Tinjauan Umum tentang Jaminan Fidusia

35 BAB III JAMINAN FIDUSIA DAN EKSEKUSINYA

A. Tinjauan Umum tentang Jaminan Fidusia

1. Pengertian Fidusia dan Jaminan Fidusia Fidusia berasal dari kata fiduciair atau fides, yang artinya kepercayaan, yakni penyerahan hak milik atas benda secara kepercayaan sebagai jaminan agunan bagi pelunasan piutang kreditur. Pemberi fidusia percaya bahwa penerima fidusia mau mengembalikan hak milik barang yang telah diserahkan setelah dilunasi utangnya, sebaliknya penerima fidusia percaya bahwa pemberi fidusia tidak akan menyalahgunakan barang jaminan yang berada dalam kekuasaannya. Penyerahan hak milik atas benda ini dimaksudkan hanya sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yaitu memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia kreditur terhadap kreditur lainnya. 31 Pranata jaminan fidusia sudah dikenal dan diberlakukan dalam masyarakat hukum Romawi. Ada dua bentuk jaminan fidusia, yaitu Fiducia cum creditoire dan fiducia cum amico. 32 Keduanya timbul dari perjanjian yang disebut pactum fiduciae yang kemudian diikuti dengan penyerahan hak atau in iure cessio. Pada bentuk yang pertama atau lengkapnya Fiducia cum creditoirecontracta yang berarti janji kepercayaan yang dibuat dengan kreditur, dikatakan bahwa debitur akan mengalihkan kepemilikan atas suatu benda kepada kreditur sebagai jaminan 31 Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta: 2008, hlm. 151. 32 Gunawan Widjaya dan Ahmad Yani, Op. Cit, hlm. 113. Universitas Sumatera Utara 36 atas utangnya dengan kesepakatan bahwa kreditur akan mengalihkan kembali kepemilikan tersebut kepada debitur apabila utangnya sudah dibayar lunas. 33 Apabila dihubungkan dengan sifat yang ada pada setiap pemegang hak, maka dikatakan bahwa debitur mempercayakan kewenangan atas suatu barang kepada kreditur untuk kepentingan kreditur sendiri sebagai jaminan pemenuhan perikatan oleh kreditur. Fidusia lazim disebut dengan istilah Fiduciare Eigendom Overdract FEO dalam berbagai literatur yaitu penyerahan hak milik berdasarkan atas kepercayaan. Pasal 1 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yang selanjutnya disingkat UUJF dijumpai pengertian sebagai berikut: “Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda.” “Jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap Kreditur lainnya.” Berdasarkan rumusan di atas, dapat diketahui unsur-unsur fidusia itu, yaitu: a. Pengalihan hak kepemilikan suatu benda; b. Dilakukan atas dasar kepercayaan; c. Kebendaannya tetap dalam penguasaan pemilik benda. Dengan demikian diartikan bahwa dalam fidusia telah terjadi penyerahan dan pemindahan dalam kepemilikan atas suatu benda yang dilakukan atas dasar fiduciair dengan syarat bahwa benda yang hak kepemilikannya tersebut 33 Ibid, hlm. 114. Universitas Sumatera Utara 37 diserahkan dan dipindahkan kepada penerima fidusia tetap dalam penguasaan pemilik benda pemberi fidusia. Dalam hal ini yang diserahkan dan dipindahkan itu dari pemiliknya kepada kreditur penerima fidusia adalah hak kepemilikan atas suatu benda yang dijadikan sebagai jaminan, sehingga hak kepemilikan secara yuridis atas benda yang dijaminkan beralih kepada kreditur penerima gadai. Sementara itu hak kepemilikannya secara ekonomis atas benda yang dijaminkan tersebut tetap berada di tangan atau dalam penguasaan pemiliknya. 34 A. Hamzah Senjum Manulang mengartikan fidusia sebagai suatu cara pengoperan hak milik dari pemiliknya debitur berdasarkan adanya perjanjian pokok perjanjian utang piutang kepada kreditur, akan tetapi yang diserahkan hanya haknya saja secara yuridise-levering dan hanya dimiliki oleh debitur, juga bukan lagi sebagai eigenaar maupun bezitter, melainkan hanya sebagai debitur atau hounder dan atas nama kreditur – eigenaar. 35 Berdasarkan definisi jaminan fidusia pada Pasal 1 angka 2 UUJF terkandung unsur – unsur jaminan fidusia sebagai berikut : a. Adanya hak jaminan ; b. Adanya objek, yaitu benda yang bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda bergerak, khususnya bangunan yang tidak dibebani dengan hak tanggungan ini berkaitan dengan pembebanan jaminan rumah susun; c. Benda menjadi objek jaminan tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia; dan d. memberikan kedudukan yang utama kepada kreditur. 34 Ibid, hlm. 152. 35 Salim HS., Op. Cit, hlm.55-57. Universitas Sumatera Utara 38 Definisi yang diberikan UUJF juga dapat dikatakan bahwa dalam jaminan fidusia terjadi pengalihan hak kepemilikan. Pengalihan itu terjadi atas dasar kepercayaan dengan janji benda yang hak kepemilikannya dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda. 36 2. Asas-asas Jaminan Fidusia Salah satu unsur yuridis dalam sistem hukum jaminan adalah asas hukum. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya asas hukum dalam suatu undang-undang. Secara umum ada beberapa asas yang berlaku bagi Hak Jaminan, baik Gadai, Fidusia, Hak Tanggungan, dan Hipotik. Menurut Sutan Remy Sjahdeni, asas-asas tersebut adalah. 37 a. Hak jaminan memberikan kedudukan yang didahulukan bagi kreditur pemegang hak jaminan terhadap para kreditur lainnya b. Hak jaminan merupakan hak accessoir terhadap perjanjian pokok yang dijamin tersebut. Perjanjian pokok yang dijamin tersebut ialah perjanjian utang piutang antara kreditur dan debitur. Artinya apabila perjanjian pokoknya berakhir, maka perjanjian hak jaminan demi hukum berakhir pula. c. Hak jaminan memberikan hak separatis bagi kreditur pemegang hak jaminan itu bukan merupakan harta pailit dalam hal debitur dinyatakan pailit oleh pengadilan. d. Hak jaminan merupakan hak kebendaan. Artinya, hak jaminan itu akan selalu melekat di atas benda tersebut atau selalu mengikuti benda tersebut kepada siapapun juga benda beralih kepemilikannya. Sifat kebendaan dari hak jaminan diatur dalam Pasal 528 Kitab Undang-undang Hukum Perdata e. Kreditur pemegang hak jaminan mempunyai kewenangan penuh untuk melakukan eksekusi atas hak jaminannya. Artinya, kreditur pemegang hak jaminan itu berwenang untuk menjual sendiri, baik berdasarkan penetapan pengadilan maupun berdasarkan kekuasaan yang diberikan undang-undang, benda yang dibebani dengan hak jaminan tersebut untuk melunasi piutangnya kepada debitur. f. Karena hak jaminan merupakan hak kebendaan, maka hak jaminan berlaku bagi pihak ketiga. Oleh karena hak jaminan berlaku asas publisitas. Artinya hak jaminan tersebut harus didaftarkan di kantor pendaftaran hak 36 Gunawan Widjaya, Jaminan Fidusia, Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2003, hlm. 136. 37 Riduan Syahrani, Op.Cit, dikutip dari Sutan Remy Sjahdeni, Hak Jaminan Dan Kepailitan, Makalah yang disampaikan dalam sosialisasi Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999, Jakarta: 9- 10 Mei 2000, hlm. 7. Universitas Sumatera Utara 39 jaminan yang bersangkutan. Asas publisitas tersebut dikecualikan bagi hak jaminan gadai. Asas-asas hukum jaminan fidusia yang terdapat dalam UUJF adalah: a. Asas preferensi, yaitu bahwa kreditur penerima fidusia berkedudukan sebagai kreditur yang diutamakan dari kreditur-kreditur lainnya. Asas ini dapat ditemukan dalam Pasal 1 Angka 2 UUJF. Lebih lanjut UUJF tidak memberikan pengertian tentang apa yang dimaksud dengan kreditur yang diutamakan dari kreditur kreditur lainnya. Namun, di bagian lain yakni Pasal 27 UUJF dijelaskan pengertian tentang hak yang didahulukan terhadap kreditur-kreditur lainnya. Hak yang didahulukan adalah hak penerima fidusia untuk mengambil pelunasan piuatangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi objek fidusia. b. Asas bahwa jaminan fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda tersebut berada. Pengakuan asas ini dalam UUJF menunjukkan bahwa jaminan fidusia merupakan hak kebendaan zakelijkrecht dan bukan hak perorangan persoonlijkrecht. Dengan demikian, hak jaminan fidusia dapat dipertahankan terhadap siapapun juga dan berhak untuk menuntut siapa saja yang mengganggu hak tersebut. Pengakuan asas bahwa hak jaminan fidusia mengikuti bendanya dalam tangan siapapun benda itu berada memberikan kepastian hukum bagi kreditur pemegang jaminan fidusia untuk memperoleh pelunasan utang dari hasil penjualan objek jaminan fidusia apabila debitur pemberi jaminan fidusia wanprestasi. Kepastian hukum atas hak tersebut bukan saja benda jaminan masih berada pada debitur pemberi jaminan Universitas Sumatera Utara 40 fidusia bahkan ketika benda jaminan fidusia itu telah berada pada pihak ketiga. c. Asas bahwa jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan yang lazim disebut asas asesoritas. Asas ini mengandung arti bahwa keberadaan jaminan fidusia ditentukan oleh perjanjian lain yakni perjanjian utama atau perjanjian principal. Perjanjian utama bagi jaminan fidusia adalah perjanjian utang piutang yang melahirkan utang yang dijamin dengan jaminan fidusia. Dalam UUJF Pasal 4, asas tersebut secara tegas dinyatakan bahwa jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok. Pencantuman asas assesoritas adalah untuk menegaskan atau menghilangkan adanya keragu-raguan mengenai karakter jaminan fidusia apakah bersifat assessor atau merupakan perjanjian yang berdiri sendiri zelfstandig. Asas assesoritas membawa konsekuensi hukum terhadap pengalihan hak atas piutang dari kreditur pemegang jaminan fidusia baru. Hal ini berarti terjadi pemindahan hak dan kewajiban dari kreditur pemegang jaminan fidusia lama kepada kreditur pemegang jaminan fidusia baru. Pihak yang menerima peralihan hak jaminan fidusia mendaftarkan perbuatan hukum cessie tersebut ke Kantor Pendaftaran Fidusia. 38 d. Asas bahwa jaminan fidusia dapat diletakkan atas utang yang baru akan ada kontinjen. Pasal 7 UUJF ditentukan bahwa objek jaminan fidusia dapat dibebankan kepada utang yang telah ada dan yang akan ada. Jaminan atas utang yang akan ada mengandung arti bahwa pada saat 38 Pasal 19 Undang-undang Jaminan Fidusia. Universitas Sumatera Utara 41 dibuatnya akta jaminan fidusia, utang tersebut belum ada tetapi sudah diperjanjikan sebelumnya dalam jumlah tertentu. 39 e. Asas bahwa jaminan fidusia dapat dibebankan terhadap benda yang akan ada. Pengaturan asas ini harus dilihat dalam kaitannya dengan sumber hukum jaminan yang diatur dalam Pasal 1131 KUH Perdata. Salah satu prinsip yang terkandung dalam pasal ini adalah bahwa benda yang akan ada milik debitur dapat dijadikan jaminan utang. Pengaturan asas ini adalah untuk mengantisipasi perkembangan dunia bisnis dan sekaligus dapat menjamin kelenturan objek jaminan fidusia yang terpaku pada benda yang sudah ada. Perwujudan asas tersebut merupakan penuangan cita-cita masyarakat dalam bidang hukum jaminan. f. Asas bahwa jaminan fidusia dapat dibebankan terhadap bangunanrumah yang terdapat di atas tanah milik orang lain. Dalam ilmu hukum asas ini disebut dengan asas pemisahan horizontal. 40 g. Asas bahwa jaminan fidusia berisikan uraian secara detail terhadap subjek dan objek jaminan fidusia. Subjek jaminan fidusia yang dimaksud adalah identitas para pihak yakni pemberi dan penerima jaminan fidusia, sedangkan objek jaminan yang dimaksudkan adalah data perjanjian pokok yang dijaminan fidusia, uraian mengenai jaminan fidusia, nilai penjaminan dan nilai benda yang menjadi objek jaminan. Dalam ilmu hukum asas ini disebut asas spesialitas atau pertelaan. 41 39 Tan Kamello, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan yang didambakan, Alumni, Medan: 2004, hlm. 165. 40 Penjelasan Pasal 3 huruf a Undang-Undang Jaminan Fidusia 41 Pasal 6 Undang-Undang Jaminan Fidusia Universitas Sumatera Utara 42 h. Asas bahwa pemberi fidusia harus orang yang memiliki kewenangan hukum atas objek jaminan fidusia. Asas ini sekaligus menegaskan bahwa pemberi jaminan fidusia bukanlah orang yang berwenang berbuat. i. Asas bahwa jaminan fidusia harus didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Fidusia. Dalam ilmu hukum asas ini disebut asas publikasi. 42 Dengan dilakukannya pendaftaran akta jaminan fidusia, berarti perjanjian fidusia lahir dan momentum tersebut menunjukkan perjanjian jaminan fidusia adalah perjanjian kebendaan. Asas publikasi juga melahirkan adanya kepastian hukum dari jaminan fidusia. j. Asas bahwa benda yang dijadikan objek jaminan fidusia tidak dapat dimiliki oleh kreditur penerima jaminan fidusia sekalipun hal itu diperjanjikan. 43 k. Asas bahwa jaminan fidusia memberikan hak prioritas kepada kreditur penerima fidusia yang terlebih dahulu mendaftarkan ke Kantor Pendaftaran Fidusia daripada kreditur yang mendaftarkan kemudian. 44 l. Asas bahwa pemberi jaminan fidusia yang tetap menguasai benda jaminan harus mempunyai itikad baik. Asas itikad baik di sini memiliki arti subjektif sebagai kejujuran bukan arti objektif sebagai kepatutan seperti dalam hukum perjanjian. 45 Dengan asas ini diharapkan bahwa pemberi jaminan fidusia wajib memelihara benda jaminan, tidak mengalihkan, menyewakan, dan menggadaikannya kepada pihak lain. 42 Pasal 12 Undang-Undang Jaminan Fidusia 43 Pasal 1 Ayat 3 dan Pasal 33 Undang-undang Jaminan Fidusia. 44 Pasal 28 Undang-Undang Jaminan Fidusia. 45 Tan Kamello, Op. Cit, hlm.167. Universitas Sumatera Utara 43 m. Asas bahwa jaminan fidusia mudah di eksekusi. 46 Kemudahan pelaksanaan eksekusi dilakukan dengan mencantumkan irah- irah “ Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” pada sertifikat jaminan fidusia dengan titel eksekutorial ini menimbulkan konsekuensi yuridis bahwa jaminan fidusia mempunyai kekuatan yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Dalam hal penjualan benda jaminan fidusia selain melalui titel eksekutorial, dapat juga dilakukan dengan cara melelang secara umum dan di bawah tangan. 47 3. Subjek dan Objek Jaminan Fidusia Asas ketujuh jaminan fidusia dalam pembahasan sebelumnya disebutkan bahwa yang menjadi subjek jaminan fidusia yakni pemberi dan penerima fidusia. Pemberi fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi pemilik benda yang menjadi objek jaminan fidusia, sedangkan penerima fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi yang mempunyai piutang yang pembayarannya dijamin dengan jaminan fidusia. Pemberi fidusia dapat dilakukan oleh debitur sendiri dan dapat juga dilakukan oleh pihak ketiga. Oleh karena pendaftaran jaminan fidusia dilaksanakan di tempat kedudukan pemberi fidusia dan notaris yang membuat akta jaminan fidusia harus notaris Indonesia, maka pemberi fidusia tidak dapat dilakukan oleh warga negara asing atau badan hukum asing kecuali penerima fidusia, karena hanya berkedudukan sebagai kreditur penerima fidusia. 48 Barang yang dapat menjadi objek fidusia pada prinsipnya adalah barang bergerak. Hal ini disebabkan karena latar belakang fidusia sebagai jaminan utang 46 Pasal 15 Undang-Undang Jaminan Fidusia. 47 Pasal 29 Undang-Undang Jaminan Fidusia. 48 Purwahid Patrik dan Kashadi, Hukum Jaminan Edisi Revisi dengan UUHT, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang: 2005, Hlm. 40. Universitas Sumatera Utara 44 berawal dari masalah yang dihadapi oleh jaminan gadai yang prosedurnya wajib menyerahkan barang kepada kreditur untuk dikuasainya. Sebelum berlakunya UUJF, objek jaminan fidusia adalah benda-benda bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada, misalnya: perkakas rumah tangga radio, almari es, mesin jahit kendaraan bermotor sepeda motor, mobil, truk, alat-alat pertanian, alat-alat inventaris perusahaan, timbunan tembakau dalam gudang, barang-barang persediaan dalam perusahaan, barang-barang persediaan pada pengecer, semuanya itu dapat dipakai sebagai jaminan fidusia. 49 Sejalan perkembangan jaman, ternyata bukan hanya barang bergerak saja yang dapat difidusiakan, akan tetapi barang tidak bergerak juga dapat dijaminkan dengan jaminan tersebut walaupun sifatnya terbatas. 50 Setelah berlakunya UUJF , yang dimaksud dengan benda yang dapat dibebani jaminan fidusia yaitu segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dialihkan, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar, yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang tidak dapat dibebani Hak Tanggungan atau Hipotik. 51 Mengenai barang bergerak yang dapat menjadi objek fidusia adalah sama dengan objek gadai. Seperti telah diketahui bahwa barang bergerak meliputi barang bergerak yang bertubuh dan barang bergerak yang tidak bertubuh. Barang bergerak yang bertubuh adalah barang yang dapat dilihat secara kasat mata dan dapat dipegang atau diraba. Barang bergerak tidak bertubuh meskipun barangnya 49 Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Beberapa Masalah Pelaksanaan Lembaga Jaminan Khususnya Fidusia di Dalam Praktek dan Pelaksanaannya di Indonesia, Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada Bulaksmur, Yogyakarta: 1977, hlm. 31. 50 Gatot Supramono, Op. Cit, hlm.235. 51 Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Jaminan Fidusia. Universitas Sumatera Utara 45 tidak kelihatan, tetapi dapat dirasakan manfaatnya antara lain seperti hak tagih, hak cipta, hak merk dan sebagainya. 52 Objek fidusia berupa barang tidak bergerak, ruang lingkupnya terbatas pada barang berupa bangunan yang tidak dapat dibebani dengan hak tanggungan. Bangunan dikatakan sebagai barang tidak bergerak karena pada umumnya bangunan sengaja dibuat untuk menyatu dengan tanah dan tidak mungkin dapat dipindah-pindahkan dari tempatnya. Mengenai objek tanggungan dalam UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah, telah ditentukan bahwa objek hak tanggungan adalah tanah yang berstatus hak milik, hak guna usaha, serta hak guna bangunan dan bangunan yang ada diatasnya merupakan suatu kesatuan dengan tanahnya. 53 Pasal 2 UUJF diberikan batas ruang lingkup berlakunya fidusia yaitu berlaku terhadap setiap perjanjian yang bertujuan untuk membebani benda dengan jaminan fidusia. Dipertegas dalam Pasal 3 UUJF dinyatakan bahwa Undang- undang jaminan fidusia ini tidak berlaku terhadap: a. Hak tanggungan yang berkaitan dengan tanah dan bangunan, sepanjang peraturan perundangan yang berlaku menentukan jaminan atas benda- benda tersebut wajib didaftarkan. Bangunan di atas milik orang lain yang tidak dapat dibebani hak tanggungan berdasarkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 dapat dijadikan objek jaminan fidusia. b. Gadai. Pihak pemberi fidusia sebagai pemilik benda adalah pemilik benda yang dibebani jaminan fidusia sehingga berwenang mengalihkan hak kepemilikan benda tersebut, akan tetapi apabila benda yang menjadi objek 52 Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Jaminan Fidusia. 53 Gatot Supramono, Op. Cit, hlm. 236. Universitas Sumatera Utara 46 jaminan fidusia itu benda bergerak yang tidak terdaftar menurut undang- undang seperti barang perhiasan sangat sulit bagi penerima fidusia untuk menyelidiki apakah pemberi fidusia benar-benar sebagai pemilik atas benda itu, karena Pasal 1977 Kitab Undang-undang Hukum Perdata ditentukan barangsiapa yang menguasai suatu kebendaan, ia dianggap sebagai pemilik. 54 4. Proses terjadinya Jaminan Fidusia Perjanjian jaminan fidusia berdasarkan UUJF dilaksanakan melalui 2 dua tahap, yaitu tahap pembebanan dan tahap pendaftaran jaminan fidusia. Tahap pembebanan kebendaan dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta Notaris dalam bahasa Indonesia yang merupakan akta jaminan fidusia Pasal 5 ayat 1 UUJF. Dalam akta jaminan fidusia tersebut selain dicantumkan hari dan tanggal, juga dicantumkan mengenai waktu pembuatan akta tersebut. Pasal 6 UUJF disebutkan bahwa akta jaminan fidusia sekurang-kurangnya memuat: a. Identitas pihak pemberi dan penerima fidusia. Identitas tersebut meliputi nama lengkap, agama tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan dan pekerjaan. b. Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia yaitu mengenai macam perjanjian dan utang yang dijamin dengan fidusia c. Uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia cukup dilakukan dengan mengidentifikasi benda tersebut, dan dijelaskan 54 Riduan syahrani, Op. Cit, hlm. 151. Universitas Sumatera Utara 47 mengenai surat bukti kepemilikannya. Dalam hal benda yang menjadi objek fidusia merupakan benda persediaan inventory yang selalu berubah-ubah dan atau tidak tetap, seperti stok bahan baku, barang jadi, atau portofolio perusahaan efek, maka dalam akta jaminan fidusia dicantumkan uraian mengenai jenis, merk, kualitas dari benda tersebut. d. Nilai penjaminan; dan e. Nilai benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Sejalan dengan ketentuan yang mengatur mengenai hipotek dan Undang- undang Hak Tanggungan, maka akta jaminan fidusia juga harus dibuat oleh dan atau di hadapan pejabat yang berwenang. Pasal 1870 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata disebutkan bahwa akta notaris merupakan akta otentik yang mempunyai kekuatan pembuktian sempurna tentang apa yang dimuat di dalamnya di antara para pihak beserta para ahli warisnya atau para pengganti haknya. Itu sebabnya mengapa undang-undang jaminan fidusia menetapkan perjanjian fidusia harus dibuat dengan akta notaris. Mengingat objek jaminan fidusia pada umumnya adalah benda bergerak yang tidak terdaftar, sudah sewajarnya bentuk akta otentiklah yang dianggap paling dapat menjamin kepastian hukum berkenaan dengan objek jaminan fidusia. Ketentuan Pasal 9 UUJF ditetapkan bahwa jaminan fidusia dapat diberikan terhadap satu atau lebih satuan atau jenis benda, termasuk piutang, baik yang telah ada pada saat jaminan diberikan maupun yang diperoleh kemudian. Berdasarkan hukum, benda ini dibebani dengan jaminan fidusia. Benda dimaksud menjadi milik pemberi fidusia. Universitas Sumatera Utara 48 Pembebanan jaminan fidusia tersebut tidak perlu dilakukan dengan perjanjian jaminan tersendiri. Hal ini karena atas benda tersebut sudah dilakukan pengalihan hak kepemilikan”sekarang untuk nantinya” nu voor alsdan. Ketentuan yang menetapkan bahwa benda yang diperoleh kemudian hari dapat dibebani dengan jaminan fidusia ini penting dipandang dari segi komersil. Hal ini menunjukkan undang-undang ini menjamin fleksibilitas yang berkenaan dengan hal ikhwal benda yang dapat dapat dibebani jaminan fidusia bagi pelunasan utang. Khusus mengenai hasil atau ikutan dari kebendaan yang menjadi objek jaminan fidusia, Pasal 10 UUJF dinyatakan bahwa kecuali diperjanjikan lain: 55 a. Jaminan fidusia meliputi hasil dari benda yang menjadi objek jaminan fidusia, yaitu segala sesuatu yang diperoleh dari benda yang dibebani jaminan fidusia. b. Jaminan fidusia meliputi klaim asuransi, dalam hal benda yang menjadi objek fidusia diasuransikan. Dengan demikian apabila benda tersebut diasuransikan, maka klaim asuransi tersebut merupakan hak penerima fidusia. Bahkan menurut Pasal 25 ayat 2 UUJF menetapkan bahwa musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia tidak menghapuskan klaim asuransi tersebut. Klaim asuransi tersebut akan menjadi pengganti objek jaminan fidusia tersebut. Tahap pendaftaran jaminan fidusia terdapat dalam Pasal 11 UUJF yang mewajibkan benda yang dibebani dengan jaminan fidusia harus didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia yang terletak di Indonesia. Kewajiban bahkan tetap berlaku meskipun kebendaan yang dibebani dengan jaminan fidusia berada di luar wilayah Indonesia. Pendaftaran benda yang dibebani dengan jaminan fidusia dilaksanakan di tempat kedudukan pemberi fidusia, dan pendaftarannya mencakup benda, baik yang berada di dalam maupun berada di luar wilayah negara Republik Indonesia 55 Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Op. Cit, hlm. 135-138. Universitas Sumatera Utara 49 untuk memenuhi asas publisitas, sekaligus merupakan jaminan kepastian terhadap kreditur lainnya mengenai benda yang telah dibebani jaminan fidusia. Segala keterangan mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia yang ada pada Kantor Pendaftaran Fidusia terbuka untuk umum. 56 Permohonan pendaftaran jaminan fidusia dilakukan oleh penerima fidusia, kuasa atau wakilnya dengan melampirkan pernyataan pendaftaran jaminan fidusia, yang memuat: 57 a. Identitas pihak pemberi fidusia dan penerima fidusia; b. Tanggal, nomor akta jaminan fidusia, nama dan tempat kedudukan notaris yang membuat akta jaminan fidusia; c. Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia; d. Uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia ; e. Nilai penjaminan fidusia; dan f. Nilai benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Selanjutnya Kantor Pendaftaran Fidusia mencatat jaminan fidusia dalam buku daftar fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan pernohonan pendaftaran. Ketentuan ini dimaksudkan agar Kantor Pendaftaran Fidusia tidak melakukan penilaian terhadap kebenaran yang dicantumkan dalam pernyataan pendaftaran jaminan fidusia, akan tetapi hanya melakukan pengecekan data yang dimuat dalam pernyataan pedaftaran fidusia. Tanggal pencatatan jaminan fidusia dalam buku daftar fidusia ini dianggap saat lahirnya jaminan fidusia. Dengan demikian, pendaftaran jaminan fidusia dalam buku daftar fidusia merupakan perbuatan konstitutif yang melahirkan jaminan fidusia. Penjelasan lebih lanjut dapat kita lihat dalam ketentuan Pasal 28 UUJF yang menyatakan atas benda yang sama menjadi objek jaminan fidusia lebih dari 1 satu perjanjian 56 Pasal 18 Undang-Undang Jaminan Fidusia. 57 Pasal 13 ayat 2 Undang-Undang Jaminan Fidusia. Universitas Sumatera Utara 50 jaminan fidusia, maka kreditur yang terlebih dahulu mendaftarkannya adalah penerima fidusia. Hal ini penting diperhatikan oleh kreditur yang menjadi pihak dalam perjanjian jaminan fidusia, karena hanya penerima fidusia, kuasa atau wakilnya yang boleh melakukan pendaftaran jaminan fidusia. Sebagai bukti bagi kreditur bahwa ia merupakan pemegang jaminan fidusia adalah sertifikat jaminan fidusia yang diterbitkan Kantor Pendaftaran Fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran jaminan fidusia. Penyerahan sertifikat ini kepada penerima fidusia juga dilakukan pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran. Sertifikat Jaminan Fidusia ini sebenarnya merupakan salinan dari Buku Daftar Fidusia yang memuat mengenai hal-hal yang sama dengan data dan keterangan yang ada pada saat pernyataan pendaftaran. 5. Hapusnya Jaminan Fidusia Sesuai dengan Pasal 4 UUJF, jaminan fidusia ini merupakan perjanjian assesoir dari perjanjian dasar yang menerbitkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi. Sebagai suatu perjanjian assesoir, jaminan fidusia ini, demi hukum hapus apabila utang pada perjanjian pokok, yang menjadi sumber lahirnya perjanjian penjaminan fidusia atau utang yang dijamin dengan jaminan fidusia hapus. Di samping itu Pasal 25 UUJF menyatakan secara tegas bahwa jaminan fidusia hapus karena hapusnya hutang yang dijamin dengan fidusia, pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia, atau musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Universitas Sumatera Utara 51 Alasan tersebut akan dibahas satu per satu sebagaimana di bawah ini: a. Hapusnya hutang yang dijamin dengan fidusia. Dasar membuat jaminan fidusia adalah perjanjian utang piutang sebagai perjanjian pokoknya. Kedudukan jaminan fidusia merupakan perjanjian accesoir, yaitu perjanjian yang selalu mengikuti perjanjian pokoknya. Apabila utang debitur sudah dibayar lunas maka berakibat perjanjian pokoknya berakhir. Berakhirnya perjanjian pokok tersebut secara otomatis akan mengakhiri jaminan fidusia yang mengikutinya karena jaminan fidusia tersebut bukan merupakan perjanjian yang berdiri sendiri. b. Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia. Hapusnya jaminan fidusia salah satunya adalah kreditur melepaskan haknya selaku penerima fidusia karena suatu alasan. Pelepasan hak tersebut sangat tergantung kepada penerima fidusia karena dipengaruhi alasan yang sifatnya subjektif, misalnya seorang debitur menjaminkan mobilnya dengan jaminan fidusia. Suatu saat debitur membeli mobil baru dengan tujuan hendak mengganti mobil lama tersebut. Karena utangnya belum lunas maka debitur tidak dapat menjual mobil lama yang difidusiakan. Untuk itu debitur harus menjaminkan mobil barunya dengan tujuan untuk mengganti jaminan fidusia yang lama. Dengan adanya penggantian jaminan fidusia tersebut kreditur melepaskan haknya terhadap fidusia mobil yang lama. Dengan melepas haknya sebagai penerima fidusia, berarti kreditur sudah tidak menghendaki lagi utang debitur dijamin dengan fidusia. Dengan hilangnya atas hak jaminan fidusia, berakibat menjadi berakhir jaminan Universitas Sumatera Utara 52 tersebut. Pelepasan hak harus dibuat dengan surat pernyataan oleh kreditur karena akan diberitahukan kepada pihak yang berkepentingan, antara lain kantor pendaftaran fidusia. c. Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Musnahnya suatu barang dapat terjadi karena bermacam-macam alasan seperti kebakaran, banjir, pencurian, kecelakaan dan sebagainya. Musnahnya barang jaminan berakibat jaminan fidusia menjadi hapus karena pihak kreditur tidak mungkin dapat mengeksekusi barang jaminan untuk pelunasan utang debitur. Maka apapun alasan musnahnya barang tetap mengakibatkan hapusnya jaminan fidusia. Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia tidak menghapuskan klaim asuransi. Jadi jika benda yang dijadikan objek jaminan fidusia musnah dan benda tersebut diasuransikan maka klaim asuransi menjadi pengganti objek jaminan fidusia tersebut. Hapusnya jaminan fidusia perlu diikuti dengan roya atau pencoretan terhadap catatan fidusia dalam buku daftar fidusia yang ada di kantor pendaftaran fidusia supaya sinkron keadaannya. Hal ini untuk menghindari jangan sampai secara yuridis fidusia sudah hapus, tetapi secara administratif fidusia masih ada karena masih tercatat dalam buku daftar fidusia. 58 Apabila terdapat petugas yang mengetahui sendiri hapusnya fidusia atau mengetahui dari pihak lain yang berasal dari pihak kantor pendaftaran fidusia, tidak serta merta kantor pendaftaran tersebut akan melakukan pencoretan fidusia. 58 Gatot Supramono, Op.Cit, hlm. 250. Universitas Sumatera Utara 53 Pencoretan fidusia baru akan dilakukan kantor pendaftaran apabila ada permohonan dari pihak yang berkepentingan. 59 Sehubungan dengan hapusnya jaminan fidusia, maka penerima fidusia harus memberitahukan kepada Kantor Pendaftaran Fidusia mengenai hapusnya jaminan fidusia tersebut. Pada saat pemberitahuan tersebut harus dilampirkan pula pernyataan mengenai hapusnya utang. Pelepasan hak atau musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia tersebut. Adanya ketentuan seperti ini akan berguna untuk memberi kepastian kepada Kantor Pendaftaran Fidusia untuk mencoret pencatatan jaminan fidusia dari buku daftar fidusia dan menerbitkan surat keterangan yang menyatakan sertifikat jaminan fidusia yang bersangkutan tidak berlaku lagi.

B. Tinjauan Umum tentang Eksekusi Jaminan Fidusia