Pengaruh Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum, Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pendapatan Perkapita
PENGARUH DANA ALOKASI KHUSUS, DANA ALOKASI
UMUM, DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
TERHADAP PENDAPATAN PERKAPITA
TESIS
Oleh
RICKY ANDRA LEVI BANGUN
077017020/Akt
S
E K O L AH P
A
S C
A S A R JA NA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Ricky Andra Levi Bangun : Pengaruh Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum, Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pendapatan Perkapita, 2009
(2)
PENGARUH DANA ALOKASI KHUSUS, DANA ALOKASI
UMUM, DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
TERHADAP PENDAPATAN PERKAPITA
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
RICKY ANDRA LEVI BANGUN
077017020/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
(3)
Judul Tesis : PENGARUH DANA ALOKASI KHUSUS, DANA ALOKASI UMUM, DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN PERKAPITA
Nama Mahasiswa : Ricky Andra Levi Bangun Nomor Pokok : 077017020
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) Ketua
(Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si., Ak) Anggota
Ketua Program Studi,
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak)
Direktur,
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc.)
(4)
Telah diuji pada
Tanggal : 30 April 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak Anggota : 1. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si., Ak
2. Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak 3. Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak
(5)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul :
“ PENGARUH DANA ALOKASI KHUSUS, DANA ALOKASI UMUM, DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN PERKAPITA”
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, 30 April 2009 Yang membuat pernyataan :
(6)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa apakah Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap Pendapatan Perkapita.
Metode analisis yang dipakai adalah regresi berganda. Populasi penelitian adalah seluruh kabupaten dan kota di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, dan Bangka Belitung yang terdiri dari 101 kabupaten dan 31 kota. Data DAK, DAU, dan PAD diperoleh dari situs www.djpkd.depkeu.go.id. Data pendapatan perkapita diperoleh dari Badan Pusat Statistik.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa DAK, DAU, dan PAD secara simultan berpengaruh terhadap pendapatan perkapita. Hal ini sejalan dengan hipotesis penelitian. DAK secara parsial tidak berpengaruh terhadap pendapatan perkapita. DAU secara parsial berpengaruh negatif secara signifikan terhadap pendapatan perkapita. PAD secara parsial berpengaruh positif secara signifikan terhadap pendapatan perkapita.
Kata kunci : Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum, Pendapatan Alsi Daerah, Pendapatan Perkapita
(7)
ABSTRACT
The purpose of this research is to know and analyze whether Dana Alokasi Khusus (specific allocation fund), Dana Alokasi Umum (general allocation fund), and Pendapatan Asli Daerah (regional own revenue) have impact on per capita income simultaneously and partially.
The method of analyze is multiple regression. The population of this research is whole regencies and municipalities in Sumatera Island, Riau islands, and Bangka Belitung which consists of 101 regencies and 31 municipalities. The data of specific allocation fund, general allocation fund, and regional own revenue was obtained from website www.djpkd.depkeu.go.id. The data of per capita income was obtained from Badan Pusat Statistik (Statistics Indonesia of The Republic of Indonesia).
The result of this research takes conclusion that specific allocation fund, general allocation fund, and regional own revenue are simultaneously having impact to per capita income. This relates to the hypothesis of the research. The specific partially does not have effect to per capita income. The general allocation fund partially has negative and significant effect to per capita income. The regional own revenue partially has positive and significant effect to per capita income.
Key words: Specific allocation fund, General allocation fund, Regional own revenue, Per capita income
(8)
KATA PENGANTAR
Puji dan ucapan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa oleh karena kasih dan penyertaanNya setiap waktu sehingga tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Ada beberapa kendala yang ditemui dalam proses penelitian akan tetapi berkat bimbingan, bantuan, masukan, maupun kritik dari berbagai pihak akhirnya tesis ini dapat terwujud. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan pascasarjana.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Akuntansi. 3. Ibu Prof. Dr Ade Fatma Lubis, MBA, MAFIS, Ak selaku Ketua Program Studi
Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Utama yang telah banyak memberikan motivasi dan saran dalam membimbing penulis dari awal hingga selesainya tesis ini.
4. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si., Ak selaku Anggota Komisi Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan, kesempatan berdiskusi, dan saran yang konstruktif dari awal hingga akhir penulisan tesis ini.
5. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si., Ak selaku Anggota Komisi Dosen Pembanding yang telah memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam penyelesaian tesis ini.
6. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak selaku Anggota Komisi Dosen Pembanding yang telah memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam penyelesaian tesis ini.
(9)
7. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak selaku Anggota Komisi Dosen Pembanding yang telah memberikan saran dan kritik yang konstruktif dalam penyelesaian tesis ini.
8. Istriku Alma Miranda Barus, SE, Ak, ibuku Kartini Barus dan adikku Vicky Ruthapa Bangun, A.Md di Jambi, mama Suphan Barus dan mami Rentina Hutabarat di Aek Kanopan, adikku Vicky Ruthapa Parulian Bangun, Anita Verawati Barus/Reinaldo Sembiring, Erik Obaza Barus/Ruth Maranatha Tarigan, dan seluruh saudara dan famili yang telah memberikan perhatian dan doa sehingga penulis terdorong untuk menyelesaikan studi dengan sebaik-baiknya. 9. Rekan–rekan mahasiswa satu kelas dan satu almamater yang selama ini
memberikan dukungan, semangat, dan saran dalam menyelesaikan tesis ini. 10.Seluruh staf Sekolah Pascasarjana Ekonomi yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan seluruh administrasi selama penulis menempuh pendidikan.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan dari segi substansi maupun penyusunannya. Oleh sebab itu penulis mendukung kritik dan saran sehingga penelitian di bidang akuntansi sektor publik semakin banyak dan mendalam yang pada akhirnya kita dapat menikmati good government governance
yang kita cita-citakan.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga tesis ini memberikan manfaat bagi para pembaca.
Medan, 30 April 2009 Penulis
(10)
RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi :
Nama : Ricky Andra Levi Bangun
Tempat/Tgl. Lahir : Lahat, 8 Juli 1979 Jenis Kelamin : Laki – laki
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Alamat : Komp. Bougenville Blok FH No. 2 RT. 25 Kel. Kenali Besar Kec. Kotabaru Jambi
E-mail : rickylevibangun@yahoo.com
Riwayat Pendidikan :
1. SD Xaverius 2 Jambi Lulus tahun 1992
2. SMP Negeri 17 Jambi Lulus tahun 1995
3. SMU Negeri 1 Jambi Lulus tahun 1998
4. Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada Lulus tahun 2003
5. Sekolah Pascasarjana USU Medan Lulus tahun 2009
Riwayat Pekerjaan :
(11)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iii
RIWAYAT HIDUP... v
DAFTAR ISI………...……... vi
DAFTAR TABEL………...…... ix
DAFTAR GAMBAR………... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I PENDAHULUAN………... 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Rumusan Masalah... 9
1.3. Tujuan Penelitian... 9
1.4. Manfaat Penelitian... 10
1.5. Originalitas... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 12
2.1. Tinjauan Teori... 12
2.1.1. Dana Alokasi Khusus... 12
2.1.2. Dana Alokasi Umum... 14
2.1.3. Pendapatan Asli Daerah... 14
(12)
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu... 18
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS... 30
3.1. Kerangka Konsep... 30
3.2. Hipotesis Penelitian... 33
BAB IV METODE PENELITIAN... 34
4.1.Jenis Penelitian... 34
4.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian... 34
4.3. Populasi dan Sampel... 34
4.4. Metode Pengumpulan Data... 35
4.5. Definisi Operasional Variabel... 36
4.6. Model Analisis Data... 38
4.7. Teknik Analisis Data... 40
4.7.1. Pengujian Outlier... 40
4.7.2. Pengujian Asumsi Klasik... 40
4.7.2.1. Uji Normalitas... 41
4.7.2.2. Uji Multikoliniearitas... 41
4.7.2.3. Uji Autokorelasi... 42
4.7.2.4. Uji Heteroskedastisitas... 42
4.7.3. Pengujian Hipotesis... 42
4.7.3.1. Uji Statistik F... 42
4.7.3.2. Uji Statistik t... 43
(13)
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 45
5.1. Hasil Penelitian... 45
5.1.1. Statistik Deskriptif... 45
5.1.2. Pengujian Outlier... 47
5.1.3. Pengujian Asumsi Klasik... 48
5.1.3.1. Pengujian Normalitas Data... 48
5.1.3.2. Pengujian Multikolinearitas... 52
5.1.3.3. Pengujian Autokorelasi... 54
5.1.3.4. Pengujian Heteroskedastisitas... 56
5.1.4. Pengujian Hipotesis... 57
5.1.4.1. Uji Statistik F... 58
5.1.4.2. Uji Statistik t... 59
5.1.4.3. Koefisien Determinasi... 61
5.2. Pembahasan... 62
5.2.1. Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Pendapatan Perkapita... 64
5.2.2. Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Pendapatan Perkapita... 64
5.2.3. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Pendapatan Perkapita... 65
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 66
6.1. Kesimpulan... 66
6.2. Keterbatasan... 67
6.3. Saran... 67
(14)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Tinjauan atas Penelitian Terdahulu………... 25
4.1. Populasi Jumlah Kabupaten dan Kota... 35
4.2. Definisi Operasional Variabel... 37
5.1. Data Jumlah Kabupaten dan Kota untuk Tahun 2004 dan 2005. 45 5.2. Data Jumlah Kabupaten dan Kota untuk Tahun 2005 dan 2006. 46 5.3. Data Jumlah Kabupaten dan Kota untuk Model Regresi Tahun 2004 dan 2006... 47 5.4. Statistik Deskriptif Model Regresi dengan Lag Satu Tahun... 47
5.5. Statistik Deskriptif Model Regresi dengan Lag Dua Tahun... 48
5.6. Nilai Koefisien Korelasi Model dengan Lag Satu Tahun... 52
5.7. Nilai Tolerance dan VIF Model dengan Lag Satu Tahun... 52
5.8. Nilai Koefisien Korelasi Model dengan Lag Dua Tahun... 53
5.9. Nilai Tolerance dan VIF Model dengan Lag Satu Tahun... 54
5.10. Nilai Durbin-Watson Model dengan Lag Satu Tahun... 54
5.11. Nilai Durbin-Watson Model dengan Lag Dua Tahun... 55
5.12. Nilai F-hitung Model dengan Lag Satu Tahun... 58
5.13. Nilai F-hitung Model dengan Lag Dua Tahun... 58
5.14. Nilai t-hitung Model dengan Lag Satu Tahun... 59
5.15. Nilai t-hitung Model dengan Lag Dua Tahun... 60
5.16. Nilai Koefisien Determinasi Model dengan Lag Satu Tahun... 61
5.17. Nilai Koefisien Determinasi Model dengan Lag Dua Tahun... 61
(15)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
3.1. Kerangka Konseptual... 30
5.1. Histogram Uji Normalitas Data Model dengan Lag Satu Tahun... 49
5.2. Normal P-P Plot Model Regresi dengan Lag Satu Tahun... 49
5.3. Histogram Uji Normalitas Data Model dengan Lag Dua Tahun... 50
5.4. Normal P-P Plot Model Regresi dengan Lag Dua Tahun... 51
5.5. Scatterplot Model dengan Lag Satu Tahun... 56
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Statistik Deskriptif... 73
2 Pengujian Normalitas Data... 74
3 Pengujian Multikolinearitas... 76
4 Pengujian Autokorelasi... 78
5 Pengujian Heteroskedastisitas... 79
6 Pengujian Hipotesis... 80
7 Koefisien Determinasi... 82
8 Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi... 83
9 Data Alokasi Umum... 86
10 Pendapatan Asli Daerah... 90
11 Pendapatan Perkapita... 93
(17)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu indikator kesejahteraan masyarakat adalah pendapatan perkapita.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan bukti keberhasilan pembangunan
yang merupakan salah satu tugas pemerintah. Pendapatan perkapita menunjukkan
rata-rata tingkat pendapatan masyarakat pada suatu daerah. Pemerintah pusat dalam
rangka desentraliasi kewenangannya memberikan dana transfer kepada pemerintah
daerah (pemda). Salah satu kegunaan dari pendapatan perkapita adalah turut
menentukan seberapa besar jumlah Dana Alokasi Umum (DAU) yang akan diberikan
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Nilai DAU menggunakan pendapatan
perkapita sebagai salah satu komponen penghitungannya. Hal ini dapat dilihat pada
bagian penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005
tentang dana perimbangan. Selain DAU, pemerintah juga menggunakan Dana
Alokasi Khusus (DAK) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai sarana untuk
menyediakan sarana dan prasarana bagi masyarakat.
Data menunjukkan bahwa DAK, DAU, dan PAD dari tahun 2004 sampai 2005
rata-rata menunjukkan peningkatan di berbagai daerah (Lampiran 8, 9, dan 10).
Begitu pula dengan pendapatan perkapita di banyak kabupaten/kota dari tahun 2005
(18)
merupakan salah satu indikator apakah kesejahteraan masyarakat di suatu daerah
mengalami peningkatan atau penurunan. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah pada
bagian penjelasan pasal 28 ayat 2 menyebutkan bahwa jumlah penduduk merupakan
variabel yang mencerminkan kebutuhan akan penyediaan layanan publik di setiap
daerah. Oleh sebab itu peneliti ingin mengetahui lebih lanjut seberapa besar pengaruh
keuangan daerah terhadap peningkatan pendapatan perkapita.
Pembangunan di Indonesia pada daerah kabupaten dan kota sampai saat ini
masih bergantung pada dana transfer dari pemerintah pusat. Kabupaten/kota baru
berdiri yang berasal dari pemekaran pada awal pemerintahan bergantung kepada dana
perimbangan dari pemerintah pusat. Menurut Simanjuntak (2001) dalam Ndadari dan
Adi (2008) walaupun otonomi sudah berjalan di tiap kabupaten dan kota namun
pemerintah daerah belum sepenuhnya lepas dari pemerintah pusat salah satunya
dalam hubungan keuangan antara pusat dan daerah.
Hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah diatur dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 104 tahun 2000 tentang dana perimbangan
yang kemudian diganti dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55
tahun 2005 tentang dana perimbangan. Dana perimbangan terdiri dari Dana Bagi
Hasil (DBH), DAU, dan Dana Alokasi Khusus.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman
pengelolaan keuangan daerah menyebutkan pendapatan daerah terdiri atas
(19)
Hal tersebut menunjukkan bahwa ketiga bagian tersebut mempunyai peranan dalam
meningkatkan pembangunan di kabupaten/kota.
Menurut Adi dan Ndadari (2008) permasalahan yang terjadi saat ini adalah
pemerintah daerah terlalu menggantungkan alokasi DAU untuk membiayai belanja
modal dan pembangunan tanpa mengoptimalkan potensi yang dimiliki daerah. Saat
alokasi DAU yang diperoleh besar, maka pemerintah daerah akan berusaha agar pada
periode berikutnya DAU yang diperoleh tetap. Hal ini menunjukkan bahwa DAU
merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung dalam peningkatan kemakmuran
masyarakat di daerah.
Menurut Brata (2004) dalam Harianto dan Adi (2007) bahwa terdapat dua
komponen penerimaan daerah yang berpengaruh positif secara signifikan terhadap
pertumbuhan regional yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Bagian Sumbangan
dan Bantuan, namun penelitian ini dilakukan sebelum periode otonomi daerah.
Mardiasmo (2002) dalam Adi (2007) menyatakan semakin tinggi tingkat investasi
modal diharapkan mampu meningkatkan layanan publik dan pada gilirannya mampu
meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) publik terhadap pembangunan yang
tercermin dari adanya peningkatan PAD. PAD merupakan kontribusi publik kepada
pemerintah daerah yang pada akhirnya akan digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui program pembangunan.
Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan
keuangan daerah pada pasal 52 (1) menyebutkan bahwa belanja barang dan jasa
(20)
kurang dari dua belas bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program
dan kegiatan pemerintah daerah. Pasal 53 menyebutkan bahwa belanja modal adalah
pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan
aset tetap berwujud yang mempunyai manfaat lebih dari dua belas bulan untuk
digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan
mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya. DAK
dan DAU merupakan sumber bagi pemda untuk melakukan belanja modal sesuai
dengan anggaran yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).
Kepala Badan Pengawas Keuangan Pembangunan (BPKP) Didi Widayadi
dalam Sidang Kabinet Paripurna tanggal 29 Juli 2007 menyatakan bahwa penyerapan
anggaran dan tidak proporsionalnya belanja modal dibanding belanja barang
pemerintah pusat maupun daerah telah menghambat laju pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah juga dipandang perlu untuk melakukan realokasi sebagian belanja barang
ke belanja modal khususnya untuk percepatan infrastruktur. Selanjutnya Didi
Widayadi menyatakan bahwa perkembangan alokasi belanja modal dan belanja
barang pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2002 sampai
dengan 2008 menunjukkan penurunan alokasi belanja modal dibandingkan alokasi
untuk belanja barang. Pada tahun 2002 alokasi belanja modal dibandingkan dengan
total belanja modal dan barang sebesar 74,45% sedangkan tahun 2008 menurun
menjadi sebesar 50,77%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnya belanja
(21)
belanja pemerintah yang dialokasikan untuk aparatur dengan kata lain tidak
mendukung rakyat dan pertumbuhan ekonomi (www.bpkp.go.id).
Untuk meningkatkan pembangunan pemerintah berperan dalam menyediakan
fasilitas publik kepada masyarakat seperti jalan, jembatan, rumah sakit, air bersih, dan
lain-lain. Menurut Darwoto dan Yustikasari (2007) pemerintah daerah
mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja modal dalam APBD untuk
menambah aset tetap. Alokasi belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah
akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah
maupun untuk fasilitas publik.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
menyebutkan bahwa untuk pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah, pemerintah
pusat akan mentransfer Dana Perimbangan yang terdiri dari DAU, DAK, dan bagian
daerah dari Dana Bagi Hasil yang terdiri dari pajak dan sumber daya alam
(Maimunah, 2006). Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa DAK
merupakan bantuan pemerintah pusat kepada pemda dalam rangka pembangunan
sarana dan prasarana pelayanan dasar untuk membantu percepatan pembangunan
daerah. Jenis pelayanan yang termasuk dalam pelayanan dasar tersebut diantaranya
adalah pendidikan, kesehatan, jalan, irigasi, dan air minum sebagai prasarana dasar
(http://balitbang.depkominfo.go.id).
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Mardiasmo menyatakan bahwa DAK
merupakan dana yang dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan
(22)
untuk membantu membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar
masyarakat atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah. Daerah yang
akan mendapatkan alokasi DAK adalah daerah-daerah yang memenuhi kriteria
umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Kebijakan alokasi DAK antara lain
diprioritaskan untuk membantu daerah-daerah dengan kemampuan keuangan di
bawah rata-rata nasional dalam rangka mendanai kegiatan penyediaan sarana dan
prasarana fisik pelayanan dasar yang sudah merupakan urusan daerah; menunjang
percepatan pembangunan sarana dan prasarana di wilayah pesisir dan kepulauan,
perbatasan darat dengan negara lain, daerah tertinggal/terpencil, serta termasuk
daerah ketahanan pangan; mendorong penyediaan lapangan kerja, mengurangi jumlah
penduduk miskin, serta mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penciptaan sel-sel
pertumbuhan di daerah; menghindari tumpang tindih kegiatan yang didanai dari DAK
dengan kegiatan yang didanai dari anggaran kementerian/lembaga; serta mengalihkan
kegiatan-kegiatan yang didanai dari dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang telah
menjadi urusan daerah secara bertahap ke DAK (http://www.perbendaharaan.go.id).
Menurut Halim (2002) dalam Maimunah (2006) bahwa pemerintah daerah
kabupaten/kota di Jawa-Bali memiliki kemampuan keuangan yang berbeda dengan
yang di luar Jawa-Bali. Selanjutnya Maimunah (2006) menyebutkan bahwa Pulau
Sumatera memiliki karakteristik ekonomi dan geografis yang berbeda dengan Pulau
Jawa sehingga peneliti ingin mengetahui pengaruh DAK, DAU, dan PAD terhadap
pendapatan perkapita pemda kabupaten/kota di Pulau Sumatera dan sekitarnya.
(23)
pemda di kedua daerah tersebut berasal dari pemda di Pulau Sumatera yang berawal
dari pemekaran sehingga aparat pemerintah dan pola pemerintahan masih
menggunakan cara pemda sebelumnya.
Abdullah dan Halim (2004) dalam Maimunah (2006) menggunakan lag dalam
meneliti pengaruh DAU dan PAD terhadap belanja pemerintah. Belanja pemerintah
adalah salah satu sarana untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat.
Abdullah dan Halim (2006) pada penelitian yang lain juga menggunakan data change
perubahan belanja modal dan belanja pemeliharaan dari tahun 2003 ke tahun 2004.
Berdasar pada hal tersebut peneliti juga menggunakan lag dalam penelitian ini sebab
DAK, DAU, dan PAD tidak langsung memberikan efek pertumbuhan ekonomi
kepada masyarakat pada tahun anggaran yang sama.
Penelitian Simanjuntak (2006) menunjukkan bahwa variabel PAD dan DAU
memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
yang dinilai dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan harga konstan
di Kabupaten Labuhan Batu. Saragih (2006) meneliti mengenai pengaruh keuangan
daerah terhadap pertumbuhan ekonomi (PDRB) menunjukkan bahwa variabel PAD,
DBH, dan DAU berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Simalungun.
Penelitian Rahmansyah (2004) dengan metode Ordinary Least Square
menunjukkan bahwa pengeluaran pembangunan memberikan pengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yang direpresentasikan dengan PDRB
(24)
(2004) menyatakan bahwa pengeluaran rutin memberikan pengaruh positif tetapi
tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Estimasi menggunakan Generalized
Least Square menunjukkan bahwa variabel pengeluaran rutin dan pengeluaran
pembangunan berpengaruh positif dan signifikan terhadap variasi pertumbuhan
ekonomi provinsi-provinsi di Indonesia.
Penelitian Nurlina (2004) menjelaskan bahwa anggaran belanja pembangunan
mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
Nanggroe Aceh Darussalam. Pertumbuhan ekonomi diukur dengan PDRB riil dengan
harga konstan. Selanjutnya disebutkan bahwa anggaran belanja rutin memberikan
pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Nanggroe Aceh
Darussalam. Nurlina (2004) juga menyimpulkan bahwa pengeluaran pembangunan
dua tahun sebelumnya memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Nanggroe Aceh Darussalam.
Penelitian Ramzuhri (2008) pada kabupaten-kabupaten di Sumatera Utara
menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pertumbuhan belanja modal terhadap
pertumbuhan ekonomi. Penelitian Harianto dan Adi (2007) menyimpulkan bahwa
variabel belanja modal mempunyai dampak yang signifikan dan negatif terhadap
pendapatan perkapita (PDRB per jumlah penduduk) sedangkan variabel PAD sangat
berpengaruh terhadap pendapatan perkapita, tetapi pertumbuhan yang terjadi masih
(25)
Penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang berbeda-beda mengenai
pengaruh penggunaan anggaran daerah terhadap pertumbuhan ekonomi, oleh sebab
itu peneliti ingin meneliti lebih lanjut untuk mengetahui apakah akan didapat hasil
yang sama atau berbeda. Penelitian sebelumnya lebih banyak menggunakan variabel
pertumbuhan ekonomi yaitu PDRB dengan harga konstan sedangkan penelitian ini
menggunakan variabel dependen pendapatan perkapita dimana PDRB dengan harga
berlaku pada suatu wilayah dibagi dengan jumlah penduduk wilayah tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini apakah DAK, DAU, dan PAD
berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap pendapatan perkapita?
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah DAK,
DAU, dan PAD berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap pendapatan
(26)
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat kepada pihak-pihak yang
membutuhkan yaitu :
1. Peneliti, sebagai pengetahuan atas pemahaman terhadap akuntansi sektor publik.
2. Pemerintah daerah kabupaten/kota, sebagai informasi untuk mengetahui faktor-
faktor apa saja dalam keuangan daerah yang dapat mempengaruhi pendapatan
perkapita.
3. Akademis, sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya dan memberi
masukan pada perkembangan akuntansi sektor publik.
1.5. Originalitas
Penelitian ini mereplikasi penelitian Harianto dan Adi (2007) yang diambil
dari Simposium Nasional Akuntansi X tanggal 26 sampai dengan 28 Juni 2007 di
Makasar yang berjudul Hubungan antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal,
Pendapatan Asli Daerah, dan Pendapatan Perkapita. Kesimpulan penelitian ini antara
lain yaitu DAU berdampak signifikan terhadap PAD dan PAD sangat berpengaruh
terhadap pendapatan perkapita. Populasi dan sampel penelitian tersebut adalah
kabupaten dan kota se-Jawa-Bali dari tahun 2001 sampai 2004 sedangkan populasi
yang diambil oleh peneliti adalah kabupaten dan kota se-Sumatera, Kepulauan Riau,
dan Bangka Belitung dari tahun 2004 sampai 2006. Alat analisis yang digunakan
peneliti sebelumnya adalah analisis deskriptif dan analisis jalur (path analysis)
(27)
variabel dependen dengan independen. Penelitian ini melanjutkan penelitian
terdahulu dengan menambahkan variabel DAK. Selain itu untuk membedakan dengan
penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti menggunakan regresi dengan lag satu
tahun dan lag dua tahun sebagai perbandingan seberapa besar pengaruh DAK, DAU,
(28)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori
Penelitian mengenai akuntansi sektor publik di Indonesia sampai saat ini
masih terbatas. Salah satu penyebabnya adalah masih berlanjutnya
perubahan-perubahan dalam peraturan perundang-undangan pada sektor publik. Oleh sebab itu
tinjauan teori yang mendukung penelitian ini agak sulit diperoleh.
2.1.1. Dana Alokasi Khusus
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 tentang dana
perimbangan menyebutkan bahwa DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas
nasional. DAK berasal dari APBN dengan tujuan untuk melaksanakan program yang
menjadi prioritas nasional yang dilaksanakan di tingkat daerah. DAK disalurkan
dengan cara pemindahbukuan dari rekening kas umum negara ke rekening kas umum
daerah. Oleh sebab itu DAK dicantumkan dalam APBD. DAK tidak dapat digunakan
untuk mendanai administrasi kegiatan, penyiapan kegiatan fisik, penelitian, pelatihan,
dan perjalanan dinas. DAK ini akan digunakan untuk meningkatkan pelayanan publik
antara lain seperti pembangunan rumah sakit, jalan, irigasi, dan air bersih. DAK ini
(29)
mendanai peningkatan kualitas pelayanan publik berupa pembangunan sarana dan
prasarana publik (Ndadari dan Adi, 2008). DAK digunakan sepenuhnya sebagai
belanja modal oleh pemerintah daerah. Belanja modal kemudian digunakan untuk
menyediakan aset tetap. Menurut Abdullah dan Halim (2006) aset tetap yang dimiliki
dari penggunaan belanja modal merupakan prasyarat utama dalam memberikan
pelayanan publik oleh pemda. Lebih lanjut Abdullah dan Halim (2006) menjelaskan
bahwa biasanya setiap tahun pemda melakukan pengadaan aset tetap sesuai dengan
prioritas anggaran dan pelayanan publik yang memberikan dampak jangka panjang
secara finansial.
Menurut Abimanyu (2005) yang dikutip oleh Harianto dan Adi (2007)
infrastruktur dan sarana prasarana yang ada di daerah akan berdampak pada
pertumbuhan ekonomi daerah. Jika sarana dan prasarana memadai maka masyarakat
dapat melakukan aktifitas sehari-hari secara aman dan nyaman yang akan
berpengaruh pada tingkat produktifitasnya yang semakin meningkat dan dengan
adanya infrastruktur yang memadai akan menarik investor untuk membuka usaha di
daerah tersebut.
Transfer pemerintah pusat ke pemda diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat. Meskipun demikian, menurut Ndadari dan Adi (2008) bahwa
dapat juga terjadi keganjilan dimana terjadi flypaper effect yaitu saat pemda mendapat
transfer dari pemerintah pusat justru pendapatan masyarakat tidak meningkat karena
transfer tersebut digunakan sepenuhnya untuk kegiatan belanja pemerintah tanpa
(30)
transfer dari pemerintah pusat diharapkan untuk digunakan secara efektif dan efisien
oleh pemda untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, selain itu kebijakan
penggunaan dana tersebut harus transparan dan akuntabel.
2.1.2. Dana Alokasi Umum
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 tentang dana
perimbangan menyebutkan bahwa DAU adalah dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai
kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Sama seperti
DAK, DAU juga disalurkan dengan cara pemindahbukuan dari rekening kas umum
negara ke rekening kas umum daerah. Berkaitan dengan perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan daerah, hal tersebut merupakan konsekuensi adanya
penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah (Darwanto dan
Yustikasari, 2007). Lebih lanjut menurut Darwanto dan Yustikasari (2007) hal
tersebut menunjukkan terjadi transfer yang cukup signifikan di dalam APBN dari
pemerintah pusat ke pemerintah daerah dan pemerintah daerah secara leluasa dapat
menggunakan dana ini apakah untuk memberi pelayanan yang lebih baik kepada
masyarakat atau untuk keperluan lain yang tidak penting.
2.1.3. Pendapatan Asli Daerah
Saragih (2006) dalam Harianto dan Adi (2007) menyatakan bahwa peningkatan
PAD harus berdampak pada perekonomian daerah. Peningkatan PAD menunjukkan
(31)
Pemda yang salah satu tugasnya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat
memerlukan PAD sebagai bentuk kemandirian di era otonomi daerah.
BAPPENAS (2003) seperti yang dikutip oleh Adi (2006) melakukan analisis
elastisitas PAD terhadap PDRB pada pemerintah provinsi menunjukkan ada 12
provinsi (41,37%) yang mempunyai nilai elastisitas ≥ 1(lebih dari satu). Hal ini menunjukkan bahwa setiap terjadi perubahan PDRB akan memberikan dampak yang
positif dan signifikan terhadap perubahan PAD, sedangkan provinsi yang lain
perubahan PDRB-nya tidak cukup mempengaruhi perubahan PAD.
2.1.4. Pendapatan Perkapita
PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) adalah jumlah nilai tambah bruto
yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu atau merupakan jumlah
nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Salah satu
manfaat data PDRB adalah untuk mengetahui tingkat produk yang dihasilkan oleh
seluruh faktor produksi, besarnya laju pertumbuhan ekonomi dan struktur
perekonomian pada satu periode di suatu daerah tertentu. PDRB atas dasar harga
berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan
menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan
menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada
(32)
Selanjutnya menurut Kuncoro (2004), Gaspersz dan Feony (2003) dalam
Harianto dan Adi (2007) indikator pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan
Produk Domestik Bruto (PDB) atau PDRB dianggap tidak selalu tepat karena tidak
mencerminkan makna pertumbuhan yang sebenarnya. Lebih lanjut disebutkan bahwa
indikator pendapatan perkapita lebih komprehensif dalam mengukur pertumbuhan
ekonomi karena lebih menekankan kemampuan daerah untuk meningkatkan PDRB
karena secara simultan menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang terjadi mampu
meningkatkan kesejahteraan seiring dengan laju pertambahan penduduk.
Hukum Wagner merupakan teori mengenai perkembangan persentase
pengeluaran pemerintah yang semakin besar terhadap Gross National Product
(GNP). Wagner menyatakan dalam suatu perekonomian apabila pendapatan perkapita
meningkat secara relatif pengeluaran pemerintah juga akan meningkat
(Mangkoesoebroto, 2001).
Hukum tersebut dirumuskan sebagai berikut :
Gp Ct-1 Yp Ct-1
Gp Ct-2
>
>
Yp Ct-2Gp Ct-n Yp Ct-n
>
…
>
Gp Ct Yp Ct
Keterangan :
Gp C = pengeluaran pemerintah perkapita
Yp C = produk atau pendapatan nasional perkapita
(33)
Menurut Wagner ada lima hal yang menyebabkan pengeluaran pemerintah
selalu meningkat yaitu tuntutan peningkatan perlindungan keamanan dan pertahanan,
kenaikan tingkat pendapatan masyarakat, urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan
ekonomi, perkembangan demografi, dan ketidakefisienan birokrasi yang mengiringi
perkembangan pemerintah (Dumairy, 1997).
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka
panjang (Boediono, 1999). Pengertian tersebut mencakup tiga aspek yaitu proses,
output perkapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses
bukan gambaran ekonomi pada suatu saat. Hal ini mencerminkan aspek dinamis dari
suatu perekonomian yaitu melihat bagaimana perekonomian berkembang atau
berubah dari waktu ke waktu. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan
output perkapita. Dalam hal ini berkaitan output total (Gross Domestic Product) dan
jumlah penduduk karena output perkapita adalah total dibagi dengan jumlah
penduduk. Jadi proses kenaikan output perkapita harus dianalisa dengan melihat apa
yang terjadi dengan output total di satu pihak dan dan jumlah penduduk di pihak lain.
Musgrave (1989) menyatakan bahwa pendekatan alternatif penyebab semakin
meningkatnya jumlah anggaran pemerintah antara lain adalah :
a. Pertumbuhan pendapatan perkapita; oleh karena proporsi antara barang pribadi
dan barang sosial selalu berubah sesuai dengan kenaikan pendapatan perkapita
dan bahwa porsi barang-barang sosial selalu mengalami peningkatan. Hal ini
(34)
peningkatan rasio pembelanjaan pemerintah terhadap Gross National Product
(GNP).
b. Perubahan populasi penduduk; perubahan populasi bisa merupakan suatu penentu
utama porsi pengeluaran pemerintah. Perubahan tingkat pertumbuhan populasi
menyebabkan perubahan distribusi umur dan kecenderungan ini direfleksikan
dalam perubahan pengeluaran seperti kebutuhan pendidikan, fasilitas perumahan,
dan sebagainya. Oleh sebab itu kebutuhan akan pelayanan umum dipengaruhi
pula oleh faktor-faktor seperti mobilitas penduduk yang dapat mendorong
pertumbuhan kota-kota baru dan berakibat meningkatnya permintaan fasilitas
publik.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah tinjauan atas penelitian terdahulu yang berhubungan dengan
akuntansi sektor publik :
a. Rahmansyah (2004) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh
Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Propinsi-Propinsi di
Indonesia” dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dan Generalized Least
Square (GLS). Data yang digunakan adalah jenis data time series selama kurun
waktu tahun 1975 – 2001 yang diperoleh dari BPS. Variabel dependen pada
penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi yang dinilai dengan PDRB sedangkan
variabel independennya yaitu pengeluaran pemerintah daerah baik pengeluaran
(35)
terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pengeluaran pembangunan
dan pertumbuhan ekonomi di 24 provinsi. Selanjutnya Rahmansyah (2004)
menyimpulkan bahwa dari hasil estimasi GLS menunjukkan bahwa variabel
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap variasi pertumbuhan ekonomi di provinsi-provinsi Indonesia.
b. Adi (2006) meneliti mengenai hubungan antara pertumbuhan ekonomi daerah,
belanja pembangunan, dan PAD. Data yang digunakan adalah APBD realisasi
pemerintah kabupaten dan kota se-Jawa-Bali tahun 1998 – 2003. Data kemudian
dikelompokkan menjadi data sebelum dan sesudah desentralisasi. Metode analisis
yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis jalur. Hasil penghitungan
menunjukkan bahwa belanja pembangunan mempunyai efek langsung terhadap
PAD. Belanja pembangunan mempunyai hubungan positif dengan pertumbuhan
ekonomi dan pertumbuhan ekonomi mempunyai hubungan positif dengan
peningkatan PAD. Adi (2007) menyatakan bahwa hubungan tidak langsung
antara belanja pembangunan dengan peningkatan PAD dapat dijelaskan oleh
variabel pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian Adi (2006) adalah pertumbuhan
ekonomi daerah mempunyai dampak yang signifikan terhadap peningkatan PAD
serta belanja pembangunan memberikan dampak yang positif dan signifikan
terhadap PAD maupun pertumbuhan ekonomi.
c. Nurlina (2004) meneliti mengenai analisis pengaruh anggaran belanja rutin dan
anggaran belanja pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi Nanggroe Aceh
(36)
yang bersumber dari BPS. Variabel dependen yang digunakan yaitu pertumbuhan
ekonomi yang diukur dengan PDRB dengan harga konstan dengan satuan
ukurannya adalah persen. Variabel independen yang digunakan pengeluaran
pemerintah daerah, anggaran belanja rutin daerah, dan anggaran belanja
pembangunan. Metode analisis yang digunakan adalah persamaan regresi linier
berganda. Kesimpulan yang diperoleh Nurlina (2004) yaitu anggaran belanja
pembangunan mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi NAD, anggaran belanja rutin memberikan pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi NAD, pertumbuhan
ekonomi tahun sebelumnya memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi NAD, dan pengeluaran pembangunan dua tahun
sebelumnya memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi NAD.
d. Harianto dan Adi (2007) meneliti mengenai hubungan antara DAU, belanja
modal, PAD dan pendapatan perkapita. Populasi dan sampel dalam penelitian ini
adalah kabupaten dan kota se-Jawa-Bali. Tahun data yang digunakan diperoleh
dari BPS dan memiliki rentang waktu tahun 2001 – 2004. Metode analisis yang
digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis jalur. Hipotesis yang dikemukakan
yaitu : DAU berpengaruh positif terhadap belanja modal; belanja modal
berpengaruh positif terhadap PAD; belanja modal berpengaruh positif terhadap
pendapatan perkapita; PAD berpengaruh positif terhadap pendapatan perkapita.
(37)
terhadap perubahan belanja modal; belanja modal berpengaruh positif dan
signifikan terhadap perubahan PAD; belanja modal berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap perubahan PAD; dan PAD berpengaruh positif dan signifikan
terhadap perubahan pendapatan perkapita. Selanjutnya Harianto dan Adi (2007)
dengan menggunakan analisis jalur menyimpulkan bahwa belanja modal
mempunyai dampak yang signifikan dan negatif terhadap pendapatan perkapita
dalam hubungan langsung, tetapi juga mempunyai hubungan yang positif dalam
hubungan tidak langsung melalui PAD dan DAU mempunyai dampak yang
signifikan terhadap PAD melalui belanja modal (efek tidak langsung).
e. Simanjuntak (2006) menganalisis pengaruh PAD terhadap pertumbuhan ekonomi
di Kabupaten Labuhan Batu. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan
jenis data time series selama kurun waktu 2001 – 2004. Data yang digunakan
bersumber dari Dinas Pendapatan Kabupaten Labuhan Batu (Dispenda), BPS,
Departemen Keuangan, dan sumber-sumber lainnya seperti jurnal-jurnal serta
hasil penelitian. Variabel dependen yang digunakan yaitu PDRB berdasarkan
harga berlaku. Variabel independen yang digunakan yaitu PAD, DAU, APBD,
Derajat Otonomi Fiskal. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Ordinary Least Square. Hasil penelitiannya yaitu PAD dan DAU
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Labuhan Batu serta pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi tahun berjalan di Kabupaten
(38)
f. Ramzuhri (2008) meneliti pengaruh pertumbuhan belanja modal terhadap
pertumbuhan ekonomi pada enam kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yaitu
Toba Samosir, Mandailing Natal, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Labuhan
Batu, dan Asahan. Data realisasi belanja modal berasal dari Laporan Realisasi
APBD pemda dari tahun 2001 – 2006 yang diperoleh dari Bagian Keuangan atau
Badan Pengelola Keuangan Keuangan dan Kekayaan Daerah pada setiap
kabupaten. Data pertumbuhan ekonomi dinyatakan dalam bentuk PDRB atas
dasar harga konstan tahun 2000 dalam bentuk data tahunan pada tahun anggaran
2001 – 2006 yang diperoleh dari BPS. Kesimpulan yang diperoleh adalah tidak
ada pengaruh pertumbuhan belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi.
g. Saragih (2006) menganalisis pengaruh keuangan daerah terhadap pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Simalungun. Data yang digunakan adalah data sekunder
yang diperoleh dari berbagai instansi dalam lingkungan Pemerintahan Kabupaten
Simalungun selama periode tahun 1986 – 2005. Metode analisis yang digunakan
adalah OLS. Variabel dependen yang digunakan yaitu PDRB berdasarkan harga
berlaku sedangkan variabel independennya yaitu PAD, DBH, dan DAU.
Kesimpulan yang diperoleh adalah PAD berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun, Dana Bagi Hasil
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Simalungun, serta DAU berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
(39)
h. Solin (2007) meneliti mengenai pengaruh anggaran sektor pertanian, pendidikan,
kesehatan, transportasi, dan sektor lainnya terhadap pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Dairi. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
berbagai instansi yang terkait yaitu Dinas Pertanian, Dinas Pendidikan, Dinas
Kesehatan, Dinas Kimpraswil, BPS, Bappeda, jurnal-jurnal, dan hasil penelitian.
Jenis data adalah time series dengan kurun waktu tahun 1985 – 2004. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi yang diukur melalui
PDRB atas harga konstan tahun 1993 (dalam rupiah). Variabel independennya
adalah anggaran sektor pertanian, anggaran sektor pendidikan, anggaran sektor
kesehatan, anggaran sektor transportasi, dan anggaran sektor lainnya. Metode
analisis yang digunakan adalah OLS. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu
pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh anggaran sektor pertanian, anggaran
sektor pendidikan, anggaran sektor kesehatan, anggaran sektor transportasi dan
otonomi daerah; secara parsial anggaran pertanian dan sektor pendidikan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi; secara parsial
anggaran sektor kesehatan, transportasi, dan lainnya berpengaruh positif tetapi
tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi; dan secara parsial otonomi
daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
i. Irawan (2009) meneliti mengenai pengaruh PAD, transfer pemerintah pusat, dan
belanja modal terhadap pendapatan perkapita masyarakat di kabupaten/kota
se-Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang
(40)
dan situs BPS dengan tahun amatan 2004 – 2006. Metode analisis yang
digunakan adalah regresi linier berganda. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah pendapatan perkapita yang diperoleh dari hasil pembagian PDRB dengan
jumlah penduduk. Variabel independen penelitian ini adalah PAD, transfer
pemerintah pusat, dan belanja modal. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
secara individual hanya PAD yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pendapatan perkapita sedangkan transfer pemerintah pusat dan belanja modal
secara individual berpengaruh positif tidak signifikan terhadap pendapatan
perkapita. Kesimpulan berdasarkan uji simultan diperoleh hasil bahwa PAD,
transfer pemerintah pusat, dan belanja modal berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan perkapita kabupaten/kota se-Sumatera Utara.
j. Walidi (2009) meneliti pengaruh DAU terhadap pendapatan perkapita dengan
belanja modal sebagai variabel intervening. Populasi yang digunakan adalah
seluruh kabupaten/kota yang terdapat di Sumatera Utara dengan rentang waktu
tahun 2004 – 2006. Metode analisis yang digunakan adalah regresi bertingkat.
Data sekunder diperoleh dari BPS dan situs Direktorat Jenderal Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah. Kesimpulan penelitian ini yaitu secara individual
DAU berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan perkapita dan
belanja modal secara individual berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
pendapatan perkapita. Kesimpulan berdasarkan uji simultan ditemukan bahwa
DAU dan belanja modal berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan
(41)
Tabel 2.1. Tinjauan atas Penelitian Terdahulu
No.
Nama Peneliti dan Tahun
Penelitian Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Metode yang
Digunakan Hasil Penelitian
1. Armin Rahmansyah (2004) Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Propinsi-Propinsi di Indonesia Variabel Dependen : Pertumbuhan ekonomi (PDRB) Variabel Independen : Pengeluaran rutin pemda, Pengeluaran pembangunan pemda Ordinary Least Square (OLS) dan Generalized Least Square (GLS) - Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pengeluaran pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di 24 provinsi.
- Hasil estimasi GLS menunjukkan bahwa variabel pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan berpengaruh positif dan signifikan terhadap variasi pertumbuhan ekonomi di provinsi-provinsi Indonesia.
2. Priyo Hari Adi (2006) Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Belanja Pembangunan dan PAD (Studi pada Kabupaten dan Kota se Jawa Bali)
Belanja Modal (Pembangunan), Pertumbuhan Ekonomi (PDRB), PAD Analisis deskriptif, Analisis jalur (path analysis) - Pertumbuhan ekonomi berdampak signifikan terhadap peningkatan PAD. - Belanja pembangunan berdampak positif dan signifikan terhadap PAD maupun pertumbuhan ekonomi.
(42)
3. Nurlina (2004) Analisis Pengaruh Anggaran Belanja Rutin dan Anggaran Belanja Pembangunan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nanggroe Aceh Darussalam Variabel Independen : Pertumbuhan ekonomi (PDRB) Variabel Dependen : Pengeluaran pemda, Anggaran belanja rutin daerah, Anggaran belanja pembangunan Ordinary Least Square (OLS)
- Anggaran belanja pembangunan mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi NAD. - Anggaran belanja rutin memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi NAD. - Pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi NAD. - Pengeluaran pembangunan dua tahun sebelumnya memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi NAD.
(43)
4. David Harianto dan Priyo Hari Adi (2007) Hubungan Antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Perkapita DAU, Belanja Modal, PAD, Pendapatan Perkapita (PDRB dibagi jumlah penduduk) Analisis jalur (path analysis)
- DAU sangat berpengaruh terhadap Belanja Modal. - Belanja Modal
berdampak signifikan dan negatif
terhadap PAD. - PAD sangat
berpengaruh terhadap Pendapatan Perkapita. - DAU berdampak signifikan terhadap PAD (efek tidak langsung). 5. Daslan Simanjuntak (2006) Analisis Pengaruh PAD terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Labuhan Batu Variabel Dependen : Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) Variabel Independen : PAD dan DAU
Ordinary Least Square (OLS)
- PAD dan DAU berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Labuhan Batu. - Pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi tahun berjalan di Kabupaten Labuhan Batu. 6. Ramzuhri (2008) Pengaruh Pertumbuhan Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada Kabupaten di Sumatera Utara Variabel Dependen : Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) Variabel Independen : Pertumbuhan Belanja Modal Analisis regresi sederhana
- Tidak ada pengaruh pertumbuhan belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi.
(44)
7. Jan Waner Saragih (2006) Analisis Pengaruh Keuangan Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Simalungun Variabel Dependen : Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) Variabel Independen : PAD, Dana Bagi Hasil (DBH), DAU
Ordinary Least Square (OLS)
- PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun. - DBH berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun. - DAU berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun.
8. Jonni Feber Solin (2007) Pengaruh Anggaran Sektor Pertanian, Pendidikan, Kesehatan, Transportasi dan Sektor Lainnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Dairi Variabel Dependen : Pertumbuhan ekonomi (PDRB) Variabel Independen : Anggaran sektor pertanian, anggaran sektor pendidikan, anggaran sektor kesehatan, anggaran sektor transportasi, anggaran sektor lainnya, variabel dummy dimana D=1 adalah sesudah otonomi dan D=2 adalah sebelum otonomi
Ordinary Least Square (OLS)
- Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh anggaran sektor pertanian, anggaran sektor pendidikan, anggaran sektor kesehatan, anggaran sektor transportasi dan otonomi daerah.
- Secara parsial anggaran pertanian dan sektor pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
(45)
Lanjutan Tabel 2.1 Secara parsial anggaran sektor kesehatan, transportasi, dan lainnya berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
- Secara parsial otonomi daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
9. Ari Irawan (2009)
Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah, Transfer Pemerintah Pusat dan Belanja Modal terhadap Pendapatan Perkapita Masyarakat di Kabupaten/Kota se- Provinsi Sumatera Utara Variabel Dependen : Pendapatan Perkapita Variabel Independen : PAD, Transfer Pemerintah, Belanja Modal Regresi Linier Berganda
- Secara parsial PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan perkapita.
- Secara parsial Transfer Pemerintah dan Belanja Modal berpengaruh positif tidak signifikan terhadap pendapatan perkapita. 10. Walidi (2009) Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Pendapatan Perkapita, Belanja Modal sebagai Intervening Variabel (Studi Kasus di Propinsi Sumatera Utara) Variabel Dependen : Pendapatan Perkapita Variabel Independen : DAU Variabel Intervening : Belanja Modal Analisis Regresi Bertingkat
- Dana Alokasi Umum dan Belanja Modal berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan perkapita di kabupaten/kota se- Sumatera Utara
(46)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori dan penjelasan pada bab sebelumnya maka kerangka
konseptual yang dibentuk adalah sebagai berikut :
DAK
DAU
PAD
Pendapatan Perkapita (PPKT)
Variabel independen Variabel dependen
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan penjelasan literatur dan hasil penelitian sebelumnya peneliti
membentuk kerangka konseptual yang menggambarkan hubungan antara variabel
dependen dan independen. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu DAK,
DAU, dan PAD yang diduga akan berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap
variabel dependen yakni pendapatan perkapita. Tanda panah menunjukkan bahwa
masing-masing variabel independen diduga berpengaruh baik secara parsial maupun
(47)
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah menjelaskan bahwa DAK
merupakan dana transfer dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang
digunakan untuk menjalankan pembangunan infrastruktur dan fasilitas publik di
kabupaten/kota. DAK dimaksudkan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan
khusus di daerah tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas
nasional, khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan
dasar masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong
percepatan pembangunan daerah. DAK sepenuhnya digunakan untuk belanja modal
untuk peningkatan fasilitas publik dengan kata lain tidak ada bagian DAK yang
digunakan untuk biaya operasional pembangunan seperti biaya perjalanan dinas dan
sebagainya. Jika fasilitas publik dapat terpenuhi maka masyarakat merasa nyaman
dan dapat menjalankan usahanya dengan efisien dan efektif sehingga pada akhirnya
akan meningkatkan partisipasi publik dalam pembangunan (Harianto dan Adi, 2007).
Gamkhar dan Oates (1996) dalam Maimunah (2006) menyatakan bahwa pengurangan
jumlah transfer (cut in the federal grants) menyebabkan penurunan dalam
pengeluaran daerah. Hal ini dapat menunjukkan bahwa jika transfer dari pemerintah
pusat mengalami penurunan maka alokasi dana yang digunakan pemda untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat akan menurun, dengan kata lain pendapatan
perkapita akan menurun.
Gan Jun et.al. (2005) dalam Ndadari dan Adi (2008) mengartikan transfer
(48)
dengan pemerintah daerah yang memainkan peranan penting dalam menentukan
tingkat disparitas sosial sehingga dalam jangka panjang dapat mengembangkan
perekonomian negara. DAU adalah dana yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluaran dalam
rangka desentralisasi. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah menjelaskan bahwa DAU
bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah yang dimaksudkan
untuk mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antar daerah melalui
penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan potensi daerah. DAU
suatu Daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap) suatu daerah,
yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah (fiscal need) dan potensi daerah
(fiscal capacity). Darwanto dan Yustikasari (2007) menyatakan bahwa pemberian
DAU kepada pemda merupakan konsekuensi adanya penyerahan kewenangan
pemerintah pusat kepada pemda. Dengan demikian, terjadi transfer yang cukup
signifikan di dalam APBN dari pemerintah pusat ke pemda, dan pemda secara leluasa
dapat menggunakan DAU apakah untuk memberi pelayanan yang lebih baik kepada
masyarakat atau untuk keperluan lain yang tidak penting.
Harianto dan Adi (2007) menyatakan bahwa pembangunan dalam sektor
pelayanan kepada publik akan merangsang masyarakat untuk lebih aktif dan
bergairah dalam bekerja karena ditunjang oleh fasilitas yang memadai selain itu
investor juga akan tertarik kepada daerah karena fasilitas yang diberikan oleh daerah
(49)
berdampak pada peningkatan PAD. Peningkatan PAD yang semakin tinggi akan
merangsang pemda untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada publik sehingga
pendapatan perkapita masyarakat juga akan meningkat dengan kata lain daerah
dengan pertumbuhan PAD yang positif diharapkan akan meningkatkan pendapatan
perkapita.
3.2. Hipotesis Penelitian
Berdasar pada kerangka konseptual yang telah digambarkan dan dijelaskan
sebelumnya maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut : DAK, DAU, dan
(50)
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian hubungan kausal untuk membuktikan
secara empiris pengaruh DAU, DAK, dan PAD terhadap pendapatan perkapita.
Penelitian ini dilakukan dengan cara menguji variabel-variabel penelitian melalui
pembentukan model analisis dengan prosedur statistik kemudian diambil intepretasi
untuk dijadikan dasar pengambilan kesimpulan.
4.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah kabupaten/kota di Pulau Sumatera, Kepulauan
Riau, dan Bangka Belitung. Waktu yang direncanakan untuk melakukan penelitian
adalah bulan November 2008 - April 2009.
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kabupaten/kota yang ada di
sepuluh provinsi di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, dan Bangka Belitung yang
terdiri dari 132 kabupaten/kota (101 kabupaten dan 31 kota). Penelitian ini
(51)
Tabel 4.1. Populasi Jumlah Kabupaten dan Kota
Provinsi Jumlah Kabupaten Jumlah Kota
Nanggroe Aceh Darussalam 17 4
Sumatera Utara 18 7
Sumatera Barat 12 7
Riau 9 2
Jambi 9 1
Sumatera Selatan 10 4
Bengkulu 8 1
Lampung 8 2
Bangka Belitung 6 1
Kepulauan Riau 4 2
Jumlah 101 31
Total 132
Sumber : Badan Pusat Statistik, PDRB Kabupaten dan Kota, 2002-2006 (data diolah)
4.4. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam bentuk data panel (pooled
data) dari 132 kabupaten/kota dari tahun 2004 sampai 2006. Data DAU, DAK, dan
PAD diperoleh melalui situs www.djpkd.depkeu.go.id sedangkan data pendapatan
perkapita diperoleh melalui buku terbitan Badan Pusat Statistik (BPS) dan situs
www.bps.go.id. Alasan mengapa data yang digunakan dari 2004 sampai 2006 karena
sejauh yang peneliti ketahui ketersediaan data DAK, DAU, dan PAD di situs
www.djpkd.depkeu.go.id yang paling lengkap hanya ada pada jangka waktu tersebut.
Selain itu berdasarkan data BPS, data daerah kabupaten/kota hasil pemekaran wilayah
(52)
4.5. Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen dan satu variabel
dependen. Definisi operasional variabel pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
1. DAK merupakan variabel independen yaitu dana yang bersumber dari APBN
yang dialokasikan kepada kabupaten/kota dengan tujuan untuk mendanai kegiatan
khusus yang menjadi prioritas nasional dan dilaksanakan oleh daerah. Data DAK
diperoleh langsung dari situs www.djpkd.depkeu.go.id sehingga tidak lagi
dilakukan penghitungan. Penelitian ini menggunakan nilai total DAK non dana
reboisasi dan tidak memisahkan DAK untuk alokasi perbidang. Variabel ini
menggunakan skala pengukuran rasio.
2. DAU merupakan variabel independen yaitu dana yang bersumber dari APBN
yang dialokasikan kepada kabupaten/kota untuk melaksanakan desentralisasi.
Data DAU merupakan nilai total yang diterima pemda dan diperoleh langsung
dari situs www.djpkd.depkeu.go.id sehingga tidak lagi dilakukan penghitungan.
Variabel ini menggunakan skala pengukuran rasio.
3. PAD merupakan variabel independen yaitu hak pemerintah daerah yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih yang merupakan hasil usaha mandiri
daerah untuk memperoleh dana. PAD yang digunakan adalah PAD realisasi dari
tiap kabupaten dan kota. Data PAD diperoleh langsung dari situs
www.djpkd.depkeu.go.id sehingga tidak lagi dilakukan penghitungan. PAD
menggunakan nilai total yang diperoleh melalui sumber data. Variabel ini
(53)
4. Pendapatan perkapita merupakan variabel dependen yaitu hasil pembagian
Produk Domestik Regional Bruto tanpa minyak dan gas dari tiap kabupaten/kota
dengan jumlah penduduk pada wilayah tersebut. Data PDRB dan jumlah
penduduk diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Variabel ini menggunakan skala
pengukuran rasio.
Pendapatan Perkapita = PDRB tahun t Jumlah Penduduk tahun t
Berikut adalah definisi operasional variabel yang digunakan oleh peneliti
berikut pengukuran dan skala pengukurannya :
Tabel 4.2. Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasional Pengukuran Skala
Pengukuran Variabel Dependen
Pendapatan perkapita
Pendapatan perkapita yaitu PDRB dibagi dengan jumlah penduduk
Pendapatan perkapita dinyatakan dalam angka. Data PDRB dan jumlah penduduk diperoleh langsung dari sumber data,
kemudian peneliti membagi PDRB dengan
jumlah penduduk untuk
memperoleh data pendapatan perkapita.
(54)
Lanjutan Tabel 4.2
DAU DAU adalah dana yang
bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada kabupaten/kota untuk melaksanakan desentralisasi
DAU dinyatakan dalam angka (satuan moneter Rupiah), diperoleh langsung dari sumber data.
Skala rasio
DAK DAK adalah dana yang
bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada kabupaten/kota dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang menjadi prioritas nasional dan dilaksanakan oleh daerah
DAK dinyatakan dalam angka (satuan moneter Rupiah), diperoleh langsung dari sumber data.
Skala rasio
PAD PAD adalah
kemampuan daerah untuk memperoleh dana yang sepenuhnya melalui usaha sendiri.
PAD dinyatakan dalam angka (satuan moneter Rupiah), diperoleh langsung dari sumber data.
Skala rasio
4.6. Model Analisis Data
Untuk menguji hipotesis yang dikemukakan digunakan analisis regresi linier
berganda dengan model regresi sebagai berikut :
PPKTt = a + b1DAK t-1 + b2DAUt-1 + b3PAD t-1 + e
PPKTt = pendapatan perkapita
DAK t-1 = Dana Alokasi Khusus tahun sebelumnya
DAU t-1 = Dana Alokasi Umum tahun sebelumnya
(55)
a = konstanta
b1, b2, b3 = koefisien variabel
e = error
Untuk meneliti lebih lanjut apakah ada perbedaan hasil regresi antara lag satu
tahun atau lebih peneliti menambah lag pada persamaan sebanyak 2 tahun sehingga
modelnya menjadi :
PPKTt = a + b1DAK t-2 + b2DAUt-2 + b3PAD t-2 + e
PPKTt = pendapatan perkapita
DAK t-2 = Dana Alokasi Khusus dua tahun sebelumnya
DAU t-2 = Dana Alokasi Umum dua tahun sebelumnya
PAD t-2 = Pendapatan Asli Daerah dua tahun sebelumnya
a = konstanta
b1, b2, b3 = koefisien variabel
e = error
Model regresi dengan lag sebanyak 2 tahun tetap menggunakan hipotesis
yang sama. Hasil dari regresi dari model yang kedua akan dibandingkan dengan hasil
dari model yang pertama sehingga diketahui pengaruh DAK, DAU, dan PAD secara
(56)
4.7. Teknik Analisis Data
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier. Analisis
regresi bermanfaat terutama untuk tujuan peramalan (estimation) yaitu bagaimana
variabel independen digunakan untuk mengestimasi nilai variabel dependen.
Penelitian ini pada dasarnya menguji hipotesis tentang pengaruh DAK, DAU, dan
PAD secara simultan dan parsial terhadap pendapatan perkapita. Teknik analisis data
menggunakan alat bantu perangkat lunak SPSS 15.0 for Windows.
4.7.1. Pengujian Outlier
Menurut Erlina dan Mulyani (2007) uji ini berguna untuk melihat apakah ada
data yang outlier, yaitu data yang mempunyai nilai sangat menyimpang dari nilai data
lainnya. Salah satu sebab terjadi distribusi tidak normal karena ada yang outlier yaitu
karena ada data ekstrim yang tidak bisa dihindari keberadaannya. Selanjutnya
menurut Hair et.al. (1998) dalam Erlina (2008) cara untuk mengatasi data yang
outlier dengan cara trimming yaitu membuang data outlier yang mempunyai nilai
absolut skor Z (standardized score) sama atau melebihi 3.
4.7. 2. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik diperlukan sebelum dilakukan pengujian hipotesis.
Pengujian asumsi klasik yang dilakukan yaitu uji normalitas, multikolinearitas,
(57)
4.7.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji t dan uji F mengasumsikan
bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal, oleh sebab itu nilai residual
diharapkan akan memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005). Salah satu cara yang
digunakan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu
dengan analisis grafik (Erlina dan Mulyani, 2007).
4.7.2.2. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terjadi hubungan yang
sempurna/kuat antar variabel independen. Uji multikolinearitas terjadi karena jumlah
variabel independen lebih dari satu (multivariate) dan dikhawatirkan ada hubungan
yang kuat diantaranya. Adanya hubungan yang kuat diantara variabel–variabel
independen menyebabkan informasi yang dihasilkan menjadi sangat mirip dan sulit
memisahkan pengaruh dari variabel independen secara individual sehingga
menimbulkan bias dalam spesifikasi. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan
menggunakan variance inflation factor (VIF) dan Tolerance. Multikolinearitas terjadi
jika VIF lebih besar dari 10 dan nilai Tolerance kurang dari 0,1 atau jika antar
variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi umumnya diatas 0,9 (Ghozali,
(58)
4.7.2.3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lain (Hanke dan Reitsch,1998 dalam Kuncoro, 2001). Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW)
dengan melihat model regresi linear berganda. Jika nilai Durbin-Watson berada di
bawah angka 2 maka model tersebut terbebas dari autokorelasi (Lubis et.al,2007).
4.7.2.4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari data pengamatan yang satu ke pengamatan
yang lain. Salah satu cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas ini adalah dengan
melihat pola sebaran pada grafik scatter plot. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik
yang ada membentuk pola tertentu yang teratur maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas dan jika tidak ada pola yang jelas serta titik–titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,
2005)
4.7.3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis yang dilakukan meliputi uji F (uji signifikansi simultan)
dan uji t (uji signifikansi parameter individual).
4.7.3.1. Uji Statistik F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama–sama terhadap
(59)
ini dapat dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan nilai F-tabel, jika
nilai F-hitung lebih besar dari pada nilai F-tabel dapat dinyatakan bahwa semua
variabel independen secara simultan dan signifikan mempengaruhi variabel
dependen. Hipotesis untuk uji statistik F adalah sebagai berikut :
Ho : b = 0, DAU, DAK, dan PAD tidak berpengaruh secara simultan dan signifikan
terhadap Pendapatan Perkapita.
Ha : b ≠ 0, DAU, DAK, dan PAD berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap Pendapatan Perkapita
4.7.3.2. Uji Statistik t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat
(Kuncoro, 2001). Apabila nilai t-hitung lebih besar dari pada t-tabel dapat
disimpulkan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi
variabel dependen (Kuncoro, 2001). Hipotesis untuk uji statistik t adalah sebagai
berikut :
Ho : b = 0, DAU, DAK, dan PAD secara parsial tidak berpengaruh terhadap
Pendapatan Perkapita.
Ha : b = 0, DAU, DAK, dan PAD secara parsial tidak berpengaruh terhadap
(60)
4.7.3.3. Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R²) atau Adjusted R² bertujuan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai
R² atau Adjusted R² adalah di antara nol dan satu. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen dan sebaliknya jika mendekati nol
(Kuncoro, 2001).
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap
jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu
variabel independen maka nilai R² pasti meningkat tidak peduli apakah variabel
tersebut memiliki nilai t yang signifikan atau tidak. Oleh sebab itu banyak peneliti
menganjurkan untuk menggunakan Adjusted R² karena nilainya dapat naik atau turun
apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model (Kuncoro, 2001).
(61)
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan metode statistik diperoleh
hasil-hasil sebagai berikut :
5.1.1. Statistik Deskriptif
Setelah diteliti lebih lanjut dari populasi 132 kabupaten/kota terdapat beberapa
kabupaten/kota yang tidak berhasil diperoleh secara lengkap baik salah satu atau lebih
dari data DAU, DAK, dan PAD. Oleh sebab itu data DAU 2004, DAK 2004, PAD
2004, dan PPKT 2005 dari tiap kabupaten/kota yang memenuhi syarat untuk diuji
adalah sebagai berikut :
Tabel 5.1. Data Jumlah Kabupaten dan Kota untuk Tahun 2004 dan 2005
Provinsi Jumlah Kabupaten Jumlah Kota
Nanggroe Aceh Darussalam 9 3
Sumatera Utara 11 5
Sumatera Barat 8 7
Jambi 4 1
Sumatera Selatan 4 2
Bengkulu 3 1
Lampung 6 2
Jumlah 45 21
Total 66
(62)
Data DAU 2005, DAK 2005, PAD 2005, dan PPKT 2006 dari tiap
kabupaten/kota yang memenuhi syarat untuk diuji pada model regresi
PPKTt = a + b1DAK t-1 + b2DAUt-1 + b3PAD t-1 + e adalah sebagai berikut : Tabel 5.2. Data Jumlah Kabupaten dan Kota untuk Tahun 2005 dan 2006
Provinsi Jumlah Kabupaten Jumlah Kota
Nanggroe Aceh Darussalam 9 3
Sumatera Utara 11 7
Sumatera Barat 8 7
Jambi 6 1
Sumatera Selatan 3 3
Bengkulu 3 1
Lampung 6 2
Bangka Belitung 2 1
Kepulauan Riau 1 0
Jumlah 49 25
Total 74
Sumber : www.djpkd.depkeu.go.id dan BPS (diolah)
Data DAU, DAK, PAD, dan PPKT pada kabupaten/kota yang terdapat kedua
tabel diatas kemudian digabungkan menjadi data panel model regresi dengan lag satu
tahun yaitu PPKTt = a + b1DAK t-1 + b2DAUt-1 + b3PAD t-1 + e.
Data DAU 2004, DAK 2004, PAD 2004, dan PPKT 2006 dari tiap
kabupaten/kota yang memenuhi syarat untuk dilakukan pengujian pada model regresi
dengan lag dua tahun PPKTt = a + b1DAK t-2 + b2DAUt-2 + b3PAD t-2 + e adalah
(1)
9 Kota
Prabumulih
7.486,25
9.800,89
30,92
10 Kab.
Banyuasin
5.040,00
8.890,53
76,40
PAD 2004
PAD 2005
No.
Provinsi Bangka Belitung
dalam jutaan
dalam jutaan
%
perubahan
1 Kab.
Bangka
20.136,34
17.926,30 (10,98)
2 Kab.
Belitung
19.541,53
26.076,18
33,44
3
Kota Pangkal Pinang
13.432,97
16.960,00
26,26
PAD 2004
PAD 2005
No.
Provinsi Bengkulu
dalam jutaan
dalam jutaan
%
perubahan
1 Kota
Bengkulu
15.495,50
13.920,33 (10,17)
2 Kab.
Kaur
601,30
1.368,27 127,55
3 Kab.
Mukomuko
1.154,25
2.073,71
79,66
PAD 2004
PAD 2005
No.
Provinsi Lampung
dalam jutaan
dalam jutaan
%
perubahan
1
Kab. Lampung Barat
4.954,46
6.197,94
25,10
2
Kab. Lampung Selatan
13.265,86
15.937,35
20,14
3
Kab. Lampung Tengah
10.165,31
11.101,71
9,21
4 Kab.
Tanggamus
8.769,70
11.166,69
27,33
5
Kab. Tulang Bawang
5.173,97
5.313,91
2,70
6
Kota Bandar Lampung
410.682,09
46.073,50
(88,78)
(2)
Lampiran 11 Pendapatan Perkapita
Pendapatan Perkapita I Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
2005 2006 % Perubahan 1 Kab. Aceh Barat 5.277.206,85 10.944.536,00 107,39 2 Kab. Aceh Besar 8.406.597,54 9.957.344,86 18,45 3 Kab. Aceh Selatan 7.786.009,74 8.411.980,05 8,04 4 Kab. Aceh Singkil 4.991.057,41 3.053.436,24 (38,82) 5 Kab. Aceh Tengah 7.569.368,85 8.185.958,01 8,15 6 Kab. Aceh Tenggara 3.914.528,82 4.360.444,67 11,39 7 Kab. Aceh Timur 6.205.801,41 6.711.538,49 8,15 8 Kab. Aceh Utara 6.218.070,92 6.850.231,35 10,17 9 Kab. Bireuen 7.391.971,35 8.026.191,23 8,58 10 Kab. Aceh Pidie 4.819.240,53 3.953.023,02 (17,97) 11 Kab. Simeuleu 3.371.518,71 3.607.185,08 6,99 12 Kota Banda Aceh 10.757.242,76 13.331.115,21 23,93 13 Kota Sabang 6.948.819,81 7.506.174,29 8,02 14 Kota Langsa 7.279.371,88 7.905.852,80 8,61 15 Kota Lhokseumawe 15.208.140,45 15.951.923,70 4,89 16 Kab. Nagan Raya 10.168.566,63 12.402.185,06 21,97 17 Kab. Aceh Jaya 5.906.882,95 6.735.478,97 14,03 18 Kab. Aceh Barat Daya 6.863.617,09 7.460.934,55 8,70 19 Kab. Gayo Lues 6.063.331,95 6.816.550,58 12,42 20 Kab. Aceh Tamiang 5.792.869,40 7.533.149,72 30,04 21 Kab. Bener Meriah 7.990.872,08 8.586.482,00 7,45
Pendapatan Perkapita
II Provinsi Sumatera Utara
2005 2006 % Perubahan 1 Kab. Asahan 15.063.500,61 6.403.460,19 (57,49) 2 Kab. Dairi 8.816.326,34 9.538.398,08 8,19 3 Kab. Deli Serdang 12.169.994,16 13.317.451,12 9,43 4 Kab. Tanah Karo 11.621.166,17 11.588.298,87 (0,28) 5 Kab. Labuhan Batu 11.471.610,16 12.727.924,81 10,95 6 Kab. Langkat 7.801.618,47 8.554.821,63 9,65
7 Kab. Mandailing Natal 5.179.346,24 5.464.262,91 5,50 8 Kab. Nias 5.461.573,56 6.132.025,14 12,28
9 Kab. Simalungun 7.574.084,21 8.135.965,02 7,42
10 Kab. Tapanuli Selatan 5.869.857,30 6.459.317,24 10,04 11 Kab. Tapanuli Tengah 4.573.080,01 4.853.698,96 6,14 12 Kab. Tapanuli Utara 8.412.453,97 9.430.734,27 12,10 13 Kab. Toba Samosir 11.947.355,51 12.311.683,99 3,05
(3)
15 Kota Medan 21.015.993,24 23.665.258,13 12,61
16 Kota Pematang Siantar 11.553.354,68 18.313.589,14 58,51 17 Kota Sibolga 9.313.593,00 10.131.746,66 8,78
18 Kota Tanjung Balai 11.536.909,12 12.606.792,84 9,27
19 Kota Tebing Tinggi 9.253.513,20 10.276.542,74 11,06 20 Kota Padang Sidempuan 6.429.077,35 7.248.640,75 12,75 21 Kab. Pakpak Bharat 5.456.926,93 5.961.443,63 9,25 22 Kab. Nias Selatan 5.060.625,54 5.714.690,73 12,92
23 Kab. Humbang Hasundutan 9.022.287,04 10.052.446,24 11,42 24 Kab. Serdang Berdagai 8.602.475,18 9.385.791,46 9,11 25 Kab. Samosir 8.400.675,20 9.156.946,78 9,00
Pendapatan Perkapita
III Provinsi Sumatera Barat
2005 2006 % Perubahan 1 Kab. Limapuluh Koto 9.503.077,04 11.043.309,75 16,21 2 Kab. Agam 7.952.082,61 8.927.817,78 12,27
3 Kab. Kepulauan Mentawai 10.408.677,56 12.011.799,43 15,40 4 Kab. Padang Pariaman 42.654.354,44 10.111.620,95 (76,29)
5 Kab. Pasaman 6.510.281,33 7.335.234,28 12,67
6 Kab. Pesisir Selatan 5.376.730,88 6.199.455,00 15,30 7 Kab. Sawahlunto Sijunjung 8.134.676,90 9.236.831,80 13,55 8 Kab. Solok 7.112.482,90 8.317.237,05 16,94
9 Kab. Tanah Datar 8.646.147,07 10.086.148,66 16,65 10 Kota Bukit Tinggi 10.809.507,42 12.410.092,15 14,81
11 Kota Padang Panjang 10.304.444,42 10.922.847,11 6,00 12 Kota Padang 16.588.048,84 18.657.450,08 12,48
13 Kota Payakumbuh 9.372.433,34 10.874.915,89 16,03 14 Kota Sawahlunto 11.671.667,26 12.700.562,53 8,82 15 Kota Solok 10.629.695,65 12.363.317,54 16,31 16 Kota Pariaman 12.360.787,64 13.211.188,84 6,88 17 Kab. Dharmasraya 7.811.237,45 8.878.921,26 13,67 18 Kab. Solok Selatan 5.599.251,73 6.025.121,92 7,61
Pendapatan Perkapita
IV Provinsi Riau
2005 2006 % Perubahan 1 Kab. Bengkalis 12.768.572,71 14.412.568,87 12,88 2 Kab. Indragiri Hilir 15.035.861,15 18.582.220,51 23,59
3 Kab. Indragiri Hulu 19.624.324,21 24.339.305,70 24,03 4 Kab. Kampar 11.309.153,77 13.262.250,11 17,27
5 Kab. Kuantan Singingi 21.277.749,96 26.635.754,23 25,18 6 Kab. Pelalawan 28.011.152,99 32.217.044,78 15,02
(4)
8 Kab. Rokan Hulu 15.497.756,42 17.830.134,61 15,05 9 Kab. Siak 28.634.841,45 33.435.559,76 16,77 10 Kota Dumai 10.215.966,90 73.684.742,63 621,27 11 Kota Pekanbaru 19.638.641,33 3.592.442,53 (81,71)
Pendapatan Perkapita
V Provinsi Riau Kepulauan
2005 2006 % Perubahan 1 Kab. Kepulauan Riau 18.462.766,46 19938992,15 8,00 2 Kab. Natuna 12.302.426,18 14550593,53 18,27 3 Kab. Karimun 11.503.934,63 12568437,15 9,25 4 Kota Batam 43.558.153,51 47023244,85 7,96 5 Kota Tanjung Pinang 15.184.317,85 16847779,54 10,96 6 Kab. Lingga
7.184.786,30 7758417,382 7,98
Pendapatan Perkapita
VI Provinsi Jambi
2005 2006 % Perubahan 1 Kab. Batanghari 6.968.413,16 8.112.798,62 16,42 2 Kab. Bungo 6.259.909,55 7.226.187,32 15,44 3 Kab. Kerinci 7.564.062,60 8.620.052,76 13,96 4 Kab. Merangin 5.248.337,71 5.903.511,52 12,48 5 Kab. Muaro Jambi 4.616.769,83 5.351.871,47 15,92 6 Kab. Sarolangun 6.685.435,16 8.154.301,67 21,97 7 Kab. Tanjung Jabung Barat 10.563.149,16 11.436.811,76 8,27 8 Kab. Tanjung Jabung Timur 6.568.991,72 7.413.464,74 12,86 9 Kab. Tebo 5.040.628,35 5.557.722,81 10,26 10 Kota Jambi 8.546.790,39 10.317.477,48 20,72
Pendapatan Perkapita VII Provinsi Sumatera Selatan
2005 2006 % Perubahan 1 Kab. Lahat 6.712.698,78 8.459.664,99 26,02 2 Kab. Musi Banyuasin 10.391.859,49 12.303.428,25 18,39 3 Kab. Musi Rawas 5.621.952,96 6.414.286,50 14,09 4 Kab. Muara Enim 9.237.734,58 10.675.001,22 15,56 5 Kab. Ogan Komering Ilir 5.302.794,44 5.992.187,32 13,00 6 Kab. Ogan Komering Ulu 9.410.228,62 10.728.343,68 14,01 7 Kota Palembang 12.619.071,41 14.591.262,51 15,63 8 Kota Pagar Alam 6.168.330,64 6.836.884,81 10,84 9 Kota Lubuk Linggau 6.488.836,10 7.166.495,46 10,44 10 Kota Prabumulih 7.985.740,33 9.229.496,76 15,57 11 Kab. Banyuasin 5.456.440,34 6.294.610,90 15,36 12 Kab. Ogan Ilir 5.227.285,79 5.863.153,17 12,16
(5)
13 Kab. OKU Timur 4.626.507,97 5.369.732,15 16,06 14 Kab. OKU Selatan 4.274.837,34 5.160.544,18 20,72
Pendapatan Perkapita
VIII Provinsi Bengkulu
2005 2006 % Perubahan 1 Kab. Bengkulu Selatan 5.189.381,03 6.086.379,34 17,29 2 Kab. Bengkulu Utara 4.402.332,66 4.941.044,24 12,24 3 Kab. Rejang Lebong 8.181.435,48 9.423.004,16 15,18 4 Kota Bengkulu 9.721.533,97 11.633.110,03 19,66 5 Kab. Kaur 3.138.442,13 3.306.988,73 5,37 6 Kab. Seluma 2.759.683,53 3.159.567,03 14,49 7 Kab. Mukomuko 5.519.826,97 6.164.118,38 11,67 8 Kab. Lebong 6.837.994,00 8.041.971,64 17,61 9 Kab. Kepahiang 7.324.653,99 8.563.805,06 16,92
Pendapatan Perkapita
IX Provinsi Lampung
2005 2006 % Perubahan 1 Kab. Lampung Barat 3.607.529,82 3914617,788 8,51 2 Kab. Lampung Selatan 4.521.730,72 5192521,228 14,83 3 Kab. Lampung Tengah 5.726.117,16 6664176,065 16,38 4 Kab. Lampung Utara 6.246.273,84 6841844,656 9,53 5 Kab. Lampung Timur 4.784.444,91 5382682,447 12,50 6 Kab. Tanggamus 4.415.747,57 4925618,458 11,55 7 Kab. Tulang Bawang 7.182.232,72 8500906,872 18,36 8 Kab. Way Kanan 4.034.697,94 4362435,311 8,12 9 Kota Bandar Lampung 8.561.475,38 9962346,024 16,36
(6)
Lampiran 12 Jadual Penelitian
November
2008 Desember 2008
Januari – Februari
2009
Maret 2009 April 2009
Minggu
Ke II - IV Minggu ke-
Minggu
ke I - IV Minggu ke- Minggu ke- No.
Uraian Kegiatan Penelitian
II IV I II III IV I IV I II III IV I II III IV
1 Penyusunan proposal
2 Kolokium
3 Pengumpulan
data
4 Pengolahan
data
5 Penyusunan
seminar hasil
6 Seminar hasil
7 Perbaikan
seminar hasil