Kompetisi Program Berita Siang Di Televisi Swasta Dalam Konteks Hegemoni Media Dilihat Dari Perspektif Teori Niche

(1)

KOMPETISI PROGRAM BERITA SIANG DI TELEVISI SWASTA DALAM KONTEKS HEGEMONI MEDIA DILIHAT DARI PERSPEKTIF TEORI

NICHE

(Competition News Program on Private Television Station with Context of the Hegemony Media seen from the Perspective Niche Theory)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Ilmu Komunikasi

Disusun Oleh : RENGGI PUTRIMA

080904001

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Kompetisi Program Berita Siang di Stasiun Televisi Swasta dalam Konteks Hegemoni Media dilihat dari Perspektif Teori Niche, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat kompetisi program berita siang yang terjadi di antara beberapa stasiun televisi swasta seperti stasiun televisi RCTI, SCTV, Metro TV dan TV One yang masing-masing memiliki program berita siang unggulan. Keunggulan dari kompetisi yang terjadi diantara ke empat stasiun televisi tersebut dilihat berdasarkan hasil Niche Breadth dan Niche Overlap Berkaitan dengan hal tersebut, maka peneliti menggunakan beberapa teori yang penulis anggap relevan, yakni: Teori Komunikasi Massa, Televisi sebagai Media Komunikasi Massa, Hegemoni, dan Teori Niche.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif yang hanya menggambarkan suatu peristiwa penelitian, tanpa mencari atau menjelaskan serta tidak menguji hipotesis atau prediksi. Peneliti menggunakan data sekunder atau data yang telah ada sebelumnya dalam menganalisis tingkatan kompetisi yang terjadi di antara program berita siang di stasiun televisi swasta. Data sekunder yang didapat dari pihak Nielsen Measurement Audience dan stasiun televisi swasta yang menjadi sampel. Sampel yang didapat dari populasi melalui purposive sampling yakni, RCTI, SCTV, Metro TV dan TV One. Pengambilan data maupun informasi juga dilakukan oleh peneliti melalui buku-buku maupun internet selain itu peneliti melakukan observasi dengan melihat tayangan program berita siang yang ditayangkan oleh ke empat stasiun televisi tersebut .

Dari penelitian yang dilakukan, peneliti mengetahui bahwa program berita siang pada bulan September 2011 yang dimiliki oleh RCTI, SCTV, Metro TV, dan TV One hampir memiliki tingkatan yang sama dalam hasil Niche Breadth khususnya dalam perebutan audience yakni pada posisi spesialis. Peneliti membagi stasiun televisi swasta yang nantinya akan dlihat hegemoni media dalam program berita siang adalah Tv non-berita yakni RCTI dan SCTV serta TV berita yakni Metro TV dan TV One berdasarkan hasil Niche Overlap di mana RCTI dan SCTV memiliki tingkat kompetisi yang tinggi dalam pengaruh hegemoni dalam berita yang ditayangkan kepada khalayak. Sementara untuk Metro TV dan TV One memiliki tingkat kompetisi yang tidak terlalu tinggi dalam hasil Niche Overlap.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, yang selalu menemani tiap langkah penulis selama nafas berhembus. Tak henti mendapat karuniaNYA yang tak pernah habis menjadi tempat bersandar paling ampuh ketika menghadapi semua permasalahan. Kepada kekasihNYA, Nabi Muhammad SAW yang selalu menginspirasi penulis dengan suri tauladan yang tak pernah habis dalam menjalani hidup.

Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat kjelulusan peneliti dari FISIP USU jurusan Ilmu Komunikasi. Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan banyak bimbingan, nasihat, serta dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, Msi selaku Dekan FISIP USU;

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lbs, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi; 3. Ibu Dra. Dayana Manurung; selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi; 4. Bapak Syarifuddin Pohan, M.Si, Ph.D, tak hanya sebagai dosen pembimbing

namun juga seperti seorang sahabat diskusi bagi penulis yang selalu sabar membimbing dan memberikan nasehat serta motivasi kepada penulis. Ilmu yang beliau miliki sungguh membuat penulis iri. Terima kasih banyak pak atas waktu dan tenaganya selama penyusunan skripsi ini.\

5. Seluruh Dosen Ilmu Komunikasi yang selalu memberi inspirasi bagi penulis. 6. Untuk kak Icut dan kak Maya, yang selalu sabar menjawab semua pertanyaan

penulis tentang apapun yang berkaitan dengan informasi yang penulis butuhkan.

7. Bang Usman Kansong senior yang tak lelah membantu penulis dalam pencarian data. Pihak RCTI, Pihak SCTV, Pihak Metro Tv dan Pihak TV One serta Nielsen Company yang telah membantu penulis untuk pengumpulan data..


(4)

8. Kakak-kakak di Lab Komunikasi, Kak Yo, Kak Puan, Kak Emil, kak Hanim yang memberikan penulis ilmu Audio Visualnya.

9. Seluruh Keluarga besar yang penulis kasihi, Ayah tercinta Nasriel.N yang selalu siap sedia memberikan ’bahan mentah’ bagi penulis, motivasi serta nasehatnya yang ampuh sangat berarti bagi penulis, Ibu tersayang Yuniar yang tak bosan ’berkicau’ untuk menyemangati penulis. Kedua adik saya Mako dan Gazza yang juga turut mendoakan penulis.

10.Sahabatku tersayang, teman seperjuangan Ilmu Komunikasi 2008 USU terima kasih masa indah di kampus. Terspesial; Frydo, Ardi. Dide, Putri (saudara yang tak sedarah yang penulis sayangi). Tak lupa kepada Muhammad Novri yang selalu menemani dan membantu penulis selama ini.

11.Saudara terkasih para penghuni Kost 70, Dilla (terima kasih bantuan atas hitung-hitungannnya) sampai jumpa di kota impian kita saudariku. Nessy yang menjadi salah satu penghibur di kala hati suntuk. Tante Yani atas kebersamaan di kost. Penulis sayang kalian semuanya. Spesial di hati nun jauh disana Muhammad Arif, meski singkat berjumpa tapi terima kasih atas semangat yang selalu diberikan kepada penulis..

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, dengan kerendahan hati peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga tulisan ini dapat menjadi sumbangan pemikiran kepada pembacanya.

Peneliti


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI…….. ... . iv

DAFTAR TABEL... ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 6

I.3. Pembatasan Masalah ... 6

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

I.4.1. Tujuan Penelitian ... 7

I.4.2. Manfaat Penelitian ... 8

I.5. Kerangka Teori ... 9

I.5.1. Teori Niche ... 9

I.5.2 Ekonomi Politik Media dan Hegemoni Media ... 10

I.6 Kerangka Konsep ... 12

BAB II URAIAN TEORETIS II.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa ... 14

II.1.1 Komunikasi ... 14

II.1.2 Komunikasi Massa ... 18

II.1.2.1 Definisi Komunikasi Massa ... 18

II.1.2.2 Unsur Komunikasi Massa ... 19

II.1.2.3 Ciri Komunikasi Massa... 21

II.1.2.4 Fungsi Komunikasi Massa ... 22

II.2 Televisi Sebagai Komunikasi Massa ... 24

II.2.1 Karakteristik Televisi ... 24

II.2.2 Format Televisi ... 28

II.2.3 Perkembangan Televisi di Indonesia ... 29


(6)

II.3 Kompetisi Media dan Ekologi Media ... 35

II.4 Kompetisi Media dan Ekonomi Media ... 39

II.4.1 Kepemilikan Media ... 40

II.4.2 Konglomerasi Media di Indonesia ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.I Metode Penelitian ... 43

III.2 Populasi dan Sampel... 43

III.2.1 Populasi ... 43

III.2.2 Sampel ... 43

III.3 Lokasi Penelitian ... 45

III.3.1 Stasiun Televisi RCTI ... 45

III.3.1.1 Tentang RCTI ... 45

III.3.1.2 Visi, misi dan Tiga Pilar Utama RCTI ... 46

III.3.2 Stasiun Televisi SCTV ... 48

II.3.2.1 Tentang SCTV ... 48

III.3.3 Stasiun Televisi Metro Tv ... 49

III.3.3.1 Tentang Metro Tv... 49

III.3.3.2 Visi dan Misi ... 50

III.3.3.3 Logo Metro Tv ... 51

III.3.3.4 Target Audience ... 53

III.3.4 Stasiun Televisi Tv One ... 55

III.3.4.1 Tentang Tv One... 55

III.3.4.2 Visi dan Misi ... 56

III.3.4.3 Filosofi Tv One ... 57

III.3.4.4 Segmentasi ... 57

III.4 Teknik Pengumpulan Data... 58

III.5 Metode Analisis Data ... 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.I Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 60

IV.I.I Tahap Awal ... 60

IV.I.2 Pengumpulan Data ... 60


(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan ... 78

V.1.1 Niche Breadth Program Berita Siang ... 78

V.1.2 Niche Overlap Program Berita Siang ... 80

V.1.3 Hegemoni Media Program Berita Siang ... 80

V.2 Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Konglomerasi Media ... 40

2. Tabel 2 Media Target Audience Metro TV ... 52

2. Tabel 3 TV Rating TV Share RCTI dan SCTV ... 61

3. Tabel 4 TV Rating TV Share Metro TV dan TV One ... 62


(9)

DAFTAR GAMBAR


(10)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Kompetisi Program Berita Siang di Stasiun Televisi Swasta dalam Konteks Hegemoni Media dilihat dari Perspektif Teori Niche, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat kompetisi program berita siang yang terjadi di antara beberapa stasiun televisi swasta seperti stasiun televisi RCTI, SCTV, Metro TV dan TV One yang masing-masing memiliki program berita siang unggulan. Keunggulan dari kompetisi yang terjadi diantara ke empat stasiun televisi tersebut dilihat berdasarkan hasil Niche Breadth dan Niche Overlap Berkaitan dengan hal tersebut, maka peneliti menggunakan beberapa teori yang penulis anggap relevan, yakni: Teori Komunikasi Massa, Televisi sebagai Media Komunikasi Massa, Hegemoni, dan Teori Niche.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif yang hanya menggambarkan suatu peristiwa penelitian, tanpa mencari atau menjelaskan serta tidak menguji hipotesis atau prediksi. Peneliti menggunakan data sekunder atau data yang telah ada sebelumnya dalam menganalisis tingkatan kompetisi yang terjadi di antara program berita siang di stasiun televisi swasta. Data sekunder yang didapat dari pihak Nielsen Measurement Audience dan stasiun televisi swasta yang menjadi sampel. Sampel yang didapat dari populasi melalui purposive sampling yakni, RCTI, SCTV, Metro TV dan TV One. Pengambilan data maupun informasi juga dilakukan oleh peneliti melalui buku-buku maupun internet selain itu peneliti melakukan observasi dengan melihat tayangan program berita siang yang ditayangkan oleh ke empat stasiun televisi tersebut .

Dari penelitian yang dilakukan, peneliti mengetahui bahwa program berita siang pada bulan September 2011 yang dimiliki oleh RCTI, SCTV, Metro TV, dan TV One hampir memiliki tingkatan yang sama dalam hasil Niche Breadth khususnya dalam perebutan audience yakni pada posisi spesialis. Peneliti membagi stasiun televisi swasta yang nantinya akan dlihat hegemoni media dalam program berita siang adalah Tv non-berita yakni RCTI dan SCTV serta TV berita yakni Metro TV dan TV One berdasarkan hasil Niche Overlap di mana RCTI dan SCTV memiliki tingkat kompetisi yang tinggi dalam pengaruh hegemoni dalam berita yang ditayangkan kepada khalayak. Sementara untuk Metro TV dan TV One memiliki tingkat kompetisi yang tidak terlalu tinggi dalam hasil Niche Overlap.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi memang tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban umat manusia, di mana pesan yang menjadi inti dari komunikasi itu sendiri sampai saat ini menjadi suatu kajian yang tidak pernah ada habisnya. Komunikasi massa merupakan salah satu bagian ilmu komunikasi yang memiliki keistimewaan di antara bagian komunikasi lainnya. Komunikasi massa dapat menyebarkan suatu informasi secara bersamaan tanpa batasan waktu ke hadapan khalayak. Khalayak tentu saja dapat menerima suatu informasi maupun berita tanpa harus melakukan tatap muka. Hal tersebut karena dalam komunikasi massa terdapat dua media yang amat dikenal, media cetak dan media elektronik.

Media elektronik salah satunya adalah televisi. Televisi merupakan salah satu media elektronik yang memiliki banyak peminat. Televisi saat ini sudah hadir ke tengah masyarakat luas sebagai salah satu bagian dari gaya hidup. Khalayak ataupun masyarakat dapat memperoleh berbagai informasi secara lebih menarik. Televisi sendiri hadir dengan sistem audio visual dimana sistem tersebut dapat lebih memanjakan pemirsa yang membutuhkan informasi. Sekarang masyarakat, melalui televisi dapat memperoleh suatu informasi maupun berita meskipun khalayak tersebut tengah melakukan aktifitas sehari-hari. Dengan demikian merupakan suatu hal yang wajar jika nanti akan banyak para pemilik media atau pemilik stasiun televisi yang hadir dihadapan para pemirsanya dengan berbagai macam gaya kepemilikan dari media itu sendiri.


(12)

Dunia pertelevisian di tanah air mengalami perkembangan yang cukup pesat beberapa tahun belakangan ini. Awalnya, kita hanya memiliki satu stasiun televisi milik pemerintah yang dikenal dengan nama Televisi Republik Indonesia (TVRI). Pada tahun 1989, lahirlah stasiun televisi swasta pertama yakni Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), diikuti oleh stasiun televisi swasta lainnya seperti Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang kini telah berganti nama menjadi MNCTV, Cakrawala Andalas Televisi (ANTV), Indosiar Visual Mandiri (Indosiar), Transformasi Televisi (TRANS TV), Trans 7, TV One , Metro TV dan Global TV. Hingga pada akhirnya Indonesia telah memilik 11 stasiun televisi nasional. Selain televisi nasional, saat ini hampir di seluruh kota-kota besar telah memiliki stasiun televisi lokalnya masing-masing. (Usman Ks, 2009:1)

Masyarakat Indonesia tentu saja dapat melihat berbagai macam program maupun siaran yang ditayangkan oleh stasiun televisi tersebut. Tingginya animo masyarakat terhadap suatu program atau siaran yang dimiliki oleh stasiun televisi tersebut tidak hanya akan memberikan suatu nilai kepuasan tersendiri bagi stasiun televisi yang bersangkutan, namun hal itu juga akan berpengaruh terhadap rating program yang nantinya akan mampu mendatangkan iklan-iklan sebagai salah satu pemasukan bagi stasiun televisi. Berbagai macam program televisi yang ditayangkan oleh stasiun televisi, mulai dari sinetron, kuis, talkshow, variety show, komedi situasi, program berita, program olahraga, infotaiment hingga reality show.


(13)

(1) isi siaran wajib mengandung unsur informasi, pendidikan, hiburan dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia (2) isi siaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus dengan mencatumkan atau menyebutkan klasifikasi khalayak sesuai isi siaran (3) isi siaran wajib dijaga netralitasnya tanpa mementingkan golongan tertentu (4) isi siaran dilarang bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan, dan bohong (5) isi siaran dilarang memperolok, merendahkan, melecehkan, mengabaikan nilai-nilai agama serta merusak hubungan internasional.

Namun, meskipun terdapat UU penyiaran, tayangan maupun siaran di Tv masih banyak mendapat keluhan dari para pemirsa maupun audience, sebut saja tindak kekerasan, seks dan pornografi, gossip/infotainment, serta reality show.

Gambar 1


(14)

Dewasa ini masyarakat telah semakin pintar dalam memilih jenis program yang mereka inginkan. Masyarakat diberikan kebebasan dalam memilih berbagai program yang benar-benar menjadi suatu pemuas kebutuhan akan informasi ataupun hanya sekedsar mencari hiburan semata atas program tersebut. Program televisi pun semakin beragam sehingga masyarakat dapat memilih acara apa yang mampu memuaskan kebutuhan yang mereka inginkan.

Program Berita tentu saja menjadi salah satu program yang diminati oleh masyarakat saat ini. Masyarakat akan mendapatkan informasi maupun kejadian yang aktual pada siang hari mengenai peristiwa yang tengah terjadi di dalam masyarakat itu sendiri. Setiap stasiun televisi berlomba untuk menayangkan program berita semenarik mungkin ke hadapan khalayak atau pemirsanya. Sebut saja “Topik Siang (ANTV)”, “Global Siang (Global TV)”, “Fokus Siang (Indosiar)”, “Metro Siang (Metro TV)”, “Liputan 6 Siang (SCTV)”, “Redaksi Siang (Trans 7)”, “Kabar Siang (TV One)”, “Seputar Indonesia (RCTI)”.

Program berita siang yang akan disajikan biasanya berisi berita hard news dan soft news, setiap program berita siang yang dimiliki oleh stasiun televisi juga memiliki ciri khas tersendiri baik dari segi content news, presenter, maupun durasi serta format yang digunakan. Program berita siang biasanya telah hadir dihadapan pemirsa pada pukul 11.30-13.30 WIB setiap harinya. Dalam program berita siang biasanya memiliki producer, crew, script news writer yang nantinya akan saling bekerja sama dalam menayangkan berita ke hadapan pemirsa. Sebagian program berita siang dari stasiun televisi terkadang juga memiliki dialog di antara penyampaian berita ke pemirsa dengan mengundang narasumber untuk membahas suatu permasalahan atau fenomena yang tengah berlangsung di masyarakat. Semua hal tersebut dilakukan


(15)

semata bertujuan untuk menarik perhatian pemirsa atau audience yang menjadi salah satu penunjang bagi media untuk menjadi pemenang dari kompetisi dengan kompetitor lainnya.

Salah satu contoh di mana dalam hal ini media Amerika Serikat (AS) kehilangan cara untuk berkompetisi dengan kompetitor di dunia. Media AS dianggap terlalu sensasional serta lebih tertarik pada hiburan ketimbang menunjukkan fakta-fakta maupun realita yang ada dan tengah terjadi di masyarakat. Sehingga kemunculan TV asing seperti Al Jazeera, CCTV China, dan Rusia televisi (RT) yang mendapatkan pemirsa di seluruh dunia, dan ini mampu mempengaruhi opini publik. Di RT, Profesor Christopher Chambers mengkritik liputan media di Amerika Serikat: "Mereka tidak peduli tentang mendapatkan fakta-fakta, mereka tidak peduli tentang memiliki orang-orang di tanah untuk mendapatkan kisah nyata, karena semua mereka benar-benar diarahkan untuk uang”.

Terjadinya dinamika kompetisi antar media itu menurut John Dimmick dan Erick Rothenbuhler (1984) adalah suatu proses ekologis di mana kelangsungan hidup suatu industri media tergantung pada sumber penunjang yang ada di lingkungan sekitar, seperti sumber pemasukan iklan, format isi media, dan khalayak yang menjadi

sasaran.

Ketika kompetisi berlangsung maka para kompetitor tentu saja akan melakukan berbagai cara untuk dapat muncul menjadi pemenang dalam kompetisi tersebut. Para pemilik media akan menunjukkan kekuatan ekonomi politik serta turut serta membawa hegemoni media di dalamnya dari berita maupun informasi yang ditayangkan kepada masyarakat.


(16)

1.2 Perumusan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan ini lebih jelas dan terarah, perlu diberikan suatu rumusan jelas terhadap masalah yang akan diteliti. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana sebenarnya tingkat kompetisi program berita siang yang ada di stasiun televisi swasta”.

1.3 Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak meluas, sehingga menyulitkan peneliti dalam penelitiannya. Maka penulis membuat pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini tidak mencari hubungan, serta tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Penelitian ini hanya akan menganalisis kompetisi program berita siang yang ada di TV swasta

2. Stasiun televisi swasta yang dipilih untuk dilihat tingkat kompetisinya adalah : a. RCTI sebagai salah satu stasiun televisi swasta yang bersifat generalis pertama kali hadir ke hadapan pemirsa sebagai televisi keluarga. Dengan program berita siang “Seputar Indonesia”.

b. SCTV sebagai stasiun televisi swasta yang bersifat generalis hadir sebagai televisi swasta kedua di Indonesia walaupun SCTV sekarang lebih identik dengan sinetron FTV namun SCTV juga masih memiliki program berita siang unggulan “Liputan 6 Siang”.


(17)

c. Metro TV sebagai salah satu stasiun televisi berita pertama bersifat spesialis yang memuat content program hampir seluruhnya adalah program berita yang disajikan kehadapan pemirsanya. Dengan program berita siang “Metro Siang”. d. TV One hadir sebagai stasiun televisi berita yang kedua bersifat spesialis yang memuat content program berita yang lebih entertainment kehadapan pemirsanya. Dengan program berita “Kabar Siang”.

3. Objek penelitian adalah program berita siang yang dimiliki oleh ke empat televisi swasta di atas, dimana nantinya akan dilihat niche breadth dan niche overlap untuk konteks hegemoni media.

4. TV Share program berita siang, TV Rating program berita siang, dan kelas audience ke empat stasiun televisi tersebut pada bulan September 2011.

5. Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada bulan September 2011-Desember 2011.

1.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana Niche Breadth Program Berita Siang dari RCTI, SCTV, Metro TV, dan TV One.

2. Untuk mengetahui bagaimana Niche Overlap Program Berita Siang antara RCTI dan SCTV, Metro TV dan TV One.


(18)

3. Untuk mengetahui hegemoni media yang terjadi dalam program berita siang antara RCTI dan SCTV, Metro TV dan TV One, berdasarkan Niche Breadth dan Niche Overlap.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memperluas dan memperkaya penelitian dalam bidang ilmu komunikasi.

2. Secara teoritis, peneliti dapat menerapkan ilmu yang telah diterima selama mengikuti perkuliahan di FISIP USU, serta memperluas pengetahuan dan wawasan peneliti tentang penelitian.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak yang membutuhkan dan bagi stasiun televisi swasta RCTI, SCTV, Metro TV dan TV One, khususnya dalam meningkatkan kualitasnya.


(19)

1.5 Kerangka Teori

Kerangka teori memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1995:39-40). Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini antara lain :

1.5.1 Teori Niche (Niche Theory)

Teori Niche dilihat dari pertumbuhannya merupakan teori yang berasal dari kajian ilmu ekologi. Dalam ilmu ekologi, makhluk hidup bergantung pada sejumlah penunjang yang ada di sekitarnya namun, tidak jarang sumber penunjang yang ada jumlahnya terbatas sehingga menimbulkan persaingan antara makhluk hidup lainnya. Persaingan antara makhluk-makhluk tersebut menurut Levins disebabkan karena dalam proses interaksinya makhluk hidup sangat bergantung pada tiga hal (Sasa Djuarsa, 1989), yaitu :

1. Niche Breadth, lokasi atau ruang sumber penunjang kehidupan yang ditempati oleh masing-masing individu.

2. Niche Overlap, penggunaan sumber penunjang kehidupan yang sama dan terbatas oleh dua makhluk hidup atau lebih, sehingga terjadi tumpang tindih dalam memperebutkan sumber kehidupan tersebut.


(20)

Kajian oleh ahli tersebut ternyata relevan jika digunakan dalam mengkaji kompetisi yang terjadi pada media terdapat tiga sumber kehidupan media yang

membuat media memiliki tingkatannya.

1. Tingkat Spesialis = 0 – 2 2. Tingkat Moderat = >2 - >4

3. Tingkat General = 4- 6

Menurut Dimmick dan Rothenbuhler, media memiliki tiga sumber kehidupan , yaitu : 1. Capital (modal, yang merupakan penghasilan dari iklan)

2. Type of content (jenis isi media) 3. Type of Audience (khalayak sasaran)

1.5.2 Ekonomi Politik Media dan Hegemoni Media

Ekonomi politik Marx berpendapat bahwa karakteristik utama dari pertumbuhan kapitalisme adalah kepemilikan dan kontrol cara-cara produksi oleh segelintir orang. Dengan kata lain: penggerak kekuatan ekonomi berada di tangan segelintir orang. Segelintir orang ini merupakan kelas pengelola, yang mengunakan kekuasaannya/kekuatannya untuk melanjutkan/meneruskan kepentingan serta melindungi posisinya dan pengaruhnya di masyarakat. Kepentingan kelas utama ini yaitu mengumpulkan keuntungan yang lebih dan lebih lagi, ini dapat terjadi dengan penambahan beban di kelas-kelas lain di masyarakat.


(21)

Hegemoni Media

Dalam pandangan mazhab kritis, terutama dalam studi-studi yang dikembangkan oleh Centre For Cotemporary Cultural Studies, Birmingham University, media massa selalu dirasakan sebagai alat yang “powerfull”.Hal tersebut dikenal dengan nama hegemoni media. Teori Hegemoni ini dicetuskan oleh Gramsci yang merujuk pada kekuasaan dan praktis Gramsci percaya media selalu memiliki peran penting mengajar orang untuk melakukan hal-hal dalam kehidupan sehari-hari mereka yang mendukung struktur kekuasaan. Gramsci sendiri mendefinisikan hegemoni sebagai situasi dimana kelas berkuasa menjalankan otoritas sosial serta kepemimpinan atas kelas-kelas subordinat dengan kombinasi antara kekuatan dan konsesus. Konsep hegemoni banyak digunakan oleh sosiolog untuk menjelaskan fenomena terjadinya usaha untuk mempertahankan kekuasaan oleh pihak penguasa.

Hegemoni juga bisa di definisikan sebagai, dominasi oleh suatu kelompok terhadap kelompok lainnya, dengan atau tanpa ancaman kekerasan, sehingga ide-ide yang didiktekan oleh kelompok dominan terhadap kelompok yang didominasi diterima sebagai suatu common sense (sesuatu yang wajar). Dewasa ini masyarakat telah dapat melihat bagaimana struktur kekuatan media digunakan untuk mendukung pemerintah, kapitalisme dan sebagainya. Media massa merupakan penguatan terhadap hegemoni dominan. Hegemoni telah menjadi bagian penting dari disiplin studi media dan studi media kelas di seluruh dunia. Konsep ini juga telah memberikan kontribusi yang berharga untuk membahas hubungan antara media dan kekuasaan. Di mana peranan media adalah membangun dukungan masyarakat dengan cara mempengaruhi dan membentuk alam pikiran mereka dengan menciptakan sebuah


(22)

pembentukan dominasi melalui penciptaan ideologi yang dominan. Oleh karena itu, selama media massa masih dikuasai oleh ideologi dominan, mereka akan menggambarkan kelompok oposisi sebagai kaum marginal. Ronald Lembo dan Kenneth Tucker menggambarkan proses tersebut sebagai arena kompetisi di mana individu atau kelompok mengekspresikan kepentingan yang berlawanan (“Kepemilikan Media dan Bias Berita”.

1.6 Kerangka Konsep

Setelah beberapa teori telah diuraikan diatas, maka langkah selanjutnya adalah merumuskan konsep yang merupakan hasil dari suatu pemikiran yang rasional dan bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai (Nawawi, 1991:45). Dalam bagian ini konsep disusun dalam variabel-variabel penelitian yaitu :

A. Type Of Audience : Kelas Penonton

B. Type Of Content : Tv Share dan Tv Rating

TYPE OF AUDIENCE NICHE OVERLAP


(23)

Niche Overlap antara RCTI dan SCTV, Metro TV dan TV One akan dapat dilihat berdasarkan kelas audience pada bulan September 2011 yang menjadi salah satu sumber penunjang kelangsungan hidup televisi. Hasil Niche Overlap yang di dapat akan menunjukkan tingkat persaingan maupun kompetisi yang terjadi antar kompetitor satu dan yang lainnya dalam program berita siang. Sementara untuk Niche Breadth dari program berita siang RCTI, SCTV, Metro TV, dan TV One akan dapat dilihat berdasarkan TV Share dan TV Rating yang dimiliki oleh ke empat stasiun televisi swasta tersebut pada bulan September 2011, di mana akan diketahui tingkatan masing-masing program berita siang stasiun televisi swasta dalam kompetisi yang terjadi.


(24)

BAB II

URAIAN TEORETIS II.1. Komunikasi Dan Komunikasi Massa

II.1.1. Komunikasi

Secara epistemologis, istilah kata komunikasi berasal dari bahasa latin, yakni communication dan bersumber dari kata communis yang berarti “sama”. Jika diartikan secara sederhana, berarti komunikasi adalah sebuah proses yang bermuara pada usaha untuk mendapatkan kesamaan makna dan pemahaman pada subjek yang melakukan proses komunikasi tersebut. Menurut Dr. Everett Kleinjan dari East West Center Hawaii, komunikasi merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya dengan bernafas, jadi sepanjang manusia ingin hidup, maka ia perlu berkomunikasi (Cangara, 2003: 1).

Wilbur Schramm menyatakan bahwa komunikasi dan masyarakat adalah dua kata yang tidak dapat dipisahkan karena kedua aspek itu saling melengkapi dalam pelaksanaannya. Sedangkan Harold Lasswell juga mengatakan bahwa cara terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan “siapa-berkata apa-melalui saluran apa-kepada siapa-dengan efek apa”

Harold D.Laswell menyebutkan hal yang menyebabkan manusia berkomunikasi, yaitu:

a. Hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya

b. Upaya manusia untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya c. Upaya untuk melakukan transformasi warisan sosial

Jika dilihat dari definisi komunikasi yang telah diuraikan sebelumnya, maka pada dasarnya komunikasi dapat dilihat dari berbagai dimensi yakni sebagai proses,


(25)

sebagai simbolik, sebagai sistem dan sebagai multi-dimensional. Maka tidak heran bila komunikasi juga mempunyai tujuan yang sangat universal. Tujuan dari sebuah proses komunikasi yaitu:

a. Untuk mengubah sikap (to change the attitude)

b. Untuk mengubah opini dan/pendapat/pandangan (to change the opinion) c. Untuk mengubah perilaku (to change the behaviour)

d. Untuk mengubah masyarakat (to change the society)

Komunikasi dapat berjalan baik dan lancar jika pesan yang disampaikan seseorang yang didasari dengan tujuan tertentu dapat diterimanya dengan baik dan dimengerti. Suksesnya suatu komunikasi apabila dalam penyampaiannya menyertakan unsur-unsur berikut:

1. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok, misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator, atau source, sender atau encoder.

2. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasehat atau propaganda. Sering disebut juga sebagai message, content atau informasi.


(26)

3. Media

Media yang dimaksud adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi, panca indera dianggap sebagai media komunikasi. Termasuk juga telepon, surat kabar dan media massa lainnya.

4. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima biasanya terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai bahkan negara. Sering juga disebut sebagai khalayak, sasaran, komunikan, atau audience. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, maka akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran.

5. Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini biasa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Karena itu, pengaruh bisa juga diartikan sebagai perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

6. Tanggapan balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima.


(27)

7. Lingkungan

Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis dan dimensi waktu.

Aristoteles mengatakan suatu pesan akan terlaksana dengan baik hanya cukup dengan tiga unsur saja, yaitu sumber, pesan dan penerima. Sedangkan Claude E.Shannon dan Warren Weaver (1949) menyatakan bahwa proses komunikasi memerlukan unsur pengirim, transmitter, signal, penerima dan tujuan. (Cangara, 2003: 22)

Karlinah mengemukakan fungsi komunikasi secara umum adalah (dalam Ardianto, 2004:19)

a. Fungsi informasi

Media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar, atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingan khalayak.

b. Fungsi pendidikan

Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara yang mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku pada pemirsa atau pembaca.

c. Fungsi mempengaruhi

Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, features, iklan, artikel dan sebagainya.


(28)

Untuk mengembangkan wawasan, kita membutuhkan berkomunikasi dengan orang lain. Dengan berkomunikasi, manusia akan bertambah pengetahuannya dan berkembang intelektualitasnya. Hal tersebut diperoleh dari pengalaman pribadinya dan dari orang lain.

e. Fungsi adaptasi lingkungan

Setiap manusia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan dunianya untuk bertahan hidup. Proses komunikasi membantu manusia dalam proses penyesuaian tersebut.

f. Fungsi memanipulasi lingkungan

Memanipulasi lingkungan artinya berusaha untuk mempengaruhi. Setiap orang berusaha untuk saling mempengaruhi dunia dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dalam fungsi manipulasi, komunikasi digunakan sebagai alat kontrol utama dan pengaturan lingkungan.

II.1.2. Komunikasi Massa

II.1.2.1. Definisi Komunikasi Massa

Komunikasi massa menurut Gerbner (1967) sebagai salah satu ahli komunikasi adalah “Mass communication is the tehnologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies”.(Rakhmat, dikutip Komala, dalam Karlinah, 1999).

Banyak definisi tentang komunikasi massa yang telah dikemukakan para ahli komunikasi. Namun, dari sekian banyak definisi itu, ada benang merah kesamaan definisi satu sama lain. Pada dasarnya, komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab, awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication


(29)

(media komunikasi massa). Media massa yang dimaksud adalah media massa yang dihasilkan oleh teknologi modern. Komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang “mass mediated”.

Dalam hal ini, juga perlu membedakan massa dalam arti umum dengan massa dalam arti komunikasi massa. Kata massa dalam hal ini lebih mendekati arti secara sosiologis. Dengan kata lain, massa yang dimaksud adalah kumpulan individu yang berada di suatu lokasi tertentu. Massa dalam komunikasi massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Dengan kata lain, massa yang dalam sikap dan perilakunya berkaitan dengan peran media massa. Oleh karena itu, massa disini menunjuk kepada khalayak, audience, penonton atau pembaca.

Jadi dapat ditarik kesimpulan, bahwa komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik, sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Ardianto, 2004: 7).

II.1.2.2. Unsur-unsur Komunikasi Massa

Komunikasi massa terdiri atas unsur-unsur (source), pesan (message), saluran dan penerima (receiver) serta efek (effect). Harold D.Laswell mengatakan untuk memahami komunikasi massa dapat dipahami dengan bentuk pertanyaan yang dibuatnya, who says what in which channel to whom and with what effect:

1. Who (sumber atau komunikan)

Sumber utama dalam komunikasi massa adalah lembaga, organisasi atau orang yang bekerja dengan fasilitas lembaga. Lembaga yang dimaksudkan adalah surat kabar, stasiun radio, televisi, studio film, penerbit buku dan majalah.


(30)

2. What (pesan)

Organisasi memiliki rasio keluaran yang tinggi atas masukannya dan sanggup melakukan encode terhadap pesan-pesan yang sama pada saat yang bersamaan. Pesan dalam komunikasi massa dapat diproduksi dalam jumlah yang besar dan menjangkau audiens yang jumlahnya cukup banyak.

3. Which (saluran atau media)

Menyangkut pada peralatan mekanik yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi massa. Media itu bisa berupa televisi, surat kabar, majalah, radio, film dan internet.

4. Whom (penerima atau mass audience)

Unsur ini menyangkut sasaran komunikasi massa. Menurut Charles Wright, ada tiga karakteristik audiens, yaitu: (1) large, di mana besarnya mass audience yang relatif dan menyebar di berbagai lokasi tidak dilakukan dengan tatap muka dan tidak terikat di tempat yang sama; (2) heterogen, dalam hal ini diartikan sebagai semua lapisan masyarakat dengan berbagai keanekaragamannya; dan (3) anonim diartikan sebagai anggota-anggota dari mass audience, pada umumnya tidak saling mengenal secara pribadi dengan komunikator (vice versa).

5. What (unsur efek atau akibat)

Dalam komunikasi massa, jumlah umpan balik relatif sangat kecil dibandingkan dengan jumlah khalayak secara keseluruhan yang merupakan sasaran komunikasi massa dan sering tidak mewakili seluruh khalayak. Oleh karena itu, pengetahuan mass communication atau mass audience sangat terbatas dan cenderung terlambat atau delayed.


(31)

II.1.2.3. Ciri-ciri Komunikasi Massa

Komunikasi massa memiliki ciri-ciri tertentu (Nurudin,2003:63), seperti: a. Komunikator bersifat melembaga

Artinya, gabungan antarberbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud di sini menyerupai sebuah sistem. Dengan demikian, komunikator dalam komunikasi massa setidak-tidaknya mempunyai ciri-ciri berupa kumpulan individu, dalam berkomunikasi individu-individu itu terbatasi perannya dengan sistem dalam media massa, pesan yang disebarkan atas nama media yang bersangkutan dan bukan atas nama pribadi unsur-unsur yang terlibat, apa yang dikemukakan oleh komunikator biasanya untuk mencapai keuntungan atau mendapatkan laba secara ekonomis.

b. Komunikan bersifat heterogen

Artinya, mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan, berasal dari berbagai kelompok dalam masyarakat, tidak saling mengenal, tidak saling berinteraksi secara langsung, tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal.

c. Pesannya bersifat umum

Artinya, dapat ditujukan kepada semua kalangan, pesan-pesan tidak boleh bersifat khusus, tidak disengaja untuk golongan tertentu.

d. Komunikasinya berlangsung satu arah

Artinya, komunikasi yang hanya berjalan satu arah akan memberi konsekuensi umpan balik (feedback) yang sifatnya tertunda atau tidak langsung (delayed feedback).


(32)

Artinya, ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa hampir bersamaan.

f. Mengandalkan peralatan teknis

Artinya, media massa sebagai alat utama dalam penyampaian pesan kepada khalayaknya sangat memerlukan bantuan peralatan teknis. Agar proses pemancaran atau penyebaran pesan lebih cepat dan serentak kepada khalayak yang tersebar.

g. Dikontrol oleh gatekeeper

Gatekeeper berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami.

II.1.2.4. Fungsi Komunikasi Massa

Sean Mac Bride, ketua komisi masalah-masalah komunikasi UNESCO (1980) mengemukakan bahwa komunikasi massa dapat berfungsi sebagai:

1. Informasi, yakni kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan data, fakta, dan pesan, opini dan komentar, sehingga orang bisa mengetahui keadaaan yang terjadi diluar dirinya.

2. Sosialisasi, yakni menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan bagaimana orang bersikap sesuai nilai-nilai yang ada, serta bertindak sebagai anggota masyarakat secara efektif.

3. Motivasi, yakni mendorong orang untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang mereka baca, lihat dan dengar dari media massa.


(33)

4. Bahan diskusi, yakni menyediakan informasi sebagai bahan diskusi untuk mencapai persetujuan dalam hal perbedaan pendapat mengenai hal-hal yang menyangkut orang banyak.

5. Pendidikan, yakni membuka kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal maupun non formal.

6. Memajukan kebudayaan, yakni menyebarluaskan hasil-hasil kebudayaan melalui pertukaran program siaran.

7. Hiburan, yakni media massa memberikan situasi yang menyenangkan atau hiburan bagi khalayaknya. Karena salah satu kebutuhan manusia adalah mendapatkan hiburan yang cukup.

8. Integrasi, yakni menjembatani perbedaan-perbedaan dari khalayak di seluruh tempat.

II.2. Televisi sebagai Media Massa

Salah satu media dalam komunikasi adalah televisi. Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia (Ardianto, 2004: 125).

Istilah televisi terdiri dari dua suku kata, yaitu “tele” yang berarti jauh dan “vision” yang berarti penglihatan. Televisi adalah salah satu bentuk media komunikasi massa yang selain mempunyai daya tarik yang kuat, disebabkan unsur-unsur kata, musik, dan sound effect, juga memiliki keunggulan yang lain yaitu berupa unsur visual berupa gambar hidup yang menimbulkan pesan yang mendalam bagi pemirsanya dalam usaha untuk mempengaruhi khalayak dengan mengubah emosi dan pikiran pemirsanya (Effendy, 1993:192)


(34)

Menurut Effendy, televisi siaran merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya bersifat heterogen. (Effendy, 2002:21).

Marshall Mc. Luhan, yakin bahwa media elektronik, dalam hal ini televisi mampu membuat kita tergantung dan menciptakan kembali dunia dalam sebuah “desa global”.

II.2. 1. Karakteristik Televisi

Televisi memiliki kedudukan yang istimewa dalam budaya media, karena televisi mampu menghadirkan simbol-simbol berupa audio visual (dengar dan pandang). Kemampuan televisi menghadirkan tanda-tanda yang menunjukkan karakteristik dari objek, membuat pemirsanya berada pada objek yang sesungguhnya. Disamping itu, televisi mampu menjadi “perpanjangan tangan”. Pengiriman pesan kepada penerima pesan. Dengan segala kecanggihan teknologinya, televisi secara stimultan atau serempak dapat menjangkau khalayaknya. Komunikasi massa dengan media televisi merupakan proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan massa melalui sebuah sarana, yaitu televisi (Kuswandi, 1996:16). Kelebihan media televisi terletak pada kekuatannya menguasai jarak dan ruang.

Menurut Effendy, seperti halnya media massa yang lain, televisi pada pokoknya mempunyai tiga fungsi pokok berikut:

1. Fungsi penerangan (the information function)

Televisi mendapat perhatian yang besar di kalangan masyarakat karena dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat memuaskan. Hal ini didukung oleh 2 (dua) faktor, yaitu:


(35)

1. Immediacy (kesegaran)

Pengertian ini mencakup langsung dan dekat. Peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa saat peristiwa berlangsung.

2. Realism (kenyataan)

Ini berarti bahwa stasiun televisi menyiarkan informasinya secara audio visual dengan perantara mikrofon dan kamera apa adanya sesuai dengan kejadian.

Dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana penerangan, stasiun televisi menyiarkan informasi dalam bentuk pandangan mata atau berita yang dibacakan langsung oleh penyiar dilengkapi gambar yang mendukung.

2. Fungsi pendidikan (the educational function)

Sebagai media massa, televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak untuk meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat. Siaran televisi menyiarkan acara tersebut secara teratur, misalnya pelajaran bahasa, matematika, ekonomi, politik, dan sebagainya.

3. Fungsi hiburan (the entertainment function)

Sebagai media yang melayani kepentingan masyarakat luas, fungsi hiburan yang melekat pada televisi tampaknya lebih dominan daripada fungsi lainnya. Sebagian besar dari alokasi waktu masa siaran televisi diisi oleh acara hiburan. Fungsi hiburan ini amat penting, karena menjadi salah satu kebutuhan manusia mengisi waktu luang mereka dari aktivitas luar rumah (Effendy, 1984:27-30).


(36)

Dalam menjalankan fungsinya sebagai media massa, televisi juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dan kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:

Kelebihan televisi antara lain:

1. Efisiensi biaya bagi pengiklan

Banyak pengiklan memandang televisi sebagai media yang paling efektif menyampaikan pesan komersialnya. Salah satu keunggulannya adalah kemampuan menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas.

2. Dampak yang kuat

Keunggulan lainnya adalah kemampuan menimbulkan dampak yang kuat terhadap konsumen, dengan tekanan pada dua indera sekaligus: penglihatan dan pendengaran, televisi juga mampu menciptakan kelenturan bagi para pekerja yang kreatif dengan mengkombinasikan gerak, warna, drama dan humor.

3. Pengaruh yang kuat

Televisi mempunyai pengaruh yang kuat untuk mempengaruhi persepsi khalayak sasaran. Kebanyakan masyarakat meluangkan waktunya untuk menonton televisi, sebagai sumber berita, hiburan dan sasaran pendidikan. Kebanyakan calon pembeli lebih percaya pada perusahaan yang mengiklankan produk mereka di televisi daripada yang tidak sama sekali.

Sedangkan kelemahan televisi adalah antara lain: 1. Biaya yang besar

Kelemahan yang paling serius dalam beriklan di televisi adalah biaya absolute yang sangat besar untuk memproduksi ataupun menyiarkan siaran komersial. Biaya produksi, termasuk biaya pembuatan film dan artis yang terlibat, bisa


(37)

menghabiskan jutaan rupiah. Belum lagi penyiarannya yang harus diulang pada jam siaran utama.

2. Khalayak yang tidak selektif

Sekalipun berbagai teknologi telah diperkenalkan untuk menjangkau sasaran yang lebih selektif, televisi tetap sebuah media yang tidak selektif, segmentasinya tidak setajam surat kabar dan majalah. Jadi iklan-iklan yang disiarkan televisi memiliki kemungkinan menjangkau pasar yang tidak tepat. 3. Kesulitan teknis

Media ini juga tidak luwes dalam pengaturan teknis. Iklan-iklan yang dibuat tidak dapat diubah begitu saja jadwalnya, apalagi menjelang jam-jam penyiarannya.

II.2.2 Format Televisi

Penayangan sebuah program televisi bukan hanya bergantung pada konsep penyutradaraan atau kreatifitas penulisan naskah, melainkan sangat bergantung pada kemampuan profesionalisme dari seluruh kelompok kerja di dunia broadcast dengan seluruh mata rantai divisinya. Format acara televisi merupakan suatu perencanaan dasar suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreatifitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam beberapa kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut. Jadi, harus dilakukan eksploitasi dalam format acara televisi yang terancang dan terencana.

Ada tiga bagian dari format acara televisi yaitu:

1. Fiksi (drama), yaitu acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses imajinasi kreatif dan kisah drama fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang. Format yang digunakan merupakan interpretasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam sejumlah adegan


(38)

2. Non fiksi (non drama), yaitu format acara televisi yang diproduksinya dan penciptanya melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dan realitas kehidupan tanpa harus menginterpretasi ulang dan tanpa harus menjadi dunia khayalan. Non drama bukanlah runtutan cerita fiksi dari setiap pelakunya. Contohnya: konser musik, reality show, dan talkshow.

3. Berita, yaitu sebuah format acara televisi yang diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atau kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada kehidupan sehari-hari. Format ini memerlukan nilai faktual dan aktual yang disajikan dengan ketepatan dan kecepatan waktu dimana dibutuhkan sifat liputan yang independen. Contohnya, berita ekonomi, liputan siang dan laporan olahraga (Naratama, 2004:62-66).

II.2.3 Perkembangan Televisi di Indonesia

Televisi bagi masyarakat di Indonesia tidak lagi dianggap sebagai barang mewah dan langka seperti yang terjadi beberapa puluh tahun yang lalu. Sekarang kita dapat mengecek sendiri hampir seluruh masyarakat Indonesia memiliki setidaknya satu televisi di rumah. Kini televisi telah menjadi salah satu kebutuhan pokok masyarakat untuk mendapatkan suatu informasi.

Peraturan Menteri Perhubungan No.76 Tahun 2003 tentang Penataan Penggunaan Frekuensi Radio untuk Televisi Siaran Terestrial di Indonesia, PP No.50 Tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Swasta, serta beberapa ketentuan yang secara langsung terkait dengan lembaga penyiaran seperti UU tentang HAKI, UU tentang HAM, UU tentang Monopoli Usaha, UU tentang KUH Perdata, KUH Pidana, UU Pers, dan lain-lain. Dalam UU di atas, diatur pula mengenai lembaga penyiaran. Dalam UU No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, misalnya, bentuk lembaga penyiaran yang diperbolehkan menyelenggarakan siaran Tv adalah yang berbentuk


(39)

Lembaga Penyiaran Publik, Lembaga Penyiaran Komersial, Lembaga Penyiaran Komunitas, serta Lembaga Penyiaran Berlangganan.

Sejarah pertumbuhan TV terestrial di indonesia menunjukkan perkembangan yang luar biasa di era tahun 2000-an. Keputusan Menteri Penerangan RI Nomor : 190 A/ KEP/ Menpen/ 1987 tentang siaran saluran terbatas, yang membuka peluang bagi televisi swasta untuk beroperasi. Seiring dengan keluarnya Kepmen tersebut, pada tanggal 24 Agustus 1989 televisi swasta RCTI resmi mengudara, dan tahun-tahun berikutnya bermunculan stasiun televisi swasta yang baru SCTV (24/8/90), TPI (23/1/1991), Anteve (7/3/1993), Indosiar (11/1/1995), Metro TV (25/11/2000), TV 7 (22/3/2000), Trans TV (25/11/2001). Angka tersebut boleh dibilangt sedikit jika dibandingkan saat ini, ketika stasiun TV terestrial diperkirakan sudah lebih dari 50. Dan di masa mendatang akan terus bertambah.

Komunikasi massa di Indonesia berkembang (termasuk televisi), setelah peresmian satelit komunikasi Palapa pada tanggal 17 Agustus 1976 (HUT RI ke 31). Satelit Palapa memiliki 12 transponder. Tiap transponder mampu meneruskan satu saluran televisi berwarna atau 400 saluran telepon secara bolak balik atau 800 telepon satu arah. Satelit tersebut dihubungkan dengan 40 buah statiun bumi, 27 diantaranya terletak di ibukota provinsi (www.wikipedia.com).

Sebagai tambahan, bukti berkembang pesatnya dunia pertelevisian di Indonesia adalah dengan hadirnya stasiun-stasiun televisi swasta yang dibarengi dengan deregulasi pertelevisian oleh pemerintah sejak tahun 1990 atau tepatnya sejak tanggal 24 Agustus 1990 , masyarakat memiliki alternative tontonan selain dari TVRI. Hingga saat ini saja bisa kita lihat di indonesia terdapat 11 stasiun televisi, dengan ciri khas mereka masing masing, misalnya TV One dan Metro TV yang identik dengan siaran yang informative dan edukative, Global TV dengan menyajikan


(40)

mayoritas acara hiburan, dan masih banyak lagi ciri dari masing-masing stasiun televisi yang ada di Indonesia. Kini pun tidak hanya jenis stasiun televisi yang beragam tetapi jenis jenis model televisi pun sudah beragam, hal ini tergantung dari kocek masyarakat untuk memilih jenis tipe model pesawat televisinya

Bisnis TV siaran diu Indonesia saat ini memiliki beberapa ciri dominan: padat modal, perkembangan teknologi yang sangat cepat, ajang pemasaran produk, urban segmented , marketing rules the show, konsep rating/share, dan pendekatan memuaskan pendengar (uses and gratification). Dari ciri-ciri tersebut, terlihat jelas bahwa sisi pasar memainkan peran yang besar dalam bisnis TV siaran. Maka wajar jika kemudian pelaku bisnis TV akan melakukan apa saja agar bisa meraih pasar yang banyak.

Data Media Scene Magzine di akhir tahun 2007 menunjukkan hasil riset Nielsen Media Research Advertising Information Services. Lembaga ini merilis data pertumbuhan belanja iklan tahun 2007 mencapai Rp. 37 triliun dan setiap tahun diperkirakan tumbuh 10-15%. Dari jumlah tersebut, belanja iklan TV sejak tahun 2002 sampai tahun 2007 masih stabil pada kisaran angka 60-70%. Hal ini yang menjadikan bisnis penyelenggaraan TV siaran menarik bagi para pemodal. Apalagi, besarnya peluang bisnis di industri pertelevisian berdampak terhadap terciptanya peluang usaha yang cukup besar bagi para pelaku usaha-usaha yang mendukung bisnis TV siaran seperti rumah produksi, agensi periklanan, penyedia alat-alat siaran, hingga perusahaan jasa konsultan, jasa outsourcing (alihdaya).


(41)

II.2. 4. Program Berita di Televisi Indonesia

Secara bahasa berita berasal dari bahasa sansekerta “vrit”, yang berarti “ada” atau terjadi. Kemudian dikembangkan dalam bahasa inggris menjadi “write” yang berarti menulis (Paryati Sudarman, 2008:74-75). Berbagai macam program yang ditawarkan oleh stasiun televisi, salah satunya adalah program berita. Masing-masing stasiun televisi di Indonesia memiliki program berita yang ditayangkan dengan berbagai macam format penyajian berita sesuai dengan karakteristik stasiun televisi itu sendiri.

Pada bulan Maret 2010 penonton berita naik menjadi 20%, Sejumlah peristiwa nasional yang mewarnai layar televisi di awal bulan Maret telah mengangkat jumlah pemirsa berita, khususnya hardnews dan liputan khusus, hingga mencapai rata-rata 30 ribu orang di 10 kota. Jumlah ini lebih tinggi 20% dibandingkan bulan Februari. Sidang Paripurna DPR terkait kasus Bank Century dan penembakan tersangka teroris Dulmatin adalah beberapa peristiwa yang menarik perhatian pemirsa.

Dalam program berita yang ada di stasiun televisi, hampir semua content berita memiliki nilai-nilai berita yang menjadi acuan dalam penyampaian berita kepada pemirsanya (Usman Ks, 2009:20) :

a. Aktual

Aktualitas dalam berita televisi dihitung berdasarkan dimensi waktu yang lebih ketat dibanding media cetak. Jika aktualitas berita koran adalah 1 x 24 jam, maka aktualitas berita televisi adalah per detik. Makin cepat suatu berita televisi ditayangkan maka semakin tinggi nilainya.


(42)

b. Berguna (impact)

Berita televisi harus berguna serta memberi pengaruh bagi penonton. Dengan kekuatan gambarnya, berita televisi, menurut para pakar punya pengaruh yang lebih besar daripada media cetak.

c. Menonjol (prominent)

Berita televisi harus menonjol agar mampu menarik perhatian pemirsa. Misalkan, koran dan televisi samam-sama memberitakan soal gempa tentu saja Televisi akan lebih menonjol karena kekuatan gambarnya.

d. Kedekatan (proximity)

Berita tentang unjuk rasa menolak kenaikan BBM di Istana Negara tentu akan menarik bagi pemirsa. Namun, dengan adanya berita televisi yang memiliki gambar jika terdapat berita tentang konflik di Timur Tengah tentu saja akan menarik perhatian di Indonesia, karena memiliki kesamaan agama. Gambar juga dapat membuat penonton merasa makin dekat dengan suatu peristiwa.

e. Konflik (conflict)

Konflik mulai dari rumah tangga, selebritas, hingga perang senantiasa menarik perhatian juga menjadi salah satu nilai tersendiri dalam penyajian berita di televisi.


(43)

f. Sedang menjadi pembicaraan (currency)

Intinya adalah untuk mengangkat suatu berita yang menjadi pembicraa di tengah masyarakat atau publik. Dengan kekuatan gambarnya televisi akan lebih menjadi pembicaraan dibading berita media cetak.

g. Mengandung unsur manusiawi (human interest)

Tidak ada kisah yang menarik selain kisah tentag manusia. Berita televisi yang baik adalah menulis pertama-tama tentang dampak peristiwa atau kejadian tersebut terhadap manusia.

II.2. 5. Format Penulisan Berita di Televisi

Televisi memeiliki sejumlah format berita, yaitu reader (RDR), reader graphics (RDR-GRAP), reader-sound on tape (RDR-SOT), voice over (VO), voice over-sound on tape (VO-SOT), paket (PKG), live on tape (LOT). (Usman Ks, 2009:34)

a. Reader (RDR)

Reader atau RDR adalah jenis berita yang seluruh narasi dibacakan oleh presenter. Format berita ini seolah hanya terdiri dari lead, tidak ada gambar peristiwa atau wawancara dalam format berita ini. RDR ditampilkan jika suatu peristiwa dianggap teramat penting dan harus disampaikan segera kepada pemirsa.


(44)

b. Reader-Graphics (RDR-GRAP)

Reader-graphics (RDR-GRAP) adalah berita reader (RDR) yang dilengkapi dengan grafis. Grafis berfungsi menggantikan gambar yang belum atau tidak diperoleh. Grafis bisa berupa gambar/peta lokasi peristiwa, daftar nama korban, atau yang berkaitan dengan angka.

c. Reader-Sound on Tape (RDR-SOT)

RDR-SOT adalah berita yang lead-nya dibacakan oleh presenter kemudian dilengkapi dengan pernyataan seseorang yang sangat kuat atau informasi pentingnya lewat pernyataan seseorang atau pejabat. Pernyataan tersebutlah yang nanti direkam dan disebut dengan sound on tape (SOT). Berdasarkan standar berita internasional, berita yang berakhir dengan SOT harus diakhiri dengan tag. Tag adalah tambahan berita yang akan dibacakan oleh presenter. d. Voice Over (VO)

VO adalah berita yang seluruh naskah atau narasinya dibaca oleh presenter. Presenter membacakan lead hingga akhir berita.

e. Voice Over-Sound on Tape (VO-SOT)

Berita gabungan antara VO-SOT. Setelah berita dibacakan oleh presenter lalu akan didukung dengan pernyataan dari narasumber yang berbentuk SOT.


(45)

f. Paket (PKG)

PKG adalah format berita televisi yang lengkap terdiri dari gambar suasana, narasi VO (dubbing), rekaman wawancara SOT serta suara atmosfir (suara alami yang ditangkap oleh mic kamera.

g. Live Report (Laporan Langsung)

Dalam laporan langsung lead dibaca oleh presenter. Kemudian presenter melempar tugas untuk menyampaikan informasi kepada reporter di lapangan. II.3 Kompetisi Media dari Perspektif Ekologi Media

Slogan medium adalah pesan (medium is the message) (McLuhan, 1964:v) amat dikenal dalam teori ekologi media. McLuhan menganggap isi dari pesan yang digunakan media adalah nomor dua dibandingkan dengan medium (saluran komunikasi) yang digunakan, karena isi menjadi penting namun tidak akan sampai dan dipahami oleh khalayak tanpa adanya suatu media sebagai mediumnya.

Dalam ekologi media, media pasti berkompetisi dengan media lainnya, untuk memperebutkan sumber-sumber kehidupan atau sumber-sumber ekonomi demi kelangsungan hidup mereka. Kompetisi juga menjadi salah satu faktor penting untuk meningkatkan kinerja media dalam meningkatkan suatu kualitas produk. Dengan sumber kehidupan media yang terbatas, maka kehidupan televisi dapat terancam jika tidak bisa berkompetisi di tengah persaingan yang semakin ketat. Untuk memahami ekologinya, sebuah stasiun televisi swasta harus punya orientasi yang jelas dengan memperhatikan sumber-sumber penunjang media. Dimmick & Rothenbuhler mengatakan terdapat tiga penunjang media tersebut yakni, khalayak, isi, dan modal (Sendjaja, 1988).


(46)

Niche theory biasa digunakan dalam mengukur tingkat kompetisi yang terjadi antar media. Niche menurut Webster's dictionary adalah “a recessed space or hollow, specifically a recess in a wall for a statue or the like; any position specifically adapted to its occupant”. Niche dapat digunakan ketika terdapat beberapa kondisi yang terjadi dalam perusahaan itu sendiri seperti : (1) jika suatu perusahaan memiliki keinginan untuk dapat menjadikan pendekatan Niche sebagai suatu hal yang mampu menciptakan suatu citra maupun kondisi yang lebih baik dari perusahaan ataupun kompetitor lainnya. (2) jika suatu perusahaan tersebut ingin mendapatkan suatu keuntungan dalam periode singkat dengan mengetahui tolak ukurnya dengan pesaing lainnya melalui Niche.

(Tevfik Dalgic, 2007:16)

Chalsani dan Shani dalam bukunya Exploiting Niches Using Relationship memberikan perbedaan antara niche dan segmentasi, perbedaan tersebut adalah :

a. Niche lebih kecil dibandingkan dengan ukuran suatu segmentasi;

b. Niche fokus pada individual sementara segmentasi berfokus pada kelompok homogen;

c. Niche memenuhi kebutuhan yang lebih spesifik berbeda dengan segmentasi yang memiliki suatu tekanan dalam mengatur bagian dalam pasar.

Tingkat persaingan media dapat diriset secara kuantitatif dengan menghitung besaran niche, niche juga bisa diartikan sebagai semua komponen dari lingkungan dimana organisasi atau populasi berinteraksi (Dimmick, 1984:105), terdapat tiga faktor yang termasuk dalam sifat interaksi :


(47)

a. Niche Breadth

Daerah atau ruang sumber penunjang kehidupan yang ditempati oleh masing-masing individu atau tingkat hubungan antara populasi dengan sumber penunjang.

b. Niche Overlap

Penggunaan sumber penunjang kehidupan yang sama dan terbatas oleh dua makhluk hidup atau lebih sehingga terjadi tumpang tindih atau derajat persamaan ekologis atau kompetisi antarpopulasi dalam memperebutkan sumber penunjang.

c. Jumlah seluruh sumber daya yang dapat digunakan oleh seluruh populasi. Pusat dari teori kompetisi ekologi adalah konsep dari Niche (Levin, 1975). Ekologi Niche adalah sebagai suatu definisi dari ruang dimensional yang menggambarkan suatu sumber-sumber penunjang yang dibutuhkan spesies untuk bertahan hidup (Hutchinson, 1957). Niche breadth juga dapat dipahami sebagai suatu pengukuran jarak karakteristik sumber-sumber penunjang dengan spesies yang ada. Perbandingan niche breadth merupakan suatu tingkatan indikasi penggunaan sumber penunjang yang berbeda jenis oleh spesies yang beragam. Niche overlap seringkali digunakan sebagai pengukuran suatu potensial dari kompetisi yang terjadi antar spesies (Levins, 1968).

Generalis dan Spesialis

Istilah generalis dan spesialis amat dikenal dalam dunia ekologi media. Di mana suatu media tersebut dikatakan generalis apabila memiliki sumber-sumber kehidupan yang beragam. Media dikatakan spesialis apabila hanya memiliki satu sumber penunjang kehidupan saja.


(48)

Secara teoritis, media generalis lebih bisa bertahan hidup dibanding media spesialis. Jika satu “sumber kehidupan” habis, media tersebut masih bisa “mengonsumsi” sumber kehidupan lain. Misalkan, Metro TV dan TV One sebagai stasiun televisi yang bersifat spesialis akan kehilangan sumber kehidupan jika tidak terdapat berita yang menarik untuk disajikan kepada pemirsanya. Namun, sebaliknya dengan stasiun televisi RCTI dan SCTV yang masih mampu bertahan meskipun tidak ada lagi berita menarik yang disajikan, kedua stasiun televisi tersebut dapat bertahan dengan menyajikan acara musik ataupun sinetron yang mereka miliki.

Namun, dalam tataran praktis media spesialis ternyata bisa juga untuk bertahan hidup. Metro TV sebagai salah satu stasiun televisi yang spesialis pernah diramalkan tidak akan bertahan lama karena pemasang iklan enggan memasang iklan akibat kecilnya jumlah penonton stasiun televisi berita. Tetapi, pada akhirnya pemasang iklan memperhatikan segmentasi yang menjadi sasaran iklan bagi pemasang iklan. (Usman Ks, 2009:19-20)

II.4 Kompetisi Media dari Perspektif Ekonomi Media

Ekonomi media terdiri atas dua kata “ekonomi” dan “media”. Pengertian ekonomi menurut Samuelson dan Nordhaus, adalah studi tentang bagaimana manusia menggunakan sumber-sumber yang terbatas untuk memproduksi komoditas dan mendistribusikannya kepada manusia atau kelompok manusia lainnya. Terdapat tiga konsep pokok dalam ekonomi : sumber (segala sesuatu yang digunakan untuk memproduksi barang atau jasa), produksi (penciptaan barang dan jasa untuk konsumsi), serta konsumsi (penggunaan barang dan jasa untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan). Sementara pengertian media dalam konteks ekonomi merupakan suatu institusi bisnis atau institusi ekonomi yang memproduksi dan menyebarkan


(49)

informasi, pengetahuan, pendidikan, dan hiburan kepada konsumen yang menjadi target.

Albarran dalam bukunya Media Economics (1996) memberikan definisi ekonomi media sebagai suatu studi tentang bagaimana industri media menggunakan sumber-sumber yang terbatas untuk menghasilkan jasa yang didistribusikan kepada konsumen dalam masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhan dan keinginan. Sementara Dennis McQuail yang dikenal sebagai ilmuwan komunikasi dalam bukunya Mass Communication Theory (1987) mengatakan media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barang, dan jasa, serta ikut menghidupkan industri lain yang terkait.

Ekonom membedakan studi di bidang ekonomi menjadi makroekonomi dan mikroekonomi. Makroekonomi merupakan suatu sistem yang menyeluruh, terutama pada level nasional yang meliputi pertumbuhan ekonomi dan ekonomi politik. Sementara mikroekonomi memusatkan perhatian pada aktivitas tertentu dalam sistem ekonomi, seperti individu sebagai pasar, perusahaan, serta konsumen (Johnson,2004).

Setidaknya terdapat tiga manfaat mengapa ekonomi media penting untuk dipelajari. Pertama, untuk mempelajari dimensi ekonomi media massa serta melengkapi subjek-subjek lain dari media massa seperi penulisan, pengambilan gambar, dan manajemen media massa. Kedua, untuk dapat memahami industri media mana yang lebih efisien dan efektif. Ketiga, mampu menganalisis berbagai industri media serta mampu mengetahui bagaimana struktur pasar mempengaruhi industri media.


(50)

II.4. I Kepemilikan Media

Dennis McQuail dalam bukunya Mass Communication Theory (1987) merangkum bentuk-bentuk kepemilikan media menjadi tiga bentuk kepemilikan : perusahaan komersial (media swasta), institusi nirlaba (media komunitas dan media pemerintah), serta lembaga yang dikontrol publik (media publik). Bentuk-bentuk kepemilikan media itu nantinya akan mempunyai pengaruh pada pembentukan dan produksi isi media.

Dalam kepemilikan media juga terdapat tiga tipe kepemilikan media, yakni : a. Monopoli

Terdapat di negara-negara otoriter atau komunis, negara memiliki media yang memonopoli dan mendominasi pasar.

b. Oligopoli

Beberapa industri media yang dimiliki oleh pemilik yang berbeda. c. Kompetisi Monopolistik

Banyak industri media yang memproduksi jasa sejenis yang dimiliki oleh pemilik yang berbeda yang beroperasi di pasar.

II.4. 2 Konglomerasi Media di Indonesia

Pada mulanya Indonesia hanya memiliki 10 stasiun televisi swasta, namun seiring dengan perkembangan waktu terjadi konglomerasi media terhadap stasiun televisi di Indonesia. Konglomerasi media yang terjadi mengurangi tingkat kompetisi antar stasiun televisi yang ada, serta dengan adanya konglomerasi maka kinerja ekonomi media diharapkan dapat lebih baik dibandingkan sebelumnya.


(51)

Tabel 1

Stasiun Televisi Swasta di Indonesia Konglomerasi Media di Indonesia 1. RCTI

2. Global Tv 3. TPI

MNC: RCTI, Global Tv, TPI

4. Trans Tv 5. Trans 7

Trans Corp: Trans Tv, Trans 7

6. SCTV 7. Indosiar

Surya citra Media: SCTV, Indosiar

8. Tv One 9. ANTV

Bakrie Group: Tv One, ANTV

10.Metro Tv Metro Tv

(Usman Ks, 2009:26)

Konglomerasi media yang terjadi juga memiliki beberapa dampak negatif (Usman Ks, 2009:27), yakni:

a. Konglomerasi yang terjadi akan mengacu pada komersialisasi. Pemilik media akan lebih mengutamakan mencari keuntungan ketimbang mendidik, memberi informasi, serta melakukan kontrol sosial.

b. Konglomerasi juga bisa menyebabkan university of content, dalam hal tersebut akan mengakibatkan masyarakat sebagai audience tidak memiliki banyak pilihan.

c. Konglomerasi media juga bisa melemahkan fungsi kontrol jurnalistik, terutama yang terkait dengan kepemilikan media. Pemilik atau konglomerat media menghegemoni, menguasai, dan mendominasi media, semata untuk kepentingan mereka sendiri.


(52)

d. Menurunnya kualitas content media. Columbia Journalism Review melaporkan, untuk meningkatkan keuntungan korporasi. Media seringkali membuat penyusutan anggaran dalam hal mempekerjakan orang yang tidak bisa menulis berita dan memenuhi kolom-kolom dengan materi yang tidak karuan.


(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN III.I Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode ini bertujuan untuk menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana adanya. Dalam penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk mengambarkan “Tingkat Kompetisi Program Berita Siang antar Stasiun Televisi Swasta dalam Hegemoni Media dilihat dari Teori Niche” melalui data sekunder.

III. 2 Populasi dan Sampel 111.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan dan tumbuhan-tumbuhan, gejala-gejala, peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian (Nawawi,1997:141). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh stasiun televisi swasta yang ada di Indonesia.

III.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili seluruh populasi (Nawawi:1995). Sampel dalam penelitian ini adalah empat stasiun televisi swasta yakni, RCTI, SCTV, Metro Tv dan Tv One. Dalam penentuan sampel menggunakan purposive sampling sampel yang diambil berdasarkan pertimbangan-pertimbangan


(54)

tertentu dan pertimbangan-pertimbangan tersebut diambil berdasarkan tujuan penelitian (Singarimbun, 1995:165).

Untuk mengetahui tingkat kompetisi yang terjadi antar sampel maka digunakan rumus Levins dalam mengukur Niche Breadth dan Niche Overlap (Krisyanto, 2002):

a. Niche Breadth

Keterangan :

I = Jenis/kategori sumber daya yang digunakan

P = Proporsi dari setiap penggunaan dari suatu jenis sumber daya yang digunakan oleh populasi tersebut (n). Nilai A berkisar antara minimum 1 sampai dengan jumlah maksimum kategori sumber (I) yang digunakan A

b. Niche Overlap

di,j = ²

Keterangan :

di.j = jarak/overlap/ketumpangtindihan antara populasi (I) dan (j) yang dihitung dengan cara menjumlahkan derajat perbedaan antara proporsi penggunaan setiap jenis kategori (h).


(55)

h = kategori sumber daya yang digunakan oleh kedua populasi dimana jenis sumber daya sampai ke n kategori.

III.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di empat Stasiun Televisi Swasta yang menjadi sampel. Yakni : RCTI, SCTV, Metro Tv, dan Tv One.

III.3.1 Stasiun Rajawali Citra Televisi Indonesia III.3.1.1 Tentang RCTI

Pada tanggal 24 Agustus 1989, RCTI hadir ke hadapan masyarakat sebagai salah satu stasiun televisi swasta pertama yang ada di Indonesia. Dengan menayangkan berbagai macam acara hiburan serta berita dan informasi yang dikemas secara menarik RCTI tumbuh sebagai agen perubahan dalam dinamika sosial masyarakat Indonesia.

RCTI saat ini merupakan stasiun televisi swasta yang memiliki jaringan terluas di Indonesia. Dengan 48 relay-nya program-program RCTI disaksikan sekitar 180 juta pemirsa yang tersebar di 302 kota di seluruh Nusantara atau kira-kira 80% penduduk Indonesia.


(56)

Pada mulanya, RCTI memiliki cita-cita untuk dapat menciptakan serangkaian acara dalam satu saluran, sehingga memungkinkan para pengiklan memilih RCTI untuk menjadi mitra iklan mereka. Sejak saat ini, cita-cita itu menjadi nyata mengingat RCTI telah menjadi market leader. Posisi market leader RCTI hingga tahun 2007 mempertahankan pangsa pemirsa mencapai 17,9% (ABC 5+) dan 17,5 % (all demo). Seperti yang dilansir oleh AGB Nielsen Media Research RCTI berhasil mempertahankan pangsa periklanan televisi tertinggi sebesar 15,2%.

RCTI memiliki enam aspek dalam memaknai suatu kualitas, dimana enam aspek tersebut meliputi, harmonisasi dan kreatifitas, idealisme, kesungguhan, kerja keras, kebersamaan, dan doa. Ke enam aspek tersebut tercermin dan mewarnai program-program RCTI yang mengusung motto “Kebersamaan Milik Bangsa” namun tampil dengan kemasan yang “Oke”.

III.3.1.2 Visi, Misi dan Tiga Pilar Utama RCTI Visi :

a. Media Utama Hiburan dan Informasi

Perkataan “Utama” mengandung makna yang lebih dari “Pertama” karena kata “pertama” hanya mencerminkan hierarki pada dimensi tertentu. Sedangkan “Utama” mengandung unsur kemuliaan karena melibatkan aspek kualitas, integritas, dan dedikasi.

Media Utama Hiburan dan Informasi mengandung makana :

1. RCTI unggul dalam hal kualitas materi dan penyajian program hiburan dan informasi.


(57)

2. RCTI memperhatikan keseimbangan faktor bisnis dan tanggung jawab sosial atas sajian program-programnya.

3. RCTI menjadi pilihan utama dari para stakeholder (karyawan, pemirsa, pengiklan, pemegang saham, pemasok, pesaing, perusahaan afiliasi, mitra strategis, masyarakat, dan penyelenggara Negara

Misi :

b. Bersama Menyediakan Layanan Prima

Interaksi kerja dengan semangat kebersamaan sebagai tim kerja yang kuat. Hal ini memungkinkan seluruh komponen perusahaan mulai dari level teratas sampai level terbawah mampu bersama-sama terstimulasi, terkoordinasi, dan tersistemasi memberikan karya terbaiknya.

Tiga Pilar Utama :

Tiga pilar utama ini yang menjadi motivasi, inspirasi, dan semangat juang insan RCTI, yang meliputi :

1. Keutamaan Dalam Kebersamaan 2. Bersatu Padu

3. Oke


(58)

III.3.2 Stasiun Surya Citra Televisi III.3.2.1 Tentang SCTV

Bermula dari Jl. Darmo Permai, Surabaya, Agustus 1990, siaran SCTV diterima secara terbatas untuk wilayah Gerbang Kertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoardjo dan Lamongan) yang mengacu pada izin Departemen Penerangan No. 1415/RTF/K/IX/1989 dan SK No. 150/SP/DIR/TV/1990. Satu tahun kemudian, 1991, pancaran siaran SCTV meluas mencapai Pulau Dewata, Bali dan sekitarnya. Pada tahun 1993, berbekal SK Menteri Penerangan No 111/1992 SCTV melakukan siaran nasional ke seluruh Indonesia. Untuk mengantisipasi perkembangan industri televisi dan juga dengan mempertimbangkan Jakarta sebagai pusat kekuasaan maupun ekonomi, secara bertahap mulai tahun 1993 sampai 1998, SCTV memindahkan basis operasi siaran nasionalnya dari Surabaya ke Jakarta.

SCTV menyadari bahwa eksistensi dunia televisi tidak dapat dipisahkan dari dinamika masyarakat. SCTV mengekspresikannya ke dalam program berita serta feature yang disajikan melalui program berita Liputan 6 (Pagi, Siang, Petang dan Malam), Buser, Topik Minggu Ini, Sigi dan sebagainya. SCTV juga memberikan arahan kepada pemirsanya melalui tanda yang diberikan sesuai dengan segmentasi sasaran masing-masing program yang ada di pojok kiri atas sesuai dengan UU Penyiaran No: 32/2002 tentang BO (BimbinganOrangtua), D (Dewasa), SU (Semua Umur). SCTV telah secara selektif menentukan jam tayang programnya sesuai


(59)

III.3.3 Stasiun Televisi Metro Tv III.3.3.1 Tentang Metro Tv

Metro Tv adalah televisi berita 24 jam pertama di Indonesia yang mulai mengudara pada tanggal 25 November 2000 Metro Tv merupakan salah satu anak perusahaan dari Media Group yang dimiliki oleh Surya Paloh. Surya Paloh merintis usahanya di bidang pers sejak mendirikan surat kabar harian Prioritas, yang dibredel oleh pemerintah pada 29 Juni 1987 karena dinilai terlalu berani. Pada tahun 1989, Surya Paloh mengambil alih Media Indonesia, yang kini tercatat sebagai surat kabar dengan oplah terbesar setelah Kompas di Indonesia. Oleh karena kemajuan tekhnologi, Surya Paloh memutuskan untuk membangun sebuah televisi berita Metro Tv bertujuan untuk menyebarkan berita dan informasi ke seluruh pelosok tanah air. Selain bermuatan berita, Metro Tv juga menayangkan program informasi mengenai kemajuan tekhnologi, kesehatan, pengetahuan umum, seni dan budaya guna mencerdaskan bangsa. Metro Tv terdiri dari 70% berita yang ditayangkan dalam 3 bahasa, yaitu Indonesia, Inggris, dan Mandarin, ditambah dengan 30% program non berita yang edukatif.

Metro Tv mulai mengudara pada tanggal 25 November 2000 dengan 12 jam tayang, sejak 1 April 2001 Metro Tv sudah mulai mengudara selama 24 jam. Metro Tv dapat ditangkap secara teresterial di 280 kota yang tersebar di Indonesia yang


(60)

III.3.3.2 Visi dan Misi Visi :

a. Untuk menjadi stasiun televisi Indonesia yang berbeda dengan dan menjadi nomor satu dalam program beritanya, menyajikan program hiburan dan gaya hidup yang berkualitas. Memberikan konsep unik dalam beriklan untuk mencapai loyalitas dari pemirsa maupun pemasang iklan.

Misi :

b. Untuk membangkitkan dan mempromosikan kemajuan Bangsa dan negara melalui suasana yang demokratis, agar unggul dalam kompetisi global, dengan menjunjung tinggi moral dan etika.

c. Untuk memberikan nilai tambah di industri pertelevisian dengan memberikan pandangan baru mengembangkan penyajian informasi yang berbeda dan memberikan hiburan yang berkualitas.

d. Dapat mencapai kemampuan signifikan dengan membangun dan menambah asset perusahaan, untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan para karyawannya dan menghasilkan keuntungan yang signifikan bagi pemegang saham.

III.3.3.3 Logo Metro TV

Logo Metro Tv dirancang tampil dalam citraan tipografis sekaligus citraan gambar. Oleh karena itu komposisi visualnya merupakan gabungan antara tekstual (diwakili huruf-huruf : M-E-T-R-T-V) dengan visual (diwakili simbol bidang elips


(61)

emas dan kepala burung elang). Elips emas dengan kepala burung elang pada tempat di posisis huruf “O”, dengan pertimbangan kesamaan struktur huruf “O” dengan elips emas, dan menjadi pemisah bentuk-bentuk teks. Hal itu mengingat, dirancang agar pelihat akan menangkap dan membaca sekaligus melafalkan METR-TV sebagai METRO TV.

Logo Metro Tv dalam kehadirannya secara visual tidak saja dimaksud sebagai simbol informasi atau komunikasi Metro Tv secara institusi, tetapi berfungsi sebagai sarana pembangun imej yang cepat dan tepat dari masyarakat terhadap institusi Metro Tv. Metro Tv juga menampilkan simbol gambar yaitu:

Bidang Elips Emas

Sebagai latar dasar kepala burung elang, merupakan suatu metamorfosis atas beberapa bentuk, yaitu:

a) Bola Dunia

Sebagai simbol cakupan yang global dari sifat informasi, komunikasi, dan seluruh kiprah operasional institusi Metro Tv.

b) Telur Emas

Telur merupakan suatu simbol kesempurnaan dan merupakan imej suatu bentuk institusi yang secara struktur kokoh, akurat dan artistik sedangkan tampilan emas adalah sebagai simbol puncak perestasi dan kualitas.


(62)

c) Elips

Sebagai simbol citraan lingkar (ring) benda planet, tampil miring ke kanan sebagai kesan bergerak, dinamis. Lingkar (ring) planet sendiri sebagai simbol dunia cakrawala angkasa, satelit sesuatu yang erat berkaitan dengan citraan dunia elektronik dan penyiaran.

d) Elang

Simbol kewibawaan, kemandirian, keluasan penjelajahan dan wawasan. Simbol kejelian, awas, tajam, tangkas namun penuh keanggunan dalam gerak hidupnya.


(63)

III.3.3.4. Target Audience Target audience Metro Tv adalah :

Tabel 2

Stasiun TV lain Metro Tv

Me-too product : 90% Entertainment, 10% News

Berita/informasi : 70% News, 30% Non News

Sign on-Sign off 24 Hours

15-25% in house production 65-85 % in house production

target audience : all segment target audience : segmented M/F, AB, 20+


(64)

Keterangan :

M/F : Male/Female : Pria/Wanita

20+ : Umur diatas 20 tahun

Segment : Segmentasi dari pemirsa yang bisa dipilah-pilah berdasarkan kategori seperti jenis kelamin, umur, domisili, expenditure Expenditure : Besarnya pengeluaran rata-rata per bulan oleh individu untuk


(1)

(1.8) dan TV Share (14.9) dari rata-rata jumlah penonton yang berjumlah 963.000 pemirsanya. “Liputan 6 Siang” memiliki TV Rating sebanyak (1.8) dan TV Share (14.9) dari rata-rata jumlah penonton yang berjumlah 963.000 pemirsanya

c. Niche Breadth Program Berita Siang “Metro Siang” Metro TV

Hasil Niche Breadth yang di dapat dari Metro TV pada Program Berita Siang “Metro Siang” pada bulan Sepetember 2011 berada pada posisi general 4-6 dengan hasil (4.3). Metro TV untuk index dari 52.213.275 individu memiliki kelas audience AB > 100 yang sangat efektif yakni dengan jumlah 155 presentase nominal (0.23), sementara jumlah kelas audience CDE sebanyak 82 <100 kurang efektif atau presentase nominal (0.22) . “Metro Siang” memiliki TV Rating sebesar (0.3) dan TV Share (2.3) dari rata-rata jumlah pemirsa pada September 2011 berjumlah 152.000 pemirsa. Hasil presentase dari TV Rating dan TV Share “Metro Siang” dalam bentuk presentase nominal yakni (0.333) dan (0.343).

d. Niche Breadth Program Berita Siang “Kabar Siang” TV One

Hasil Niche Breadth yang di dapat dari TV One pada Program Berita Siang “Kabar Siang” pada bulan September 2011 berada pada posisi spesialis (1.14). TV One pada bulan September 2011 untuk index dari 52.213.275 individu memiliki audience sangat efektif > 100 yakni 131 audience presentase nominal (0.27), sementara untuk kelas CDE hanya 90 <100 kurang efektif dengan presentase nominal (0.24). “Kabar Siang” TV One dari rata-rata jumlah penonton sebanyak 290.000 penonton pada bulan September 2011 memiliki TV Rating (0.6) dan TV Share (4.4), dalam bentuk presentase


(2)

nominal “Kabar Siang” TV One memiliki nominal presentase untuk TV Rating (0.667) serta TV Share (0.657).

V.I.2 Niche Overlap Program Berita Siang RCTI dan SCTV, Metro TV dan TV One

a. Niche Overlap antara Program Berita Siang RCTI dan SCTV

Hasil Niche Overlap antara “Seputar Indonesia Siang” RCTI dan “Liputan 6 Siang” SCTV pada bulan September 2011 berada pada tingkat kompetisi yang tinggi dengan hasil (0.009) dalam perebutan audience pada September 2011. b. Niche Overlap antara Program Berita Siang Metro TV dan TV One

Hasil Niche Overlap antara “Metro Siang” Metro TV dan “Kabar Siang” TV One pada bulan September 2011 berada pada tingkat kompetisi yang tidak terlalu tinggi dengan hasil (0.214).

V.I.3 Hegemoni Media dalam Program Berita Siang antara RCTI dan SCTV, Metro TV dan TV One

a. Hegemoni Media dalam Program Berita Siang antara RCTI dan SCTV Dengan hasil Niche Overlap yang mendekati nol, untuk kelas audience RCTI dan SCTV mendapat perhatian yang efektif khususnya pada kelas audience CDE pada bulan September 2011. Hegemoni media yang terjadi dalam program berita siang yang tayang ke hadapan audience dapat mempengaruhi dan membentuk persepsi masyarakat maupun audience dengan mudah melalui sajian berita yang diberikan oleh kedua program berita siang dari RCTI dan SCTV. TV Rating yang dimiliki oleh “Liputan 6 Siang” SCTV lebih tinggi tingkatannya yakni (1.8) dibandingkan dengan “Seputar Indonesia Siang” RCTI yakni (1.5). Namun, RCTI dan SCTV


(3)

pada bulan September 2011 dengan TV Rating yang lebih tinggi tentu saja lebih memudahkan hegemoni media masuk melalui ideologi dalam penyajian beritanya dibandingkan dengan RCTI.

b. Hegemoni Media dalam Program Berita Siang antara Metro TV dan TV One

Hasil Niche Overlap antara “Metro Siang” Metro TV dan “Kabar Siang” TV One pada bulan Sepetember 2011 tidak memiliki tingkat kompetisi yang tinggi karena tidak mendekati nol. Dilihat dari data sekunder “Metro Siang” Metro TV kalah unggul dengan “Kabar Siang” TV One yang memiliki TV Rating (0.6) sementara Metro TV (0.3). Hegemoni media dilihat dari perebutan kelas audience Metro Tv unggul dengan kelas AB (155) dibandingkan dengan TV One yang memiliki audience kelas AB (131). Hegemoni media dapat dengan mudah masuk dan ditinjau dari kelas audience, Metro TV dapat menanamkan ideologi maupun membentuk pola pikir audience. Sangat efektifnya audience dari kelas AB yang dimiliki oleh Metro TV akan lebih mengarahkan pemikiran publik dari informasi yang Metro TV berikan.

V.2 Saran

Melihat tingkat kompetisi yang terjadi di dalam program berita siang dari perhitungan Niche Overlap antar stasiun televisi swasta baik dari TV non-berita maupun TV berita, peneliti memiliki beberapa saran yakni :

a. RCTI dan SCTV sebagai stasiun televisi swasta non-berita dalam hasil Niche Overlap yang memiliki tingkat persaingan cukup tinggi untuk perebutan audience diharapkan dapat memberikan muatan berita dalam Program Berita Siang dengan penyajian informasi yang berimbang


(4)

mengingat kedua stasiun TV swasta tersebut memiliki audience sangat efektif.

b. Metro TV dan TV One sebagai stasiun televisi swasta berita dalam hasil Niche Overlap memang tidak terlalu memiliki tingkat persaingan yang tinggi pada bulan September 2011, meskipun demikian diharapkan kedua stasiun televisi swasta khusus berita yang memiliki audience kelas AB yang sangat efektif diharapkan menyajikan berita yang seimbang dan tidak menjatuhkan satu sama lain.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alan B, Albarran. 1996. Media Economics Understanding Markets, Industries and Concepts. Lowa State University Press.

Ardianto, Elvinaro & Lukrati. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Arikunto, Suharsmi. 2002. Prosedur Penelitian : suatu pendekatan dan praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada Dalgic, Tevfik. 2007. Niche Marketing.Mumbai: The Haworth Press,inc.

Effendy, Onong Uchjana. 2004.Ilmu Komunikasi – Teori dan Praktek. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Hutchinson, G. Evelyn. 1957. ”Concluding Remarks.” Cold Spring Harbor Symposium of Quantitative Biology 22, 415-247.

Johnson. 1994. Media Economics Understanding Markets, Industries and Concepts. Lowa State University Press.

Kansong, Usman. 2009. Television News : Reporting and Writing. Bogor: Ghalia Indonesia.

Levins,R. 1968.Evolution in Changing Environments: Some Theoretical Explorations. Princeton, NJ: Princeton University Press.

Lubis, Akhyar Yusuf. 2006. Dekonstruksi Epistemologi Modern. Jakarta: Pustaka Indonesia Satu.

McQuail, Dennis. 1994. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga. Morrisan. 2003. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nawawi, Hadari. 1995. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Naratama. 2004. Menjadi Sutradara Televisi. Jakarta: Grasindo.

Nurudin, 2003. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada Rakhmat, Jallaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Sasa Djuarsa, Sendjaja. 1989. Ekologi Media: Analisis dan Aplikasi Teori Niche.


(6)

Sudarman, Paryati. 2008. Menulis di Media Massa.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Williams, Kevin. 2003. Understanding Media Theory. New York: Oxford University Press. Inc.

Yoseph, R. Domminick. 1997. The Dinamics of Mass Communication. Jakarta: Gramedia.

Sumber Lain

http://mirayashmine.wordpress.com/2011/01/10/kompetisi-antar-media-televisi/

http://utchanovsky.com/2008/08/teori-hegemoni/

KepemilikanMedia dan Bias Berita”.


Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Peraturan Program Sistem Stasiun Jaringan Pada Lembaga Penyiaran Televisi Swasta Lokal Di Sumatera Utara Dalam Perspektif Tanggung Jawab Sosial Media

1 59 136

OBJEKTIVITAS BERITA DALAM INFOTAINMENT DI STASIUN TELEVISI SWASTA (Analisis Isi Program Tayangan Entertainment News Pada Stasiun Televisi NET Tv)

7 15 26

Analisis Isi Naskah Berita Program Bewara Siang Di Padjajaran TV Ditinjau Dari Kualitas Berita

1 53 118

PENDAHULUAN KOMPETISI PROGRAM BERITA SORE PADA STASIUN TELEVISI NASIONAL (Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Kompetisi Program Berita Sore pada Stasiun Televisi Nasional Berdasar Post Hoc Positioning dengan Menggunakan Perceptual Mapping pada Pria Dewas

0 2 50

OBYEK DAN WILAYAH PENELITIAN KOMPETISI PROGRAM BERITA SORE PADA STASIUN TELEVISI NASIONAL (Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Kompetisi Program Berita Sore pada Stasiun Televisi Nasional Berdasar Post Hoc Positioning dengan Menggunakan Perceptual Mappin

0 4 20

PENUTUP KOMPETISI PROGRAM BERITA SORE PADA STASIUN TELEVISI NASIONAL (Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Kompetisi Program Berita Sore pada Stasiun Televisi Nasional Berdasar Post Hoc Positioning dengan Menggunakan Perceptual Mapping pada Pria Dewasa di

0 2 55

Proses produksi program berita liputan 6 siang di PT. Surya Citra Televisi (SCTV) Jakarta 3360

1 27 68

PEREMPUAN DALAM BISNIS MEDIA MASSA (Studi pada Perempuan di Televisi Swasta Lokal Surabaya dalam Perspektif Gender) SKRIPSI

0 0 20

Perspektif Kaum Perempuan dalam Media Televisi

0 0 8

ANALISIS DINAMIKA KOMPETISI PLATFORM VIDEO BERDASARKAN TEORI NICHE

0 0 8