Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

tentu kita sendiri yang harus punya dan mampu mencontohkan akhlak yang baik sebagaimana firman Allah swt:                           Artinya: Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. QS An-Nahl16: 125. Sebaliknya dari akhlak yang buruk akan lahir akal yang buruk, dan akal buruk itulah mampu merubah kebiasaan jadi buruk dari kebiasaan buruk itulah dapat mengundang murkah-Nya Allah swt dan menyebabkan kehinaan selama- lamanya. Untuk itu di Indonesia, pengaruh masyarakat terhadap kepribadian anak siswa muslim sungguh sangat luar biasa. Begitu siswa lepas dari pengawasan orang tua atau seorang guru maka akan segera masuk kekuatan lain yang meruntuhkan bangunan kepribadian Islam anaksiswa-siswi yang sudah dibangun dengan susah payah. Dengan sudah barang tentu beda kehidupan masyarakat luas dengan kehidupan dalam keluarga atau di sekolah-sekolah atau asrama pesantren yang selalu mengontrol anak-anaknya atau siswa-siswinya oleh para orang tua atau para guru-guru di sekolah. Sebagaimana diketahui sekarang ini dari media masa TV atau Koran banyak kejadian-kejadian di luar akal manusia sehat, banyak hal penyebab dari semua itu adalah karena manusianya seperti kekurangan pendidikan aqidah dan moralitas atau akhlak. Sama halnya seperti dikatakan oleh Dr Muhammad Yahya Waloni seorang mantan pendeta besar pernah menjabat Rektor Universitas Keristen di Manado berkata: Abad XXI atau era Millenium ke-III bagi saya merupakan suatu masa dimana manusia, tua muda, kecil besar, kaya miskin, laki-laki perempuan, penjahat-pembaik, pejabat jelata, dan konglamerat dan konglamelarat mayoritas hanyut terbawa arus keinginan dan ambisi. Akibatnya sukar membedakan mana manusia sungguhan, setengah manusia dan bertubuh manusia tapi berjiwa binatang buas. Skala perbandingan karakteristik dari ketiga tipe manusia ini telah saya temukan melalui media elekktronikTV swasta, yang menayangkan eksistensi kehidupan hewan-hewan buas dihutan alam liar Australia. Dalam tayangan tesebut ditampilkan secara nyata tentang proses kehidupan antara buaya yang hidup di air asin dan air tawar, yang ternyata buaya air asinaligthor jauh lebih buas dibanding buaya air tawar. Dalam mempertahanan hidupsurvival di alam liar, apa saja yang dapat mengenyangkan perutnya, aligthor tanpa basa basi langsung menyantap apa saja, bahkan anak-anaknya yang baru saja menetas dari telur pun disantap. Sebaliknya buaya air tawar walaupun buas, masih punya „kepribinatangan‟, artinya masih bisa membedakan antara mangsa dan anaknya. 5 Oleh sebab itu para guru MA Khazanah Kebajikan memberikan perhatian besar terhadap materi akhlak ini, “disinilah letak peentingnya para pendidik memberikan pemahaman tentang adab bergaul dengan sesama teman” 6 . Kebiasaan yang baik akan lahir karakter yang baik, dari karakter terpuji inilah yang akan lahir amalan-amalan yang baik dan mengundang keridhaan Allah swt. Untuk itu saya mengadakan penelitian di Madrasah AliyahMA Khazanah Kebajikan, selain itu terpilihnya Madrasah Aliyah Khazanah Kebajikan yang menjadi objek penelitian karena merupakan lembaga pendidikan yang berciri khas Islam yang berusaha mengubah sikap pola pikir dan cara bersikap siswa kearah yang lebih positif sesuai dengan ajaran Islam. Namun karena kebanyakan dari siswa-siswinya yang berlatar belakang berbeda-beda 80 diantaranya mereka adalah yatim dan yatim piatu dan tempat tinggal mereka juga berbeda, hal ini sangat mempengaruhi dalam pembelajaran mereka seperti kurangnya motivasi belajar, sering bolos, dan khususnya aqidah dan akhlak mereka. Kalau saya melihat siswa-siswi di MA Khazanah Kebajikan 5 Muhammad Yahya Waloni, “the logical of simple” Kebenaran Islam Menurut Mantan Pendeta; Sebuah Tinjauan Teologi Kritis, Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007, cet ke-1, h.52-53 6 Ghozali, Ali , Akhlak Pergaulan Remaja , Jakarta Timur: Rizki Grafis, 2012 h. v tersebut siswanya ada yang pulang pergi dari rumah mereka masing-masing dan juga yang mukim atau tinggal di asrama. Karena begitu padatnya kegiatan siswa yang mukim di asrama sehingga tidak ada waktu sedikitpun untuk bermain. Lain halnya dengan kegiatan siswa yang tidak tinggal di asrama, atau tinggal di rumahnya masing-masing, kegiatan siswa yang di rumah tidak terorganisir, kecuali bagi siswa yang rajin belajar dan memiliki jadwal belajar di rumah atau perhatian yang lebih dari orang tua kepada anaknya untuk belajar di rumah. Dengan melihat perpedaan, latar belakang dan lingkungan siswa serta pentingnya pembelajaran akhlak yang diberikan kepada siswa, maka mendorong penulis tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut dengan dituangkan kedalam bentuk skripsi berjudul Pengaruh Pembelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Akhlak Siswa Pulang Pergi dan Mukim di MA Khazanah Kebajikan B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Masalah yang dapat di identifikasi pembelajaran akhlak siswa MA Khazanah Kebajikan sebagai berikut: a. Kurangnya motivasi belajar siswa dilihat dari pembelajaran siswa dimana siswa mengerjakan tugas di RumahPR dengan malas. b. Kurangnya Pembinaan akhlak siswa yang dilakukan guru di sekolah dan di asrama. c. Sikap guru yang tidak adil terhadap siswa yang tinggal di asrama dan yang pulang pergi dari rumah. d. Minimnya kerja sama antara guru dengan siswa dalam menanamkan aqidah akhlak dan akhlak siswa di MA Khazanah Kebajikan. e. Banyaknya pengaruh lingkungan bermasyarakat bagi siswa yang pulang pergi. f. Hal-hal yang menyebabkan menurunya akhlak siswa. g. Terdapat kesalahan dalam penerapan metode pembelajaran akhlak sehingga tidak berpengaruh terhadap kepribadian siswa. h. Kesejahterahan guru yang kurang diperhatikan sehingga berdampak pada pada pembelajarannya. i. Masuknya budaya asing yang begitu dominansehingga lebih mudah mengikutinya. 2. Pembatasan Masalah a. Pembelajaran disini yaitu proses belajar mengajar yang di dalamnya ada metode pembelajaran, media, dan materi yang disampaikan oleh guru kepada siswa. b. Aqidah akhlak disini materi yang disampaikan oleh guru yang diambil dari buku panduan siswa atau LKS. c. Akhlak diambil dari akhlak siswa yakni akhlak-akhlak yang terpuji seperti jujur, menghormati yang lebih tua, sayang kepada yang lebih muda, dan taat dalam ibadah d. Siswa di sini siswa MA Khazanah Kebajikan kelas XI sebanyak 28 orang , yang mukim atau tinggal di asrama Khazanah Kebajikan 14 orang dan yang pulang pergi atau yang bertempat tinggal di rumah masing-masing 14 orang. 3. Perumusan Masalah a. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak siswa MA Khazanah Kebajikan yang pulang pergi dan yang mukim di asrama? b. Bagaimana pengaruh pembelajaran aqidah akhlak terhadap akhlak siswa MA Khazanah Kebajikan yang pulang pergi dan yang mukim di asrama? c. Apakah terdapat perbedaan akhlak siswa yang di asrama dan akhlak siswa yang pulang pergi? C. Tujuan dan signifikansi penelian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak siswa MA Khazanah Kebajikan yang pulang pergi dan yang mukim di asrama. b. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pembelajaran akhlak terhadap akhlak siswa MA Khazanah Kebajikan yang pulang pergi dan yang mukim di asrama. c. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan akhlak siswa yang di asrama dan akhlak siswa yang pulang pergi. 2. Signifikansi Penelitian a. Sebagai tolak ukur bagi siswa yang mukim untuk mengembangkan ilmu dan akhlak yang diperoleh. b. Untuk digunakan sebagai informasi bagi siswa pulang –pergi bahwa mereka dapat bersaing dalam pembelajaran dan akhlak yang baik dimana tempat tinggal mereka dianggap kurang kondusif c. Sabagai masukan kepada dewan guru bahwa adanya sesuatu penilaian yang objektif terhadap siswa-siwi tanpa melihat latar belakang dan lingkungan tempat tinggal mereka, agar tidak ada penilaian yang keliru dalam menentukan nilai atau prestasi anak khususnya pada mata pelajaran aqidah akhlak. Serta menanamkan suritauladan yang baik dari berbagai aspek. d. Peningkatan mutu dan sarana prasarana pendidikan sangatlah diperlukan guna menciptakan lulusan yang mempunyai ilmu dan aqidah serta akhlak yang baik dimana siswa-siswi siapapun tanpa dilihat keadaan dan lingkungan tempat tinggal mereka. Akan mampu menjadi contoh yang baik bagi masyarakatnya. e. Untuk mengetahui ilmu pengetahuan dan supaya mengetahui kekurangtahuan yang penulis miliki selama ini. f. Untuk digunakan sebagai bahan informasi bagi para peneliti atau siapa saja yang membutuhkan untuk mengembangkan penelitian ini.

BAB II LANDASAN DAN TEORI PENELITIAN

A. Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata dasar “ajar” yaitu kata benda yang artinya petunjuk yang diberikan agar seseorang mau menurutimengetahui sesuatu. Sedangkan kata “belajar”kata kerja yang artinya berusaha untuk memperoleh ilmu untuk menguasai sesuatu keterampilan. Sedangkan pembelajaran itu sendiri kata kerja yang artinya proses, cara menjadikan orang belajar . 7 Pembelajaran adalah proses belajar dan mengajar. Kata pembelajaran dipakai sebagai padanan kata dari bahasa inggris instruction. Kata instruction mempunyai pengertian yang sangat luas dari pada pengajaran. Jika kata pengajaran ada dalam konteks guru dan murid dikelas secara formal, pembelajaran mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri oleh guru secara fisik. Oleh karena dalam pembelajaran yang ditekankan adalah proses belajar maka usaha-usaha yang terencana dalam manipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar mengajar dalam diri siswa kita sebut pembelajaran. 8 Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu belajar dan mengajar. Belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Pembelajaran adalah kondisi dimana terjadinya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik. Dari pengertian pembelajaran tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran berpusat pada kegiatan siswa. Ada juga yang mengatakan bahwa pembelajaran itu adalah sebagai berikut: 7 Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Gita Media Press h. 27 8 Arif, S Sadiman,et Al, Media Pendidikan; pengertian dan pengembangan dan pemenfaatannya, Jakarta : Rajawali, 1986, cet, ke 1, h. 7 Dalam defenisi psikologi pembelajaran berkaitan dengan pengertian belajar itu sendiri. Pembelajaran itu sendiri merupakan suatu upaya mengarahkan aktifitas siswa kearah aktifitas belajar. Didalam proses pembelajaran terkandung dua aktifitas sekaligus yaitu aktifitas mengajar dan aktifitas belajar. Proses pembelajaran merupakan proses intraksi, yaitu intraksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. 9 Jadi dengan melihat pengertian- pengertian di atas pembelajaran itu adalah adanya suatu aktifitas proses belajar mengajar baik secara formal ataupun non formal yang direncanakan untuk mencapai pengetahuan dan keterampilan dengan aqidah dan akhlak yang baik.

2. Media dan Metode Pembelajaran

“Media yaitu alat untuk menyampaikan sesuatu pesan. Media secara lebih luas dapat berupa manusia, benda atau pristiwa yang membuat kondisi siswa memungkinkan dapat pengetahuan, keterampilan atau sikap ” 10 Para pakar pendidikan, ahli teknologi pendidikan, dan ahli media komunikasi pendidikan, telah membagi media teknologi pendidikan menjadi tiga macam. Macam-macam media ini bisa dimanfaatkan untuk menanamkan pemahaman Islam kepada anak, seperti aqidah, ibadah,fiqih, muamalah, akhlak, tafsir al- Quran, dan pemahaman terhadap Hadis Nabi saw. Macam-macam media itu adalah. a. Audio, yaitu media-media yang sifatnya didengarkan, seperti muhadharahceramah, rekaman kaset, dan siaran radio. b. Visual, yaitu media-media yang sifatnya dilihat, seperti lukisan, gambar-gambar, market, peta, alat peraga, dan film-film yang permanen. 9 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam,Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005, cet. ke 1, h. 7 10 Basyaruddin Usman, Metodelogi Pembelajaran Agama Islam,Jakarta: Ciputat Press,2002, h.127 c. Audiovisual, yaitu media-media yang disamping dilihat, ia juga bisa didengarkan, seperti film-film yang berbicara, sinema, televisi, dan pentas drama. Adapun metode pembelajaran adalah cara yang digunakan dalam proses pembelajaran sehingga diperoleh hasil yang optimal. Macam-macam metode pembelajaran antara lain: ceramah, ekspositori, tanya jawab, penemuan, dan ceramah adalah suatu cara penyampaianmemberikan informasi secara lisan terhadap siswa di dalam ruangan tertentu, siswa mendengarkan dan mencatat seperlunya. 11 Ada juga metode yang digunakan yaitu metode kerja kelompok dilakukan atas dasar pandangan bahwa anak didik merupakan suatu kesatuan yang dapat dikelompokkan sesuai kemampuan dan minat 12 Metode lain yang digunakan pendidik dalam kegiatan pembelajaran antara lain, yaitu: a. Metode latihan Penyampaian materi melalaui upaya penanaman kebiasaan- kebiasaan tertentu, sehingga diharapkan siswa dapat menyerap materi secara optimal. b. Metode karyawisata Metode penyampaian meteri dengan cara membawa langsung anak didik ke objek di luar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata agar siswa dapat mengamati atau mengalami secara langsung. c. Metode demonstrasi Metode pembeljaran dengan cara memperlihatkan suatu proses atau suatu tanda yang berkaitan dengan bahan pelajaran. d. Metode sosiodrama Metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu yang terdapat dalam kehidupan social. e. Metode bermain peran Pembelajaran melalui pengembanagan imajinasi dan penghayatan anak didik dengan cara anak didik memerankan suatu tokoh, baik tokoh hidup maupun mati. Metode ini mengembangkan penghayatan, tanggung jawab dan terampil dalam memaknai meteri yang dipelajari. f. Metode diskusi Metode pembelajaran melalui pemberian masalah kepada siswa dan siswa diminta memecahkan masalah secara kelompok. 11 Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran,Yogyakarta: Multi Pressindo, 2012, Cet.1, h.25 12 Basyaruddin Usman, Metodelogi Pembelajaran Agama Islam,Jakarta: Ciputat Press,2002, h. 49 g. Metode pemberian tugas dan resitasi Metode pemberian tugas dan resitasi merupakan metode pembelajaran melalui pemberian tugas kepada siswa. Resitasi merupakan metode pembelajaran berupa tugas pada siswa untuk melaporkan pelaksanaan tugas yang telah diberikan oleh guru. h. Metode proyek Membahas materi pembelajaran ditinjau dari sudut pandang pelajaran lain. 13 Metode pembelajaran adalah cara mengajar atau cara penyampaian materi pelajaran kepada siswa yang kita ajar untuk mencapai suatu pemahaman.

3. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran

Berapa banyak faktor yang mempengaruhi pembelajaran, sebagaimana Saiful Bahri mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ke dalam dua hal yaitu: a. Faktor dari luar diri pelajar, terdiri dari dua kelompok yaitu: 1 Faktor-faktor alam, seperti keadaan cuaca, suhu, udara, dan lain sebagainya. 2 Faktor- faktor sosial, seperti suasana ribut yang dapat mengganggu konsentrasi belajar. b. Faktor- faktor dari dalam diri pelajar, terdiri dari dua kelompok, yaitu: 1 Faktor psikologi, seperti kondisi psikologis dan kondisi panca indra. 2 Faktor fisiologis, seperti minat, bakat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif 14 Adapun menurut Muhibbinsyah, faktor yang mempengaruhi belajar ada 3 macam, yaitu: a. Faktor internal Meliputi keadaan jasmani dan rohani siswa b. Faktor eksternal Meliputi kondisi lingkungan di sekitar kita. c. Faktor pendekatan belajar Merupakan jenis upaya yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pembelajaran. 15 13 Safan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013, cet 1. h. 29 14 Syaiful Bahri Djamarah, psikologi Belajar,Jakarta: PT,Rieneke Cipta, 2002, cet. 1, h. 142-143 15 Safan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013, cet 1. h. 29