Peraturan Yang Digunakan Untuk Mengatur Kendaraan Bermotor

43 BAB IV PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN DARAT DENGAN KENDARAAN BERMOTOR PRIBADI MOBIL PLAT HITAM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN

A. Peraturan Yang Digunakan Untuk Mengatur Kendaraan Bermotor

Pribadi Mobil Plat Hitam Sebagai Angkutan Umum Telah kita ketahui bersama di lapangan, bahwa kendaraan bermotor pribadi sangat banyak digunakan sebagai angkutan umum.Hal tersebut sudah dilakukan oleh pemilik kendaraan bermotor pribadi sehari-hari dan lebih parah lagi dijadikan sebagai mata pencaharian. Pemilik kendaraan bermotor pribadi tersebut mengetahui bahwa tindakan itu sebenarnya telah melanggar hukum khususnya terhadap Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang lalu lintas dan Angkutan jalan. Kendaraan bermotor mobil Plat Hitam yang digunakan sebagai angkutan umum sebelumnya harus memenuhi persyaratan Undang-Undang lalu lintas dan jalan umum UULLAJ terlebih dahulu. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat jaminan pelayanan kualitas angkutan umum harus diutamakan. Persyaratan- persyaratan tersebut meliputi izin usaha, trayek, dan operasi angkutan umum, kelaikan jalan mobil yang digunakan sebagai angkutan umum, asuransi kendaraan angkutan umum, serta ketentuan mobil yang harus dipenuhi sebagai angkutan umum menurut UULLAJ. Adapun izin usaha angkutan umum yang menyelenggarakan angkutan orang diatur dalam Pasal 173 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 selanjutnya disebut UULLAJ yang berbunyi antara lain : Pasal 173 UULLAJ 1. Perusahaan angkutan umum yang menyelenggarakan angkutan orang danatau barang wajib memiliki : a. Izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek; b. Izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek; danatau c. Izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat. 2. Kewajiban memiliki izin sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak berlaku untuk: a. Pengangkutan orang sakit dengan menggunakan ambulans; atau b. Pengangkutan jenazah. Syarat wajib perolehan ijin usaha angkutan umum lebih khusus di atur dalam Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 Tentang Angkutan Jalan mengenai persyaratan yang wajib dipenuhi yaitu : a. Memiliki nomor pokok wajib pajak NPWP b. Memiliki akte pendirian perusahaan bagi pemohon yang berbentuk badan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat 2 huruf a dan huruf b, akte pendirian koperasi bagi pemohon sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat 1 huruf c dan tanda jati diri bagi pemohon sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat 1 huruf d; c. Memiliki surat keterangan domisili perusahaan; d. Memiliki surat ijin tempat usaha SITU; e. Pernyataan kesanggupan untuk memiliki atau menguasai kendaraan bermotor; f. Pernyataan kesanggupan untuk menyediakan fasilitas penyimpanan kendaraan bermotor. Untuk izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek diatur dalam pasal - pasal berikut ini : Pasal 174 UULAJ 1. Izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 173 ayat 1 berupa dokumen kontrak danatau kartu elektronik yang terdiri atas surat keputusan, surat pernyataan, dan kartu pengawasan. 2. Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan melalui seleksi atau pelelangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. 3. Izin sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa izin pada 1satu trayek atau pada beberapa trayek dalam satu kawasan. Syarat wajib lainnya untuk memperoleh ijin trayek angkutan umum tertuang dalam pasal 27 perauran pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 yaitu : 1. Untuk memperoleh ijin trayek sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat 2 wajib memenuhi persyaratan : a. Memiliki ijin usaha angkutan; b. Memiliki atau menguasai kendaraan bermotor yang laik jalan; c. Memiliki atau menguasai fasilitas penyimpanan kendaraan bermotor; d. Memiliki atau menguasai fasilitas perawatan kendaraan bermotor. 2. Untuk kepentingan tertentu kepada perusahaan angkutan dapat diberikan ijin untuk menggunakan kendaraan bermotor cadangannya menyimpang dari ijin trayek yang dimiliki. Pasal 175 UULLAJ 1. Izin penyenggaraan angkutan umum berlaku untuk jangka waktu tertentu 2. Perpanjangan izin harus melalui proses seleksi atau pelelangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 174 ayat 2. Pasal 176 UULLAJ Izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam pasal 173 ayat 1 huruf a diberikan oleh : a. Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan untuk penyelenggaraan angkutan orang yang melayani: 1. Trayek lintas batas Negara sesuai dengan perjanjian antar Negara; 2. Trayek antar kabupaten kota yang melampui wilayah 1satu provinsi; 3. Trayek angkutan perkotaan yang melampaui wilayah 1 satu provinsi; dan 4. Trayek perdesaan yang melewati wilayah 1 satu provinsi b. Gubernur untuk penyelenggaraan angkutan orang yang melayani: 1. Trayek antar kota yang melampaui wilayah 1 satu kabupatenkota dalam 1 satu provinsi; 2. Trayek angkutan perkotaan yang melampaui wilayah 1satu kabupatenkota dalam satu provinsi; dan 3. Trayek perdesaan yang melampui wilayah 1 satu kabupaten dalam satu provinsi. c. Gubernur daerah khusus ibukota Jakarta untuk penyelenggaraan angkutan orang yang melayani trayek yang seluruhnya berada dalam wilayah provinsi daerah khusus ibu kota Jakarta. d. Bupati untuk penyelenggaraan angkutan orang yang melayani: 1. Trayek perdesaaan yang berada dalam satu wilayah kabupaten; 2. Trayek perkotaan yang berada dalam satu wilayah kabupaten. e. Walikota untuk penyelenggaraan angkutan orang yang melayani trayek perkotaan yang berada dalam satu wilayah kota. Pasal 177 UULLAJ Pemegang izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek wajib: a. Melaksanakan ketentuan yang ditetapkan dalam izin yang diberikan; dan b. Mengoperasikan kendaraan bermotor umum sesuai dengan standar pelayanan minimal sebagaimana dimaksud dalam pasal 141 ayat 1. Lebih khusus mengenai permohonan ijin trayek angkutan umum diatur dalam pasal 30 peraturan pemerintah nomor 41 tahun 1993 yaitu : 1. Permohonan ijin trayek sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat 2 diajukan kepada menteri. 2. Persetujuan atau penolakan ijin trayek diberikan dalam jangka waktu 14 empat belas hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap. 3. Penolakan permohonan ijin trayek sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 diberikan secara tertulis disertai dengan alasan penolakan. Sedangkan untuk perizinanan penyelenggaraan angkutan orang diatur dalam pasal 179 UULLAJ yang antara lain berbunyi : Pasal 179 UULLAJ 1. Izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam pasal 173 ayat 1 huruf b diberikan oleh : a. Menteri yang bertanggung jawan di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan untuk angkutan orang yang melayani : a.1. angkutan taksi yang wilayah operasinya melampui satu daerah provinsi ; a.2. angkutan dengan tujuan tertentu atau a.3. angkutan pariwisata. b. Gubernur untuk angkutan taksi yang wilayah operasinya melampui lebih dari satu daerah kabupatenkota dalam satu provinsi; c. Gubernur daerah khusus ibu kota Jakarta untuk angkutan taksi dan angkutan kawasan tertentu yang wilayah operasinya berada dalam wilayah provinsi daerah khusus ibukota Jakarta dan d. bupatiwalikota untuk taksi dan angkutan kawasan tertentu yang wilayah operasinya berada dalam wilayah kabupatenkota. 2. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan peraturan menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan. Izin penyelenggaraan angkutan untuk barang diatur dalam pasal 180 UULAJ yang isinya antara lain : Pasal 180 1. Izin penyelenggaraan angkutan barang khusus sebagaimana dimaksud dalam pasal 173 ayat 1 huruf c diberikan oleh menteri yang bertanggung jawab di bidang saraba dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan dengan rekomendasi dari instansi terkait. 2. Izin penyelenggaraan angkutan alat berat sebagaimana dimaksud dalam pasal 173 ayat 1 huruf c diberikan oleh menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan. 3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan pemberian izin penyelenggaraan angkutan barang khusus dan alat berat diatur dengan peraturan menterti yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan. Khusus bagi angkutan umum untuk keperluan wisata termasuk carter dan sewa, juga harus memiliki perizinan. Mobil yang dipergunakan tetap berplat hitam bukan kuning seperti angkutan umum lain akan tetapi menggunakan tanda atau kode khusus pada plat nomornya dan ijinnya diatur sendiri oleh Dinas lalu lintas dan angkutan jalan raya DLLAJR. Hal tersebut diatur dalam pasal 154 UULLAJ Yakni : 1. Angkutan orang untuk keperluan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam pasal 151 huruf c harus digunakan untuk pelayanan angkutan wisata. 2. Penyelenggaraan dimaksud pada ayat 1 harus menggunakan mobil penumpang umum dan mobil bus umum dengan tanda khusus. 3. Angkutan orang untuk keperluan pariwisata tidak diperbolehkan menggunakan kendaraan bermotor umum dalam trayek, kecuali di daerah yang belum tersedia angkutan khusus untuk pariwisata. Mobil yang digunakan sebagai angkutan umum harus memiliki ijin operasi angkutan karena sudah diatur dalam pasal 35 peraturan pemerintah nomor 41 Tahun 1993 yaitu : 1. Untuk melakukan kegiatan pengangkutan dengan kendaraan umum tidak dalam trayek sebagaimana dimaskud dalam pasal 9, wajib memiliki ijin operasi angkutan. 2. Ijin operasi angkutan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diberikan menteri. Perolehan ijin operasional angkutan umum diatur dalam pasal 36 peraturan pemerintah nomor 41 tahun 1993 dengan persyaratan sebagai berikut : a. Memiliki ijin usaha angkutan; b. Memiliki atau menguasai fasilitas penyimpanan kendaraan bermotor; c. Memiliki atau menguasai fasilitas perawatan kendaraan bermotor. Permohonan ijin operasi angkutan umum diatur dalam pasal 38 peraturan pemerintah nomor 41 tahun 1993 yaitu : 1. Permohonan ijin operasi angkutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 35 ayat 1 diajukan kepada menteri. 2. Persetujuan permohonan penolakan ijin operasi dalam jangka waktu 14 empat belas hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap. 3. Penolakan ijin operasi sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 diberikan secara tertulis disertai dengan alasan penolakan. Mobil yang akan dipergunakan sebagai angkutan umum sebelumnya harus memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan serta sesuai dengan peruntukannya sebagai angkutan umum yang memadai. Tujuannya untuk memenuhi keselamatan dan kenyamanan penumpang beserta awak angkutan umum sendiri mengingat keselamatan keduanya harus diutamakan. Hal ini sesuai dengan bunyi dari pasal 48 UULLAJ ayat 1 sampai 3 yang berbunyi : Pasal 148 1. Setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan harus memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan. 2. Persyaratan teknis sebagaimana dimaskud pada ayat 1 terdiri atas : a. Susunan b. Perlengkapan c. Ukuran d. Karoseri e. Rancangan teknis kendaraan sesuai dengan peruntukkannya f. Pemutaran g. Penggunaan h. Penggandengan kendaraan bermotor dan atau i. Penempelan kendaraan bermotor. 3. Persyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditentukan oleh kinerja minimal kendaraan bermotor yang diukur sekurang- kurangnya terdiri atas : a. Emisi gas buang b. Kebisingan suara c. Efisiensi sistem rem utama d. Efisiensi sistem rem parker e. Kincup roda depan f. Suara klakson g. Daya pancar dan arah sinar lampu utama h. Radius putar i. Akurasi alat penunjuk kecepatan j. Kesesuaian kinerja roda dan kondisi ban dan k. Ksesuaian daya mesin penggerak terhadap beray kendaraan. Sedangkan mengenai kenyamanan dan keamanan penumpang dalam mempergunakan fasilitas angkutan dapat ditegaskan pada pasal 34 UULAJ, yang menyatakan bahwa “ pengangkuan orang dengan kendaraan bermotor wajib menggunakan kendaraan bermotor untuk penumpang.” Pasal 137 1. Angkutan orang danatau barang dapat menggunakan kendaraan bermotor kendaraan tidak bermotor. 2. Angkutan orang yang menggunakan kendaraan bermotor berupa sepeda motor, mobil penumpang, atau bus. 3. Angkutan barang dengan kendaraan bermotor wajib menggunakan mobil barang. 4. Mobil barang dilarang digunakan untuk angkutan orang, kecuali: a. Rasio kendaraan bermotor untuk angkutan orang, kondisi geografis, dan prasarana jalan di provinsikabupatenkota belum memadai; b. Untuk pengerahan atau pelatihan tentara nasional Indonesia danatau kepolisian Negara republik Indonesia; atau c. Kepentingan lain berdasarkan pertimbangan kepolisian Negara republic Indonesia danatau pemerintah daerah. 5. Ketentuan lebih lanjut mengenai mobil barang yang digunakan untuk angkutan orang sebagaimana dimaksud pada ayat 4 diatur dengan peraturan pemerintah. Begitu juga asuransi harus dipenuhi sebagai penunjang persyaratan keselamatan, khususnya bagi penumpang umum dan awak angkutan seain persyaratan teknis dan laik jalan bagi kendaraan bermotor khususnya mobil yang akan dijadikan sebagai angkutan umum. Dalam pasal 237 UULLAJ yang mengatur asuransi yaitu : Pasal 237 1. Perusahaan angkutan umum wajib mengatasi program asuransi kecelakaan sebagai wujud tanggung jawabnya atas jaminan asuransi bagi korban kecelakaan. 2. Perusahaan angkutan umum wajib mengasuransikan orang yang dipekerjakan sebagai awak kendaraan. Menurut penjelesan pasal 237 UULLAJ disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “awak kendaraan” adalah pengemudi,pengemudi cadangan, kondektur,dan pembantu pengemudi. Ketentuan-ketentuan mengenai mobil yang harus dipenuhi sebagai angkutan umum adalah mobil tersebut harus sah didaftarkan dan lulus uji dari Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya DLLAJR untuk beroperasi dijalan. Mengenai pengujian kendaraan bermotor diatur dalam pasal 49 UULLAJ yaitu : Pasal 49 1. Kendaraan bermotor, keretea gandengan, dan kereta tempelan yang diimpor, dibuat dan atau dirakit di dalam negeri yang akan dioperasikan di jalan wajib dillakukan pengujian. 2. Pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi : a. Uji tipe dan b. Uji berkala. Menurut UULLAJ uji tipe terdiri atas pengujian fisik untuk pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan yang dilakukan terhadap landasan kendaraan bermotor dan kendaraan bermotor dalam keadaan lengkap.Sedangkan uji berkala meliputi kegiatan pemeriksaan dan pengujian fisik kendaraan bermotor dan pengesahan hasi uji.Uji tipe sebagaimana dimaksud dilaksanakan oleh unit pelaksana uji tipe pemerintah.Sedangkan untuk pengujian fisik berkala pada kendaraan bermotor selain bisa dilakukan oleh unit pelaksana pengujian pemerintah kabupatenkota juga bisa dilakukan oleh unit pelaksana agen tunggal pemegang merek yang mendapat izin dari pemerintah; atau unit pelaksana pengujian swasta yang mendapatkan izin dari pemerintah. Tujuan pengujian kendaraan bernotor yang dilakukan secara berkala adalah untuk menjaga agar kendaraan bermotor selalu memenuhi syarat teknis, tidak membahayakan dan tetap dalam keadaan laik jalan, termasuk persyaratan tambang batas emisi gas buang dan kebisingan harus dipenuhi. 30 1. Setiap kendaran bermotor wajib diregristrasikan. Pendaftaran kendaraan bermotor terutama bagi mobil yang digunakan sebagai angkutan umum juga penting, karena menyangkut pengendalian kendaraan yang beroperasi di jalan. Diatur dalam pasal 64 UULLAJ yaitu : 2. Regristrasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi : a. Registrasi kendaraan bermotor baru b. Registrasi perubahan identitas kendaraan bermotor dan pemilik c. Registrasi perpanjangan kendaraan bermotor danatau d. Registrasi pengesahan kendaraan bermotor. 3. Registrasi kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat 1 bertujuan untuk : a. Tertib administrasi b. Pengendalian dan pengawasan kendaraan bermotor yang dioperasikan di Indonesia c. Mempermudah penyidikan pelanggaran danatau kejahatan d. Perencanaan, operasional manajemen dan rekayasa lalu lintas dan angkutan jalan; dan e. Perencanaan pembangunan nasional. 4. Registrasi kendaraan bermotor dilaksanakan oleh kepolisian Negara republik Indonesia melalui sistem manajemen registrasi kendaraan bermotor. 30 Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, Hal. 65 5. Data registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor merupakan bagian dari sistem informasi dan komunikasi lalu lintas angkutan jalan dan digunakan untuk forensik kepolisian. 6. Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diatur dengan peraturan kepala kepolisian Negara republik Indonesia. Setelah kendaraan tersebut didaftarkan, maka diberikan bukti pendaftaran bermotor BPKB sebagai tanda bukti pendaftaran atas kendaraan tersebut. Selain diberikan BPKB, diberikan pula surat tanda nomor kendaraan bermotor STNK dan tanda nomor kendaraan bermotor bagi kendaraan sesuai dengan ketentuan- ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 31 1. Angkutan orang danatau barang dapat menggunakan kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Mengenai standar mobil yang dipergunakan dalam angkutan umum dimana sesuai dengan peruntukannya mengacu pada Pasal 137 UULLAJ yaitu : 2. Angkutan orang yang menggunakan kendaraan bermotor berupa sepeda motor, mobil penumpang atau bus. 3. Angkutan barang dengan kendaraan bermotor wajib menggunakan mobil barang. 4. Mobil barang dilarang digunakan untuk angkutan orang, kecuali: a. Rasio kendaraan bermotor untuk angkutan orang, kondisi geografis, dan prasarana jalan di provinsikabupatenkota belum memadai. 31 Ibid, Hal 66 b. Untuk pengerahan atau peatihan Tentara Nasional Indonesia danatau Kepolisian Negara Republik Indonesia atau c. Kepentingan lain berdasarkan pertimbangan kepolisian Negara Republik Indonesia danatau Pemerintah Daerah. 5. Ketentuan lebih lanjut mengenai mobil barang yang digunakan untuk angkutan orang sebagaimana dimaksud pada ayat 4 diatur dengan peraturan pemerintah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993, juga ditegaskan mengenai mobil yang dipergunakan sebagai angkutan umum dalam pasal 4 yaitu Pengangkutan orang dengan kendaraan umum dilakukan dengan menggunakan mobil bus atau mobil penumpang.

B. Faktor-Faktor yang Mendorong Terjadinya Penyelenggaraan Angkutan

Dokumen yang terkait

KEBIJAKAN KRIMINAL DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

0 3 2

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS TERHADAP UNDANG-UNDANG NO 22 TAHUN 2009 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP UNDANG-UNDANG NO 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN.

0 3 11

BAB 1 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP UNDANG-UNDANG NO 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN.

0 3 10

PENUTUP TINJAUAN YURIDIS TERHADAP UNDANG-UNDANG NO 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN.

0 2 5

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU-LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Implementasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu-Lintas Dan Angkutan Jalan (Studi Kasus Kecelakaan Lanjar Sriyanto Dalam Putusan Nomor 249/Pid.B/2009/Pn.Kray

0 2 13

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU-LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Implementasi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu-Lintas Dan Angkutan Jalan (Studi Kasus Kecelakaan Lanjar Sriyanto Dalam Putusan Nomor 249/Pid.B/2009/Pn.Kra

0 1 18

undang undang no 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan

0 0 107

BAB II PENYELENGGARAAN JASA ANGKUTAN UMUM PADA PENGANGKUTAN DARAT A. Perjanjian Pengangkutan - Tinjauan Yuridis Keberadaan Kendaraan Bermotor (Mobil) Pribadi Berplat Hitam Sebagai Angkutan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Keberadaan Kendaraan Bermotor (Mobil) Pribadi Berplat Hitam Sebagai Angkutan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan (Studi Pada Ditlantas Poldasu Dan Dishub

0 0 14

Tinjauan Yuridis Keberadaan Kendaraan Bermotor (Mobil) Pribadi Berplat Hitam Sebagai Angkutan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan (Studi Pada Ditlantas Poldasu Dan Dishub Provinsi Sumatera Utara)

0 0 9