10
dan hipotesis dimana siswa mencoba mencari informasi dan cara untuk menyelesaikan masalah. Siswa mencari hubungan antara informasi awal dengan
teori dan pengamatan.
Menurut J. Dewey dalam Thobroni dkk 2011: 336 metode ini dilakukan dalam enam tahap yang disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel. 2.1 Tahapan-tahapan metode Problem Solving
Tahap- Tahap Kemampuan yang diberikan
1. Merumuskan masalah
Mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas.
2. Menelaah masalah
Menggunakan pengetahuan untuk memperinci, dan menganalisis masalah dari berbagai sudut.
3. Merumuskan hipotesis
Berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab-akibat, dan alternative penyelesaian.
4. Mengumpulkan dan
mengelompokan data sebagai bahan pembuktian hipotesis
Kecakapan mencari dan menyusun data. Menyajikan data dalam bentuk diagram,
gambar, dan table. 5.
Pembuktian hipotesis Kecakapan menelaah dan membahas
data Kecakapan menghubungkan-hubungkan
dan menghitung. Keterampilan mengambil keputusan dan
kesimpulan. 6.
Menentukan pilihan penyelesaian
Kecakapan membuat alternatif penyelesaian.
Kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan
terjadi pada setiap pilihan.
Berdasarkan uraian, maka penulis menyimpulkan bahwa metode pembelajaran Problem Solving merupakan pendekatan pembelajaran yang dimana pada proses
pembelajaran para siswa di didik belajar untuk merumuskan dan memecahkan masalah, berdasarkan data dan informasi sehingga diperoleh suatu kesimpulan.
2.3 Metode Numbered Heads Together
11
Metode pembelajaran NHT adalah model pembelajaran yang lebih memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan bertanggung jawab penuh dalam memahami materi
pelajaran baik secara berkelompok maupun maupun individual. Menurut Trianto 2011: 82
Numbered Head Together atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Numbered Head Together pertama kali dikembangkan oleh Kagen 1993 untuk melibatkan lebih
banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT:
a. Fase 1: Penomoran
Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
b. Fase 2: Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat Tanya.
Misalnya, jenis perubahan wujud zat
setiap orang mengetahui 5 bu
c. Fase 3: Berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
12
d. Fase 4: Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan
untuk seluruh kelas. Menurut Lie 2008: 59 model pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan
kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide, mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, dan mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja
sama mereka. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini pada dasarnya merupakan sebuah diskusi kelompok yang heterogen dari segi akademik, ciri
khasnya adalah penomoran siswa pada masing-masing kelompok dan guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberi tahu
terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok itu. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk mengetahui jawaban dari setiap tugas yang diberikan oleh guru
dalam kelompoknya. Hal ini dikarenakan tugas tersebut menjadi tanggung jawab kelompok dan jika siswa yang ditunjuk untuk mempresentasikan jawaban tidak
bias menjawab, maka dia akan malu pada seluruh siswa dalam kelas sehingga siswa tersebut akan berusaha untuk mengetahui semua jawaban tugas melalui
diskusi kelompok dan menjadi lebih aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim 2000: 28 dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam
suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
13
Ibrahim 2000: 28 mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT, yaitu:
1. Hasil belajar akademik stuktural, bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. ; 2 Pengakuan adanya keragaman,
ertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang. ; 3 Pengembangan keterampilan social, bertujuan
untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok
dan sebagainya.Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim 2000: 29, dengan tiga langkah yaitu: a
Pembentukan kelompok, b Diskusi masalah, c Tukar jawaban antar kelompok.
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim 2000: 29 menjadi enam langkah sebagai berikut:
Langkah 1. Persiapan; Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran SP, Lembar Kerja
Siswa LKS yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Langkah 2. Pembentukan kelompok; Dalam pembentukan kelompok
disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5
orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan
percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok
digunakan nilai tes awal pre-test sebagai dasar dalam menentukan masing- masing kelompok. Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket
atau buku panduan; Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam
menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru. Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban; Dalam tahap ini, guru
menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor
14
yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. Langkah 6. Memberi kesimpulan; Guru bersama siswa menyimpulkan
jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
2.4 Hasil Belajar