Pengaturan Hukum Pengangkutan Darat Dengan Kendaraan Bermotor

29 BAB III PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN UMUM DAN PENGATURAN HUKUMNYA

A. Pengaturan Hukum Pengangkutan Darat Dengan Kendaraan Bermotor

Dalam UU Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan Sarana Pengangkutan berguna untuk mempermudah seseorang atau barang dari suatu tempat ke tempat yang lain dan dilakukan dengan cara yang berbeda. Untuk menjaga terlaksananya pengangkutan itu secara tertib dan tentram, maka peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan hukumnya. Adapun peraturan hukum yang menjadi landasan dalam pengangkutan darat dengan kendaraan bermotor yakni : - Undang – Undang No. 3 Tahun 1965 Tentang Lalu Lintas dan angkutan jalan - Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1964 sebagai pengganti “wegverkeersverordening” stb 1936-451 - Penetapan Lalu lintas perhubungan surat keputusan direktur Perhubungan dan pengairan, tanggal 26 september 1936, No. 10192. Bijblad No. 13700, seperti yang telah dirubah dan ditambah terakhir dengan penetapan menteri perhubungan tanggal 1 juli 1991 No. 24441Menteri TLN No. 144. - Penetapan Lalu lintas jalan dalam negeri surat keputusan direktur Pemerintahan dalam negeri tanggal 8 oktober 1936, No. Pol 3561, Bijblad No. 13700, seperti yang telah dirubah dan ditambah dengan surat keputusan tanggal 29 desember 1938, No. Pol 35816 Bijblad No. 14137. - Undang-undang No.33 Tahun 1965 LN 1964-137, tentang “Dana Pertanggungan wajib kecelakaan penumpang”. - Peraturan pemerintah No.34 Tahun 1965 LN 1965-28 tentang “ ketentuan pelaksanaan dana kecelakaan lalu lintas jalan”. - Undang – Undang Nomor 14 Tahun 1992 LNRI Tahun 1992 No.49 Tentang lalu lintas dan angkutan jalan. - Kitab Undang-undang hukum dagang KUHD yaitu Buku I, Bab V, bagian 2 dan 3, mulai pasal 90 sampai dengan pasal 98. - Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang “ lalu lintas dan angkutan jalan”. 22 Peraturan-peraturan diatas adalah landasan hukum dalam Hukum pengangkutan darat dengan kendaraan bermotor, UU no. 22 tahun 2009 Tentang “ Lalu lintas dan angkutan jalan” menjadi Undang-Undang yang terakhir dikeluarkan Hingga saat ini. Didalam penyelenggaran pengangkutan darat perlu kita mengingat bahwa perjanjian pengangkutan menjadi salah satu syarat untuk mengikat antara penumpang dengan pengemudi atau pengusaha pengangkutan.Namun pada asasnya tida tertulis, tetapi harus dibuktikan dengan dokumen angkutan.Dokumen angkutan diatur dalam undang-undang pengangkutan karena dengan adanya dokumen angkutan berarti telah terjadinya perjanjian pengangkutan. 22 Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Buku Ke 3 H.M.N Purwosutjipto, S.H. , Penerbit Djambatan, hal 56. Didalam hukum pegangkutan kita mengenal adanya objek hukum pengangkutan, objek hukum pengangkutan itu antara lain orang dan barang, untuk itu makam diterbitkanlah dua dokumen angkutan yaitu : a. Dokumen angkutan penumpag yang disebut karcis penumpang untuk angkutan darat, perairan, tiket penumpang untuk angkutan udara. b. Dokumen angkutan barang yang disebut surat angkutan barang untuk angkutan darat, dokumen muatan untuk angkutan perairan dalam KUHDagang disebut Konosemen, tiket bagasi untuk barang bawaan penumpang, dan surat muatan udara untuk kargo. Dalam hal ini penulis akan menjelaskan dokumen angkutan penumpang untuk angkutan darat khususnya Dokumen angkutan kendaraan umum. Dokumen angkutan kendaraan umum terdiri dari karcis penumpang dan surat angkutan barang. Hal ini diatur dalam pasal 166, 167 dan 168 Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan Raya. Menurut ketentuan pasal ini, karcis penumpang atau surat angkutan barang merupakan tanda bukti telah terjadinya perjanjian dan pembayaran biaya angkutan. Berdasarkan ketentuan pasal tersebut dapat dipahami bahwa dokumen angkutan hanya dapat dimiliki oleh pengirim atau penumpang jika biaya angkutan sudah dibayar lunas. a. Karcis penumpang Karcis penumpang diterbitkan atas nama, artinya pada karcis penumpang tidak boleh digunakan oleh orang lain selain penumpang yang bersangkutan. Pasal 166,167 dan 168 undang-undang No.22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan yang mengatur dokumen angkutan tidak memuat keterangan isi karcis penumpang. Untuk itu memahami hal ini, dapat diamati praktik perjanjian pengangkutan penumpang antar propinsi. Sebagai contoh adalah karcis penumpang pengangkutan darat yang sudah dibakukan dan memuat rincian berikut ini : 1. Nama dan Nomor bus perusahaan angkutan 2. Nama dan alamat penumpang 3. Terminal pemberangkatan dan terminal tujuan 4. Nomor seri karcis, hari tanggal dan waktu keberangkatan 5. Nomor kursitempat duduk 6. Tariff biaya angkutan pengangkut termasuk premi asuransi 7. Tanda tangan pengangkut atau orang atas nama pengangkut 8. Ketentuan-ketentuan lain sebagai klausul angkutan. b. Surat Angkutan barang Mengenai surat angkutan barang diatur dalam pasal 90 KUHDagang. Menurut pasal ini, surat angkutan barang memuat keterangan sebagai berikut ini. 1. Nama dan alamat perusahaan angkutan pengangkut 2. Nama dan alamat pengirim dan penerima 3. Nama, jumlah, berat,ukuran,merek barang yang diangkut 4. Jumlah biaya angkutan 5. Tempat dan tanggal pembuatan surat angkutan barang 6. Tanda tangan pengangkut dan pengirimekspeditur. Karcis penumpang dan surat angkutan barang juga diatur dalam pasal 163,168 dan 169 Undang-undang No. 22 tahun 2009 Tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Tetapi pasal tersebut tidak mengatur rincian keterangan yang dimuat dalam surat angkutan barang. Rincian tersbut di atur dalam pasal 90 KUHDagang dapat diikuti sebagai standar isi surat angkutan barang yang dapat dikembangkan dalam praktik angkutan. Surat angkutan barang biasanya sudah dibakukan dan dicetak oleh perusahaan angkutan dalam bentuk blanko.Pengirim hanya mengisi blanko tersebut dan menandatanganinya. Penyelenggaraan peraturan hukum pengangkutan darat dengan kendaraan bermotor selain dapat dilihat dari sudut pandang dokumen namun banyak yang harus kita tinjau dalam penyelenggarannya, yakni dalam BAB V undang – undang No. 22 Tahun 2009 Tentang lalu lintas angkutan jalan menjelaskan Tentang penyelenggaraan dalam Lalu lintas dan angkutan jalan. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan dalam kegiatan pelayanan langsung kepada masyarakat dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, badan hukum, dan atau masyarakat. Adapun yang dilakukan oleh pemerintah memiliki tugas pokok dan fungsi masing-masing meliputi : a. Penyelenggaraan Di bidang jalan meliputi kegiatan pengaturan,pembinaan, pembangunan,dan pengawasan prasarana jalan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat2 huruf a yaitu : - Inventarisasi tingkat pelayanan dan permasalahannya - Penyusupan rencana dan program pelaksanaannya serta tingkat penetapan tingkat pelayanan jalan yang diinginkan. - Perencanaan,Pembangunan, dan optimalisasi pemanfaatan ruas jalan; - Perbaikan geometric ruas jalan dan persimpangan jalan; - Penetapan kelas jalan pada setiap ruas jalan; - Uji kelaikan fungsi jalan sesuai dengan standart keamanan dan keselamatan berlalu-lintas. - Pengembangan system informasi dan komunikasi di bidang prasarana jalan. b. Penyelenggaraan di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat 2 huruf b meliputi: - Penetapan rencana umum lalu lintas dan angkutan jalan; - Manajemen dan rekayasa lalu lintas; - Persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor; - Perizinan angkutan umum; - Pengembangan system informasi dan komunikasi; - Penyidikan terhadap pelanggaran perizinan angkutan umum, persyaratan teknis dan kelaikan jalan kendaraan bermotor yang memerlukan keahlian danatau peralatan khusus yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan undang-undang. c. Penyelenggaraan di bidang industry sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat 2 huruf c meliputi : - Penyusanan rencana dan program pelaksanaan pengembangan industri kendaraan bermotor; - Pengembangan industry perlengkapan kendaraan bermotor yang menjamin keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan;dan - Pengembangan industri perlengkapan jalan yang menjamin keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan. d. Penyelenggaraan di bidang pengembangan teknologi sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat 2 huruf d meliputi : - Penyusunan rencana dan program pelaksanaan pengembangan teknologi kendaraan bermotor; - Pengembangan teknologi perlengkapan kendaraan bermotor yang menjamin keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan dan; - Pengembangan teknologi perlengkapan jalan yang menjamin ketertiban dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan. e. Penyelenggaraan di bidang registrasi dan indentifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penegak hukum , operasional manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta pendidikan berlalu lintas sebagaimana dimaksud dalam pasl 7 ayat 2 huruf e meliputi : - Pengujian dan penertiban surat izin mengemudi kendaraan bermotor; - Pelaksanaan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor; - Pengumpulan,pemantauan,pengolahan,dan penyajian data lalu lintas dan angkutan jalan; - Pengelolaan pusat pengendali system informasi dan komunikasi lalu lintas dan angkutan jalan; - Pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patrol lalu lintas; - Penegakan hukum yang meliputi penindakan pelanggaran dan penanganan kecelakaan lalu lintas; - Pendidikan berlalu lintas; - Pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas; dan - Pelaksanaan manajemen operasional lalu lintas. Dari setiap instansi penyelenggaraan harus tetap terkoordinasi oleh forum lalu lintas dan angkutan jalan agar dapat menjalankanmerencanakan dan menyelesaikan masalah lalu lintas dan angkutan jalan secara baik.

B. Para Pihak Dan Hubungan Hukum Dalam Perjanjian Pengangkutan

Dokumen yang terkait

KEBIJAKAN KRIMINAL DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

0 3 2

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS TERHADAP UNDANG-UNDANG NO 22 TAHUN 2009 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP UNDANG-UNDANG NO 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN.

0 3 11

BAB 1 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP UNDANG-UNDANG NO 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN.

0 3 10

PENUTUP TINJAUAN YURIDIS TERHADAP UNDANG-UNDANG NO 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN.

0 2 5

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU-LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Implementasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu-Lintas Dan Angkutan Jalan (Studi Kasus Kecelakaan Lanjar Sriyanto Dalam Putusan Nomor 249/Pid.B/2009/Pn.Kray

0 2 13

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU-LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Implementasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu-Lintas Dan Angkutan Jalan (Studi Kasus Kecelakaan Lanjar Sriyanto Dalam Putusan Nomor 249/Pid.B/2009/Pn.Kra

0 1 18

undang undang no 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan

0 0 107

BAB II PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN UMUM PADA PENGANGKUTAN DARAT A. Perjanjian Pengangkutan - Tinjauan Yuridis Keberadaan Kendaraan Bermotor (Mobil) Pribadi Berplat Hitam Sebagai Angkutan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Keberadaan Kendaraan Bermotor (Mobil) Pribadi Berplat Hitam Sebagai Angkutan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan (Studi Pada Ditlantas Poldasu Dan Dishub

0 0 14

Tinjauan Yuridis Keberadaan Kendaraan Bermotor (Mobil) Pribadi Berplat Hitam Sebagai Angkutan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan (Studi Pada Ditlantas Poldasu Dan Dishub Provinsi Sumatera Utara)

0 0 9