Uji Statistik F Uji Statistik t Koefisien Determinasi R²

4.7.2.3. Uji Autokorelasi

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain Hanke dan Reitsch,1998 dalam Kuncoro, 2001. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dilakukan pengujian Durbin-Watson DW dengan melihat model regresi linear berganda. Jika nilai Durbin-Watson berada di bawah angka 2 maka model tersebut terbebas dari autokorelasi Lubis et.al,2007.

4.7.2.4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari data pengamatan yang satu ke pengamatan yang lain. Salah satu cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas ini adalah dengan melihat pola sebaran pada grafik scatter plot. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas dan jika tidak ada pola yang jelas serta titik–titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas Ghozali, 2005

4.7.3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis yang dilakukan meliputi uji F uji signifikansi simultan dan uji t uji signifikansi parameter individual.

4.7.3.1. Uji Statistik F

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama–sama terhadap variabel dependen Kuncoro, 2001. Lebih lanjut Kuncoro 2001 menyebutkan uji ini dapat dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan nilai F-tabel, jika nilai F-hitung lebih besar dari pada nilai F-tabel dapat dinyatakan bahwa semua variabel independen secara simultan dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. Hipotesis untuk uji statistik F adalah sebagai berikut : Ho : b = 0, DAU, DAK, dan PAD tidak berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap Pendapatan Perkapita. Ha : b ≠ 0, DAU, DAK, dan PAD berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap Pendapatan Perkapita

4.7.3.2. Uji Statistik t

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat Kuncoro, 2001. Apabila nilai t-hitung lebih besar dari pada t-tabel dapat disimpulkan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen Kuncoro, 2001. Hipotesis untuk uji statistik t adalah sebagai berikut : Ho : b = 0, DAU, DAK, dan PAD secara parsial tidak berpengaruh terhadap Pendapatan Perkapita. Ha : b = 0, DAU, DAK, dan PAD secara parsial tidak berpengaruh terhadap Pendapatan Perkapita.

4.7.3.3. Koefisien Determinasi R²

Koefisien determinasi R² atau Adjusted R² bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai R² atau Adjusted R² adalah di antara nol dan satu. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen dan sebaliknya jika mendekati nol Kuncoro, 2001. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen maka nilai R² pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut memiliki nilai t yang signifikan atau tidak. Oleh sebab itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan Adjusted R² karena nilainya dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model Kuncoro, 2001. Oleh sebab itu dalam penelitian ini digunakan Adjusted R².

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan metode statistik diperoleh hasil-hasil sebagai berikut :

5.1.1. Statistik Deskriptif

Setelah diteliti lebih lanjut dari populasi 132 kabupatenkota terdapat beberapa kabupatenkota yang tidak berhasil diperoleh secara lengkap baik salah satu atau lebih dari data DAU, DAK, dan PAD. Oleh sebab itu data DAU 2004, DAK 2004, PAD 2004, dan PPKT 2005 dari tiap kabupatenkota yang memenuhi syarat untuk diuji adalah sebagai berikut : Tabel 5.1. Data Jumlah Kabupaten dan Kota untuk Tahun 2004 dan 2005 Provinsi Jumlah Kabupaten Jumlah Kota Nanggroe Aceh Darussalam 9 3 Sumatera Utara 11 5 Sumatera Barat 8 7 Jambi 4 1 Sumatera Selatan 4 2 Bengkulu 3 1 Lampung 6 2 Jumlah 45 21 Total 66 Sumber : www.djpkd.depkeu.go.id dan BPS diolah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Belanja Modal pada Kota di Pulau Sumatera

3 155 93

Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH) Dan Bantuan Keuangan Provinsi (BKP) Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dengan Belanja Pelayanan Dasar Sebagai Moderating Variabel (Stud

5 68 181

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dengan Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Di Kabupaten Dan Kota Provinsi Aceh

5 75 107

Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Pendapatan lain-lain yang Dianggap Sah Terhadap Belanja Pemerintahan Daerah : Studi Kasus Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara.

7 108 82

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Jumlah Penduduk Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Belanja Daerah Pada Pemda Di Sumatera Utara

0 46 101

Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Lain-lain Pendapatan terhadap Belanja Daerah (Studi Kasus Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara)

1 39 84

Pengaruh Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Dana Alokasi Umum (DAU) Pada Pemerintahan Kota Tanjung Balai

2 42 103

Pengalokasian Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah Dalam Belanja Pemerintah Kota Di Sumatera Utara

3 30 131

The influence of original local government revenues, general allocation funds and special allocation funds to local government expenditures

0 12 99

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat periode Tahun 2009-2012

1 17 161