menghabiskan jutaan rupiah. Belum lagi penyiarannya yang harus diulang pada jam siaran utama.
2. Khalayak yang tidak selektif
Sekalipun berbagai teknologi telah diperkenalkan untuk menjangkau sasaran yang lebih selektif, televisi tetap sebuah media yang tidak selektif,
segmentasinya tidak setajam surat kabar dan majalah. Jadi iklan-iklan yang disiarkan televisi memiliki kemungkinan menjangkau pasar yang tidak tepat.
3. Kesulitan teknis
Media ini juga tidak luwes dalam pengaturan teknis. Iklan-iklan yang dibuat tidak dapat diubah begitu saja jadwalnya, apalagi menjelang jam-jam
penyiarannya.
II.2.2 Format Televisi
Penayangan sebuah program televisi bukan hanya bergantung pada konsep penyutradaraan atau kreatifitas penulisan naskah, melainkan sangat bergantung pada
kemampuan profesionalisme dari seluruh kelompok kerja di dunia broadcast dengan seluruh mata rantai divisinya. Format acara televisi merupakan suatu perencanaan
dasar suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreatifitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam beberapa kriteria utama yang disesuaikan dengan
tujuan dan target pemirsa acara tersebut. Jadi, harus dilakukan eksploitasi dalam format acara televisi yang terancang dan terencana.
Ada tiga bagian dari format acara televisi yaitu: 1.
Fiksi drama, yaitu acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses imajinasi kreatif dan kisah drama fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang.
Format yang digunakan merupakan interpretasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam sejumlah adegan
Universitas Sumatera Utara
2. Non fiksi non drama, yaitu format acara televisi yang diproduksinya dan
penciptanya melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dan realitas kehidupan tanpa harus menginterpretasi ulang dan tanpa harus menjadi dunia
khayalan. Non drama bukanlah runtutan cerita fiksi dari setiap pelakunya. Contohnya: konser musik, reality show, dan talkshow.
3. Berita, yaitu sebuah format acara televisi yang diproduksi berdasarkan
informasi dan fakta atau kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada kehidupan sehari-hari. Format ini memerlukan nilai faktual dan aktual yang
disajikan dengan ketepatan dan kecepatan waktu dimana dibutuhkan sifat liputan yang independen. Contohnya, berita ekonomi, liputan siang dan
laporan olahraga Naratama, 2004:62-66.
II.2.3 Perkembangan Televisi di Indonesia
Televisi bagi masyarakat di Indonesia tidak lagi dianggap sebagai barang mewah dan langka seperti yang terjadi beberapa puluh tahun yang lalu. Sekarang kita
dapat mengecek sendiri hampir seluruh masyarakat Indonesia memiliki setidaknya satu televisi di rumah. Kini televisi telah menjadi salah satu kebutuhan pokok
masyarakat untuk mendapatkan suatu informasi. Peraturan Menteri Perhubungan No.76 Tahun 2003 tentang Penataan
Penggunaan Frekuensi Radio untuk Televisi Siaran Terestrial di Indonesia, PP No.50 Tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Swasta, serta beberapa ketentuan yang secara
langsung terkait dengan lembaga penyiaran seperti UU tentang HAKI, UU tentang HAM, UU tentang Monopoli Usaha, UU tentang KUH Perdata, KUH Pidana, UU
Pers, dan lain-lain. Dalam UU di atas, diatur pula mengenai lembaga penyiaran. Dalam UU No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, misalnya, bentuk lembaga
penyiaran yang diperbolehkan menyelenggarakan siaran Tv adalah yang berbentuk
Universitas Sumatera Utara
Lembaga Penyiaran Publik, Lembaga Penyiaran Komersial, Lembaga Penyiaran Komunitas, serta Lembaga Penyiaran Berlangganan.
Sejarah pertumbuhan TV terestrial di indonesia menunjukkan perkembangan yang luar biasa di era tahun 2000-an. Keputusan Menteri Penerangan RI Nomor : 190
A KEP Menpen 1987 tentang siaran saluran terbatas, yang membuka peluang bagi televisi swasta untuk beroperasi. Seiring dengan keluarnya Kepmen tersebut, pada
tanggal 24 Agustus 1989 televisi swasta RCTI resmi mengudara, dan tahun-tahun berikutnya bermunculan stasiun televisi swasta yang baru SCTV 24890, TPI
2311991, Anteve 731993, Indosiar 1111995, Metro TV 25112000, TV 7 2232000, Trans TV 25112001. Angka tersebut boleh dibilangt sedikit jika
dibandingkan saat ini, ketika stasiun TV terestrial diperkirakan sudah lebih dari 50. Dan di masa mendatang akan terus bertambah.
Komunikasi massa di Indonesia berkembang termasuk televisi, setelah peresmian satelit komunikasi Palapa pada tanggal 17 Agustus 1976 HUT RI ke 31.
Satelit Palapa memiliki 12 transponder. Tiap transponder mampu meneruskan satu saluran televisi berwarna atau 400 saluran telepon secara bolak balik atau 800 telepon
satu arah. Satelit tersebut dihubungkan dengan 40 buah statiun bumi, 27 diantaranya terletak di ibukota provinsi www.wikipedia.com.
Sebagai tambahan, bukti berkembang pesatnya dunia pertelevisian di Indonesia adalah dengan hadirnya stasiun-stasiun televisi swasta yang dibarengi
dengan deregulasi pertelevisian oleh pemerintah sejak tahun 1990 atau tepatnya sejak tanggal 24 Agustus 1990 , masyarakat memiliki alternative tontonan selain dari
TVRI. Hingga saat ini saja bisa kita lihat di indonesia terdapat 11 stasiun televisi, dengan ciri khas mereka masing masing, misalnya TV One dan Metro TV yang
identik dengan siaran yang informative dan edukative, Global TV dengan menyajikan
Universitas Sumatera Utara
mayoritas acara hiburan, dan masih banyak lagi ciri dari masing-masing stasiun televisi yang ada di Indonesia. Kini pun tidak hanya jenis stasiun televisi yang
beragam tetapi jenis jenis model televisi pun sudah beragam, hal ini tergantung dari kocek masyarakat untuk memilih jenis tipe model pesawat televisinya
http:kosmik.web.idilmu-komunikasipertelevisian-indonesia .
Bisnis TV siaran diu Indonesia saat ini memiliki beberapa ciri dominan: padat modal, perkembangan teknologi yang sangat cepat, ajang pemasaran produk, urban
segmented , marketing rules the show, konsep ratingshare, dan pendekatan memuaskan pendengar uses and gratification. Dari ciri-ciri tersebut, terlihat jelas
bahwa sisi pasar memainkan peran yang besar dalam bisnis TV siaran. Maka wajar jika kemudian pelaku bisnis TV akan melakukan apa saja agar bisa meraih pasar yang
banyak. Data Media Scene Magzine di akhir tahun 2007 menunjukkan hasil riset
Nielsen Media Research Advertising Information Services. Lembaga ini merilis data pertumbuhan belanja iklan tahun 2007 mencapai Rp. 37 triliun dan setiap tahun
diperkirakan tumbuh 10-15. Dari jumlah tersebut, belanja iklan TV sejak tahun 2002 sampai tahun 2007 masih stabil pada kisaran angka 60-70. Hal ini yang
menjadikan bisnis penyelenggaraan TV siaran menarik bagi para pemodal. Apalagi, besarnya peluang bisnis di industri pertelevisian berdampak terhadap terciptanya
peluang usaha yang cukup besar bagi para pelaku usaha-usaha yang mendukung bisnis TV siaran seperti rumah produksi, agensi periklanan, penyedia alat-alat siaran,
hingga perusahaan jasa konsultan, jasa outsourcing
alihdaya. http:bincangmedia.wordpress.com
.
Universitas Sumatera Utara
II.2. 4. Program Berita di Televisi Indonesia