Proses Penyelenggaraan Perjanjian Jasa Angkutan

D. Proses Penyelenggaraan Perjanjian Jasa Angkutan

Proses perjanijan jasa angkutan dibuat secara sah mengikat pihak-pihak. Antara pihak-pihak tercipta hubungan kewajiban dan hak, yang perlu direalisasikan melalui penyelenggaraan pengangkutan. Adapun perjanjian dalam proses penyelenggaraan jasa angkutan kita kenal dengan perjanjian sepihak dan timbal balik. Perjanjian sepihak adalah perjanjian dimana hak atau kewajiban hanya ada pada satu pihak saja. 19 Sedangkan Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang membebankan hak dan kewajiban pada kedua belah pihak. 20 Sedangkan pengusaha angkutan berhak mendapatkan uang angkutan dan berhak memerintahkan pengemudi untuk menyelenggarakan pengangkutan.Secara umum tentang kewajiban majikan dan buruh atau pengusaha angkutan dengan Mengenai Pengertian perjanjian pengangkutan di dalam buku II KUHDagang tidak diberikan definisinnya.Perjanjian pengangkutan itu sendiri bersifat Konsensuil, sehingga untuk terciptanya perjanjian pengangkutan tidak diperlukan adanya syarat tertulis, jadi hanya bersifat konsensuil. Dalam Proses perjanjian jasa angkutan para pihak menimbulkan kewajiban dan hak yang diberikan secara timbal balik antara pengangkut dengan pengemudi dan pengangkut dengan penumpang. Dimana kewajiban pengusaha angkutan pada pengemudi ini didasarkan pada perjanjian kerja, dimana pengusaha angkutan mempunyai kewajiban untuk menyediakan jasa angkutan dan fasilitas yang akan dipergunakan oleh pengemudi untuk mengangkut penumpang serta berkewajiban membayar upah. 19 Hartono Hadisoeprapto, Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, Liberty,Yogyakarta,1984, hal. 36 20 Ibid,hal 36. pengemudi diatur dalam pasal 1602 dan Pasal 1603 KUHperdata. Kewajiban pengusaha angkutan terhadap pengemudi dapat ditemukan antara lain dalam pasal 90 dan pasal 237 UULLAJ yakni : Pasal 90 1. Setiap perusahaan angkutan umum wajib mematuhi dan memberlakukan ketentuan mengenai waktu kerja, waktu beristirahat dan pergantian pengemudi kendaraan bermotor umum sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang-undangan. 2. Waktu kerja bagi pengemudi kendaraan bermotor umum sebagaimana dimaksud pada ayat 1 paling lama 8 delapan jam sehari. 3. Pengemudi kendaraan bermotor umum setelah mengemudikan kendaraan selama 4 jam berturut-turut wajib beristirahat paling singkat setengah jam. 4. Dalam hal tertentu pengemudi dapat dipekerjakan paling lama 12 jam sehari termasuk waktu istirahat selama 1 jam. Pasal 237 1. Perusahaan angkutan umum wajib mengikuti program asuransi kecelakaan sebagai wujud tanggung jwab nya atas jaminan asuransi bagi korban kecelakaan. 2. Perusahaan angkutan umum wajib mengasuransikan orang yang dipekerjakan sebagai awak kendaraan. Untuk menjamin keselamatan lalu lintas dan angkutan dijalan, perusahaan angkutan umum wajib mematuhi ketentuan mengenai waktu kerja dan istirahat bagi pengemudi seperti tercantum dalam pasal 90 UULLAJ. Penggunaan mekanisme ini akan mndorong perusahaan angkutan umum untuk tidak memaksa para pengemudi nya tanpa memperhatikan jam kerja yang layak bagi pengemudi, agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik. 21 1. Tahap persiapan pengangkutan, yang meliputi penyediaan alat pengangkutan, penyerahan muatan barang atau penumpang untuk diangkut, pembuatan dan penyelesaian dokumen pengangkutan. Didalam Perjanjian pengangkutan darat, laut , dan udara , penyelenggaraan pengangkutan meliputi empat tahap kegiatan yakni : 2. Tahap kegiatan pengangkutan yang meliputi kegiatan pemindahan muatan barang atau penumpang dengan alat pengangkutan dari tempat pemberangkatan ketempat tujuan yang di sepakati. 3. Tahap penyerahan muatan barang atau penumpang kepada penerima, atau turunnya penumpang, dan pembayaran biaya pengangkutan dalam pengangkutan barang jika belum dibayar oleh pengirim. 4. Tahap pemberesanpenyelesaian persoalan yang terjadi selama atau sebagai akibat pengangkutan. 21 YusufSofie, Perlindungan konsumen dan instrument Hukumnnya, Citra Aditya bakti, Bandung, 2000,Hal.188. 29 BAB III PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN UMUM DAN PENGATURAN HUKUMNYA

A. Pengaturan Hukum Pengangkutan Darat Dengan Kendaraan Bermotor

Dokumen yang terkait

KEBIJAKAN KRIMINAL DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

0 3 2

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS TERHADAP UNDANG-UNDANG NO 22 TAHUN 2009 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP UNDANG-UNDANG NO 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN.

0 3 11

BAB 1 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP UNDANG-UNDANG NO 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN.

0 3 10

PENUTUP TINJAUAN YURIDIS TERHADAP UNDANG-UNDANG NO 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN.

0 2 5

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU-LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Implementasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu-Lintas Dan Angkutan Jalan (Studi Kasus Kecelakaan Lanjar Sriyanto Dalam Putusan Nomor 249/Pid.B/2009/Pn.Kray

0 2 13

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU-LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Implementasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu-Lintas Dan Angkutan Jalan (Studi Kasus Kecelakaan Lanjar Sriyanto Dalam Putusan Nomor 249/Pid.B/2009/Pn.Kra

0 1 18

undang undang no 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan

0 0 107

BAB II PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN UMUM PADA PENGANGKUTAN DARAT A. Perjanjian Pengangkutan - Tinjauan Yuridis Keberadaan Kendaraan Bermotor (Mobil) Pribadi Berplat Hitam Sebagai Angkutan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Keberadaan Kendaraan Bermotor (Mobil) Pribadi Berplat Hitam Sebagai Angkutan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan (Studi Pada Ditlantas Poldasu Dan Dishub

0 0 14

Tinjauan Yuridis Keberadaan Kendaraan Bermotor (Mobil) Pribadi Berplat Hitam Sebagai Angkutan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan (Studi Pada Ditlantas Poldasu Dan Dishub Provinsi Sumatera Utara)

0 0 9