Contohnya nishab zakat emas adalah 85 gram, nishab zakat hewan ternak kambing adalah 40 ekor, dan sebagainya. Kelima, sumber-sumber zakat tertentu, seperti perdagangan, peternakan, harus sudah berada atau dimiliki ataupun diusahakan oleh muzakki dalam tenggang waktu 1 tahun.10

Perkembangan zakat kontemporer dapat dicermati melalui : a. Sektor-sektor perekonomian modern yang sangat potensial

1)Sektor pertanian ( 5 arti penting dari pertanian ) a. Sumber pokok mata pencaharian

10


(29)

b. Sumber persediaan pangan c. Pasar pokok industry

d. Sumber daya bagi sector-sektor ekonomi lainnya. 2) Sektor industri

3) Sektor jasa

b. Sektor-sektor ekonomi modern 1) Zakat profesi

2) Zakat perusahaan

3) Zakat surat-surat berharga dan obligasi 4) Zakat perdagangan mata uang

5) Zakat hawan ternak yang diperdagangkan 6) Zakat madu dan produk hewani

7) Zakat investasi 8) Zakat asuransi

9) Zakat usaha modern seperti tanaman anggrek, ikan hias dan sebagainya.

2. Zakat sektor rumah tangga modern.11

Menurut Yusuf Qardhawi secara sistematis mengelompokkan dan menguraikan sembilan zakat diluar zakat fitrah, yaitu :

a. Binatang ternak

b. Emas dan perak kekayaan dagang

11


(30)

20

c. Pertanian

d. Madu dan produksi hewani e. Barang tambang dan hasil laut f. Investasi pabrik

g. Pencarian dan profesi h. Saham dan obligasi

Begitu pula Didin Hafiduddin menguraikan sumber-sumber zakat : i. Profesi

j. Perusahaan

k. Surat- surat berharga seperti saham dan obligasi l. Perdagangan mata uang

m.Hewan ternak yang diperdagangkan n. Madu dan produk hewani

o. Investasi property p. Asuransi takaful

Objek zakat menurut Yususf Qardhawi dan Didin Hafidhuddin ini menampakkan ditentang keras oleh Abdul Rahman Al-Jazair, bahwa objek zakat yang boleh hanyalah ternak, emas dan perak, perdagangan, barang tambang dan rikaz dan pertanian.12

12


(31)

2. Mustahik Zakat (Re-Interpretasi 8 asnaf )

Seiring dengan perintah Allah kepada umat Islam untuk membayarkan zakat, Islam mengatur dengan tegas dan jelas tentang pengelolaan harta zakat. Manajemen zakat yang ditawarkan oleh Islam dapat memberikan kepastian keberhasilan dana zakat sebagai dana abadi umat Islam. Hal itu dapat terkihat dalam surat Al-Qur’an bahwa Allah memerintahkan Rasulullah SAW untuk memungut zakat ( Qs. At-Taubah : 103 ). Di samping itu, QS. At-Taubah ayat 60 dengan tegas dan jelas mengemukakan tentang yang berhak mendapatkan dan hasil zakat yang dikenal dengan kelompok delapan asnaf.

Dari kedua ayat tersebut di atas, jelas bahwa pengelolaan zakat, mulai dari memungut, menyimpan, dan tugas mendistribusikan harta zaakt berada dibawah wewenang Rasul dan dalam konteks sekarang, zakat dikelola oleh pemerintah. Dalam operasional zakat, Rasul SAW telah mendelegasikan tugas tersebut dengan menunjuk amil zakat.

Dalam Al-Qur’an, ada delapan asnaf penerima zakat yang menggunakan istilah dapat dipahami secara kontekstual dan umum sesuai dengan tujuan zakat itu sendiri. Oleh sebaba itu, ketentuan Islam tentang penerima zakat tersebut perlu dipahami sesuai dengan konteks dan tujuan kewajiban zakat itu sendiri.13

13Masdar F. Mas’udi, Didin Hafiuddin, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju


(32)

22

Berdasarkan uraian sebelumnya, agar harta zakat dapat berdaya guna secar maksimal maka pemaknaan kontekstual terhadap delapan asnaf yang dapat didanai dengan zakat adalah sebagai berikut :

a. Hak Allah, Hak manusia dan Hak fakir Miskin 1. Hak Allah

Di dalam Islam, pada harta yang dimiliki seseorang terdapat hak Allah di sana. Hak ini dikenal dengan istilah zakat yang diperuntukkan bagi delapan golongan sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur'an surat At-Taubah ayat 60. Zakat sejatinya bukan merupakan hak mustahik tetapi merupakan hak Allah sehingga menjadi kewajiban mutlak bagi manusia yang telah melampaui batas minimal kekayaan wajib zakat (nisab) untuk menunaikannya. Seseorang yang tidak menunaikan kewajiban zakat berarti tidak menunaikan hak Allah sehingga Allah SWT berhak memberi mereka balasan. Tidak pernah ada dalam sejarah Islam fakir miskin menyerang orang kaya demi memperoleh bagian dana zakat.

2. Hak Masyarakat

Dengan berzakat, berarti hal-hak fakir miskin, hak-hak masyarakat yang belum sejahtera bisa terpenuhi. "Jadi kalau zakat dikelola secara efektif akan bisa mengentaskan kemiskinan

Sasaran zakat tidak sekadar mewujudkan keadilan sosial dalam bentuk santunan material, tetapi mempunyai tujuan yang lebih luas, yaitu


(33)

mengangkat umat dhuafa (lemah) dari lembah kemiskinan ke taraf kehidupan yang layak, makmur dan berkeadilan.

3. Hak Fakir Miskin

Kesadaran yang lebih tinggi harus ditumbuhkan dalam jiwa kita, bahwa dalam harta benda yang kini berada dalam kekuasaan kita sesungguhnya terdapat hak bagi fakir miskin.

Artinya, jika tidak disisihkan dan dikeluarkan sebagai zakat dan infak, maka para fakir miskin berhak untuk menuntutnya. Jika di dunia tidak dipenuhi, mereka akan menuntutnya di hari kemudian. Bagi pelanggarnya, mereka bisa dikenai sanksi dunia, dan lebih berat lagi sanksi si akhirat. Orang miskin di samping tidak mampu dibidang financial, mereka juga tidak memiliki pengetahuan dan akses. Untuk mencapai tujuan tujuan zakat sebagai upaya membantu masyarakat miskin keluar dari krisis yang menghimpit mereka, maka disamping dana zakat yang diberikan bersifat konsumtif, dan produktif, juga dapat dipergunakan untuk program yang mengarah pada upaya mendapatkan hak kaum miskin, seperti pendampingan kaum miskin ( advokasi ), HAM, dan sejenisnya. Bantuan financial saja mungkin tidak akan meningkatkan taraf hidup mereka, apabila penyebab dari ketidakmampuan dan ketidakberdayaan mereka tidak diatasi. Oleh sebab itu, semua upaya atau

kegiatan untuk membantu orang miskin dapat masuk dalam jatah fuqara’, dan


(34)

24

dinikmati secara langsung oleh mereka.14 Jadi golongan mustahik zakat dalam arti fakir atau miskin menurut mereka ialah :

a. yang tidak punya apa-apa

b. yang mempunyai rumah, barang atau perabot yang tidak berlebihan c. yang memiliki mata uang kurang dari nishab

d. yang memiliki kurang dari nishab selain mata uang15 b. Amil (Para Pengurus) Zakat

Muhammad Rasid Rida mengungkapkan maksud dari amil adalah mereka yang ditugaskan oleh imam/ pemerintah atau yang mewakilinya untuk melaksanakan pengumpulan zakat, menyimpan atau memeliharanya, termasuk para pengelola, dan petugas andministrasi. Dari kedua pengertian amil tersebut dapt diketahui bahwa amil tersebut dapat diketahui bahwa amil bertugas mulai dari penentuan wajib zakat, penghitungan, dan pemungutan zakat. Mereka juga bertugas mendistribusikan dana zakat tersebut kepada orang yang berhak menerimanya. Namun, Ibn Rasyd memahami bahwa amil bukan hanya terbatas pada amil zakat, tetapi termasuk juga para hakim dan orang yang termasuk dalam pengertian mereka yang mengabdikan dirinya untuk kepentingan umum umat Islam. Lebih jauh dunyatakan bahwa amil meliputi amil zakat dan yang semakna

14Masdar F. Mas’udi, Didin Hafiuddin, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju Efektivitas

Pemanfaatan zakat, Infak dan sedekah, hal 20

15


(35)

seperti hakim, wali, mufti, dan lain-lain yang mengadikan dirinya untuk kepentingan umat.16 Adapun syarat-syarat seorang amil zakat sebagai berikut :

a) Muslim

Zakat merupakan urusan kaum muslimin. Jadi, Islam syarat utama bagi segala urusan mereka. Meskipun demikian, Imam Ahmad dalam salah satu pendapatnya membolehkan seorang amil bukan muslim.

b) Mukallaf

Pengurus zakat harus orang dewasa yang sehat, akal pikirannya, dan lain-lain.

c) Orang yang jujur

Pengurus zakat seharusnya bukan orang yang fasik dan tidak dapat dipercaya. Misalnya, ia akan berbuat zalim kepada para pemilik harta atau berbuat sewenang-wenang terhadap hak fakir miskin karena mengikuti keinginan hawa nafsunya atau untuk mencari keuntungan.

d) Orang yang memahami hukum-hukum zakat

Para ulama mensyaratkan petugas zakat itu harus paham terhadap hukum zakat, jika orang yang diserahi zakat tidak mengetahui hukum, ia tidak mungkin mampu melaksanakan pekerjaannya dan akan lebih banyak berbuat kesalahan. Masalah zakat memberikan pengetahuan tentang harta yang wajib dizakati dan yang tidak wajib dizakati.

16Masdar F. Mas’udi, Didin Hafiuddin, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju


(36)

26

e) Memiliki kemapuan untuk melaksanakan tugas.

Pengurus zakat hendaklah mampu melaksanakan tugasnya dan sanggup memikul tugas itu. Kejujuran saja belum mencukupi jika tidak disertai kekuatan dan kemampuan untuk bekerja17

Tugas-tugas amil sebagai berikut :

1. Melakukan pendataan muzaki dan mustahik, melakukan pembinaan, menagih, mengumpulkan, dan menerima zakat.

2. Memanfaatkan data terkumpul mengenai peta mustahik dan muzaki zakat, menentukan kiat distribusinya.18

c. Muallaf

Muallaf pada umumnya dipahami dengan orang kaya yang baru masuk Islam. Namun, dilihat dari sejarahnya, pada masa awal Islam, muallaf yang diberikan dana zakat dibagai kepada dua kelompok. 1. orang kafir, yang diharapkan dapat masuk Islam seperti Safwan bin Umayyah dan yang dikhawatirkan menjahati orang Islam seperti Ibn Sufyan bin Harb. ( 2 ) orang Islam, terdiri dari pemuka Muslim yang disegani oleh orang kafir, muslim yang masih lemah imannya agar dapat konsisten pada keimanannya, Muslim yang berada di daerah musuh.

Menurut Syafi’iyyah, muallaf adalah : ( 1 ) Muslim yang lemah imannya, agar imannya menjadi kuat, ( 2 ) Pemuka masyarakat yang masuk Islam,

17

Al-Furqon Hasbi, 125 Masalah Zakat, hal 163 s/d 167

18

M. Arif Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat mengomunikasikan kesadaran dan membangun jaringan, hal186-188


(37)

diharapkan dapat mengajak kelompoknya masuk Islam, ( 3 ) Muslim yang kuat imannya, yang dapat mengamankan dari kejahatan orang kafir serta, ( 4 ) Orang yang dapat menghambat tindakan jahat orang yang tidak mau berzakat.

Pemberian zakat kepada muallaf kelihatannya dengan tujuan agar umat Islam merasa nyaman dan terjauh dari tindakan anarkis kelompok agama lain. Meskipun ada perbedaan muallaf yang diberi tetapi tujuannya sama yaitu untuk menjaga umat Islam tetap dalam keyakinannya dan menjauhkannya dari tindakan kelompok lain yang dapat mengganggu dan merusak. At-Thabari menyatakan bahwa hakikat pemberian zakat kepada muallaf adalah untuk mengantisipaasi hancurnya umat Islam dan mengokohkan serta menguatkan Islam. Karena itu Rasul masih memberikan zakat pada muallaf pada saat fath Mekkah dan umat Islam sudah banyak. Dengan demikian, untuk saat sekarang dapat dipahami bahwa semua kegiatan yang dilakukan untuk membuat umat Islam yang lemah imannya tetap dalam keyakinannya dan tidak tergoda untuk berpindah ke agama selain Islam, dapat didanai dengan dana zakat. Karena esensi dari kegiatan tersebut dapat dikategorikan pada pemberian dana untuk kelompok muallaf ini.19 Yang dimaksud dengan golongan muallaf, antara lain adalah mereka yang diharapkan kecenderungan hatinya atau keyakinannya dapat bertambah terhadap Islam, atau terhalangnya niat jahat mereka atas kaum Muslimin, atau harapan

19Masdar F. Mas’udi, Didin Hafiuddin, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju


(38)

28

akan adanya kemanfaatan mereka dalam membela dan menolong kaum Muslimin dari musuh.

Alasan golongan sebagai sasaran zakat dengan menempatkan golongan ini sebagai sasaran zakat, maka jelas bagi kita, sebagaimana telah di kemukakan diatas, bahwa zakat dalam pandangan Islam bukan sekedar ibadah yang dilakukan secara pribadi, tetapi juga merupakan tugas penguasa atau mereka yang berwewenang untuk mengurus zakat, terutama permasalahan sasaran zakat untuk golongan muallaf ini, yang menurut kebiasaan tidak mungkin dapat dilakukan secara seseorang.20

Dalam tafsir al-Maraghi di sebutkan, bahwa yang termasuk muallaf adalah:

a) Orang kafir yang diperkirakan atau diharapkan mau beriman dan memeluk agam Islam.

b) Orang yang baru masuk Islam yang dengan harapan imannya kuat tidak goyah lagi sesuadah memeluk Islam.

Pembagian muallaf seperti di kemukakan di atas, dapat dipahami dalam kondisi dan dengan situasi tertentu. Sebab, disinyalir dalam masyarakat ada orang yang ingin memeluk Islam karena alasan ekonomi ( mendapat bagian dari zakat ) dan tentu saja secara lahiriah dapat diterima, asal jangan sampai seumur hidup

20


(39)

menjadi muallaf. Sekiranya para muallaf memang ditakdirkan fakir dan miskin. Maka dia berhak menerima zakat atas nama fakir dan miskin.21

d. Budak Belian (Riqab)

Dalam sejarahnya, jauh sebelum Islam datang, Riqab terjadi karena sebab tawanan perang. Oleh sebab itu, ada beberapa cara yang digunakan untuk membantu memerdekakan budak, seperti sebagai sanksi dari beberapa pelanggaran terhadap aturan Islam.

Dana zakat pun diperuntukkan bagi budak yang masuk Islam untuk mendapatkan hak kemerdekaannya sebagai manusia.22 Para budak yang dimaksudkan disini, menurut jumhur ulama, ialah para budak Muslim yang telah membuat perjanjian dengan tuannya untuk dimerdekakan dan tidak memiliki uang untuk membayar tebusan atas diri mereka, meskipun mereka telah bekerja keras membanting tulang mati-matian. Mereka tidak mungkin melepaskan diri dari orang yang tidak menginginkan kemerdekaannya kecuali telah membuat perjanjian. Jika ada seorang hamba yang dibeli, uangnya tidak akan diberikan kepadanya melainkan kepada tuannya. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk memberikan zakat kepada para budak itu agar dapat memerdekakan diri mereka. e. Orang Yang Berhutang

21

M. Ali Hasan, Zakat dan Infak Salah Satu Solusi Mnegatasi Problema Sosial di Indonesia, hal 97-98

22Masdar F. Mas’

udi, Didin Hafiuddin, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju Efektivitas Pemanfaatan zakat, Infak dan sedekah, hal 24


(40)

30

Pemahaman terhadap gharimin dalam sebagian besar literatur tafsir atau fikih dibatasi pada orang yang punya hutang untuk keperluannya sendiri dan dana dari zakat diberikan untuk membebaskannya dari hutang23. Menurut Mazhab Abu Hanifah, gharim adalah orang yang mempunyai utang, dan dia tidak memiliki

bagian lebih dari utangnya. Menurut Imam Malik, Syafi’I dan Ahmad, bahwa

orang yang mempunyai utang terbagi kepada 2 golongan, masing-masing mempunyai hukumnya tersendiri. Pertama, orang yang mempunyai utang untuk kemaslahatan dirinya sendiri dan tidak punya aset dan pendapatan yang cukup untuk terlepas dari hutang, sehingga mereka bisa memenuhi kebutuhan dasar

mereka. Syafi’iyyah menyatakan bahwa gharim meliputi : 1) hutang karena

mendamaikan dua orang yang bersengketa.

Dana zakat dapat diberikan untuk pengganti pengeluaran tersebut, meskipun orangnya secara pribadi mampu, 2). Hutang untuk kepentingan pribadi, dan 3) Hutang karena menjamin orang lain. Untuk dua yang terakhir, dana zakat diberikan kepada yang berhutang kalau dia tidak mampu membayarnya24. Dan

kedua, orang yang mempunyai hutang untuk kemaslahatan masyarakat atau yang

memiliki aktivitas dan tanggung jawab yang besar dalam urusan public.25 Seperti upaya mendamaikan dua orang yang bersengketa, ia berhak mendapatkan

23Masdar F. Mas’udi, Didin Hafiuddin, Reinterpretasi Pend

ayagunaan ZIS Menuju Efektivitas Pemanfaatan zakat, Infak dan sedekah, hal 21

24Masdar F. Mas’

udi, Didin Hafiuddin, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju Efektivitas Pemanfaatan zakat, Infak dan sedekah, hal 21

25

Mustofa Edwin Nasution, Zakat dan pembangunan : Era Baru Zakat Menuju Kesejahteraan Ummat, hal 71


(41)

distribusi dana zakat untuk mengganti dana yang dikeluarkannya meskipun yang berhutang secara pribadi kaya.

Begitu juga hutang yang diakibatkan karena program atau kegiatan untuk kepentingan social, seperti dana yayasan anak yatim, atau rumah sakit untuk pengobatan masyarakat miskin atau sekolah untuk kaum Muslimin. Dalam konteks ini dapat dipahami bahwa hutang yang timbul akibat dari operasional mengurusi masalah umat Islam, atau upaya penyelesaian sengketa dalam bentuk apa pun dapat didanai oleh dana zakat. Seperti Advokasi, penegak HAM, perlindungan anak dan bantuan hukum, terutama bagi umat Islam yang tidak mampu untuk mendapatkan haknya. Biaya operasional program dimaksud tentu saja dapat didanai dengan dana zakat. Hal itu disebabkan kegiatan tersebut termasuk pada upaya untuk menyelesaikan sengketa dan biasanya dialami oleh masyarakat tidak mampu baik akses atau pun ekonomi.26

Ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam mendistribusikan dana zakat untuk pengertian dari gharimin : Pertama, adanya kebutuhan kepada materi yang mendesak untuk membayar hutang, kedua, motivasi berhutang adalah untuk kebaikan dan kemaslahatan.27

f. Orang yang berjalan di jalan Allah ( Sabilillah )

26Masdar F. Mas’udi, Didin Hafiuddin, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju

Efektivitas Pemanfaatan zakat, Infak dan sedekah, hal 21 s/d 22

27

M. Arif Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat mengomunikasikan kesadaran dan membangun jaringan, hal 220


(42)

32

Sasaran dana zakat yang ketujuh adalah sabilillah. Pada masa awal dipahami dengan jihad fi sabilillah, namun dalam perkembangannya sabilillah tidak hanya sebatas pada jihad, akan tetapi mencakup semua program dan kegiatan yang memberikan kemaslahatan pada umat Islam. Namun dalam perkembangannya sabilillah tidak hanya terbatas pada jihad, akan tetapi mencakup semua program dan kegiatan yang memberikan kemaslahatan pada umat Islam. Dalam beberapa literature secara eksplisit ditegaskan bahwa sabilillah tidak tepat hanya dipahami jihad, karena katanya umum, jadi termasuk semua kegiatan yang bermuara pada kebaikan seperti mendirikan benteng, memakmurkan masjid, termasuk mengurus mayat. Bahkan termasuk di dalamnya para ilmuwan yang melakukan tugas untuk kepentingan umat Islam, meskipun secara pribadi ia kaya.

Dapat dipahami bahwa dana zakat untuk sabilillah, dapat diberikan kepada pribadi yang mencurahkan perhatiannya untuk kepentingan umum umat Islam, sebagai kompensasi dari tugas yang mereka lakukan. Di samping itu juga diberikan untuk pelaksanaan program atau kegiatan untuk mewujudkan kemaslahatan umum umat Islam, seperti benteng, mendirikan rumah sakit, dan pemberian layanan kesehatan. Bahkan termasuk dalam kategori ini semua upaya pemberantasan kejahatan.28

28Masdar F. Mas’udi, Didin Hafiuddin, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju


(43)

Sesungguhnya arti kalimat ini menurut bahasa aslinya sudah jelas. Sabil adalah thariq/jalan. Jadi sabilillah artinya jalan yang menyampaikan pada ridha Allah. Al-Allamah Ibnu Atsir menyatakan, bahwa sabil makna aslinya adalah at-thariq/jalan. Sabilillah adalah kalimat yang bersifat umum, mencakup segala amal perbuatan ikhlas, yang dipergunakan untuk bertakarrub kepada Allah azza wa jalla, dengan melaksanakan segala perbuatan wajib, sunnah. Apabila kalimat ini bersifat mutlak, maka biasanya dipergunakan untuk pengertian jihad ( berperang ), sehingga karena seringnya dipergunakan untuk itu, seolah-olah sabilillah itu artinya hanya khusus untuk jihad.29

Diantara ahli ilmu ada yang menetukan fisabilillah di sini dengan ghazwah (perang). Yakni mereka menentukan hak ini untuk orang yang berperang saja, baik mereka itu bala tentara penyerang ataupun bala tentara yang mempertahankan negeri. Oleh karena itu, terhapuslah bagian sabilillah ini dari daftar pembagian zakat. Telah lama sekali bagian ini dilupakan orang, tidak diadakan lagi, dari daftar pembagian, lantaran mereka menanamkan atau memaksudkan dengan sabilillah, ghazwa. Satu bagian yang amat penting telah dilupakan lantaran kefanatikan belaka.30

Zakat dan infak, dapat dimanfaatkan untuk mengatasi sebagian dana yang diperlukan untuk kepentingan pendidikan yang disebutkan di atas yang diambil

dari “fisabilillah”.

29

DR. Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, Hal 610-611

30


(44)

34

a. Ibn Sabil

Ibn Sabil sebagai penerima zakat dipahami dengan orang yang kehabisan biaya di perjalanan ke suatu tempat bukan untuk makssiat. Tujuan pemberian zakat untuk mengatasi keterlantaran, meskipun di kampong halamannya ia termasuk mampu.

Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa dana zakat dapat diberdayakan kepada orang yang tidak mampu untuk meringankan himpitan ekonomi, membantu mereka untuk mendapatkan haknya, dan untuk kegiatan yang bertujuan untuk kemaslahatan umum umat Islam.

Penerima zakat dilihat dari dari penyebabnya dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu :

b. Ketidakmampuan

Kelompok atau orang yang masuk dalam kategori ini dapat dibedakan pada hal, yaitu: ketidakmampuan dibidang ekonomi. Ke dalam kelompok ini termasuk fakir, miskin, gharim, dan ibn sabil. Harta zakat diberikana kepada mereka selain riqab untuk mengatasi kesulitan ekonomi.

c. Kemaslahatan umum umat Islam

Mustahik bagian kedua ini mendapatkan dana zakat bukan karena ketidakmampuan finansial, tapi karena jasa dan tujuannya untuk kepentingan umum umat Islam. Yang masuk dalam kelompok ini adalahamil, muallaf, dan fi sabilillah.


(45)

Dari kedua uraian tersebut, dana zakat dapat di berdayakan bagi fakir dan miskin untuk mencapai tujuan zakat sebagai upaya membantu masyarakat fakir dan miskin dari keterpurukan krisis yang menghimpit mereka, maka dari itu dana zakat dapat dipergunakan untuk bantuan finansial untuk meningkatkan taraf hidup mereka.

3. Subjek Zakat

subjek zakat disebut muzakki, yaitu orang yang berdasrkan ketentuan hukum Islam diwajibkan mengeluarkan zakat atas harta yang dimilikinya. Para ulama sepakat bahwa zakat yang diwajibakn kepada orang muslim dewasa yang sehat akal, merdeka dan memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dengan syarat-syarat tertentu pula. Maka zakat tidak diwajibkan kepada orang kafir.31

a. Syarat-syarat wajib zakat

Menurut para ahli hukum Islam, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar kewajiban zakat dapat dibebankan para harta yang dipunyai seorang muslim. Syarat-syarat itu adalah :

1. Pemilik yang pasti 2. Berkembang

3. Melebihi kebutuhan pokok 4. Bersih dari hutang

5. Mencapai nishab 6. Berlalu setahun

31


(46)

36

b. Zakat Perusahaan 1. Landasan hukum

Sebagaimana dimaklumi, pada saat ini hamper sebagian besar perusahaan dkelola tidak secara individual, melainkan secara bersama-sama dalam sebuah kelembagaan dan organisasi dengan manajemen yang modern. Misalnya dalam bentuk PT. CV, atau koperasi. Perusahaan tersebut harus mencakup tiga hal yang besar. Pertama, perusahaan yang menghasilkan produk-produk tertentu. Jika dikaitkan dengan kewajiban zakat, makaproduk yang dihasilkannya harus halal dan dimiliki oleh orang-orang yang beragama Islam, atau jika pemiliknya bermacam-macam agamanya, maka berdasarkan kepemilikan saham dari yang beragama Islam. Kedua,perusahaan yang bergerak dibidang jasa, seperti perusahaan akuntansi. Ketiga, perusahaan yang bergerak dibidang keuangan, seperti lembaga keuangan, baik bank maupun nonbank.

2. Nishab, Waktu, Kadar, dan Cara Mengeluarkan Zakat Perusahaan. Para ulama peserta Muktamar Internasional pertama tentang zakat, mengenalogikan zakat perusahaan ini kepada zakat perdagangan, karena dipandang dari aspek legal dan ekonomi kegiatan sebuah perusahaan intinya terpijak kepda kegiatan perdagangan. Demikian pula nishabnya adalah senilai 85 gram emas, sama dengan nishab zakat perdagangan dan sama dengan nishab zakat emas dan perak. Sebuah perusahaan biasanya memiliki harata yang tidak


(47)

akan terlepas dari tiga bentuk. Pertama,harata adalah bentuk barang. Kedua, harta dalam bentuk uang tunai. Ketiga, harta dalam bentuk piutang.32

c. Zakat Saham dan Obligasi

Saham adalah surat tanda penyertaan dalam perusahaan baik yang berbentuk persekutuan maupun perseroan terbatas. Sedangkan obligasi adalah surat tanda pengakuan utang yang dikeluarkan oleh perusahaan atau pemerintah, yang akan dilunasi dalam jangka waktu yang ditentukan dan pendapatan bunga yang biasanya tercantum dalam surat obliasi yang bersangkutan. Nishab zakat atas saham dan obligasi adalah sebesar 85 gram emas, dan tarifnya boleh sebesar 2,5% dari nilai saham dan obligasi ditambah keuntungannya atau 10% dari keuntungan bersih investasi dalam saham dan obligasi tersebut.33

d. Pemberdayaan Muzakki

Bentuk dan sifat pendayagunaan, Ada dua bentuk penyaluran dana zakat antara lain :

1. Bentuk sesaat, dalam hal ini berarti bahwa zakat hanya diberikan kepada seseorang satu kali atau sesaat saja. Dalam hal ini juga berarti bahwa penyaluran kepada mustahik tidak disertai target terjadinya kemandirian ekonomi dalam diri mustahik. Hal ini dikarenakan mustahik yang bersangkutan tidak mungkin lagi mandiri, seperti pada diri orang tua

32

Dr. Kh. Didin Hafiudhuddin, M. Sc, Zakat Dalam Perekonomian Modern, ( Jakarta, Gema Insani,2002) h 99-102

33


(48)

38

yang sudah jompo, orang cacat. Sifat bantuan sesaat ini idealnya adalah hibah.

2. Bentuk pemberdayaan, merupakan penyaluran dana zakat yang disertai target merubah keadaan penerima dari kondisi kategori mustahik menjadi kategori muzakki. Target besar yang tidak dapat dengan mudah dan dalam waktu yang singkat. Untuk itu, penyaluran dana zakat harus disertai dengan pemahaman yang utuh terhadap permasalahn yang ada pada penerima. Apabila permasalahannya adalah permasalahan kemiskinan, harus diketahui kemiskinan tersebut sehingga tidak dapat mencari solusi yang tepat demi tercapainya target yang telah direncanakan.

Menurut Widodo yang dikutip dari buku Lili Bariadi dkk,, bahwa sifat dan bantuan pemberdayaan terdiri dari riga yaitu :

a. Hibah, zakat pada asalnya harus diberikan berupa hibah artinya tidak ada ikatan antara pengelola dengan mustahik setelah penyerahan dana zakat. b. Dana bergulir, dana zakat dapat diberikan berupa dana bergulir oleh

pengelola kepada mustahik dengan catatan harus qardul hasan, artinya tidak boleh ada kelebihan yang harus diberikan oleh mustahik kepada pengelola ketika pengembalian pinjaman tersebut, jumlah pengembalian sama dengan jumlah yang dipinjamkan.


(49)

Pembiayaan, penyaluran dana zakat oleh pengelola kepada mustahik tidak boleh dilakukan berupa pembiayaan, artinya tidak boleh ada ikatan seperti

shahibul ma’al dengan mudharib dalam penyaluran zakat. Objek zakat berbeda dengan objek pajak dalam satuan hukumnya. Objek atau mal zakat yang selalu dinishabkan berdasarkan Al-qur’an dan hadis baru sebatas hukum Islam dan Fiqh yang ada dalam pikiran utama, belum dituangkan dalam undan-undang seperti objek pajak.34

C. Usaha Kecil Menengah

1. Pengertian Usaha Kecil Menengah

Pengertian Usaha Kecil Menengah sangatlah beragam, tergantung konsep yang digunakan oleh tiap-tiap Negara. Beragamnya pemahaman mengenai usaha kecil menjadi salah satu faktor yang membuat sector ini termarginalkan. Padahal hal tersebut menyangkut kepentingan sebagian besar lapisan masyarakat, terutama di Negara berkembang.35

Tujuan pengelompokkan usaha/bisnis dapat disebutkan beragam dan pada intinya mencakup empat macam tujuan, antara lain :

1. Untuk keperluan analisis yang dikaitkan dengan ilmu pengetahuan. 2. Untuk keperluan penentuan kebijakan-kebijakan pemerintah.

3. Untuk meyakinkan pemilik modal/pengusaha tentang posisi perusahaannya.

34

Rusli. Achyar, Zakat = Pajak, Renada, cet.1 : 2005,h.132

35

Tiktik Sartika Partomo, Abd. Rachman Soejoedono, Ekonomi Skala Kecil /Menengah dan Koperasi, ( Bogor, Ghalia Indonesia, 2004) cet,ke-I,h 15s


(50)

40

4. Untuk pertimbangan badan tertentu berkaitan dengan antisipasi kinerja perusahaan.36

Kriteri umum UKM dilihat dari cirri-cirinya pada dasarnya dianggap sama, yaitu sebagai berikut :

a. Struktur organisasi yang sangat sederhana. b. Tanpa staf yang berlebihan.

c. Pembagian kerja yang kendur.

d. Memiliki hirarki manajerial yang kendur.

e. Aktivitas sedikit yang formal dan sedikit menggunakan proses perencanaan.

f. Kurang membedakan asset pribadi dari asset perusahaan.

UKM menghadapi kendala-kendala dalam mempertahankan atau mengembangkan usahanya antara lain dalam hal modal, kurang dalam pengetahuan pengelolaan usaha dan lemah di bidang pemasaran.

36Ibid


(51)

41

BAB III

GAMBARAN UMUM BAITUL QIRADH BAZNAS

A. Sejarah Berdirinya Baitul Qiradh Baznas

Badan Amil Zakat Nasional sebagai badan pengelola ZIS nasional dituntut untuk selalu memberikan pelayanan prima kepada muzakki dan mustahiq. Dalam rangka memberdayakan mustahik, BAZNAS meluncurkan lembaga keuangan mikro syariah dengan nama Baitul Qiradh BAZNAS (BQB). Acara peresmian dilaksanakan Jumat 26 Februari 2010 di halaman kantor BAZNAS, bertepatan dengan hari libur nasional Maulid Nabi Muhammad SAW 12 Rabiul Awal.

Baitul Qiradh BAZNAS didirikan dengan tujuan untuk membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat lapisan bawah dalam bidang ekonomi. Program layanan lembaga diberikan dalam bentuk pinjaman qardhul hasan (pinjaman tanpa bunga ataupun bagi hasil) kepada masyarakat agar terlepas dari jeratan rentenir. Sumber dana untuk qardhul hasan bersumber dari dana zakat yang dikelola BAZNAS. Di samping itu, BQB juga mengeluarkan produk komersial syariah berupa simpanan dan pembiayaan.

Peresmian dilakukan oleh Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM Ir. Agus Muharram MSp. Dihadiri pula oleh Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama RI Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar MA, beberapa anggota Komisi VIII DPR-RI, para penmgurus BAZNAS, Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) dan tamu undangan lainnya.


(52)

42

Dalam acara tersebut juga dilakukan penyerahan BAZ Card dan penyaluran pembiayaan kepada pedagang pasar.Baitul Qiradh adalah lembaga

keuangan mikro syari’ah yang berperan untuk menumbuhkan,

mengembangkan dan mendekatkan layanan BAZNAS khususnya kepada kalangan usaha mikro dan kecil yang belum mendapatkan akses perbankan. Pengoperasian lembaga ini bekerjasama dengan BMT One Baitul Qiradh BAZNAS merupakan salah satu program dari Indonesia Makmur dan bagian dari program pendayagunaan ZIS untuk meningkatkan kesejahteraan kaum fakir-miskin.

Sampai saat ini BAZNAS telah membentuk Baitul Qiradh (BQ) Baiturrahman BAZNAS Madani, BQ Al-Fatah BAZNAS Madani dan BQ Nanggroe BM di Provinsi Aceh yang kini memiliki asset 2,5 - 8,6 M, Selain itu BAZNAS telah mengembangkan 20 Baitul Maal Desa di DIY dan Jawa Timur.Baitul Qiradh BAZNAS (BQB) dikelola secara modern dengan memanfaatkan sistem ICT dimana salah satu produk tabungannya adalah BAZNAS card yang nantinya akan bisa digunakan diseluruh EDC dan BMT ONE diseluruh Indonesia. Keberadaan Baitul Qiradh sebagai salah satu lembaga penyedia layanan keuangan mikro terhadap masyarakat kelas bawah dan seiring perkembangan zaman,

Baitul Qiradh Baznas telah mampu memainkan peranan penting dalam upaya pemberdayaan masyarakat untuk mengentaskan kemiskinan dan juga untuk mencapai taraf hidup yang sejahtera.


(53)

Baitul Qiradh juga melakukan berbagai aktivitas keuangan dalam upaya memberikan pelayanan finansial terhadap masyarakat yang memiliki penghasilan yang kecil.

Baitul Qiradh dalam arti bahasa adalah “Rumah Pinjaman” yang usaha

pokoknya menghimpun dana dari pihak ketiga (anggota penyimpan) dan menyalurkan pembiayaan kepada usaha-usaha yang produktif dan menguntungkan.

Dewasa ini perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, sebagai gerakan kemasyarakatan menunjukkan keberhasilan yang nyata. Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah sangat cepat seiring dengan masyarakat muslim yang menginginkan Lembaga Keuangan yang bebas dari Riba dan sesuai dengan prinsip Syariah atau Hukum Islam.

Baitul Qiradh belum dapat dipayungi oleh ketentuan hukum yang jelas karena dalam peraturan hukum Indonesia yang dapat melakukan simpan pinjam adalah koperasi dan perbankan. Sehingga untuk saat ini Baitul Qiradh diarahkan dalam payung hukum koperasi. Selain untuk mensejahterakan anggotanya, Baitul Qiradh juga berupaya untuk memajukan kehidupan masyarakat kelas bawah untuk mencapai taraf hidup yang layak.

B. Visi, Misi, dan Tujuan

1) Visi

Terdepan Melayani Usaha Mikro Kecil Menengah 2) Misi


(54)

44

b. Lembaga yang memfasilitasi kebutuhan permodalan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah dan anggotanya.

3) Tujuan

Untuk membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat lapisan bawah dalam bidang ekonomi.1

C. Struktur Organisasi Baitul Qiradh Baznas

Baitul Qiradh Baznas merupakan koperasi serba usaha yang lebih mengedepankan sistem syariah, maka strukturv organisasi dibuat berdasarkan fungsi unun dari BMT koperasi dan di sesuaikan jenis usahanya, dan setiap pelaksanaan yang sama dapat melakukan fungsi lain dengan tetap menjaga tatakelola usaha yang baik (Good Governance).

Ciri khas dari Baitul Qiradh Baznas ini adalah memiliki Dewan Pengawas Syariah ( DPS ). Fungsi dan tugas dari Dewan Pengawas Syariah ( DPS ) adalah membantu utnuk mengarahkan agar tetap sesuai dengan aturan-aturan atau ketentuan syariah. Fungsi umum yang terdapat dalam operasional BQB terdiri dari :

1. Usaha dan Marketing

a. Simpan, yaitu pengumpulan dana dari anggota dan calon anggota yang dilayani serta melakukan kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam rangka peningkatan modal usaha BMT.

b. Pembiayaan, yaitu merencanakan dan mengalokasikan dana pemberian modal bagi anggota, serta memelihara account.

1


(55)

c. Jasa, yaitu melakukan kegiatan usaha dalam bidang pelatihan, pendampingan manajemen, dan jasa-jasa lainnya.

d. Perdagangan, yaitu melakukan kegiatan usaha jual beli barang komoditas.

2. Operasional dan Hukum

a. Operasional, yaitu melakukan pelayanan kepada anggota dalam hal kebutuhan produk, baik modal, barang dan jasa maupun pelayanan penerimaan dana atau jenis transaksi lainnya.

b. Hukum dan Adminstrasi, yaitu melakukan proses yuridis atau pengesahan dokumen-dokumen terkait. Adminstrasi adalah proses pencatatan transaksi serta melakukan penyimpanan dokumen secara tertib dan aman.2

3. Keuangan dan Akuntansi

a. Keuangan, yaitu merencanakan dan melaksanakan proses pemasukan dan pengeluaran dana secara teratur ( menjaga likuiditas ).

b. Akuntansi, yaitu melakukan proses pencatatan dan pembuatan laporan secara berkala.

4. SDM dan Umum

a. SDM, yaitu melakukan penetapan tugas kerja jenjang dan peningkatan skill ( keterampilan ) karyawan.

b. Umum, yaitu melakukan proses pengadaan asset yang berhubungan dengan operasional.

2

Hasil Wawancara Dengan Ibu Yanah Baitul Qiradh Baznas pada tanggal 20 Februari 2011


(56)

46

GENERAL MANAJER

1. Pengumpulan dana 1. Layanan anggota 1. Pengaturan Dana 1. SDM

2. Pembiayaan 2. Teller 2. Kasir 2. Pelatihan

3. Bisnis barang 3. Hokum 3. Pencatatan 3. pengadaan

4.Administrasi 4. Pelaporan

Perangkat Organisasi Baitul Qiradh Baznas

Manajemen. 3

3

Hasil wawancara dengan Ibu Yanah Baitul Qiradh Baznas pada tanggal 21 Februari 2011

Manajer Keuangan Manajer Usaha

dan Marketing

Manajer Operasional

Manajer SDM dan

Umum

Perangkat Dewan Syariah

KMU Mas Berlian

Rapat Badan Pengurus


(57)

D. Produk- Produk di Baitul Qiradh Baznas 1. Simpanan

Simpanan pada Baitul Qiradh Baznas adalah menurut peraturan pemerintah No.9 Tahun 1995 tentang pelaksanaan kegiatan simpan pinjam oleh koperasi, pengertian simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota, koperasi-koperasi lain dan atau anggotanya kepada koperasi dalam bentuk modal ( simpanan pokok, simpanan wajib, dan penyertaan ), Simpanan lancar dan simpanan koperasi berjangka.

Prinsip simpanan dalam Baitul Qiradh Baznas adalah prinsip operasional syariah yang digunakan dalam penghimpunan dana simpanan adalah wadiah atau mudharabah.Jenis simpanan, investasi dan ketentuannya yaitu Tabungan /Titipan Wadiah Mufhlaqoh, Tabungan/Titipan Wadiah Muqqoyyaadah, Tabungan / Investasi Mudharabah Muthlaqoh.

a. Simpanan Ta’awun Baitul Qiradh Baznas adalah simpanan yang dikelola berdasarkan prinsip Mudharabah.

b. Tabungan Muzakki merupakan simpanan anggota yang didasarkan atas akad Mudharabah yaitu tabungan yang didalamnya ada perjanjian pembagian nisbah bagi hasil.

c. Investasi Aghniya’ adalah jenis simpanan anggota yang diperuntukkan bagi anda yang menginginkan menyimpan dana dalam jangka panjang melalui prinsip syariah. Produk ini didasarkan atas akad Mudharobah. d. Tabungan Hari Raya ( THR )


(58)

48

2. Pembiayaan

Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara lembaga keuangan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang di biayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Pengertian tersebut diatas mengandung unsur-unsur lain yaitu :

a. Kepercayaan, yaitu mempercayai sejumlah uang untuk dikelola. b. Waktu, yaitu adanya batasan jangka waktu untuk pengelolaan dana dan

juga didasarkan kepada kemampuan pengembalian atau pembaayaran kembali.

c. Risiko, yaitu pencegahan terjadinya ketidakpastian usaha atau akibat ketidakmampuan membayar serta juga antisipasi tingkat keamanan terhadap usaha itu sendiri.

d. Keuntungan, yaitu nilai tingkat keuntungan yang akan diperoleh BMT dan tingkat likuiditas operasional sehari-hari, termasuk di dalamnya nilai ekonomis uang saat pemberian pembiayaan. 4

4


(59)

49 BAB IV

ANALISIS PEMBERDAYAAN DANA ZAKAT BAITUL QIRADH BAZNAS MELALUI PROGRAM USAHA KECIL MENENGAH

A. Pemberdayaan Dana Zakat Baitul Qiradh Baznas Melalui Program

Usaha Kecil Menengah

Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa Inggris yaitu

empowerment. Pemberdayaan (empowerment) berasal dari kata dasar “power”

yang berarti kemampuan berbuat, mencapai melakukan atau memungkinkan. Awalan “em”berasal dari bahasa Latin dan Yunani, yang berarti didalam diri manusia, suatu sumber aktivitas. Menurut T. Hani Handoko, sebagaimana yang dikutip oleh Diana dalam buku perencanaan sosial Negara berkembang, mendefinisikan pemberdayaan adalah suatu usaha jangka panjang untuk memperbaiki proses pemecahan masalah dan melakukan pembauran.1

Bentuk pemberdayaan dana zakat menjadi sebuah program pemberdayaan ekonomi yang mampu mewujudkan kesejahteraan umat.

Bagi penerima dana zakat dalam hal ini pelaku usaha mikro di berbagai sektor usaha seperti di pedesaan dan perkotaan, dengan adanya dana zakat yang di salurkan dengan bentuk pembiayaan, pendampingan, secara intensif mereka menyadari untuk memperbaiki hidup mereka dengan sikap pengetahuan, dan keterampilan untuk kehidupan yang lebih baik.

1

Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Zakat dan Wakaf (Jakarta : Universitaas Indonesia, 2006 ).


(60)

50

Maka dari itu dengan adanya pemberdayaan dana zakat melalui program usaha kecil menengah adalah kemampuan berbuat untuk melakukan usaha dalam jangka waktu panjang untuk menyelesaikan masalah dalam memberikan dampak positif bagi para mustahik yang ingin mendirikan usaha kecil dan mengentaskan kemiskinan yang berlarut-larut. Jadi Pemberdayaan dana zakat pada Baitul Qiradh Baznas adalah dana zakat tersebut akan di berdayakan untuk mendirikan usaha para mustahik, karena begitu banyak para mustahik yang ingin mendirikan usaha tapi mereka kekurangan biaya dan dana zakat tersebut di berikan kepada sumber zakatnya, yaitu fakir dan miskin. Yang di maksud oleh fakir dan miskin adalah orang miskin di samping tidak mampu dibidang financial, mereka juga tidak memiliki pengetahuan dan akses. Untuk mencapai tujuan tujuan zakat sebagai upaya membantu masyarakat miskin keluar dari krisis yang menghimpit mereka, maka disamping dana zakat yang diberikan bersifat konsumtif, dan produktif, juga dapat dipergunakan untuk program yang mengarah pada upaya mendapatkan hak kaum miskin, seperti pendampingan kaum miskin ( advokasi ), HAM, dan sejenisnya.

Bantuan financial saja mungkin tidak akan meningkatkan taraf hidup mereka, apabila penyebab dari ketidakmampuan dan ketidakberdayaan mereka tidak diatasi. Oleh sebab itu, semua upaya atau kegiatan untuk membantu


(61)

pendidikan. Karena bantuan tersebut juga dapat dinikmati secara langsung oleh mereka.2

Dana zakat tersebut dalam bantuan pemberdayaannya adalah dana bergulir, yaitu dana yang diberikan berupa oleh pengelola kepada mustahik dengan catatan harus qardhul hasan, yang artinya tidak boleh ada kelebihan yang harus diberikan oleh mustahik kepada pengelola Dan pemanfaatan dana zakat tersebut adalah pemberdayaan produktif kreatif, yaitu pemberdayaan ini mewujudkan dalam bentuk modal yang dapat dipergunakan untuk menambah modal seorang pedagang atau pengusaha kecil. Usaha yang paling banyak yang diminati oleh para mustahik yang mendapatkan dana zakat tersebut adalah usaha sembako, karena usaha sembako tersebut mendapatkan keuntungan yang besar bagi para mustahik, sehingga mereka dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka dari usaha yang mereka dirikan.

Pemberdayaan dana zakat melalui program usaha kecil menengah yang dilakukan oleh Baitul Qiradh Baznas adalah dengan cara :

1. Pendampingan di sini adalah sebuah bentuk hubungan yang memungkinkan terjadinya proses berbagi keterampilan dan pengalaman baik professional, maupun personal yang mendorong proses tumbuh dan berkembang sepanjang proses yang terjadi. Pendampingan merupakan bentuk hubungan antar personal antara seseorang yang dipandang lebih berpengalaman atau lebih professional dan seseorang yang diposisikan masih kurang berpengalaman atau kurang professional. Pendampingan

2

Masdar F. Mas’udi, Didin Hafiuddin, Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS Menuju Efektivitas Pemanfaatan zakat, Infak dan sedekah, hal 20


(62)

52

yang di lakukan oleh Baitul Qiradh Baznas kepada para mustahiknya adalah memberikan solusi jenis usaha apa saja yang akan mereka bangun dari pemberian dana zakat Baitul Qiradh Baznas.

2. Pelatihan adalah proses latihan atau training. Dimana setiap orang yang ingin mendirikan usaha atau wirausahaan perlu adanya pelatihan, karena dengan adanya pelatihan, mereka mendapatkan pengalaman, pelajaran tentang menjadi wirausahawan yang sukses, berhasil, dan usaha menjadi berkembang. Dari pelatihan tersebut, BQB mencoba untuk mengajak para mustahiknya datang ke pameran-pameran dan seminar-seminar tentang usaha-usaha kecil yang diadakan oleh kementrian koperasi3

Baitul Qiradh Baznas dalam hal ini memberdayakan dana zakat yang berdasarkan produk-produk dari Baitul Qiradh Baznas, yaitu :

a. Simpanan :

Simpanan pada Baitul Qiradh Baznas adalah menurut peraturan pemerintah no.9 tahun 1995 tentang pelaksanaan kegiatan simpan pinjam oleh koperasi, pengertian simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota, koperasi-koperasi lain dan atau anggotanya kepada koperasi dalam bentuk modal (simpanan pokok, simpanan wajib, dan penyertaan), Simpanan lancar dan simpanan koperasi berjangka.

Adapun jenis-jenis dari simpanan adalah : a) Tabungan / Titipan Wadiah Mufhlaqoh b) Tabungan / Titipan Wadiah Muqqoyyaadah

3


(63)

c) Tabungan / Investasi Mudharabah Muthlaqoh

1. Simpanan Ta’awun Baitul Qiradh Baznas adalah simpanan yang dikelola berdasarkan prinsip Mudharabah.

2. Tabungan Muzakki merupakan simpanan anggota yang didasarkan atas akad Mudharabah yaitu tabungan yang didalamnya ada perjanjian pembagian nisbah bagi hasil.

3. Investasi Aghniya’ adalah jenis simpanan anggota yang diperuntukkan bagi anda yang menginginkan menyimpan dana dalam jangka panjang melalui prinsip syariah. Produk ini didasarkan atas akad Mudharobah. 4. Tabungan Hari Raya (THR)

b. Pembiayaan

Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara lembaga keuangan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang di biayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Pengertian tersebut diatas mengandung unsure-unsur lain yaitu : 1. Kepercayaan, yaitu mempercayai sejumlah uang untuk dikelola. 2. Waktu, yaitu adanya batasan jangka waktu untuk pengelolaan dana dan

juga didasarkan kepada kemampuan pengembalian atau pembaayaran kembali.


(1)

Jawaban Wawancara

1. Baitul Qiradh Baznas berdiri tanggal 26 Februari 2010

2. Tujuan di didrikannya Baitul Qiradh Baznas adalah menjadikan keuangan

syariah terbesar dan terluas, meningkatkan kesejahteraan dan pemerataaan masyarakat Indonesia.

3. Dana keuangan Baitul Qiradh Baznas dari Baznas, karena Baitul Qiradh

Baznas merupakan program dari Baznas, perseorangan, dana CSR, Depsos.

4. Bentuk pinjaman Kebajikan.

5. Yang menerima pinjaman Baitul Qiradh Baznas adalah 8 ASNAF

6. Nominal yang diberikan Baitul Qiradh Baznas kepada para mustahik

adalah Rp. 1.000.000

7. Mereka harus mengikuti persyaratan yang sudah di tentukan, yaitu :

1. Surat keterangan tidak mampu

2. Proposal dari pemohon

3. Rincian dari usaha

4. Foto copy KTP

5. Foto Kopy Kartu Keluarga ( KK )

8. Jangka waktu peminjaman adalah 10 bulan

9. Program yang ada pada Baitul Qiradh Baznas adalah Bantuan modal


(2)

10.Usaha kecil dan menengah yang di berdayakan oleh Baitul Qiradh Baznas adalah usaha Sembako, usaha makanan, usaha pakaian+Asesories, usaha mainan + gerabah, usaha asongan, dan usaha jahit.

11.dana zakat tersebut di pinjamkan kepada para mustahik tanpa bunga dan

sistem pinjaman dana zakat tersebut seperti peminjaman , yaitu uangnya di pinjamkan, lalu para mustahik yang sudah pinjam dana zakat itu harus kembalikan setiap bulannya seratus ribu rupiah ( Rp.100.000) sampai 10 bulan, dan yang menerima dana zakat tersebut kebanyakan adalah fakir dan miskin, karena dari kedua golongan itu orang yang tidak mampu untuk menambah modal usaha mereka.

12.Baitul Qiradh Baznas belum berhasil, di karenakan Baitul Qiradh Baznas

memerlukan butuh waktu yang lama, di sebabkan karena kesadaran para mustahik yang selalu tergantung dengan adanya dana zakat sehingga mereka tidak mandiri. dana zakat tersebut akan di berdayakan untuk mendirikan usaha para mustahik, karena begitu banyak para mustahik yang ingin mendirikan usaha tapi mereka kekurangan biaya.

13.Sumber dana zakat tersebut dari pihak BQB tidak tahu, dikarenakan yang

mengelola dana zakat adalah dari pihak Baznas. Baitul Qiradh Baznas adalah sebuah program dari Baznas.

14.Harapan Baitul Qiradh Baznas adalah adanya dukungan dari semua pihak

untuk kesuksesan program tersebut.

15.Pengaruhnya ckup membantu, karena modal tersebut dapat berputar


(3)

(4)

(5)

Jawaban Wawamcara

1. Baitul Qiradh Baznas, Jakarta (2/3), Badan Amil Zakat Nasional sebagai

badan pengelola ZIS nasional dituntut untuk selalu memberikan pelayanan prima kepada muzakki dan mustahiq. Dalam rangka memberdayakan mustahik, BAZNAS meluncurkan lembaga keuangan mikro syariah dengan nama Baitul Qiradh BAZNAS (BQB). Acara peresmian dilaksanakan Jumat 26 Februari 2010 di halaman kantor BAZNAS, bertepatan dengan hari libur nasional Maulid Nabi Muhammad SAW 12

Rabiul Awal. Baitul Qiradh dalam arti bahasa adalah “Rumah Pinjaman”

yang usaha pokoknya menghimpun dana dari pihak ketiga (anggota penyimpan) dan menyalurkan pembiayaan kepada usaha-usaha yang produktif dan menguntungkan.

a) Visi

Terdepan Melayani Usaha Mikro Kecil Menengah

b) Misi

a. Menjadikan Baitul Qiradh Baznas sebagai vionir

b. Lembaga yang memfasilitasi kebutuhan permodalan bagi Usaha

Mikro Kecil Menengah dan anggotanya.

c) Tujuan

Untuk membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat lapisan bawah dalam bidang ekonomi.

2. Baitul Qiradh Baznas merupakan koperasi serba usaha yang lebih

mengedepankan sistem syariah, maka strukturv organisasi dibuat berdasarkan fungsi unun dari BMT koperasi dan di sesuaikan jenis usahanya, dan setiap pelaksanaan yang sama dapat melakukan fungsi lain dengan tetap menjaga tatakelola usaha yang baik ( good governance ). Ciri khas dari Baitul Qiradh Baznas ini adalah memiliki Dewan Pengawas Syariah ( DPS ). Fungsi dan tugas dari Dewan Pengawas Syariah ( DPS ) adalah membantu utnuk mengarahkan agar tetap sesuai dengan aturan-aturan atau ketentuan syariah. Fungsi umum yang terdapat dalam operasional BQB terdiri dari :


(6)

1. Usaha dan Marketing

- Simpan, yaitu pengumpulan dana dari anggota dan calon anggota yang

dilayani serta melakukan kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam rangka peningkatan modal usaha BMT.

2. Pembiayaan, yaitu merencanakan dan mengalokasikan dana pemberian

modal bagi anggota, serta memelihara account.

- Jasa, yaitu melakukan kegiatan usaha dalam bidang pelatihan,

pendampingan manajemen, dan jasa-jasa lainnya.

- Perdagangan, yaitu melakukan kegiatan usaha jual beli barang

komoditas.

3. Operasional dan Hukum

- Operasional, yaitu melakukan pelayanan kepada anggota dalam hal

kebutuhan produk, baik modal, barang dan jasa maupun pelayanan penerimaan dana atau jenis transaksi lainnya.

- Hukum dan Adminstrasi, yaitu melakukan proses yuridis atau

pengesahan dokumen-dokumen terkait. Adminstrasi adalah proses pencatatan transaksi serta melakukan penyimpanan dokumen secara

tertib dan aman.1

4. Keuangan dan Akuntansi

- Keuangan, yaitu merencanakan dan melaksanakan proses pemasukan

dan pengeluaran dana secara teratur ( menjaga likuiditas ).

- Akuntansi, yaitu melakukan proses pencatatan dan pembuatan laporan

secara berkala.

5. SDM dan Umum

- SDM, yaitu melakukan penetapan tugas kerja jenjang dan peningkatan

skill ( keterampilan ) karyawan.

- Umum, yaitu melakukan proses pengadaan asset yang berhubungan

dengan operasional.

1