Teori Belajar dan Pembelajaran .1 Teori Belajar

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Teori Belajar Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Oleh karena itu, dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar, seseorang telah mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologis. Konsep tentang belajar telah banyak didefinisikan oleh para psikologi. seperti Gagne dan Berliener menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Menurut Pribadi 2009: 167 belajar adalah proses alami yang dapat membawa perubahan pada pengetahuan , tindakan, dan perilaku seseorang. Proses akan berlangsung efektif jika siswa terlibat secara aktif dalam tugas-tugas yang bermakna, dan berinteraksi dengan materi pelajaran secara intensif. Keterlibatan mental siswa dalam proses belajar akan memperbesar kemungkinan terjadinya proses belajar dalam diri seseorang. Hal yang sama dikemukakan oleh Tim Pengembang Ilmu Pendidikan 2007: 124 bahwa belajar merupakan proses mental yang dinyatakan dalam berbagai perilaku fisik motorik keterampilan maupun psikis. Melalui proses belajar terjadi perubahan, perkembangan, kemajuan, baik dalam aspek keterampilan, intelek, sosial-emosional maupun sikap dan nilai. Makin banyak perubahan atau perkembangan itu dapat dicapai oleh siswa, maka makin baiklah proses belajar. Winkel 2005: 83 mengatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mentalpsikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Proses perubahan perilaku siswa didapat melalui adanya interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Melalui interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Hamalik 2007: 29 yang menyatakan bahwa belajar bukan merupakan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Jadi belajar adalah suatu proses perubahan prilaku siswa melalui interaksi dengan lingkungan. Hal ini berarti pula bahwa belajar yang terpenting adalah proses pembelajarannya dan bukan hasil yang diperoleh. Belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain hanya sebagai perantara atau pendukung dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan beberapa pengertian belajar tersebut dapat dikatakan bahwa belajar tak hanya berkaitan dengan pengetahuan tetapi meliputi seluruh kemampuan individu. Ada beberapa ciri belajar yaitu prtama, belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku meliputi ranah kognitif, afektif serta psikomotor pada diri individu. Kedua, perubahan prilaku merupakan buah dari pengalaman yang terjadi karena adanya interaksi antara pebelajar dengan lingkungannya. Ketiga, perubahan tersebut relatif menetap atau bertahan lama. Selain itu dapat dikatakan bahwa belajar hakikatnya adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas atau pengalaman tertentu. Hal yang berbeda dikemukakan oleh Miarso 2009: 528 bahwa pembelajaran adalah usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara positif tertentu dalam kondisi tertentu. Seseorang yang mendalami keilmuannya saja belum tentu dapat menerapkan dengan baik. Sebaliknya penguasaan atas aspek kiat saja juga tidak menjamin keberhasilan dalam proses pembelajaran anak didik. Suatu program pembelajaran yang baik haruslah memenuhi kriteria daya tarik, daya guna dan hasil guna. Berdasarkan uraian di atas pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa atau serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan untuk memudahkan terjadinya proses belajar sehingga seseorang dapat membentuk diri secara positif. 2.1.1.1 Teori Belajar Thorndike Teori belajar menurut Thorndike yang disebut teori penyerapan yaitu teori yang memandang siswa sebagai selembar kertas putih, penerima pengetahuan yang siap menerima pengetahuan secara pasif. Menurut Thorndike dalam Muhsetyo 2007:1.8 bahwa belajar dikat akan sebagai berikut : “Learning in essentially the formation of connections or bonds between situations and responses and that habit rules in the realm of thought as truly and as fully in the realm of action”. Belajar menurut teori ini dipandang sebagai perencanaan dari urutan bahan pelajaran yang disusun dengan cermat, mengkomunikasikan bahan kepada siswa dan membawa siswa untuk praktik menggunakan konsep atau prosedur baru. Konsep dan prosedur baru itu akan semakin mantap bila makin banyak praktik latihan dilakukan. Keterampilan dan konsep baru sekedar ditambahkan terus a makin banyak praktik latihan dilakukan. Keterampilan dan konsep baru sekedar ditambahkan terus menerus, tidak dikait-kaitkan atau diintegrasikan satu sama lain. Kekuatan hubungan stimulus dan repons mewarnai pembelajaran. Pada prinsipnya Thorndike menekankan banyak memberi praktik dan latihan drill and practice kepada siswa agar konsep dan prosedur dapat mereka kuasai dengan baik. 2.1.1.2 Teori Belajar Robert Gagne Ada beberapa unsur yang melandasi pandangan Gagne tentang belajar. Menurutnya belajar bukan merupakan prose tunggal, melainkan proses yang luas yang dibentuk, melainkan proses yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku. Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang menghasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan yang disebut kapasitas. Kapasitas itu diperoleh dari stimulus yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan siswa. Berdasarkan pandangan Gagne tersebut, maka dapat didefinisikan pengertian belajar secara formal bahwa belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus dari lingkungan menjadi beberapa tahap pengolahan informasi yang diperlukan untuk memperoleh kapai yang diperlukan untuk memperoleh kapasitas yang baru. Bell dalam Winataputra 2007: 3.30. Peristiwa pembelajaran diasumsikan sebagai cara-cara yang diciptakan guru dengan tujuan untuk mendukung proses-proses belajar internal di dalam diri siswa. Hakikat suatu peristiwa pembelajaran berbeda-beda, tergantung pada kapabilitas yang diharapkan atau dicapai sebagai suatu hasil belajar. Menurut Gagne ada sembilan tahapan peristiwa pembelajaran seperti; 1 membangkitkan perhatian, 2 memberitahu tujuan pembelajaran pada siswa. 3 merangsang ingatan pada materi prasyarat. 4 menyajikan bahan perangsang. 5 memberikan bimbingan belajar. 6 menampilkan unjuk kerja. 7 memberikan umpan balik. 8 menilai unjuk kerja. 9 meningkatkan retensi. Dari uraian tersebut yang terpenting dalam pembelajaran ialah menciptakan suatu kondisi pembelajaran eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar yang bersifat internal. Gagne dalam Winataputra 2007: 3.36 2.1.1.3 Teori Belajar Jean Piaget Teori kognitif menurut Jean Piaget mengemukakan bahwa perkeembangan kognitif merupakan suatu proses genetik yaitu suatu proses yang didasarkan pada mekanisme biologis perkembangan sistam syaraf. Dengan bertambah umur seseorang, maka makin kompleks susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Menurut teori Kognitif ini, proses belajar seseorang mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hierarkis artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada diluar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi empat yaitu: 1. Tahap sensorimotor umur 0-2 tahun Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan perepsinya sederhana. 2. Tahap preoperasional umur 2-78 tahun Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan simbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. 3. Tahap operasional konkret umur 7 atau 8 – 11 atau 12 tahun Cirinya anak sudah mulai dengan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret. 4. Tahap operasional formal 1112 – 18 tahun Ciri anak pada tahap perkembangan ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan fola berpikir “ kemungkinan”. Model berpikir ilmiah dengan tipe hipthetico-deductive dan induitive sudah mulai dimiliki anak dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan, dan mengembangkan hipotesa. 2.1.1.4 Teori Taksonomi Bloom Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjami S. Bloom. Tujuan pendidikan dibagi menjadi tiga domain ranah yaitu : 1. Cognitive domain ranah kognitif, yang berisi perrilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. 2. Affirmative domain ranah afektif , berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuain diri. 3. Psychomotor domain ranah psikomotor , berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti kemampuan mengoperasionalkan suatu alat, kegiatan keterampilan fisik, dan sebagainya. Taksonomi Bloom pada ranah kognitif terdiri atas enam tingkatan yang susunannya sebagai berikut: 1. Pengetahuan knowledge adalah kemapuan untuk mengenal atau mengingat kembali suatu objek, ide, prosedur, prinsip atau teori yang pernah ditemukan dalam pengalaman tanpa memanipulasinya dalam bentuk simbol lain. 2. Pemahaman komprehension adalah kegiatan mental intelektual yang mengorganisasikan materi yang telah diketahui, periliku yang menunjukan adanya kemapuan seperti mengerti, memahami dan sebagainya. 3. Penerapan application adalah kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip, prosedur atau teoti tertentu pada situasi tertentu. 4. Analisis analysis adalah kemampuan untuk menguraikan suatu bahan fenomena atau bahan pelajaran kedalam unsur-unsurnya, kemudian menghubung-hubungkan bagian dengan bagian lain disusun dan diorganisasikan. 5. Syntesis systhesis adalah kemampuan untuk mengumpulkan dan mengorganisasikan semua unsur atau bagian sehingga membentuk satu kesatuan secara utuh. Dengan kata lain kemampuan untuk menampilkan pikiran secara orisinil dan inovatif. 6. Evaluasi evaluation adalah kemampuan untuk mengambil keputusan, menyatak pendapat atau memberi penilaian berdarkan kriteria-kriteria tertentu baik kualitatif maupun kuantitatif. 2..1.1.5 Teori Belajar Konstruktivisme Menurut teori konsttruktivisme, prinsip paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya seekedar mmberi pengetahuan keepada siswa, siswa harus membangun sendiri pengetaahuan dibenaknya, guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini dengan memberikan siswa kesempatan untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri dan membelajarkan siswa dengan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar, guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa kepemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjatnya menurut Slavin,1994: 223. Esensi dari teori Konstruktivis adalah ide bahwa harus siswa sendiri yang menemukan dan mentrasformasikan sendiri suuatu informasi komfleks apabila mereka menginginkan informasi itu menjadi miliknya. Konstuktivisme adalah suatu pendapat yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses dimana siswa secara aktif membangun sistem arti dan pemahaman terhadap realita melalui pengalaman dan interaksi mereka. Menurut pandangan konstruktivisme anak secara aktif membangn pengetahuan dengan cara terus menerus mengasimilasi dan mengakomodasi informasi baru, dengan kata lain konstruktivisme adalah teori perkembangan kognitif yang menekankan peran aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka dengan realita Slavin 1994: 225. Salah satu tokoh konstruktivis diantaranya adalah Vygotsky yang mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan konstruksi dari seseorang yang mengenal sesuatu. Seorang yang belajar dipahami sebagai seorang yang membentuk pengertian pengetahuan secara aktif dan terus menerus. Sumbangan penting teori Vygotssky adalah penekanan pada hakekatnya pembelajaran sosiokultural yakni menekankan interaksi antara aspek internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konsep budaya. Vygosky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu berada dalam “zone of proximal development” siswa. Zone of proximal development adalah jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang ditujuk dalam kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat kemampuan perkembangan potensial yang ditunjukan dalam kemampuan pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau sebaya yang lebih mampu. Teori Vygotsky yang lain adalah scaffolding. Scaffolding adalah memberikan kepada seorang siswa sejumlah besar bantuan selama tahap- tahap pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut serta memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang sebagian besar segera setelah siswa mampu mngerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, serta menguraikan masalah kedalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri. Dalam konstruktivisme, pengalaman dan lingkungan kadang mempunyai arti lain dengan arti sehari-hari. Pengalaman tidak harus selalu pengalaman fisik seperti melihat, merasakan dengan inderanya, tetapi dapat pula pengalaman mental yaitu berinteraksi secara pikiran dengaan objek. Dalam konstruktivisme kita sendiri yang aktif dalam mengembangkan pengetahuan. Perolehan ini dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan, menggali dan menilai sendiri apa yang kita ketahui. Dalam konteks ini siswa harus mampu merekonstruksi pengetahuan dan memberi makna melalui pengalaman nyata,. Belajar merupakan proses merekonstruksi sendiri dari bahan-bahan pelajaran yang bisa berupa teks, dialog, membuktikan langsung dan sebagainya. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Dan guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide, bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Siswa akan menjadi orang yang kritis menganalisis sesuatu hal karena mereka berpikir bukan meniru. Konstruktivisme sebagai aliran psikologi kognitif menyatakan manusialah yang membangun makna terhadap kenyataan sebenarnya. Pembelajaran kontruktivis mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut : 1 belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri. 2 Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru, 3 para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisi dan mencerminkan pemahaman yang dalam tentang suatu persoalan subject matter 4 pengetahuan tak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang diterapkan, 5 manusia yang mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru, 6 belajar berarti membentuk makna, makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar dan rasakan serta yang bersifat alami. Untuk mengkonstruksi hal tersebut akan dipengaruhi oleh pengertian yang telah dimiliki. 7 konstruksi ialah suatu proses terus menerus setiap kali berhadapan dengan persoalan yang baru, 8 proses belajar dapat mengubah struktur otak . Perubahan struktur otak berjalan dengan kontinu seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang, dan 9 Belajar berarti memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Menurut Zahronik 1995: 26 ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran, yaitu : 1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada activting knowledge 2. Pemrosesan pengetahuan baru acquorong knowledge dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya, 3. Pemahaman pengetahuan understanding knowledge yaitu dengan cara menyusun konsep sementara, melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat validasi atau tanggapan dan atas dasar tanggapan itu konsep tersebut direvisi dan dikembangkan. 4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman appliying knowledge 5...Melakukan refleksi reflecting knowledge terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut. Pe ngetahuan bagi siswa “untuk apa” ia belajar, dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu. Atas dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonsrtruksi “bukan menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam pembelajaran. Proses pembelajaran hendaknya siswa dikondisikan sedemikian rupa oleh guru sehingga siswa diberi keleluasaan untuk mencobakan, menjalani sendiri apa yang mereka inginkan. Berkaitan dengan hal tersebut Zahronik 1995: 28 mengungkapkan : 1. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya sendiri. 2. Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari menghafal 3. Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat akan hal-hal yang baru. Berdasarkan pendapat dan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran yang tepat dan dapat meningkatkan pengetahuan siswa dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dengan jalan guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri dalam kelompoknya. 2.1.1 Teori Pembelajaran Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk menunjukan kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya kita menggunakan istilah proses belajar mengajar dan pengajaran. Istilah pembelaran merupakan terjemahan dari kata “instruction”. Sagala 2005: 176 menyatakan bahwa pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang tersusun dari unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, prosedur, yang saling mempengaaruhi pencapaian tujuan pembelajaran. Manusia yang terlibat dalam pembelajaran terdiri dari siswa,guru, dan tenaga lainnya. Material meliputi buku-buku, papan tulis, fotografi, slide, film, video dan lainnya. Fasilitas dan perlengkapan terdidri atas ruangan kelas, perlengkapan audio visual, komputer dan lain-lain. Sedangkan prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar dan ujian. Selain hal diatas, pembelajaran yang dilaksanakan harus memilki standar yaitu bersifat interaksi, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisifasi aktif, serta dapat memberikan ruang gerak yang cukup untuk menumbuhkan prakarsa dan kreativitas dan kemandirian sesuai dengan minat dan bakat serta perkembangan fisik dan mental siswa. Konsep dasar pembelajaran telah dirumuskan dalam pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, yaitu “Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dari pengertian tersebut terkandung lma konsep yaitu interaksi, siswa, pendidik, sumber belajar, dan lingkungan belajar. Interaksi mengandung arti pengaruh timbal balik atau saling mempengaruhi satu sama lain. Siswa menurut pasal 1 butir 4 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sisdiknas adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis, pendidikan tertentu. Demikian juga pengertian pendidik menurut UU sisdiknas pasal 1 butir 6 adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lainnya yang sesuai dengan kekususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Sumber belajar atau learning resources secara umum diartikan sebai segala segala sesuatu yang dapat digunakan oleh siswa dan pendidik dalam proses belajar dan pembelajaran. Sedangkan lingkungan belajar learning community adalah lingkungan yang menjadi latar terjadinya proses belajar seperti di kelas, perpustakaan, sekolah, tempat kursus, warnet, keluarga, masyarakat dan alam semesta. Berdasarkan pengertian diatas dapat diketahui bahwa ciri dari pembelajaran adalah inisiasi, fasilitas, dan peningkatan, proses belajar siswa. Selain itu ciri pembelajaran juga adanya interaksi yang sengaja diprogramkan yatu antara siswa dengan lingkungan belajarnya baik dengan pendidik, siswa lainnya, media ataupun dengan sumber belajar lainnya. Namun demikian komponen-komponen seperti tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran termasuk juga dalam ciri-ciri pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu sistem dalam arti pembelajaran mempunyai komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan. Komponen pembelajaran meliputi materi, metode, alat, dan, evaluasi, pembelajaran. Seluruh komponen pembelajaran tersebut saling berhubungan dan secara bersama-sama diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2.2 Desain Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Adaptasi Makhluk Hidup

0 11 215

Penerapan Metode Pembelajaran make a Match Card dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata pelajaran Fiqh di MTs. Nasyatulkhair Depok

0 6 150

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Pengaruh pembelajaran Kooperatif tipe Make A match terhadap motivasi belajar matematika

1 8 166

Pendekatan pembelajaran cooperative learning type make a match di kelas V MI Nurul Jihad Kota Tangerang : penelitian tindakan kelas di MI Nurul Jihad Tangerang

0 5 125

Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Siswa Kelas IV SDN Pisangan 03

0 10 174

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MATERI DAMPAK GLOBALISASI MELALUI METODE PEMBELAJARAN Peningkatan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan materi dampak globalisasi melalui metode pembelajaran make a match bagi siswa kelas IV Sek

0 0 15

PENGARUH PENGGUNAAN MAKE A MATCH TERHADAP PEROLEHAN BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH DASAR

0 0 10

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MENGGUNAKAN MODEL MAKE A MATCH KELAS IV

0 0 12