Dari setiap instansi penyelenggaraan harus tetap terkoordinasi oleh forum lalu lintas dan angkutan jalan agar dapat menjalankanmerencanakan dan
menyelesaikan masalah lalu lintas dan angkutan jalan secara baik.
B. Para Pihak Dan Hubungan Hukum Dalam Perjanjian Pengangkutan
Darat
Perjanjian pengangkutan ialah suatu perjanjian dimana satu pihak menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang dari suatu tempat
tujuan, sedangkan pihak yang lainnya menyanggupi akan membayar biaya pengangkutan. Pada umumnya dalam suatu perjanjian pengangkutan pihak
pengangkut bebas untuk memilih sendiri alat pengangkutan yang hendak dipakainya.
23
Didalam Perjanjian Pengangkutan darat ada pihak-pihak yang terkait didalamnya dan bagaimana hubungan hukum. Para pihak yang terkait yaitu
pengusaha angkutan, pengemudi, dan penumpang. Menurut HMN Purwosutjipto, Pihak-pihak dalam pengangkutan yaitu pengangkut dan pengirim. Pengangkut
adalah orang yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang danatau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat.
Lawan dari pihak pengangkut ialah pengirim yaitu pihak yang mengikatkan dari untuk membayar uang angkutan, dimaksudkan juga ia memberikan muatan.
24
Berdasarkan Buku I Bab V bagian ketiga KUHDagang Tentang pengangkutan darat dan perairan darat,yang dimaksud dengan pengangkut adalah
23
R.Subekti.,Aneka Perjanjian, Cetakan kesepuluh, PT Citra aditya bakti, Bandung, 1995, hal. 69-70
24
HMN. Purwosujtipto, Op-Cit Hal. 4
bukanlah sopir pada mobil atau nahkoda pada kapal, tetapi majikan dari sopir atau nahkoda tersebut yang menjadikan pihak dalam perjanjian pengangkutan.
25
Menurut Purwosutjipto, Pengusaha angkutan merupakan orang yang bersedia menyelenggarakan seluruh pengangkutan dengan jumlah uang angkutan
yang dibayar sekaligus untuk semuanya, tanpa mengikatkan diri untuk melakukan pengangkutan itu sendiri.
26
Dikatakan Menyelenggarakan angkutan berarti pengangkutan itu dapat dilakukan sendiri oleh pengangkut atau dilakukan oleh
orang lain atas perintahnya.
27
Pihak Lain yang Terkait dalam pengangkutan yaitu pengemudi, Pengemudi menurut pasal 1 ayat 23 UULLAJ, adalah orang yang mengemudikan
kendaraan bermotor di jalan yang telah memiliki surat izin mengemudi. Adapun pengemudi dalam hal ini merupakan pihak yang menjalankan pengangkutan yang
terikat dalam perjanjian kerja dengan pengusaha angkutan.Sedangkan Pihak Penumpang merupakan individu atau perorangan yang berstatus sebagai subyek
hukum yang memiliki hak dan kewajiban dalam perjanjian pengangkutan, yaitu penumpang berhak mendapatkan pelayanan jasa angkutan dengan selamat sampai
di tempat tujuan, serta berkewajiban membayar ongkos angkutan. Namun Berdasarkan Pasal 1 ayat 21 UULLAJ,
Perusahaan angkutan umum merupakan badan hukum yang menyediakan jasa angkutan orang danatau barang dengan kendaraan bermotor umum.Hal Ini
dimaksudkan bahwa pengangkut harus merupakan badan hukum yang berbentuk perusahaan bukan merupakan usaha perseorangan hal ini merupakan ketentuan
yang berbeda dari UULLAJ yang lama dimana kepemilikan terhadap usaha angkutan umum bisa dimiliki perseorangan.
25
Ibid, Hal. 28.
26
Ibid Hal. 20
27
Ibid Hal. 2.
Pihak-pihak yang diuraikan diatas merupakan pihak-pihak yang secara langsung terkait pada perjanjian pengangkutan, maka dari pihak pihak tersebut
dapat kita kemukakan hubungan hukum yang terjadi antara pihak pengusaha angkutan dengan pengemudi dan pengangkut dengan penumpang.
Hubungan Hukum antara pengangkut dan pengemudi berdasarakan perjanjian kerja diatur dalam UU No.13 Tahun 2003 Tentang ketenaga kerjaan
dan dalam pasal 1601 buku Ketiga bab VII bagian kesatu KUHPdt. Dalam UU No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan disebutkan dalam pasal 1 ayat 14
bahwa :“perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerjaburuh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para
pihak”. Sedangkan Menurut Pasal 1601 Buku ketiga Bab VII bagian kesatu KUHPdt yaitu perjanjian antara pihak yang satu pengemudi mengikatkan
dirinya dibawah perintah majikan pengusaha angkutan untuk suatu waktu melakukan pekerjaan atau melaksanakan pengangkutan.
Hubungan hukum antara pengusaha angkutan dan pengemudi adalah hubungan yang bersifat subordinasi atay bertingkat dan pemberi kuasa. Dimana
pengusaha angkutan mengikatkan diri menyediakan jasa angkutan dan wajib membayar upah bagi pengemudi.
Setelah kita megetahui hubungan hukum antara pengusaha angkutan dengan pengemudi, penulis akan membahas mengenai hubungan hukum dalam
perjanjian pengangkutan antara penumpang dengan pengusaha angkutan, dimana hubungan hukum tersebut penumpang mempunyai hubungan hukum yang sejajar
atau koordinasi dengan pengangkut. Bahwasannya penumpang bukanlah bawahan pengangkut dan pengangkut bukan atasan penumpang, demikian sebaliknya.
Penumpang disini merupakan pihak yang bebas untuk mempergunakan jasa angkutan sesuai dengan kebutuhannya, sedangkan pengangkut merupakan pihak
yang menyelenggarakan pengangkut.
C. Hak Dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Pengangkutan Darat