53
Pencoretan fidusia baru akan dilakukan kantor pendaftaran apabila ada permohonan dari pihak yang berkepentingan.
59
Sehubungan dengan hapusnya jaminan fidusia, maka penerima fidusia harus memberitahukan kepada Kantor Pendaftaran Fidusia mengenai hapusnya
jaminan fidusia tersebut. Pada saat pemberitahuan tersebut harus dilampirkan pula pernyataan mengenai hapusnya utang. Pelepasan hak atau musnahnya benda yang
menjadi objek jaminan fidusia tersebut. Adanya ketentuan seperti ini akan berguna untuk memberi kepastian kepada Kantor Pendaftaran Fidusia untuk
mencoret pencatatan jaminan fidusia dari buku daftar fidusia dan menerbitkan surat keterangan yang menyatakan sertifikat jaminan fidusia yang bersangkutan
tidak berlaku lagi.
B. Tinjauan Umum tentang Eksekusi Jaminan Fidusia
1. Pengertian Eksekusi Sehubungan dengan penjaminan, apa yang harus dilakukan oleh penerima
fidusia apabila pemberi fidusia melalaikan kewajibannya atau cidera janji yang berupa lalainya pemberi fidusia memenuhi kewajibannya pada saat pelunasan
utangnya sudah matang untuk ditagih, maka dalam peristiwa seperti itu, penerima fidusia bisa melaksanakan eksekusinya atas benda jaminan fidusia.
60
Eksekusi dalam bahasa Belanda disebut Executie atau Uitvoering, dalam kamus hukum diartikan sebagai Pelaksanaan Putusan Pengadilan. Pasal 29 UUJF
disebutkan bahwa eksekusi adalah pelaksanaan titel eksekutorial oleh penerima
59
Ibid
60
J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-hak Kebendaan, Citra Aditya Bakti, Bandung: 1991, hlm. 319.
Universitas Sumatera Utara
54
fidusia, berarti eksekusi langsung dapat dilaksanakan tanpa melalui pengadilan dan bersifat final serta mengikat para pihak untuk melaksanakan putusan tersebut.
Secara umum eksekusi merupakan pelaksanaan atau keputusan pengadilan atau akta, maka pengambilan pelunasan kewajiban kreditor melalui hasil
penjualan benda-benda tertentu milik debitur. Tujuan dari pada eksekusi adalah pengambilan pelunasan kewajiban debitur melalui hasil penjualan benda-benda
tertentu milik debitur atau pihak ketiga pemberi jaminan.
61
Menurut R. Subekti, eksekusi adalah upaya dari pihak yang dimenangkan dalam putusan guna mendapatkan yang menjadi haknya dengan bantuan kekuatan
hukum, memaksa pihak yang dikalahkan untuk melaksanakan putusan
62
, lebih lanjut dikemukakannya bahwa pengertian eksekusi atau pelaksanaan putusan,
mengadung arti, bahwa pihak yang dikalahkan tidak mau melaksanakan putusan tersebut secara sukarela, sehingga putusan itu harus dipaksakan padanya dengan
bantuan kekuatan hukum. Dengan kekuatan hukum ini dimaksudkan kepada polisi, bahkan jika perlu kepada polisi militer Angkatan bersenjata.
63
Hal yang sama dikemukakan oleh Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata yang menyatakan bahwa, eksekusi adalah tindakan paksaan oleh
Pengadilan terhadap pihak yang kalah dan tidak mau melaksanakan putusan dengan sukarela.
64
Sejalan dengan pendapat tersebut, M. Yahya Harahap menyatakan, eksekusi merupakan suatu tindakan hukum yang dilakukan oleh
pengadilan kepada pihak yang kalah pada suatu perkara yang diajukan di hadapan Pengadilan. Dapat dikatakan eksekusi tiada lain adalah suatu tindakan yang
61
Ibid, hlm. 320.
62
Subekti, Hukum Acara Perdata, Bina Cipta, Bandung: 1989, hlm.128.
63
Ibid, hlm. 130.
64
Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek, Mandar Maju, Bandung : 1997, hlm. 10.
Universitas Sumatera Utara
55
berkesinambungan dari keseluruhan proses hukum acara perdata.
65
Istilah lain yang sering dipergunakan selain kata eksekusi yakni “pelaksanaan putusan”.
Ketentuan mengenai eksekusi ini dapat ditemukan pada peraturan perundang-undangan HIR dan RBg yang merupakan peraturan tata tertib beracara
dibidang hukum perdata, yakni pada ketentuan Bab kesepuluh bagian V HIR dan title keempat RBg yang dinyatakan pengertian eksekusi sama dengan pengertian
menjalankan putusan pengadilan tidak lain dari melaksanakan isi putusan pengadilan yakni melaksanakan secara paksa putusan pengadilan dengan bantuan
kekuatan umum bila pihak yang kalah Pihak tereksekusipihak tergugat tidak mau menjalankan secara sukarela.
66
Berdasarkan pengertian eksekusi menurut para sarjana tersebut di atas tampak bahwa pengertian eksekusi terbatas pada eksekusi oleh Pengadilan
putusan hakim, padahal yang juga dapat dieksekusi menurut hukum acara perdata yang berlaku HIR dan RBg yang juga dapat dieksekusi adalah salinan
grosse Akta yang memuat irah- irah “ Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan
Yang maha Esa” yang berisi kewajiban untuk membayar sejumlah uang. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian eksekusi dalam perkara perdata adalah upaya
kreditur untuk merealisasikan haknya secara paksa jika debitur tidak secara sukarela memenuhi kewajibannya yang tidak hanya putusan hakim, tetapi
pelaksanaan Grosse Akta serta pelaksanaan putusan dari institusi yang berwenang atau bahkan Kreditur secara langsung.
65
M. Yahya Harahap, Ruang lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, edisi kedua
, Sinar Grafika, Jakarta: 2005
, hlm. 1.
66
Ibid, hlm. 5.
Universitas Sumatera Utara
56
2. Asas-asas Eksekusi a. Menjalankan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap
Pada asasnya putusan yang dapat dieksekusi adalah putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap, karena dalam putusan yang telah
berkekuatan hukum yang tetap telah terkandung wujud hubungan hukum yang tetap dan pasti antara pihak yang berperkara. Hal ini disebabkan hubungan hukum
antara pihak yang berperkara sudah tetap dan pasti yaitu, hubungan hukum itu mesti ditaati dan mesti dipenuhi oleh pihak yang dihukum Pihak tergugat baik
secara sukarela maupun secara paksa dengan bantuan kekuatan umum.
67
Jadi, selama putusan belum mempunyai kekuatan hukum yang tetap, upaya dan tindakan eksekusi belum berfungsi. Eksekusi baru berfungsi sebagai
tindakan hukum yang sah dan memaksa terhitung sejak tanggal putusan memperoleh kekuatan hukum yang tetap dan pihak tergugat yang kalah, tidak
mau mentaati dan memenuhi putusan secara sukarela. Pengecualian terhadap asas ini dimana eksekusi tetap dapat dilaksanakan
walaupun putusan tersebut belum mempunyai kekuatan hukum yang tetap berdasarkan undang-undang adalah :
68
1 Pelaksanaan Putusan lebih dahulu Menurut Pasal 180, ayat 1 HIR, eksekusi dapat dijalankan pengadilan
terhadap putusan pengadilan sekalipun putusan yang bersangkutan belum memperoleh kekuatan hukum yang tetap. Pasal ini memberi hak kepada
penggugat untuk mengajukan permintaan agar putusan dapat dijalankan eksekusinya lebih dahulu, sekalipun terhadap putusan itu pihak tergugat
mengajukan banding atau kasasi. Permintaan gugatan yang demikian, hakim dapat menjatuhkan putusan yang memuat amar putusan dapat
dilaksanakan lebih dahulu, yang l
azim disebut “putusan dapat dieksekusi serta merta”.
67
M. Yahya Harahap, Op. Cit, hlm. 7.
68
Ibid, hlm. 9-11.
Universitas Sumatera Utara
57
2 Pelaksanaan putusan provisi Pengecualian yang kedua berlaku terhadap pelaksanaan putusan “provisi”.
Pelaksanaan terhadap putusan provisi merupakan pengecualian eksekusi terhadap putusan yang telah memperoleh hukum tetap.
Pasal 180 ayat 1 HIR juga mengenal putusan provisi yaitu tuntutan lebih dahulu yang bersifat sementara mendahului putusan pokok perkara.
Apabila hakim mengabulkan gugatan atau tuntutan provisi, maka putusan provisi tersebut dapat dilaksanakan dieksekusi sekalipun perkara
pokoknya belum diputus mendahului. Berdasarkan pengecualian yang terkandung dalam putusan provisi,
eksekusi sudah dapat berfungsi mendahului putusan pokok perkara. Bukan hanya putusan pokok perkara belum memperoleh kekuatan hukum tetap,
bahkan putusan pokok perkaranya belum terwujud namun putusan provisinya sudah dapat dieksekusi.
3 Akta Perdamaian. Bentuk pengecualian lain ialah akta perdamaian yang diatur dalam Pasal
130 HIR atau Pasal 154 RBg. Menurut ketentuan pasal dimaksud, selama persidangan berlangsung, kedua belah pihak yang berperkara dapat
berdamai, baik atas anjuran hakim maupun atas inisiatif dan kehendak kedua belah pihak. Apabila terjadi perdamaian dalam persidangan maka
hakim membuat akta perdamaian, diktum atau amarnya, menghukum kedua belah pihak untuk memenuhi isi akta perdamaian. Sifat akta
perdamaian yang dibuat persidangan mempunyai kekuatan eksekusi seperti putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Dapat dilihat berdasarkan Pasal 130 HIR atau Pasal 154 RBg, terhadap akta perdamaian yang dibuat di persidangan oleh hakim dapat dijalankan
eksekusi tak ubahnya seperti putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Maka sejak tanggal lahirnya akta perdamaian telah
melekat pulalah kekuatan eksekutorial pada dirinya walaupun itu tidak merupakan putusan pengadilan yang memutus sengketa.
4 Eksekusi terhadap Grosse Akta Sesuai Pasal 224 HIR eksekusi yang dijalankan ialah memenuhi isi
perjanjian yang dibuat oleh para pihak. Pasal ini memperbolehkan eksekusi terhadap perjanjian, asal perjanjian itu berbentuk grosse akta.
Jadi perjanjian dengan bentuk grosse akta telah dilekati oleh kekuatan eksekutorial.
5 Eksekusi atas Hak Tanggungan dan Jaminan Fidusia Pengecualian lain adalah eksekusi atas Hak Tanggungan berdasarkan UU
Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan dan eksekusi atas jaminan fidusia berdasarkan Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang
Jaminan Fidusia. Terhadap kedua produk ini, pihak kreditur dapat langsung meminta eksekusi atas objek barang hak tanggungan dan jaminan
fidusia apabila debitur melakukan wanprestasi membayar angsuran utang pokok atau bunga pinjaman. Bahkan dimungkinkan kreditur melakukan
eksekusi penjualan lelang melalui Kantor Lelang tanpa campur tangan pen
gadilan apabila diperjanjikan klausul “kuasa menjual sesuatu”.
Universitas Sumatera Utara
58
b. Putusan tidak dijalankan secara sukarela Dua cara menjalankan isi putusan, yaitu:
1 Secara sukarela Pihak yang kalah tergugat memenuhi sendiri dengan sempurna isi
putusan pengadilan. Tergugat tanpa paksaan dari pihak manapun, menjalankan pemenuhan hubungan hukum yang dijatuhkan kepadanya.
Oleh karena pihak tergugat dengan sukarela memenuhi isi putusan kepada penggugat, berarti isi putusan telah selesai dilaksanakan maka tidak
diperlukan lagi tindakan paksa kepadanya eksekusi. Untuk menjamin pelaksanaan isi putusan secara sukarela, hendaknya
pengadilan membuat berita acara pemenuhan putusan secara sukarela dengan disaksikan dua orang saksi yang dilaksanakan di tempat putusan
tersebut dipenuhi dan ditandatangani oleh jurusita pengadilan, dua orang saksi dan para pihak sendiri penggugat dan tergugat. Maksudnya agar
kelak ada pembuktian yang dapat dijadikan pegangan oleh hakim. Keuntungan menjalankan amar putusan secara sukarela adalah terhindar
dari pembebanan biaya eksekusi dan kerugian moral.
69
2 Menjalankan putusan dengan jalan eksekusi Eksekusi terjadi bila pihak yang kalah tidak mau menjalankan amar
putusan secara sukarela, sehingga diperlukan tindakan paksa yang disebut eksekusi agar pihak yang kalah dalam hal ini tergugat mau menjalankan isi
putusan pengadilan.
69
Ibid. hlm. 14.
Universitas Sumatera Utara
59
Pengadilan dapat mengutus jurusita pengadilan untuk melakukan eksekusi bahkan bila diperlukan dapat dimintakan bantuan kekuatan umum.
Kerugian yang harus ditanggung oleh tergugat adalah harus membayar biaya eksekusi yang untuk saat ini relatif mahal, di samping itu dia juga
harus menanggung beban moral yang tidak sedikit. c. Putusan mengandung amar condemnatoir
Maksud putusan yang bersifat condemnatoir adalah putusan yang amar atau diktumnya mengandung unsur “Penghukuman”, sedang putusan yang amar
atau diktumnya tidak mengandung unsur penghukuman tidak dapat dieksekusi Non-exekutable.
Menurut sifatnya amar atau diktum putusan dapat dibedakan dalam tiga macam, yaitu :
70
1 Putusan Condemnatoir, yaitu yang amar putusannya berbunyi
“Menghukum dan seterusnya”, 2
Putusan Declaratoir, yaitu yang amar putusannya menyatakan suatu keadaan sebagai sesuatu keadaan yang sah menurut hukum, dan
3 Putusan yang Konstitutif, yaitu yang amarnya menciptakan suatu keadaan
baru.
Putusan yang bersifat kondemnatoir biasanya terwujud dalam perkara yang berbentuk kontentiosa Contentiosa dengan ciri-ciri:
71
1 Berupa sengketa atau perkara yang bersifat partai, 2 Ada pihak penggugat yang bertindak mengajukan gugatan terhadap pihak
tergugat, dan 3 Proses pemeriksaannya berlangsung secara Contradictoir, yakni pihak
penggugat dan tergugat mempunyai hak untuk sanggah menyanggah. 4 Eksekusi atas perintah dan di bawah pimpinan Ketua Pengadilan Pasal
195 ayat 1 HIR. Asas ini diatur dalam pasal 195 ayat1 HIR yaitu apabila ada putusan
yang dalam tingkat pertama diperiksa dan diputus oleh satu Pengadilan Negeri,
70
R. Subekti, Hukum Acara Perdata, cet. 3, Binacipta, Bandung: 1989, hlm. 127.
71
M. Yahya H. Op.Cit, hlm.14.
Universitas Sumatera Utara
60
maka eksekusi atas putusan tersebut berada di bawah perintah dan pimpinan Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan. Eksekusi secara nyata dilakukan
oleh panitera atau jurusita berdasarkan perintah Ketua Pengadilan Negeri yang dituangkan dalam bentuk surat penetapan. Tanpa surat penetapan, syarat formal
eksekusi belum mamadai. Perintah eksekusi menurut Pasal 197 ayat 1 HIR harus dengan surat penetapan, tidak diperkenankan secara lisan dan ini merupakan
syarat imperatif. Bentuk ini sangat sesuai dengan tujuan penegakan dan kepastian hukum serta pertanggungjawabannya. Karena dengan adanya surat penetapan
maka akan tampak jelas dan terinci batas-batas eksekusi yang akan dijalankan oleh jurusita dan panitera, di samping hakim akan mudah melakukan pengawasan
terhadap eksekusi tersebut.
72
3. Eksekusi menurut HIRRbg Hukum Acara Perdata yang berlaku khusus untuk daerah Jawa dan Madura
diatur dalam Herziene Inlandsch Reglement HIR, sedangkan Hukum Acara Perdata yang berlaku untuk daerah luar Jawa dan Madura diatur dalam
Rechtsreglement voor de Buitengewesten RBg. Di dalam HIR diatur tentang eksekusi Putusan Pengadilan pada bagian kelima Pasal 195 sampai dengan Pasal
224 HIR sedangkan dalam RBG diatur pada bagian keempat Pasal 206 sampai dengan Pasal 225.
a. Eksekusi yang diatur dalam Pasal 195 HIR dan seterusnya dimana seseorang dihukum untuk membayar sejumlah uang.
Apabila seseorang enggan untuk dengan sukarela memenuhi bunyi putusan dimana ia dihukum untuk membayar sejumlah uang, maka apabila sebelum
72
Ibid, hlm. 18.
Universitas Sumatera Utara
61
putusan dijatuhkan telah dilakukan sita jaminan, maka sita jaminan itu setelah dinyatakan sah dan berharga menjadi sita eksekutorial. Kemudian
eksekusi dilakukan dengan cara melelang barang milik orang yang dikalahkan, sehingga mencukupi jumlah yang harus dibayar menurut putusan
hakim dan ditambah semua biaya sehubungan dengan pelaksanaan putusan tersebut.
Apabila sebelumnya belum dilakukan sita jaminan, maka eksekusi dilanjutkan dengan menyita sekian banyak barang-barang bergerak jika tidak cukup juga
barang-barang tidak bergerak milik pihak yang dikalahkan sehingga cukup untuk membayar jumlah uang yang harus dibayar menurut putusan beserta
biaya-biaya pelaksanaan putusan tersebut. Penyitaan yang dilakukan ini disebut sita eksekutorial.
b. Eksekusi yang diatur dalam Pasal 225 HIR, dimana seseorang dihukum untuk melaksanakan suatu perbuatan.
Pasal 225 HIR mengatur tentang beberapa hal mengadili perkara yang istimewa. Apabila seseorang dihukum untuk melakukan suatu pekerjaan
tertentu tetapi ia tidak mau melakukannya maka hakim tidak dapat memaksa terhukum untuk melakukan pekerjaan tersebut, akan tetapi hakim dapat
menilai perbuatan tergugat dalam jumlah uang, lalu tergugat dihukum untuk membayar sejumlah uang untuk mengganti pekerjaan yang harus
dilakukannya berdasarkan putusan hakim terdahulu. Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan yang berwenang menilai besarnya penggantian ini.
Dengan demikian maka dapatlah dianggap bahwa putusan hakim yang semula tidak berlaku lagi, atau dengan lain perkataan putusan yang semula ditarik
Universitas Sumatera Utara
62
kembali, dan Ketua Pengadilan Negeri mengganti putusan tersebut dengan putusan lain. Perubahan putusan ini dilakukan oleh Ketua Pengadilan Negeri
yang memimpin eksekusi tersebut, jadi tidak di dalam sidang terbuka.
4. Eksekusi Jaminan Fidusia menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Salah satu wujud dari pemberian kepastian hukum hak-hak kreditur adalah
dengan mengadakan lembaga pendaftaran fidusia dan tujuan pendaftaran itu tidak lain adalah untuk menjamin kepentingan dari pihak yang menerima fidusia.
73
Sebagaimana yang diatur dalam UUJF, di dalam sertifikat jaminan fidusia mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Berdasarkan titel eksekutorial tersebut kreditur dapat langsung mengeksekusi melalui pelelangan umum atas objek
jaminan fidusia tanpa melalui pengadilan, di samping itu Undang-Undang Fidusia juga memberikan kemudahan ekekusi kepada penerima fidusia kreditur melalui
lembaga parate executie.
74
Apabila peraturan Undang-Undang Fidusia dibaca dengan seksama maka untuk eksekusi jaminan fidusia tampaknya undang-undang cenderung lebih
mengedepankan pelaksanaannya dengan parate executie atau eksekusi yang dilakukan oleh pihak yang terlibat dalam fidusia. Hal ini terlihat dalam Pasal 29
UUJF yang mengatur lebih menonjol kewenangan pemegang fidusia untuk menjual objek fidusia daripada mengenai eksekusi melalui pengadilan. Padahal
semua tujuannya sama yaitu untuk kepentingan pelunasan utang debitur.
73
J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, Citra Aditya Bakti, Bandung: 2002, hlm.143.
74
Ibid
Universitas Sumatera Utara
63
Model-model eksekusi jaminan fidusia menurut Undang-undang No. 42 Tahun 1999 adalah sebagai berikut:
a. Secara fiat eksekusi eksekusi memakai titel eksekutorial, yakni lewat suatu penetapan pengadilan.
Ada beberapa akta yang mempunyai titel eksekutorial, yakni yang disebut dengan istilah “grosse akta”, yaitu sebagai berikut:
1 Akta hipotik berdasarkan Pasal 224 2 Akta Pengakuan Hutang berdasarkan Pasal 224 HIR
3 Akta Hak Tanggungan berdasarkan Undang-undang Hak Tanggungan No. 4 Tahun 1996
4 Akta Fidusia berdasarkan Undang-undang Fidusia No. 42 Tahun 1999
Menurut kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata HIR, setiap akta yang mempunyai titel eksekutorial dapat dilakukan fiat eksekusi. Pasal
224 HIR tersebut menyatakan bahwa Grosse dari akta hipotik dan surat utang yang dibuat di hadapan notaris di Indonesia dan yang kepalanya
berbunyi “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” berkekuatan sama dengan kekuatan suatu keputusan hakim. Jika tidak
dengan jalan damai, maka surat yang demikian dieksekusi dengan perintah dan di bawah pimpinan Ketua Pengadilan Negeri, yang dalam daerah
hukumnya tempat diam atau tempat tinggal debitur itu atau tempat kedudukan yang dipilihnya, yaitu menurut cara yang dinyatakan dalam
pasal-pasal sebelumnya dari Pasal 224 ini, tetapi dengan pengertian bahwa paksaan badan hanya boleh dilakukan jika sudah diizinkan dengan
Universitas Sumatera Utara
64
keputusan hakim. Jika putusan hakim itu harus dilaksanakan seluruhnya atau sebagian di luar daerah hukum Pengadilan Negeri
b. Secara parate eksekusi, yakni dengan menjual tanpa perlu penetapan pengadilan di depan pelelangan umum.
Penjualan yang dilakukan dengan cara lelang, pemegang fidusia mengajukan permohonan lelang kepada kantor lelang setempat dengan
cara menunjukkan sertifikat fidusia karena pemegang fidusia yang berhak menentukan nilai limit barang yang akan dilelang. Hasil pelelangan akan
diserahkan kepada pemegang fidusia dari kantor lelang setelah dipotong biaya lelang dan biaya-biaya lain yang diistimewakan.
c. Dijual di bawah tangan oleh pihak kreditur sendiri Eksekusi fidusia dengan penjualan barang jaminan secara di bawah tangan
wajib didasarkan atas kesepakatan pihak pemberi dan pemegang fidusia dengan tujuan dapat memperoleh harga tertinggi yang menguntungkan
semua pihak. Undang-undang tidak menentukan apakah kesepakatan tersebut secara tertulis atau tidak. Untuk kepentingan administrasi dan
pembuktian, memang sebaiknya perjanjian dibuat secara tertulis sehingga ada bukti tentang dasar pelaksanaan eksekusi di bawah tangan. Hal yang
penting adalah dalam perjanjian tersebut setidaknya tercantum semacam “harga limit” objek tanggungan sehingga dapat dijadikan pegangan
sebagai harga yang menguntungkan pihak pemberi maupun pemegang fidusia.
Caranya lebih lanjut adalah kesepakatan tersebut diberitahukan pemegang atau pemberi fidusia kepada pihak-pihak berkepentingan. Pihak-pihak
Universitas Sumatera Utara
65
berkepentingan yang dimaksud antara lain adalah pemegang fidusia lainnya dan kantor pendaftaran fidusia agar mereka mengetahuinya. Selain
pemberitahuan tersebut, kesepakatan juga wajib diumumkan dalam dua surat kabar yang ada di daerah bersangkutan. Pelaksanaan penjualan objek
fidusia di bawah tangan dilakukan setelah 1 satu bulan dilakukan pemberitahuan dan pengumuman lewat surat kabar tersebut.
Eksekusi jaminan fidusia tersebut di atas masing-masing memiliki perbedaan dalam prosedur pelaksanaannya. Untuk eksekusi yang menggunakan
titel eksekutorial berdasarkan sertifikat jaminan fidusia pelaksanaan penjualan benda jaminan tunduk dan patuh pada Hukum Acara Perdata sebagaimana yang
ditentukan dalam Pasal 224 H.I.R258 RBG, yang prosedur pelaksanaanya memerlukan waktu yang lama.
75
Berbeda dengan penjualan di bawah tangan pelaksanaanya harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain adanya
kesepakatan antara pemberi fidusia debitur dan penerima fidusia kreditur. Alasannya untuk memperoleh nilai penjualan yang lebih baik untuk memperoleh
harga tertinggi. Selanjutnya untuk pelaksanaan parate eksekusi merupakan cara termudah
dan sederhana bagi kreditur untuk memperoleh kembali piutangnya, manakala debitur cidera janji dibandingkan dengan eksekusi yang melalui bantuan atau
campur tangan Pengadilan Negeri.
75
Munir Fuady, Op. Cit, hlm. 58.
Universitas Sumatera Utara
66
BAB IV PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA
STUDI PT. PEGADAIAN PERSERO KANWIL 1 MEDAN
A. Keabsahan Eksekusi di Bawah Tangan yang dilakukan PT. Pegadaian Persero Kanwil I Medan dalam hal terjadinya Kredit Macet
Dalam konsepsi hukum pidana, eksekusi objek di bawah tangan masuk dalam tindak pidana Pasal 368 KUHPidana jika kreditur melakukan pemaksaan
dan ancaman perampasan. Pasal ini menyebutkan: 1. Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang
lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya
atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena
pemerasan dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan.
2. Ketentuan Pasal 365 ayat kedua, ketiga, dan keempat berlaku bagi kejahatan ini.
Pasal tersebut di atas dapat diartikan bahwa apabila kreditur melakukan pemaksaan dan mengambil barang secara sepihak dalam hal melakukan eksekusi,
padahal diketahui dalam barang tersebut sebagian atau seluruhnya milik orang lain, maka dapat dijatuhi hukum pidana. Begitu pula jika diketahui bahwa
sebagian dari barang tersebut adalah milik kreditur yang mau mengeksekusi tetapi tidak didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia. Bahkan pengenaan pasal-pasal
lain dapat terjadi mengingat bahwa dimana-mana eksekusi bukan merupakan hal yang mudah, sehingga dibutuhkan jaminan hukum dan dukungan aparat hukum
secara legal. Inilah urgensi perlindungan hukum yang seimbang antara kreditur dan debitur.
Apabila debitur mengalihkan benda objek fidusia yang dilakukan di bawah tangan kepada pihak lain tidak dapat dijerat dengan UUJF, karena tidak sah atau
Universitas Sumatera Utara
67
legalnya perjanjian kredit dengan jaminan fidusia yang dibuat. Sehingga dimungkinkan debitur yang mengalihkan barang objek jaminan fidusia tersebut
dilaporkan atas tuduhan penggelapan oleh pihak kreditur. Pada prinsipnya berdasarkan ketentuan dalam Pasal 11 UUJF terhadap
benda jaminan fidusia yang tidak didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia, seharusnya eksekusi benda jaminan fidusia tidak dapat dilaksanakan, karena
ketentuan-ketentuan tentang cara eksekusi jaminan fidusia sebagaimana diatur dalam Pasal 29 dan 31 UUJF bersifat mengikat dwinged recht yang tidak dapat
dikesampingkan atas kemauan para pihak. Apabila terdapat penyimpangan dari ketentuan-ketentuan tersebut maka akan mengakibatkan perjanjian tersebut batal
demi hukum. Lain halnya dengan yang dilakukan PT. Pegadaian persero Kanwil I
Medan. Pada pegadaian tersebut, tidak semua benda jaminan fidusia didaftarkan di kantor fidusia. Walaupun pihak pegadaian tidak mendaftarkan ke Kantor
Pendaftaran Fidusia, dalam pelaksanaan pemberian kredit dengan konstruksi fidusia pihak pegadaian telah menggunakan perjanjian yang mana untuk melunasi
kredit, nasabah telah memberi kuasa kepada pegadaian untuk menjual objek jaminan kredit yaitu dengan adanya Perjanjian Hutang-piutang Dengan Kuasa
Menjual PHDKM sesuai yang diperjanjikan dengan pihak pegadaian. Maka tindakan pegadaian bisa dibenarkan.
76
Hal tersebut sesuai dengan Surat Edaran Nomor 51 UL.4.00.22 42008 Tentang Prosedur Pengikatan Jaminan Fidusia Pada Kredit Kreasi yang mana
76
Wawancara dengan Bapak Rendhi Prabowo. Legal Officer Cabang PT Pegadaian persero Kanwil I Medan Yang dilakukan pada tanggal 24 Maret 2014.
Universitas Sumatera Utara
68
memuat mengenai pembagian tingkatan pinjaman untuk didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Fidusia, yakni sebagai berikut:
1. Uang pinjaman sampai dengan Rp 10.000.000,- sepuluh juta rupiah Pengikatan jaminan fidusia hanya dibuat dengan membuat dokumen
Perjanjian Hutang Piutang Dengan Kuasa Menjual PHDKM, tidak dibuat dengan akta jaminan fidusia dan tidak didaftarkan di kantor Fidusia, namun
dibuat surat kuasa untuk membuat Akta Jaminan Fidusia di atas materai Rp 6.000,- dari nasabah. Surat kuasa tersebut digunakan apabila Kredit tersebut
macet. Dalam hal ini jaminan Fidusia tidak dilakukan pendaftaran di awal pengikatan jaminan, pendaftaran dilakukan apabila adanya indikasi kredit
macet. Jadi dengan adanya surat Kuasa, apabila kredit macet dapat dibuatkan Akta Jaminan Fidusia dan didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Fidusia.
2. Uang pinjaman Rp 10.000.000,- sepuluh juta rupiah sampai dengan Rp 25.000.000,- dua puluh juta rupiah
Pengikatan jaminan fidusia dilakukan dengan membuat dokumen Perjanjian Hutang Piutang Dengan Kuasa Menjual PHDKM, Akta Jaminan Fidusia
AJF yang dibuat Notaris tetapi tidak didaftarkan ke kantor Pendaftaran Fidusia. Namun pendaftaran ke kantor Fidusia tetap akan dilakukan apabila
terdapat indikasi kredit macet untuk memudahkan melakukan eksekusi. 3. Uang pinjaman diatas Rp 25.000.000,- dua puluh lima juta rupiah
Pengikatan jaminan fidusia dilakukan dengan membuat dokumen Perjanjian Hutang Piutang Dengan Kuasa Menjual PHDKM, Akta Jaminan Fidusia
AJF yang dibuat Notaris, serta Sertifikat Jaminan Fidusia yang dikeluarkan Kantor Pendaftran Fidusia.
Universitas Sumatera Utara
69
Pembagian tersebut diatas dibuat adalah semata-mata untuk menghindari kerugian bagi nasabah yang apabila terjadi kredit macet, maka biaya eksekusi
akan lebih mahal dibandingkan biaya yang dibutuhkan untuk melunasi utangnya. Telah diketahui sebelumnya pegadaian adalah lembaga pembiayaan yang
mengutamakan kredit pada masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah. Jadi untuk menghindari pengeluaran yang besar, pihak pegadaian memilih untuk
tidak mendaftarkan ke Kantor Pendaftaran Fidusia apabila jumlah kredit yang dipinjamkan tidak cukup besar.
Sementara untuk eksekusi terhadap objek yang dijaminkan fidusia secara di bawah tangan yang dilakukan PT. Pegadaian persero Kanwil I Medan
terhadap objek jaminan yang didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Fidusia juga dapat dibenarkan karena pemrosesan kredit untuk jumlah tertentu sebagaimana
diatur dalam Surat EdaranNomor 51 UL.4.00.22 42008 Tentang Prosedur Pengikatan Jaminan Fidusia Pada Kredit Kreasi telah diikat secara hukum fidusia
sehingga pegadaian punya hak untuk menarikmenyita barang jaminan dan melakukan ekeskusi tanpa melalui keputusan pengadilan. Selain itu nasabah juga
telah sepakat apabila sampai cidera janji sebagaimana telah diatur dalam perjanjian, maka untuk melunasi kredit, nasabah telah memberi kuasa kepada
pegadaian untuk menjual barang jaminan kredit sesuai dengan yang diperjanjikan dan memberi kuasa kepada pegadaian untuk melakukan penjualan tersebut. Jadi
upaya penarikan barang jaminan untuk eksekusi ini mempunyai dasar hukum yang kuat.
Mengingat bahwa jaminan fidusia adalah lembaga jaminan dan bahwa pengalihan hak kepemilikan dengan caraconstitutum possessorium dimaksudkan
Universitas Sumatera Utara
70
untuk semata-mata memberi agunan dengan hak yang didahulukan kepada penerima fidusia, maka setiap janji yang memberi kewenangan kepada penerima
fidusia untuk memiliki objek jaminan fidusia adalah batal demi hukum. Ketentuan tersebut dibuat untuk melindungi pemberi fidusia dan teristimewa dalam hal nilai
objek jaminan fidusia melebihi besarnya utang yang dijaminkan. Ketentuan serupa dapat kita jumpai pula dalam Pasal 1154 KUHPerdata tentang lembaga
gadai. Pasal 12 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan dan Pasal 1178 ayat
1 KUH Perdata sehubungan dengan hipotik.
B. Pelaksanaan eksekusi Objek Jaminan Fidusia oleh Pihak PT. Pegadaian Persero Kanwil I Medan dalam hal terjadinya Kredit Macet
Sesuai dengan pembahasan bab sebelumnya, kredit macet terjadi karena debitur tidak melaksanakan prestasinya sebagaimana terdapat dalam perjanjian
kredit, maka sebelum melakukan eksekusi barang jaminan, debitur harus terlebih dahulu dinyatakan wanprestasi, yang dilakukan melalui putusan pengadilan.
Pasal 7
Perjanjian Kredit
Pegadaian Kreasi
tentang cidera
janjiwanprestasi menyatakan bahwa, “Pihak kedua dinyatakan cidera janji atau terbukti lalai, yaitu apabila pihak kedua melakukan salah satu tindakan sebagai
berikut: 1. Tidak melaksanakan pembayaran angsuran menunggak selama 3 tiga kali
berturut-turut atau berselang. 2. Sampai dengan tanggal jatuh tempo tidak melaksanakan pembayaran
pelunasan. 3. Melakukan pelanggaran ketentuan-ketentuan pemeliharaan barang jaminan.
Universitas Sumatera Utara
71
4. Tidak memenuhi kewajiban-kewajibannya atau melanggar ketentuan didalam perjanjian kredit, satu dan lain hal semata-mata menurut penetapan atau
pertimbangan pihak pertama. Sebelum melakukan eksekusi, Pegadaian mempunyai upaya-upaya yang
dilakukan bila terjadi keterlambatan dalam pembayaran angsuran. Keterlambatan tersebut dapat diketahui berdasarkan tabel Rekapitulasi Kolektifitas Kredit Kreasi
yakni yang termasuk kategori DPK Dalam Perhatian Khusus. Upaya-upaya itu antara lain:
77
1. Upaya persuasif Setiap kali timbul angsuran yang tidak lancar pihak pegadaian akan
melakukan upaya-upaya pengendalian. Setiap kali menghadapi persoalan kredit bermasalah pihak pegadaian akan mencari sumber permasalahannya,
misalnya: karena usahanya sedang lesu, sengaja tidak mau bayar, benar- benar tidak mampu bayar, nasabahnya meninggal dunia, barang jaminan rusak
berathilang. Bila ketidaklancaran angsuran merupakan akibat dari rusak atau hilangnya barang jaminan, maka nasabah diminta mengganti dengan barang
jaminan baru dan tetap diingatkan untuk menyelesaikan kreditnya sampai lunas. Apabila ketidaklancaran kredit karena nasabah sedang sakit atau bahkan
meninggal dunia, maka keadaan tersebut tidak menggugurkan kewajiban yang bersangkutan untuk tetap mengangsur hutang-hutangnya. Suamiistri atau ahli
warisnya tetap diminta untuk menyelesaikan hutangnya atau kalau tidak mampu menjalankan kredit, akan diminta menyerahkan agunan kredit untuk
dijual oleh pegadaian. Bagi nasabah yang tidak mau mengangsur atau tidak
77
Surat Edaran . No : 11US.2.002005 Tentang Pedoman Operasional Kredit Angsuran Sistem Fidusia.
Universitas Sumatera Utara
72
mampu mengangsur, akan diproses penyelesaian kredit melalui mekanisme penjualan jaminaneksekusi barang jaminan.
2. Upaya Somasi peringatan Sebelum dilaksanakan penyitaan, terhadap nasabah yang sudah menunggak
angsuran 3 tiga bulan berturut-turut atau menunggak sampai dengan jatuh tempo, Manajer Cabang harus memberikan surat peringatan terlebih dahulu
kepada nasabah sebanyak 3 tiga kali, yaitu : a. Surat peringatan I, 7 tujuh hari setelah tanggal jatuh tempo angsuran
terakhir atau setelah 3 tiga kali berturut-turut nasabah tidak melakukan angsuran.
b. Surat Peringatan II, 7 tujuh hari setelah surat peringatan I. c. Surat Peringatan III, 7 tujuh hari setelah surat peringatan II.
3. Upaya penarikan barang jaminan Tujuan dilakukannya penarikan barang jaminan adalah untuk menarik kembali
kredit yang telah disalurkan kepada nasabah berikut sewa modal dan dendanya yang menjadi hak perusahaan. Penarikan barang jaminan tetap harus
dilakukan meskipun klaim asuransi telah diterima, karena masih ada hak pegadaian sebesar 20 yang masih harus diterima. Setelah dikirimi Surat
Peringatan III dan sudah memenuhi syarat untuk diajukan klaim asuransi, maka bersamaan dengan pengajuan klaim asuransi, akan dilakukan proses
penyitaansitaeksekusi terhadap barang jaminan dan penjualan sesuai dengan Pasal 29 UUJF untuk pinjaman yang didaftarkan ke Kantor Fidusia. Kredit
dalam jumlah tertentu yang tidak didaftarkan ke Kantor Fidusia, penyitaan dilakukan karena nasabah telah memberi kuasa kepada pegadaian untuk
Universitas Sumatera Utara
73
menjual agunan bila nasabah tidak menepati janji membayar kewajibannya sesuai yang tertera dalam perjanjian utang piutang. Pengambilan barang
jaminan dilakukan oleh cabang penyelenggara kredit KREASI, dilakukan 7 tujuh hari setelah dikirimi Surat Peringatan III, atau 28 dua puluh delapan
hari setelah tanggal jatuh tempo angsuran ke-3 yang macetangsuran terakhir. Selambat-lambatnya dalam jangka waktu 30 tiga puluh hari setelah Surat
Peringatan III dikirimkan kepada nasabah, barang jaminan sudah harus berada dalam perusahaan cabang penyelenggara kredit KREASI. Proses penyitaan
dilakukan sebagai berikut :
78
a.
Manajer Cabang dan pengelola layanan Pegadaian akan mendatangi langsung ke alamat nasabah;
b.
Apabila barang jaminan masih ada, meskipun nasabah, misalnya telah meninggal dunia, maka akan dilakukan pengambilan paksa barang
jaminan secara persuasif dengan mengingatkan bahwa sesuai perjanjian kredit yang telah disepakati, maka nasabahahli waris nasabah wajib
menyerahkan agunan untuk dijual oleh pihak pegadaian guna membayar hutang berikut, denda dan biaya-biaya lainnya;
c.
Dalam proses eksekusi tersebut akan dijelaskan bahwa pemrosesan kredit untuk jumlah tertentu sebagaimana diatur dalam Surat Edaran tersebut
telah diikat secara hukum fidusia sehingga pegadaian punya hak untuk menarikmenyita barang jaminan dan melakukan ekeskusi tanpa melalui
keputusan pengadilan. Kredit di bawah jumlah tertentu sebagaimana diatur dalam Surat Edaran tersebut, nasabah juga telah sepakat apabila sampai
78
Surat Edaran . No : 11US.2.002005 Tentang Pedoman Operasional Kredit Angsuran Sistem Fidusia.
Universitas Sumatera Utara
74
cidera janji sebagaimana telah diatur dalam perjanjian, maka untuk melunasi kredit, nasabah telah memberi kuasa kepada pegadaian untuk
menjual agunan kredit sesuai dengan yang diperjanjikan dan memberi kuasa kepada pegadaian untuk melakukan penjualan tersebut. Jadi upaya
penarikan agunan ini mempunyai dasar hukum yang kuat.
d.
Apabila nasabah mengadakan perlawananmenolak memberikan agunan, pihak pegadaian akan mengingatkan bahwa perjanjian yang telah dibuat
bersama merupakan ”undang-undang” tertinggi bagi para pihak yang membuatnya. Pegadaian hanya akan mengambil sisa pokok pinjaman yang
belum kembali, sewa modal dengan tarif pelunasan sekaligus, denda dan biaya penarikan barang jaminan;
e.
Apabila nasabah menggunakan bantuan lembaga hukum atau melapor kepihak kepolisian, maka pihak pegadaian akan sedapat mungkin
memberikan argumentasi yang kuat bahwa penarikan barang jaminan sudah sesuai dengan isi perjanjian yang dibuat kedua belah pihak.
Kemudian dijelaskan bahwa pegadaian menjalankan usaha dengan peraturan pemerintah No. 51 tahun 2011 tentang Perubahan Bentuk Badan
Hukum Perusahaan Umum Perum menjadi Perusahaan Perseroan Persero dan peraturan lainnya yang sah;
f.
Apabila dengan penjelasan tersebut penarikan barang jaminan masih gagal, maka kepada aparat cabang dibenarkan meminta bantuan aparat penegak
hukum atas biaya perusahaan yang akan diperhitungkan dari hasil penjualan barang jaminan yang berhasil disita.
Universitas Sumatera Utara
75
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di PT. Pegadaian Persero Kanwil I Medan, proses pelaksanaan penyitaan atau sita atau eksekusi terhadap
barang jaminan dan penjualan dilakukan sesuai dengan Pasal 29 UUJF untuk pinjaman yang didaftarkan ke Kantor Fidusia. Penyitaan dilakukan menurut cara
pihak pegadaian sendiri terhadap kredit dalam jumlah tertentu yang tidak didaftarkan di Kantor Fidusia, karena nasabah telah memberi kuasa kepada
pegadaian untuk menjual agunan bila nasabah tidak menepati janji membayar kewajibannya sesuai yang tertera dalam perjanjian kredit yang menjadi perjanjian
pokoknya. Menurut mereka nilai jaminan yang biasanya tidak didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Fidusia adalah di bawah Rp25.000.000,00 sepuluh juta
rupiah. Dengan pertimbangan nilainya kecil dan angsurannya tidak lama.
79
Itu berarti di pegadaian tersebut apabila debitur atau pemberi fidusia wanprestasi,
maka akan diberlakukan Pasal 29 ayat 1 huruf c UUJF dengan pengecualian pelaksanaan penjualan tanpa pengumuman melalui surat kabar.
Setelah dilakukan upaya-upaya tersebut di atas, barulah dilaksanakan eksekusi terhadap objek jaminan fidusia tersebut. Mengingat di pegadaian tidak
semua perjanjian kredit dengan jaminan fidusia tidak didaftarkan ke kantor fidusia, maka eksekusinya pun berbeda pula. Praktek pelaksanaan eksekusi benda jaminan
fidusia yang dilakukan PT. Pegadaian Persero Kanwil I Medan adalah sebagai berikut :
1. Eksekusi terhadap objek jaminan fidusia yang tidak didaftarkan Proses yang melatarbelakangi benda jaminan yang demikian adalah perjanjian
di bawah tangan terhadap perjanjian jaminan fidusia yang tidak ditindaklanjuti
79
Wawancara dengan Bapak Rendhi Prabowo.Legal Officer Cabang PT Pegadaian persero Kanwil I Medan Yang dilakukan pada tanggal 24 Maret 2014.
Universitas Sumatera Utara
76
dengan pendaftaran benda jaminan fidusia atau pembuatan perjanjian jaminan fidusia dengan akta notaris tetapi tidak ditindaklanjuti dengan pendaftaran di
Kantor Pendaftaran Fidusia. Tidak dilakukannya pendaftaran ke Kantor Pendaftaran Fidusia dengan
pertimbangan bahwa nilai pinjaman yang diberikan tidak besar sehingga akan menghabiskan biaya administrasi bila dilakukan pendaftaran, selain itu jangka
waktu yang akan dilewati juga tidak lama. Terhadap benda dengan jaminan fidusia demikian maka eksekusinya dilakukan sendiri oleh pegadaian, baik
dengan cara melakukan pendekatan secara pribadi agar pemberi fidusia melunasi hutangnya atau angsuran hutang tersebut ditindaklanjuti dengan
mengambil objek jaminan fidusia atas persetujuan pemberi fidusia karena pemberi fidusia sudah tidak mampu lagi melanjutkan membayar angsurannya.
Terhadap tindakan yang demikian pegadaian mendasarkan pada perjanjian yang salah satu dokumennya adalah surat kuasa pengambil benda jaminan
fidusia yang telah diberikan pemberi fidusia kepada pegadaian. Pasal 9 perjanjian kredit dengan jaminan fidusia oleh pegadaian juga menyebutkan
bahwa pihak pegadaian sebagai pihak pertama berhak untuk mengambil alih atau menarik barang jaminan untuk selanjutnya menjual barang jaminan
bilamana pihak kedua atau debitur dinyatakan cidera janji. Tindakan demikian sah-sah saja dilakukan oleh pegadaian, namun apabila ada
keberatan dari pemilik benda jaminan, dan menurut polisi memungkinkan untuk ditindaklanjuti sebagai suatu kasus perampasan, maka pegadaian dapat
diancam dengan pidana atas tindakan tersebut. Apabila dapat dibuktikan bahwa surat kuasa dan perjanjian kredit sebagai pokok dari perjanjian jaminan
Universitas Sumatera Utara
77
fidusia adalah benar ditandatangani yang bersangkutan serta memenuhi syarat- syarat sahnya suatu perjanjian maka hukum selain berpedoman pada fakta
tidak didaftarkannya perjanjian fidusia oleh pegadaian sehingga jaminan fidusianya tidak diakui secara hukum, tetapi hakim menunculkan fakta baru
bahwa benar telah terjadi tindakan peminjaman sejumlah uang dengan jaminan benda bergerak.
Apabila benda jaminan fidusia tidak didaftarkan di KantorPendaftaran Fidusia maka kedudukan kreditur sebagai kreditur konkuren, dimana kreditur tidak
mempunyai hak yang didahulukan preferen terhadap kreditur lain, dimana pelunasan piutangnya seimbang dengan piutang kreditur lain, atau menurut
asas umum yaitu adanya kesamaan hak para kreditur atas harta kekayaan debiturnya. Hak preferensi adalah hak dari kreditur pemegang jaminan
tertentu untuk terlebih dahulu diberikan haknya dibandingkan dengan kreditur lainnya atas pelunasan hutangnya yang diambil dari hasil penjualan
barang jaminan hutang tersebut.
80
Dalam hubungan dengan hak preferensi dari penerima jaminan fidusia, maka Pasal 27 ayat 2 UUJF menjelaskan
bahwa :”hak preferensi adalah hak penerima fidusia untuk mengambil pelunasan piutang-piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi objek
jaminan f idusia”.
Selain itu juga kewajiban pendaftaran jaminan fidusia ke Kantor Pendaftaran Fidusia merupakan salah satu perwujudan dari asas publisitas yang sangat
penting karena semakin terpublikasi jaminan hutang, akan semakin baik sehingga krediturkhalayak ramai dapat mengetahuinya atau punya akses
80
Munir Fuady, Op. Cit, hlm.19.
Universitas Sumatera Utara
78
untuk mengetahui informasi-informasi penting di sekitar jaminan hutang tersebut.
Tujuan dari diwajibkannya benda yang dibebani dengan jaminan fidusia untuk didaftarkan menurut Pasal 11 UUJF adalah melahirkan jaminan fidusia bagi
penerima fidusia, memberi kepastian kepada kreditur lain mengenai benda yang telah dibebani jaminan fidusia dan memberikan hak yang didahulukan
terhadap kreditur dan untuk memenuhi asas publisitas karena kantor pendaftaran fidusia terbuka untuk umum.
Namun dalam beberapa kasus kejadian-kejadian seperti ini tidak diselesaikan di pengadilan, artinya para pihak menempuh penyelesaian hukum secara
kekeluargaan.
81
Dengan pertimbangan penyelesaian hukum lewat pengadilan akan memakan waktu, tenaga dan biaya yang tidak sedikit. Selain itu yang
terpenting pihak pegadaian selalu mengutamakan agar selalu bisa menjadi sahabat masyarakat. Dengan kesabaran dan ketekunan mereka akan
melakukan pendekatan-pendekatan kepada nasabah dan memberikan pilihan- pilihan atas solusi yang seharusnya bisa dilakukan berkaitan dengan
tertunggaknya angsuran nasabah tersebut. Salah satu jalan keluar yang ditawarkan adalah penjualan barang untuk menutup kekurangan angsuran.
82
2. Eksekusi terhadap objek jaminan fidusia yang didaftarkan. Terhadap benda jaminan yang dibebani dengan jaminan fidusia dan
didaftarkan oleh pegadaian kepada Kantor Pendaftaran Fidusia, berarti sudah memenuhi Pasal 5 dan Pasal 11 UUJF terhadap benda jaminan fidusia yang
81
Wawancara dengan Bapak Rendhi Prabowo.Legal Officer Cabang PT Pegadaian persero Kanwil I Medan Yang dilakukan pada tanggal 24 Maret 2014.
82
Wawancara dengan Bapak Rendhi Prabowo.Legal Officer Cabang PT Pegadaian persero Kanwil I Medan Yang dilakukan pada tanggal 24 Maret 2014.
Universitas Sumatera Utara
79
demikian dimungkinkan dilakukan dengan cara parate eksekusi dan penjualan di bawah tangan berdasarkan kesepakatan, apabila hal ini lebih
menguntungkan kedua belah pihak. Cara penjualan seperti ini dapat dilakukan kapan saja tidak harus menunggu waktu lelang.
Namun pada kenyataannya tidak semua kasus dilakukan dengan cara parate eksekusi. Pegadaian tidak melakukan pelelangan dengan berbagai alasan
antara lain karena objek yang dijual nilainya tidak seberapa dan akan menghabiskan banyak biaya sehingga cara yang dipilih adalah penjualan di
bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi dan penerima fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang
menguntungkan para pihak. Idealnya berdasarkan ketentuan dalam Pasal 11 UUJF terhadap benda jaminan
fidusia yang tidak didaftarkan seharusnya eksekusi benda jaminan fidusia tidak dapat dilaksanakan. Namun berdasarkan pada kenyataan di lapangan
banyak lembaga pegadaian tidak terpengaruh dengan aturan ini. Bahwa hal ini disebabkan karena pihak pegadaian telah mengikat debitur dengan Perjanjian
Hutang-piutang Dengan Kuasa Menjual PHDKM, sehingga dengan perjanjian itu telah memberi kuasa kepada pegadaian untuk menjual agunan
bila nasabah tidak menepati janji membayar kewajibannya sesuai yang tertera dalam perjanjian hutang piutang.
Di samping itu secara yuridis dengan tidak didaftarkannya benda jaminan fidusia ke Kantor Pendaftaran Fidusia maka kedudukan kreditur hanya sebagai
kreditur konkuren. Tidak mempunyai kekuatan eksekutorial, tidak berlakunya asas droit de suite selalu mengikuti objek yang dijaminkan ditangan siapapun
Universitas Sumatera Utara
80
objek itu berada. Karena menurut undang-undang jaminan fidusia sahnya fidusia apabila sudah didaftarkannya di Kantor PendaftaranFidusia.
Dalam kasus eksekusi di pegadaian manapun berupaya menghindari eksekusi melalui dasar titik eksekutorial ataupun pelelangan umum, dan dalam
perjanjian kredit telah diberi klausula-klausula yaitu perjanjian untuk menjual benda jaminan di bawah tangan apabila terjadi kredit macet yang dituangkan
dalam perjanjian utang-piutang dengan kuasa menjual. Pertimbangannya adalah karena pegadaian ingin selalu tetap menjalin kerjasama dan hubungan
yang baik dengan nasabah. Karena itu pegadaian selalu berusaha agar upaya penyelesaian jika terjadi kredit macet diselesaikan secara kekeluargaan.
Setelah barang jaminan dieksekusi, seluruh hasil penjualanlelang dipergunakan untuk memenuhi seluruh kewajiban nasabah kepada pegadaian
termasuk denda dan biaya-biaya lain yang dibebankan, yaitu : a. Biaya-biaya yang timbul atas penjualanlelang barang jaminan.
b. Biaya penarikan barang jaminan, apabila melalui bantuan pihak ke tiga. Sisanya sebagai uang kelebihan yang menjadi hak nasabah dengan jangka
waktu pengambilan maksimal 1 satu tahun. Lewat 1 satu tahun uang kelebihan menjadi hak perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
81
C. Hambatan-hambatan dalam Eksekusi Objek Jaminan Fidusia pada PT. Pegadaian Persero Kanwil I Medan dan Upaya Penyelesaiannya.
Menurut Rendhi Prabowo, Legal Officer Cabang PT Pegadaian persero Kanwil I Medan, hambatan-hambatan dalam eksekusi objek jaminan yaitu:
83
1. Memakan waktu yang cukup lama Apabila eksekusi dilakukan melalui pelelangan umum, akan dapat memakan
waktu lama dikarenakan penjualan melalui pelelangan umum tidak akan dilakukan apabila belum tercapainya kuota jumlah pembeli untuk melakukan
penawaran terhadap barang yang menjadi objek jaminan fidusia. Apabila eksekusi dilakukan melalui penjualan di bawah tangan, akan
memakan waktu yang cukup lama jika ditemukan harga jual yang tidak sesuai dengan harga yang telah ditetapkan oleh pegadaian untuk menutupi utang
debitur. Apabila eksekusi melalui jalur pengadilan, maka waktu yang diperlukan
sangatlah panjang karena pegadaian harus menempuh seluruh tahapan-tahapan yang ditentukan oleh pihak pengadilan sebagai instansi yang berwenang untuk
melakukan eksekusi tersebut. Biasanya waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan putusan pengadilan yaitu 6-8 bulan atau lebih dari yang telah
ditentukan, ini biasanya terjadi apabila debitur nakal dengan mengulur-ulur waktu dengan mengajukan upaya hukum lainnya seperti banding atas
ketidakpuasan yang diterima dari putusan pengadilan tingkat pertama.
83
Wawancara dengan Bapak Rendhi Prabowo.Legal Officer Cabang PT Pegadaian persero Kanwil I Medan Yang dilakukan pada tanggal 24 Maret 2014.
Universitas Sumatera Utara
82
2. Barang jaminan dijualdialihkan oleh debitur Penjualan yang dimaksud adalah barang jaminan dijual tunai tanpa disertai
janji-janji kepada pihak ke-3 oleh penerima fasilitas, adapun alasan-alasan penerima fasilitas menjual barang jaminan seperti, membutuhkan uang yang
mendesak, karena barang jaminan yang mudah dialihkan, maka cepat mendatangkan uang untuk menutupi kebutuhan penerima fasilitas, yang
sifatnya membantu penerima fasilitas dalam hal kebutuhan yang mendesak seperti biaya perawatan.
3. Nilai barang jaminan turun Maksudnya adalah pada saat dilakukan eksekusi, harga objek jaminan fidusia
mengalami penyusutan depresiasi sehingga nilainya setelah dieksekusi menjadi berkurang ketika dilakukan pembayaran utang kepada pegadaian.
Apabila hasil dari eksekusi objek jaminan fidusia tidak mencukupi dalam pembayaran pinjaman kepada kreditur maka debitur tetap bertanggung jawab
atas hutang yang belum terbayar tersebut. Kedudukan pegadaian dalam hal ini adalah konkuren dengan kreditur-kreditur lainnya dalam hal pelunasan piutang.
4. Barang jaminan tidak sesuai daya guna Dalam praktik pernah terjadi ketika dilakukan eksekusi terhadap objek
jaminan fidusia, pihak debitur memberikan objek jaminan tersebut namun setelah diperiksa oleh ahli lelang ternyata objekbarang tersebut tidak lagi
memiliki daya guna sebagaimana seharusnya. Misalnya yang menjadi objek jaminan adalah satu unit mobil dan setelah diperiksa oleh ahlinya, ternyata AC
mobil tidak dapat berfungsi lagi. Terlebih lagi ketika pernah ditemukan mobil yang menjadi objek jaminan tidak lagi memiliki mesin di dalamnya.
Universitas Sumatera Utara
83
5. Debitur pindah alamat tanpa pemberitahuan kepada kreditur Debiturnasabah pindah alamat, kepindahan tersebut tidak diinformasikan ke
PT. Pegadaian Kanwil I Medan sehingga sangat menyulitkan untuk melacak keberadaan objek jaminan, guna dilakukan penarikan. Pindah alamat tanpa
memberitahukan pihak krediturpenerima fidusia adalah salah satu bentuk tidak beritikad baiknya debiturpemberi fidusia pada perjanjian kredit yang
telah ditandatanganinya. 6. Musnahnya objek jaminan fidusia
Pada saat akan dilaksanakan eksekusi objek jaminan fidusia melalui penjualan di bawah tangan, bisa terjadi objek jaminan fidusia musnah akibat kebakaran,
dicuri oleh pihak lain ataupun sebab lain. Musnahnya objek jaminan fidusia menyebabkan hapusnya jaminan fidusia. Seperti yang telah dibahas pada bab
sebelumnya, UUJF menyatakan bahwa jaminan fidusia hapus karena hapusnya utang yang dijamin dengan jaminan fidusia, pelepasan hak atas
jaminan fidusia oleh penerima fidusia, dan musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, PT. Pegadaian Kanwil I Medan mempunyai siasat untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut diatas.
Upaya penyelesaiannya tersebut adalah:
84
1. Meminta dan melibatkan debitur untuk menunjuk kemana barang jaminan dijualdialihkan untuk kemudian sesuai perjanjian diminta untuk menyerahkan
barang jaminan tersebut.
84
Wawancara dengan Bapak Rendhi Prabowo.Legal Officer Cabang PT Pegadaian persero Kanwil I Medan Yang dilakukan pada tanggal 24 Maret 2014.
Universitas Sumatera Utara
84
2. Mengawasi rumah debitur melalui informan terpercaya, yaitu untuk menjaga agar nasabah tidak sewaktu-waktu kabur serta melacak keberadaan barang
jaminan baik di rumah nasabah atau di tempat yang diyakini tempat pengalihan barang jaminan.
3. Apabila barang jaminan baru diketahui sudah tidak sesuai daya guna atau peruntukannya lagi setelah dilakukan eksekusi ataupun barang jaminan
musnah sebelum dieksekusi, pegadaian menggunakan atau bekerjasama dengan PT. Asuransi Jasindo. Jasindo akan mengganti barang jaminan apabila
kerusakan ataupun musnahnya barang jaminan tersebut bukan berasal dari pihak pegadaian.
4. Apabila langkah-langkah di atas tidak mampu berhasil dan nasabah tidak dapat bekerjasama dalam penyelesaian kredit macet, maka laporan ke
Kepolisian atas tindakan penggelapan barang jaminan oleh nasabahdebitur adalah satu cara untuk menyelesaikan kredit macet dan memberikan pelajaran
bagi nasabah yang lain untuk tidak mengalihkan barang jaminan.
Universitas Sumatera Utara
85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan