rangka penertiban dan penegakan hukum dibidang lalu lintas dan angkutan jalan sesuai dengan UULLAJ.
c. Untuk menambah khasanah pustaka ilmu hukum pada pembaca dan pihak
yang berkepentingan mengenai penerapan dan pelaksanaan UULLAJ dalam transportasi angkutan umum.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman terhadap materi dari skripsi ini dan agar tidakterjadinya kesimpangsiuran dalam penulisan skripsi ini, maka penulis
membaginya dalam beberapa bab dan tiap bab dibagi lagi ke dalam beberapa sub- sub bab.
Keseluruhan skripsi ini meliputi 5 lima Bab secara garis besar isi dari bab-perbab diuraikan sebagai berikut :
BAB PERTAMA : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB KEDUA : PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN UMUM
PADA PENGANGKUTAN. Bab ini berisikan tentang Perjanjian Pengangkutan, Jenis-
Jenis Angkutan, Asas-Asas Dalam Pengangkutan dan
Proses Penyelenggaraan Perjanjian Jasa Angkutan Umum.
BAB KETIGA : PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN DARAT
DAN PENGATURAN HUKUMNYA. Bab ini berisikan tentang Pengaturan Hukum
Pengangkutan Darat Dengan Kendaraan Bermotor dalam UU Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan
Jalan. Para Pihak dan Hubungan Hukum Dalam Perjanjian Pengangkutan Darat serta Hak dan Kewajiban Para Pihak
Dalam Perjanjian Pengangkutan Darat.
BAB KEEMPAT : PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN DARAT
DENGAN KENDARAAN BERMOTOR PRIBADI MOBIL MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22
TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN.
Bab ini berisi tentang Peraturan yang Digunakan Untuk Mengatur Kendaraan Bermotor Pribadi Mobil Sebagai
Angkutan Umum. Faktor-Faktor yang Mendorong Terjadinya Penyelenggaraan Angkutan Darat Dengan
Kendaraan Bermotor Pribadi Mobil serta Sanksi Hukum Terhadap Penggunaan Kendaraan Bermotor Pribadi
Mobil Sebagai Angkutan Umum.
BAB KELIMA : PENUTUP
Bab ini adalah merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini. Babkelima ini berisikan kesimpulan dan saran-
saran dari penulis.
15
BAB II PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN UMUM PADA
PENGANGKUTAN DARAT
A. Perjanjian Pengangkutan
Dalam Penyelenggaraan pengangkutan sangat diperlukan adanya suatu Perjanjian, dimana perjanjian merupakansumber terpenting yang melahirkan
perikatan. Perikatan yang berasal dari perjanjian dikehendaki oleh dua orang atau dua pihak yang membuat perjanjian, sedangkan perikatan yang lahir dari undang -
undang dibuat atas dasar kehendak yang berhubungan dengan perbuatan manusia yang terdiri dari dua pihak.
8
Didalam Kegiatan Transportasi, Perjanjian yang digunakan adalah perjanjian timbal balik, Artinya bahwa kedua belah pihak pengangkut dan
penumpang masing masing mempunyai kewajiban sendiri. Dimana kewajiban pihak pengangkutan adalah menyelenggarakan pengangkutan dari suatu tempat
tujuan ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan kewajiban pihak penumpang ialah membayar uang angkutan sebagai kontra prestasi dari
penyelenggara pengangkutan yang dilakukan oleh pengangkut.
9
Secara umum perjanjian telah diatur dalam Buku Ketiga Kitab Undang- undang Hukum perdata KUHPerdata yaitu tentang perikatan. Perjanjian menurut
pasal 1313 KUHPerdata adalah “ Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.
8
Suharnoko, Hukum Perjanjian, Prenada media, Jakarta, 2004, hlm.117.
9
Uli Sinta, Pengangkutan:Suatu tinjauan Hukum multimoda Transport, Angkutan Laut, Angkutan darat, dan angkutan udara oleh Sinta Uli Cet.ke 1Medan Usupress 2006 Hal.62
Sedangkan angkutan adalah suatu keadaan pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat lain dengan suatu tujuan tertentu, baik untuk memperoleh nilai
tambah untuk barangkomersial maupun untuk tujuan nonkomersial.
10
Dalam perjanjian pengangkutan terdapat beberapa unsur yang harus diketahui
11
1. Sifat Perjanjian adalah timbal balik baik diantara pengangkut dengan
penumpang atau pengirim barang , yaitu :
2. Penyelenggaraan pengangkutan didsarkan pada perjanjian
3. Istilah menyelenggarakan pengangkutan berarti pengangkutan tersebut
dapat dilakukan sendiri oleh pengangkut atau dilakukan oleh orang lain atas perintahnya
4. Tempat Tujuan dalam pengangkutan barang, berarti barang dapat
diterima oleh pengirim sendiri atau orang lain 5.
Istilah dengan selamat, mengandung arti apabila pengangkutan tidak berjalan dengan selamat, maka pengangkut harus bertanggung jawab
untuk membayar ganti kerugian kepada pengirim barang atau penumpang.
Jenis perjanjian dapat dikenal dengan adanya perjanjian sepihak dan perjanjian timbal balik. Perjanjian sepihak merupakan perjanjian dimana pihak
yang satu mempunyai kewajiban dan pihak lain mempunyai hak. Sedangkan perjanjian timbal balik merupakan perjanjian yang membebankan hak dan
kewajiban kepada kedua belah pihak. Perjanjian pengangkutan merupakan perjanjian timbal balik, dalam arti pengangkut mengikatkan diri untuk
10
E.Suherman, Aneka masalah hukum kedirgantaraan Bandung, 2002, hal.293.
11
Siti Nurbaiti,Hukum pengangkutan darat : jalan dan kereta api. Jakarta, 2009 hal.14
mengangkut penumpang sampai di tempat tujuan dengan selamat, sedangkan penumpang bersedia akan membayar biaya .
Secara Umum dalam Perjanjian pengangkutan antara pengangkut dengan pengguna jasa, terkandung syarat-syarat umum angkutan yang meliputi hak dan
kewajiban di antara mereka, diantaranya adalah
12
1. Hak pengguna jasa angkutan untuk memperoleh pelayanan sesuai
dengan tingkat pelayanan yang disepakatinya, misalnya Pemegang tiket tertentu akan memperoleh tingkat pelayanan yang sesuai dengan
tiket yang dimilikinnya, begitu juga dengan pengirim barang, jika ingin barang cepat tiba di tempat tujuan, maka ongkos barangnya pun
akan bertambah mahal. Sedangkan kewajibannya adalah membayar biaya angkutan sesuai dengan tingkat pelayanan yang dikehendakinya.
:
2. Kewajiban pengangkut adalah mengangkut penumpang yang telah
memiliki tiket atau pengiriman barang yang telah memiliki dokumen angkutan, sesuai dengan tingkat pelayanan yang disepakati sampai di
tempat tujuan dengan selamat dan berkewajiban membayar ganti kerugian sesuai dengan syarat-syarat umum yang telah disepakati
kepada pengguna jasa serta memberikan pelayanan dalam batas-batas kewajaran sesuai dengan kemampuannya, sedangkan hak pengangkut
adalah berhak atas biaya angkut. Dalam Penyelenggaran pengangkutan TiketKarcis sangatlah penting
dalam perjanjian pengangkutan karna merupakan bukti terjadinya pengangkutan dan pembayaran biaya angkutan. Namun dalam praktek pengangkutan itu sendiri
12
Siti Nurbaiti,Op.Cit hal. 23.
khususnya pengangkutan orang dengan angkutan kota bahwa terjadinya perjanjian pengangkutan biasanya tidak harus dibuktikan dengan adanya Tiketkarcis
penumpang. Menurut Purwosutjipto, Karcis penumpang atau dokumen angkutan bukanlah syarat mutlak adanya perjanjian pengangkutan, tidak adanya karcis
penumpang perjanjian pengangkutan tidak akan batal.
13
1. Berupa kewajiban sebagaimana seharusnya pihak-pihak harus berbuat;
Mengenai kebiasaan yang hidup dalam praktek pengangkutan tersebut dianggap sebagai hukum perdata yang tidak tertulis, yaitu perbuatan yang
memenuhi kriteria sebagai berikut :
2. Tidak bertentangan dengan UU atau kepatutan;
3. Diterima oleh pihak-pihak karena adil dan masuk akallogis
4. Menuju pada akibat hukum yang dikehendaki oleh para pihak.
14
Adapun contoh lain yang berlaku sebagai kebiasaan dalam praktek pengangkutan diantaranya adalah mengenai tempat pemberhentian angkutan.
Dalam pasal 9 ayat 1 UULLAJjo. Pasal 1 butir 11 PP No.41 Tahun 1993 tentang angkutan jalan ditetapkan bahwa terminal merupakan sarana transportasi jalan
untuk memuat dan menurunkan penumpang. Namun jika ada penumpang yang turun atau naik bukan di terminal maka hal itu dianggap naik dan turun di terminal
dan biaya angkutan dibayar penuh.
13
Purwosutjipto.Op.Cit,Hal 10
14
Muhammad AbdulKadir, Hukum Pengangkutan Darat Dan Udara, Cetakan pertama, aditya bakti. 1991 hal.86
B. Jenis-Jenis Angkutan