Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Respon Cemas Anak Usia Sekolah yang Menderita Kanker dalam Menjalani Kemoterapi di RSUP. Adam Malik Medan

(1)

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP RESPON

CEMAS ANAK USIA SEKOLAH YANG MENDERITA

KANKER DALAM MENJALANI KEMOTERAPI

DI RSUP. HAJI ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

Oleh

ALVIONITA PANJAITAN 121121074

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayahNya Saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan. Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Erniyati, S.Kp., MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Cholina T. Siregar, SKep, Ns., Sp. KMB selaku dosen pembimbing akademik 4. Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan waktu, motivasi, arahan, bimbingan dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

5. Reni Asmara Ariga, SKp, MARS, dan Siti Zahara Nasution SKp, MNS sebagai penguji yang memberikan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan USU dan seluruh Staf

nonakademik Fakultas Keperawatan USU.

7. Direktur RSUP. Haji Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan bagi peneliti untuk menggunakan RSUP. Haji Adam Malik sebagai tempat penelitian.


(5)

8. Teristimewa kepada keluargaku, Ayahanda Drs. D. Panjaitan dan ibunda S. Mangunsong yang selalu memberikan motivasi, dukungan moril dan materil serta doa yang tiada henti bagi peneliti. Buat bang Reinhard panjaitan, bang Freddy panjaitan dan Alwin panjaitan terimakasih yang menjadi motivator dan anugerah terindah dalam hidupku.

9. Teman-teman terbaikku (Fani Farlinda, Mayudika, Gohana Simanjuntak, Ayu Manalu), dan teman satu bimbingan (Lilis Andriani, M. Adiul Ilham, Mukti Ali) yang selalu memberi semangat satu sama lain. Semoga kita sukses dalam segala cita-cita kita.

10. Teman-teman seperjuangan FKep USU Ekstensi angkatan 2012 yang selalu memberi semangat satu sama lain. Semoga kita semua sukses dan mendapatkan hasil yang terbaik.

11. Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu peneliti.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dari segi isi dan penulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Medan, 30 Januari 2014


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul . ... i

Halaman Persetujuan………... ii

Prakata……….. iii

Daftar Isi………... v

Daftar Tabel………. vii

Daftar Skema……… viii

Daftar Lampiran……….. ix

Abstrak……….. x

Bab 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang ………. 1

1.2. Pertanyaan Penelitian ………... 5

1.3. Hipotesis penelitian………... 5

1.4. Tujuan Penelitian ………. 5

1.5. Manfaat Penelitian ………... 6

Bab 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Konsep Dukungan Keluarga ……… 7

2.2. Konsep Anak Usia Sekolah……….. 11

2.3. Konsep Kanker……….. 12

2.4. Konsep Cemas………... 13

2.4. Respon Cemas Anak Usia Sekolah………... 15

2.5. Faktor yang Mempengaruhi Respon Cemas Anak dalam Menjalani Kemoterapi …………... 17


(7)

Bab 3. Kerangka Konseptual

3.1. Kerangka Konsep ………. 22

3.2. Definisi Operasional ………. 23

Bab 4. Metodologi Penelitian 4.1. Desain Penelitian ……….. 25

4.2. Populasi dan Sampel ……… 25

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 26

4.4. Pertimbangan Etik ……… 26

4.5. Instrumen Penelitian……….. 27

4.6. Validasi dan Reliabilitas instrument.………... 30

4.7. Pengumpulan Data ……… 31

4.8. Analisa Data ……….. 32

Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan 5.1 Hasil……….. 35

5.2 Pembahasan………... 39

Bab 6. Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan………. 51

6.2 Saran………... 51

Daftar Pustaka Lampiran-lampiran


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi operasional hubungan dukungan keluarga terhadap respon cemas anak usia sekolah yang menderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUP. Haji Adam Malik

Medan……….. 23

Tabel 4.1 Kriteria penafsiran korelasi………. 34 Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentasi data demografi keluarga

dan anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi di RSUP. HAji Adam Malik Medan………...

36 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan tingkat

dukungan keluarga pada anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi di RSUP. Haji Adam Malik Medan……….. .

37 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan total skor

respon cemas anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi di RSUP. Haji Adam Malik Medan………..………...

37 Tabel 5.4 Hasil analisa antara dukungan keluarga terhadap respon cemas

anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi di RSUP. Haji Adam Malik Medan………...……….

38

   

   

   

 

   


(9)

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 2.1 Rentang respon kecemasan... 15 Skema 3.1 Kerangka konsep penelitian hubungan dukungan keluarga

terhadap respon cemas anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi di RSUP. Haji Adam Malik

Medan………..


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan menjadi Responden Penelitian

Lampiran 2 Instrumen Penelitian

Lampiran 3 Taksasi Dana Penelitian

Lampiran 4 Riwayat Hidup

Lampiran 5 Lembar Bukti Bimbingan

Lampiran 6 Surat Survey Awal Penelitian dan Surat Selesai Survey Awal

Lampiran 7 Surat Pengambilan Data Penelitian

Lampiran 8 Surat Selesai Penelitian

Lampiran 9 Hasil SPSS Uji Reliabel Instrumen Penelitian Dukungan Keluarga dan Respon Cemas Anak

Lampiran 10 Hasil SPSS Distribusi Frekuensi Penelitian


(11)

Judul : Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Respon Cemas Anak Usia Sekolah yang Menderita Kanker dalam Menjalani Kemoterapi di RSUP. Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Alvionita Tri Septi Panjaitan Nim : 121121074

Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2014

Abstrak

Anak yang menderita kanker dalam menjalani kemoterapi akan mengalami cemas yang membuat merasa lemah sehingga tidak berani dan mampu untuk bersikap serta bertindak secara rasional sesuai dengan seharusnya dan ketidakmampuan anak dalam mengatasi ketakutan untuk tidak bisa sembuh, karena itulah dukungan keluarga terhadap pengobatan kemoterapi sangat penting agar pengobatan kemoterapi dapat berjalan lancar dan sempuma. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga terhadap respon cemas anak yang menderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi. Pengambilan sampel menggunakan teknik Accidental Sampling dan sampel yang didapat 31 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mencakup data demografi dan pernyataan mengenai dukungan keluarga dan respon kecemasan. Pengumpulan data berlangsung selama bulan September sampai November 2013. Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian adalah uji korelasi Spearman Rank (Rho). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga mempunyai hubungan yang signifikan terhadap respon cemas anak usia sekolah yang menderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUP. Haji Adam

Malik Medan, kekuatan hubungan kuat dan berpola negatif (p = 0,000,

r = -0,606). Penelitian ini merekomendasikan agar perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dapat lebih optimal, komprehensif dan lebih peka terhadap psikologis anak sehingga anak dapat menerima kondisinya.

Kata Kunci: dukungan keluarga, cemas anak, kemoterapi

               


(12)

Title : The relation of support families to response a school-age child who has cancer in endure chemotherapy in RSUP Adam Malik Medan

Student Name : Alvionita Tri Septi Panjaitan Student Number : 121121074

Major : Bachelor of Nursing (S.Kep)

Year : 2014

ABSTRACT

A child who has cancer in endure chemotherapy will experience anxiety that makes bold so as not to feel weak and unable to behave rationally and act in accordance with the supposed and the inability to overcome fear in children cannot be cured, because that's what family support towards the treatment of chemotherapy can run smoothly and perfectly. This research aims to identify the relationship of family support for children who suffer from anxiety response of cancer in chemotherapy in RSUP. Adam Malik Medan. This research uses descriptive correlation design research. Taking the sample using Accidental

Sampling and from the sample, it is obtained 31 people. Research instrument in the form of a questionnaire, which includes demographic data and statements about family support and response to anxiety. Data collection took place during the months of September to November 2013. A correlation test was used in this study is testing the correlation of Spearman Rank (Rho). The results showed that family support had significant ties to the anxious response to school age children suffering from cancer in chemotherapy in RSUP. Adam Malik Medan, the strength of the relationship is strong and is negative (p = 0.000, r =-0,606). This research recommends that nurses in the nursing care can be optimized, comprehensive psychological and more sensitive to the child so that the child can accept his condition


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak usia sekolah merupakan periode dalam kehidupan yang dimulai pada usia 6-12 tahun. Dimana anak ketika dalam keadaan sakit akan menimbulkan krisis pada kehidupannya. Anak akan mengalami stres akibat perubahan, baik terhadap status kesehatannya maupun lingkungan sehari-hari dan anak mengalami keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian yang bersifat menekan.

Kanker dapat menyerang semua orang tanpa memandang golongan umur, termasuk anak-anak. Kanker pada anak dapat terjadi sejak bayi lahir dan timbul di berbagai organ tubuh, karena kanker merupakan penyakit yang diakibat oleh pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dan dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar kebagian tubuh lain sehingga dapat menyebabkan kematian.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, penderita kanker bertambah 6,25 juta per tahun di seluruh dunia. Di Indonesia diperkirakan 2-4% dari keseluruhan penyakit kanker menyerang anak-anak dan mengakibatkan sekitar 10% kematian. Kanker yang umumnya menyerang anak-anak adalah leukemia dengan jumlah penderita sekitar 25 sampai 30% dari seluruh jenis kanker yang diderita semua anak di Indonesia, selanjutnya kanker retinoblastoma (kanker retina mata), limfoma (kanker kelenjar getah bening), neuroblastoma (kanker saraf), kanker ginjal (tumor Wilms),


(14)

rabdomiosarkoma (kanker otot lurik), serta kanker tulang (osteosarkoma) ( Tehuteru, 2012)

Pada saat ini cara pengobatan kanker dapat terdiri dari pembedahan (operasi), radiasi, kemoterapi, immunoterapi dan terapi gen. Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan memberikan zat/obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker dan diberikan secara sistemik dan manfaat kemoterapi selain sebagai pengobatan, juga sebagai kontrol untuk menghambat perkembangan kanker agar tidak membesar serta bertujuan untuk mengurangi gejala nyeri yang timbul (Smeltzer, 2001)

Kecemasan adalah keadaan yang tidak mengenakan dan tidak merasa nyaman yang terjadi dikehidupan sehari-hari yang juga dapat terjadi pada seseorang dalam menjalani kemoterapi. Rasa cemas anak akan mempengaruhi respon anak terhadap penaganan medis. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Haase d & Phillips (2004) anak dengan kanker dapat menimbulkan stress ketika anak dengan kanker mengalami keterasingan, perubahan dalam penampilan fisik, pengalaman menghadapi kematian, serta rasa sakit yang umum dirasakan dan ketidaknyamanan selama pengobatan.

Ketidaknyamanan selama pengobatan terutama disebabkan pengalaman yang menyakitkan dengan petugas, prosedur tindakan keperawatan, diagnostik dan terapi (Rasmun, 2004). Selain itu, anak merasa sedih karena lingkungan menganggap mereka telah kehilangan kesehatan dan kebebasan sebagai anak normal. Anak yang tidak sepenuhnya memahami penyakit dan proses pengobatan yang mereka jalani, memiliki reaksi negative terhadap


(15)

pengobatan seperti temperamen, menarik diri, perilaku tidak kooperatif selama pengobatan.

Anak juga akan terganggu proses tugas perkembangannya yang disebabkan oleh karena harus dirawat di rumah sakit. Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak berpisah dengan lingkungan yang dicintainya yaitu keluarga dan kelompok sosialnya, merasa tidak aman dan kemandiriannya terlambat. Kehilangan kontrol juga terjadi akibat dirawat dirumah sakit karena adanya pembatasan aktivitas. Pada umumnya kecemasan yang dirasakan bercampur dengan suasana hati lainnya berupa ketidakpastian, ancaman terhadap kelangsungan hidup dan kemungkinanan cacat atau kehilangan fungsi tubuh (Jong, 2004).

Kehidupan anak juga sangat ditentukan keberadaan bentuk dukungan dari keluarga. Ketika keluarga tahu bahwa anaknya menderita kanker maka keluarga tidak dapat melepaskan diri dari keterlibatan dalam menghadapi penderitaan ini sehingga keluarga sangat diperlukan dalam dukungannya terhadap perawatan terhadap anak kanker terutama dalam menjalani kemoterapi. Dukungan keluarga dapat memberikan rasa senang, rasa aman, rasa nyaman dan mendapat dukungan emosional yang akan mempengaruhi kesehatan jiwa (Setiadi, 2008). Dukungan keluarga sangat diperlukan sehingga dapat membantu menurunkan kecemasan anak, meningkatkan semangat hidup anak untuk tetap menjalani pengobatan kemoterapi

Menurut penelitian yang dilakukan Mariasima (2011) peran keluarga sangat penting, pihak keluarga yang penuh pengertian dan kooperatif dengan pihak perawatan dan memberikan dorongan moril penuh kepada anak akan


(16)

banyak membantu dalam penatalaksanaan penderita kanker. Keluarga memainkan suatu peran bersifat mendukung selama penyembuhan dan pemulihan pada anak melalui sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anak yang sakit. Dukungan keluarga sangat diperlukan dalam memotivasi anak selama perawatan dan pengobatan, selain itu Sarason (1986) dalam Christine (2010) menyatakan bahwa dukungan dari keluarga adalah sumber dukungan sosial yang paling tinggi. Saat pasien yakin bahwa mereka mempunyai keluarga yang mendukung maka keyakinan akan kemampuan mengatasi kecemasan yang dialaminya akan meningkat yang dapat meredakan dan mengatasi tekanan yang dirasakannya.

Pada saat melakukan observasi kunjungan ke RSUP H.Adam Malik bahwa pada anak yang dirawat inap dalam menjalankan kemoterapi menimbulkan cemas selain berpisah dari keluarga juga menambah stres bagi anak karena kemoterapi lebih banyak menimbulkan efek samping yang ditimbulkan antara lain hilang selera makan, lemas, mual, muntah, gangguan pencernaan, sariawan, rambut rontok, selain itu masih banyak anak yang merasa cemas saat akan menjalankan kemoterapi karena tidak mendapat dukungan dari keluarga. Untuk itu, dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh anak yang akan menjalankan kemoterapi. Dalam hal ini maka peneliti tertarik untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga terhadap respon cemas anak usia sekolah yang menderita kanker dalam menjalani kemoterai di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2013.


(17)

1.2 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana hubungan dukungan keluarga terhadap respon cemas anak usia sekolah yang menderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2013

1.3 Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini hipotesa yang dibuat adalah hipotesa kerja (hipotesa alternatif) yaitu ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap respon cemas anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2013

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga terhadap respon cemas anak usia sekolah yang menderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2013

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi dukungan keluarga pada anak usia sekolah yang menderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2013.

2. Mengidentifikasi respon cemas pada anak usia sekolah yang menderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUP.H.Adam Malik Medan Tahun 2013


(18)

3. Mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga terhadap respon cemas anak usia sekolah yang menderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2013

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan perawat dalam memberikan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi respon cemas pada anak dengan memfasilitasi keluarga dalam memberikan dukungan bagi anak sebelum menjalankan kemoterapi.

1.5.2 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi yang berguna bagi para pembaca untuk meningkatkan mutu pendidikan keperawatan anak sehingga masalah psikologis dapat teratasi yang dapat membantu proses penyembuhan.

1.5.3 Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai wawasan peneliti sehingga menjadi masukan pentingnya dukungan keluarga dalam setiap intervensi keperawatan yang dilakukan pada anak dalam menjalani kemoterapi dan dapat mengurangi rasa cemas pada anak.


(19)

BAB 2

LANDASAN TEORITIS

2.1 Konsep Dukungan Keluarga

2.1.1 Pengertian Keluarga

Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dan anak-anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Suprajitno, 2004) dan Friedman (1998) mendefenisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.

2.1.2 Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit (Suprajitno, 2004). Menurut Smet (1994) dalam Julianta (2008) dukungan keluarga didefinisikan sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan secara emosional meras lega karena diperhatikan, mendapatkan saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.


(20)

2.1.3 Komponen dukungan keluarga

Komponen-komponen dukungan keluarga menurut Sarafino (1994) dalam Christine (2010), terdiri dari

a. Dukungan pengharapan

Dukungan pengharapan meliputi pertolongan pada individu untuk memahami kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping yang dapat digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan ini juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu. Individu mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi pengaharapan positif individu kepada individu lain, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan perbandingan positif seseorang dengan orang lain, misalnya orang yang kurang mampu. Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan strategi koping individu dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yang positif.

b. Dukungan nyata

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata (instrumental support material support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk di dalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit ataupun mengalami depresi yang dapat


(21)

membantu memecahkan masalah. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu dan mengurangi depresi individu. Pada dukungan nyata keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.

c. Dukungan informasi

Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya, dan tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stressor. Individu yang mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya dan memecahkan masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan menyediakan feed back. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi.

d. Dukungan emosional

Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara emosional, sedih, cemas, dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan seseorang akan hal dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat.


(22)

2.1.4 Dukungan Keluarga pada Anak dalam Menjalani Kemoterapi

Kebutuhan terbesar anak selama perkembangannya adalah rasa aman yang timbul dari kesadaran bahwa ia diinginkan dan disayang oleh orang tua atau orang dewasa tempatnya bergantung. Anak juga membutuhkan mereka yang dipercaya untuk menjawab pertayaan dan memberikan bimbingan untuk membuat keputusan. Perasaan hilang kendali dikaitkan dengan bergantung kepada orang lain dan gangguan peran dalam keluarga.

Rasa cemas dan ketakutan yang diderita dapat menimbulkan bermacam-macam dampak psikologis dan sosial yang dapat menjadi sangat berat apabila sudah ditentukan stadium dari kankernya serta pengobatan yang tepat yaitu kemoterapi dan cara untuk mengekspresikan reaksi emosional tersebut tergantung pada kepribadian dasar, persepsi terhadap situasi dan besarnya dukungan keluarga. Naufal (2011) menyatakan bahwa dukungan keluarga dari orang yang paling dekat sangat dibutuhkan sebagai tempat mereka mendapatkan semangat, kasih sayang dan pengertian. Besarnya dukungan keluarga diperlukan untuk membantu menerima reaksi emosional yang terjadi pada pasien agar siap menerima keadaan dirinya dan menghadapi kenyataan saat ini sehingga dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan kecemasan pasien (Smeltzer, 2001).

Chandra (2009) menyatakan bahwa dengan adanya pendampingan keluarga, pasien akan merasa nyaman, tenang dan lebih kuat dalam menerima keadaan fisiknya yang memberi dampak baik terhadap proses penyembuhan penyakit. Bentuk dari dukungan keluarga yang dapat diberikan kepada anak yang menjalankan kemoterapi adalah dukungan secara fisik dan psikologis.


(23)

Secara fisik dukungan keluarga berupa bantuan tenaga untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari pasien anak sedangkan secara psikologis dukungan keluarga dapat memberikan kasih sayang, membantu mengembangkan konsep diri pasien anak yang positif dan menerima anak sesuai dengan perubahan-perubahan yang dialaminya saat menjalankan kemoterapi.

Menurut Admin (2011) bahwa keluarga sangat penting dalam perawatan pasien dimana keluarga berusaha meningkatkan semangat hidup sehingga pasien tetap menjalani pengobatan terutama untuk pasien yang menderita kanker. Selain itu menurut Anne & David (2007), keterlibatan anggota keluarga secara terus menerus merupakan hal yang sangat menolong dan membangkitkan semangat bagi penderita kanker dalam menjalani pengobatan.

2.2 Konsep Anak Usia Sekolah

Menurut Wong (2009) usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya.

Hockenbery & Wilson (2007) karakteristik perkembangan pada anak usia sekolah di tandai dengan perkembangan biologis, psikososial, tempramen, kognitif, moral, spiritual, bahasa, sosial, konsep diri dan seksualitas. Secara khusus, pada masa ini anak banyak mengembangkan kemampuan interaksi sosial belajar tentang nilai moral dan budaya dari lingkungan keluarga, dan mulai mencoba mengambil bagian dikelompok. Terjadi perkembangan konsep


(24)

diri, keterampilan membaca, menulis, berhitung, serta belajar bersosialisasi dengan baik disekolah (Hidayat, 2006).

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit sehingga anak harus beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit (Wong, 2000). Respon kecemasan anak akibat hospitalisasi lebih didominasi oleh respon kecemasan perpisahan (separation anxiety). Respon ini terjadi karena anak harus berpisah dengan teman-teman, saudara kandung dan orang terdekatnya. Perilaku yang muncul diantaranya anak menangis ketika pertama kali masuk ke rumah sakit, menolak perhatian selain dari orangtua, menangis ketika orangtua meninggalkan ruangan, tidak mau beraktivitas dan tidak menunjukkan minat terhadap kegiatan. Kecemasan yang dialami anak selama hospitalisasi dapat menimbulkan dampak diantaranya proses penyembuhan anak dapat terhambat, menurunnya semangat untuk sembuh dan tidak kooperatifnya anak terhadap tindakan perawatan (Supartini, 2004). Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru maupun keluarga yang mendampingi selama perawatan.

2.3 Konsep Kanker

Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Kanker terjadi timbul dan berkembang biaknya sel secara tidak terkendali sehingga sel-sel ini tumbuh terus merusak bentuk dan fungsi organ tempat tumbuhnya. Kanker tumbuh secara menyusup (infiltratif) ke jaringan sekitarnya sambil merusaknya (destruktif), dapat


(25)

menyebar ke bagian lain tubuh. Sel-sel kanker dapat menjadi menyebar kebagian tubuh lainnya melalui aliran darah dan sistem kelenjer getah bening (Otto, 2003).

2.4 Konsep Cemas

2.4.1 Pengertian Cemas

Cemas merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan bagian dari kehidupan manusia. Cemas berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya (Kusumawati, 2010). Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, prilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2008). Sedangkan menurut Videbeck (2008) kecemasan adalah respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman, atau bila sepertinya datang tanpa ada penyebabnya.

2.4.2 Tingkat kecemasan

Menurut Stuart, 2006 mengidentifikasi empat tingkat kecemasan dan menggambarkan efek pada tiap individu sebagai berikut tingkat kecemasan dibagi 4 (empat) terdiri atas :

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang


(26)

persepsinya ini dapat memotivasi belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan kreativitas.

Kecemasan sedang individu berfokus pada hal yang menjadi perhatiannya saja dan penting dengan mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini mempersempit lapang pandang persepsi individu. Individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.

Kecemasan berat mengurangi lapang pandang persepsi individu. Individu berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain

Panik individu mengalami kehilangan kendali, sehingga tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatkan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.

Rentang Respon Kecemasan

Gambar 2.1 Rentang Respon Kecemasan

Respon Maladaptif Respon Adaptif

Berat Sedang


(27)

2.4 Respon Cemas Anak Usia sekolah

Berbagai perasaan sering muncul pada anak ketika di rawat di rumah sakit yaitu cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah. Perawatan anak di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik bagi anak maupun orang tua. Lingkungan rumah sakit itu sendiri merupakan penyebab stress dan kecemasan pada anak. Pada anak yang dirawat di rumah sakit akan muncul tantangan-tantangan yang harus dihadapinya seperti mengatasi suatu perpisahan, penyesuaian dengan lingkungan yang asing baginya, penyesuaian dengan banyak orang yang mengurusinya, dan juga harus berhubungan dan bergaul dengan anak-anak yang sakit serta pengalaman mengikuti terapi yang menyakitkan (Supartini, 2004).

Kanker merupakan penyakit yang dapat mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia terutama pada anak. Setiap jenis pengobatan pada penyakit ini dapat menimbulkan kecemasan. Rasa cemas anak dengan kanker dan kemoterapi akan membuat anak merasa sedih karena lingkungan menganggap mereka telah kehilangan kesehatan dan kebebasan sebagai anak normal serta kekhawatiran utama anak pada saat pengobatan dan perawatan dirumah sakit adalah ketakutan mereka akan perkataan bahwa ada sesuatu yang “salah” dengan mereka. Mereka biasanya sangat berminat secara aktif terhadap kesehatan atau penyakit mereka. Kecemasan yang dirasakan anak pada umumnya bercampur dengan suasana hati lainnya berupa ketidakpastian, ancaman terhadap kelangsungan hidup dan kemungkinanan cacat atau kehilangan fungsi tubuh (Jong, 2004).


(28)

Selain itu, perasaan frustasi akibat penurunan kemampuan fisik seperti kelelahan, kelemahan, nyeri, sakit, mual, gangguan tidur, sulit bernapas, pusing, sakit kepala, penurunan daya penglihatan, kehilangan keseimbangan dan koordinasi tubuh, mulut kering, gangguan nafsu makan, perubahan suhu tubuh, peningkatan ketergantungan terhadap orang tua, perubahan hubungan sosial, gangguan perkembangan dan kecemasan jika sewaktu-waktu meninggal (Locaides 2010 dalam Mariasima, 2011). Tidak jarang penderita dikuasai perasaan tidak berguna, kekhawatiran karena merasa hanya menjadi beban orang lain dan rasa malu karena tidak mempunyai arti bagi orang lain, dan juga terkadang ada rasa terasing serta kesepian karena jauh dari teman atau kekhawatiran mengenai orang yang ditinggal (Jong, 2004).

Potter & Perry (2001) menyatakan bahwa tingginya kecemasan seseorang individu dimungkinkan oleh kondisi sakit, hospitalisasi, ketidaktahuan tentang pemeriksaan dan prosedur tindakan pembedahan, ketakutan terhadap anastesi, takut terhadap nyeri, deformitas atau ancaman lain terhadap citra tubuh dan kematian.

2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Respon Cemas Anak Dalam Menjalani Kemoterapi

Kecemasan banyak ditemui pada pasien yang menjalani pemeriksaan atau perawatan dalam bidang kesehatan terutama pasien anak kanker yang akan menjalani kemoterapi. Disamping perasaan cemas anak terhadap penyakit kanker yang dideritanya juga berkembang perasaan cemas terhadap pengobatannya karena dampak yang terjadi dari pengobatan seperti : anemia, stomatitis, malaise, mual, muntah, lesu, lemas, perubahan kulit, berat badan


(29)

menurun, nyeri, kerontokan rambut dan perubahan citra tubuh pasien bahkan cemas akan kematian (Smeltzer, 2001).

Lerman (1994) dalam Rollintan (2006) mengatakan bahwa pasien dengan kanker dapat mengalami kecemasan mulai dari ringan, sedang sampai dengan berat terutama pada saat mereka menunggu hasil prosedur diagnostik yang dilakukan kepada mereka. Selain itu, suasana rumah sakit dan prosedur pengobatan juga menimbulkan trauma pada anak. Lamanya pengobatan bisa membuat anak tertekan apalagi jika dialami anak-anak yang sedang giat bermain dan berteman.

Menurut Jenkins (1991) dalam Rollintan (2006) juga mengungkapkan bahwa kecemasan dapat semakin meningkat akibat rasa nyeri yang ditimbulkan selama menjalani pengobatan. Selain itu, anak yang menderita kanker dan menjalani kemoterapi yang dirawat di rumah sakit akan berdampak pada aspek perkembangan anak itu sendiri. Faktor psikologis anak merupakan salah satu penentu keberhasilan pengobatan. Jika anak ketakutan dan stress maka akan memperburuk sakitnya.

Menurut Mangan (2003) bahwa pasien kanker umumnya muncul perasaan cemas akan penyakitnya sehingga pasien cenderung sulit untuk beradaptasi dengan penyakit yang dideritanya dan juga gelisah pada saat mengalami gejala pada penyakitnya. Dan apabila pengalaman pasien tentang kemoterapi kurang, maka cenderung mempengaruhi peningkatan kecemasan saat menghadapi kemoterapi (Lutfa, 2008).


(30)

2.6 Konsep Kemoterapi

2.7.1 Pengertian

Kemoterapi adalah penggunaan bahan kimia untuk melawan, mengendalikan atau menyembuhkan penyakit yang digunakan sebagai penggunaan obat untuk pengobatan kanker. Menurut Rasjidi (2007) kemoterapi adalah pengobatan kanker dengan menggunakan obat-obatan atau hormon. Kemoterapi dapat digunakan dengan efektif pada penyakit-penyakit baik yang telah menyebar maupun yang masih terlokalisasi.

2.7.2 Jenis-jenis kemoterapi

Menurut Prayogo (2007), ada beberapa jenis kemoterapi yang diberikan yaitu kemoterapi adjuvant yaitu kemoterapi yang diberikan sesudah operasi yang bermanfaat untuk mengurangi penyebaran yang timbul. Kemoterapi

Neo-djuvan yaitu kemoterapi yang diberikan sebelum operasi untuk mengurangi ukuran tumor sehingga mudah di operasi. Kemoterapi paliatif yaitu kemoterapi yang diberikan untuk mengurangi besarnya tumor yang dalam hal ini karena lokasinya yang mengganggu pasien karena nyeri. Obat yang digunakan untuk mengobati kanker menghambat mekanisme proliferasi sel, obat ini bersifat toksik bagi sel tumor maupun sel normal yang berproliferasi khususnya pada sumsum tulang, epitel gastrointestinal, dan folikel rambut.


(31)

2.7.3 Cara Pemberian Kemoterapi 1. Oral

Obat kemoterapi diberikan secara oral, yaitu dalam bentuk tablet atau kapsul yang harus diminum mengikuti jadwal yang telah ditentukan. Keuntungan kemoterapi oral semacam ini adalah bisa dilakukan dirumah 2. Intramuskuler

Caranya dengan menyuntikkan ke dalam otot, pastikan untuk pindah tempat penyuntikan untuk setiap dosis, karena tempat yang sudah pernah mengalami penusukan membutuhkan waktu tertentu dalam penyembuhannya.

3. Intratekal

Caranya obat dimasukkan ke lapisan sub arakhnoid di dalam otak atau disuntikkan ke dalam cairan tulang belakang.

4. Intrakavitas

Memasukkan obat ke dalam kandung kemih melalui kateter dan atau melalui selang dada ke dalam rongga pleura.

5. Intravena

Obat diberikan melalui kateter vena sentral atau akses vena perifer, cara ini paling banyak digunakan.

6. Intra arteri

Pemberian secara intra arteri jarang dilakukan karena membutuhkan sarana yang cukup banyak antara lain radiologi diagnostik, mesin atau filter serta memerlukan keterampilan tersendiri.


(32)

2.7.4 Efek Kemoterapi 1. Tubuh terasa lemas

Ini adalah efek samping yang umum didapati, timbulnya dapat mendadak atau perlahan. Tidak langsung menghilang dengan istirahat, kadang dapat berlangsung terus hingga akhir pengobatan.

2. Mual dan muntah

Ada beberapa obat kemoterapi yang lebih membuat mual dan muntah. Hal ini dapat dicegah dengan obat anti mual yang diberikan sebelum, selama, atau sesudah pengobatan kemoterapi. Mual dan muntah dapat berlangsung singkat ataupun lama.

3. Gangguan pencernaan

Beberapa jenis obat kemoterapi berefek diare dan bahkan ada yang menjadi diare disertai dehidrasi berat yang harus dirawat. Sembelit kadang bisa terjadi.

4. Sariawan dan gangguan indera perasa

Beberapa obat kemoterapi menimbulkan penyakit mulut seperti terasa tebal atau infeksi. Kemoterapi juga bisa merusak reseptor rasa dalam mulut. Perubahan indera perasa biasanya dimulai seminggu setelah kemoterapi dimulai dan berlangsung selama 3-4 minggu.

5. Rambut rontok

Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga minggu setelah kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah di dekat kulit kepala. Dapat terjadi setelah beberapa minggu terapi. Rambut dapat tumbuh lagi setelah kemoterapi selesai.


(33)

6. Kelainan otot dan saraf

Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada jari tangan atau kaki serta kelemahan pada otot kaki.

7. Efek pada darah

Beberapa jenis obat kemoterapi dapat mempengaruhi kerja sumsum tulang yang merupakan pabrik pembuat sel darah sehingga jumlah sel darah menurun. Yang paling sering adalah penurunan sel darah putih (leukosit). Penurunan sel darah terjadi pada setiap kemoterapi dan tes darah akan dilaksanakan sebelum kemoterapi berikutnya untuk memastikan jumlah sel darah telah kembali normal. Penurunan jumlah sel darah dapat mengakibatkan mudah terkena infeksi, perdarahan, dan anemia.

8. Kulit

Kulit dapat menjadi kering dan berubah warna, lebih sensitif terhadap matahari, kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat garis putih melintang. 

   


(34)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga terhadap respon cemas anak usia sekolah yang menderita kanker dalam menjalani kemoterapi. Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ket:

:Variabel yang diteliti

: Variebel yang tidak diteliti

Skema 1. Kerangka konsep penelitian hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah yang menderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUP. H.Adam Malik Medan.

Dukungan keluarga:

- Dukungan pengharapan - Dukungan nyata

- Dukungan informasi - Dukungan emosional

Respon cemas anak usia sekolah yang menderita kanker

- Cemas Ringan - Cemas Sedang - Cemas Berat - Panik

Faktor yang mempengaruhi respon cemas anak


(35)

3.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1. Independen Dukungan Keluarga Bantuan yang nyata atau tingkah laku yang

diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungannya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Yang terdiri dari beberapa komponen yaitu: - Dukungan pengharapan - Dukungan nyata - Dukungan informasi - Dukungan emosional Kuesioner menggunakan skala Likert terdiri dari 20 pernyataan dan terbagi atas: 1. Pernyataan

positif dengan 3 pilihan jawaban: - Selalu :3

- Kadang-kadang: 2

- Tidak Pernah: 1 2. Pernyataan

negatif dengan 3 pilihan jawaban : - Tidak Pernah: 3 - Kadang-kadang:

2

- Selalu :1

Total skor 20-60 dengan hasil: - 20-33: dukungan kurang - 34-47: dukungan cukup - 48-60: dukungan baik Ordinal 2. Dependen respon cemas Reaksi yang timbul pada anak usia sekolah yang menderita kanker dalam menjalani kemoterapi

Kuesioner menggunakan skala Likert terdiri dari 25 pernyataan dan terbagi atas: 1. Pernyataan

positif dengan 3 pilihan jawaban: - Selalu :3

- Kadang-kadang: 2 Total skor 25-75 dengan hasil: 25-37: cemas ringan 38-50: cemas sedang Ordinal


(36)

- Tidak Pernah: 1 2. Pernyataan

negatif dengan 3 pilihan jawaban : - Tidak Pernah: 3 - Kadang-kadang:

2

- Selalu :1

51-63: cemas berat 64-75: Panik


(37)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga terhadap respon cemas anak usia sekolah yang menderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia sekolah yang menderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan selama periode waktu penelitian. Data jumlah anak usia sekolah dari rekam medic yang menjalani kemoterapi tahun 2012 berjumlah 203 orang. 4.2.2 Sampel

Tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Accidental sampling yang dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia (Notoatmodjo, 2010). Menurut Arikunto (2006), bila total populasi lebih dari 100 maka pengambilan sampel 10% , 15% , 20% dan 25% dari total populasi. Maka jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 31 orang diambil dari 15% dari jumlah populasi


(38)

Kriteria Inklusi sampel adalah:

a. Anggota keluarga yang menemani pasien saat menjalani kemoterapi b. Pasien anak yang dijadwalkan satu hari sebelum dilakukan kemoterapi dan

berumur antara 6 sampai 12 tahun

c. Dapat berkomunikasi dengan baik dan mampu berpartisipasi dalam wawancara

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September sampai November 2013.

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitan ini dilakukan setelah peneliti mendapatkan rekomendasi dari Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang kemudian dikirim ke pimpinan RSUP H. Adam Malik Medan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Menurut Nursalam (2003), ada pertimbangan etik yang perlu diperhatikan pada saat penelitian yaitu: 1. Self determination, peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak menjadi responden penelitian, 2.inform consent, peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian. Jika responden bersedia menjadi peserta penelitian, maka responden diminta menandatangani lembar persetujuan, 3. Anonymity,


(39)

penelitian tidak mencantumkan nama responden pada lembar persetujuan data, tetapi memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan, 4.

Confidentially, penelitian menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Proses penyusunan kuesioner mengacu kepada penelitian-penelitian sebelumnya (Chistine, 2010) dan disesuaikan serta dikembangkan oleh peneliti dengan melihat kerangka konsep dan tinjauan pustaka yang dibuat. Instrumen penelitian berupa kuesioner terdiri dari 3 bagian yang berisi data demografi, dukungan keluarga dan kuesioner untuk menilai respon cemas anak yang menderita kanker

4.5.1 Kuesioner Data Demografi

Kuesioner data demografi digunakan untuk mengkaji data demografi responden. Kuesioner demografi terdiri umur anak, jenis kelamin, pendidikan, agama, hubungan dengan pasien, pekerjaan orangtua/wali, pendidikan orangtua/wali dan penghasilan.

4.5.2 Kuesioner Dukungan Keluarga

Penilaian kuesioner dukungan keluarga menggunakan skala likert. Kuesioner dukungan keluarga ini terdiri dari 20 butir pernyataan, yang terbagi dalam 5 pernyataan yaitu dukungan pengharapan (nomor 1-5), 5 pernyataan. untuk dukungan nyata (nomor 6-10), 5 pernyataan untuk dukungan informasi (nomor 11-15) dan 5 pernyataan untuk dukungan emosional (nomor 16-20). Kuesioner ini disajikan dalam bentuk pernyataan positif (no 1-5, 7-14, 16-17,


(40)

dan 20) dan pernyataan negatif (no 6, 15, 18 dan 19) dengan tiga pilihan jawaban yang terdiri dari Tidak Pernah (TP), Kadang-kadang (KK), dan Selalu (SL). Bobot nilai yang diberikan untuk setiap peryataan positif 1 sampai 3, dimana jawaban Selalu (SL) mendapat nilai 3, Kadang-kadang (KK) mendapat nilai 2, dan Tidak Pernah (TP) mendapat nilai 1. Sedangkan bobot nilai untuk setiap pernyataan negatif dari 1 sampai 3, dimana jawaban Tidak Pernah (TP) mendapat nilai 3, Kadang-kadang (KK) mendapat nilai 2, dan Selalu (SL) mendapat nilai 1. Total skor adalah 20-60, semakin tinggi jumlah skor maka dukungan keluarga semakin tinggi.

Berdasarkan rumus statistik i =

Rentang Hidayat (2008)

Banyak kelas

Dimana i merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi dikurang nilai terendah) sebesar 40 dan banyak kelas dibagi atas 3 kategori kelas untuk dukungan sosial keluarga (kurang, cukup, dan baik), maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 13. Dengan i= 13 dan nilai terendah 20 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka dukungan keluarga dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut:

20-33: dukungan kurang 34-47: dukungan cukup 48-60: dukungan baik


(41)

4.5.3 Kuesioner Respon cemas anak usia sekolah

Kuesioner respon cemas bertujuan untuk mengidentifikasi respon cemas anak yang menderita kanker dalam menjalani kemoterapi. Kuesioner akan diberikan oleh peneliti kepada anak dengan cara wawancara dan apabila anak tidak dapat dilakukan wawancara maka anak tidak dapat diteliti. Pernyataan dalam kuesioner ini juga terbagi atas pernyataan positif (no 1 s/d 9, 11 s/d 14, 17 s/d 20, 22 s/d 23) dan pernyataan negatif (no 10, 15, 16, 21, 24 dan 25). Penilaian menggunakan skala Likert yang terdiri dari 25 pernyataan dengan skor pilihan yang diberikan untuk setiap peryataan positif 1 sampai 3, dimana jawaban Selalu (SL) mendapat nilai 3, Kadang-kadang (KK) mendapat nilai 2, dan Tidak Pernah (TP) mendapat nilai 1. Sedangkan bobot nilai untuk setiap pernyataan negatif dari 1 sampai 3, dimana jawaban Tidak Pernah (TP) mendapat nilai 3, Kadang-kadang (KK) mendapat nilai 2, dan Selalu (SL) mendapat nilai 1. Total skor berkisar antara 1 sampai 3 untuk setiap pernyataan, sehingga nilai terendah yang mungkin dicapai oleh responden adalah 25 dan nilai tertinggi yang mungkin dicapai adalah 75. Semakin tinggi total skor kuesioner maka semakin tinggi repon cemas yang dialami anak. Menggunakan rumus statistik menurut Hidayat (2008), yang sama seperti pada kuesioner dukungan keluarga, dengan rentang sebesar 50 dan banyak kelas dibagi atas 4 kategori kelas untuk respon cemas (ringan, sedang, berat, dan panik) didapatlah panjang kelas sebesar 12. Dengan i = 12 dan nilai terendah 25 sebagai bawah kelas interval pertama, maka respon cemas dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut:


(42)

38-50: respon cemas sedang 51-63: respon cemas berat 64-75: panik

4.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

4.6.1 Uji Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalitan dan kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2006). Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Tinggi rendahnya suatu instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Uji validitas pada penelitian ini dilakukan oleh dosen Fakultas Keperawatan yang ahli di bidangnya.

4.6.2 Uji Reliabilitas

Uji realibilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti sejauh mana alat tersebut tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010). Kuesioner penelitian ini akan diuji dengan reliabilitas internal yang diperoleh dengan cara menganalisa data dari satu kali pengetesan. Uji reabilitas dilakukan di tempat yang sama sewaktu pengambilan data yaitu di RSUP. H. Adam Malik Medan kepada 10 subjek di luar sampel yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden, kemudian peneliti menilai responnya. Uji reabilitas dilakukan dengan rumus


(43)

(Arikunto, 2006). Dimana menurut Djemari (2004) dalam Suyanto (2011) jika

alpha > 0,70 maka butir-butir pernyataan dikatakan reliabel. Uji reliabel ini dibantu dengan menggunakan teknik komputerisasi. Berdasarkan uji reliabilitas yang telah dilakukan diperoleh hasilnya, reliabel untuk kuesioner dukungan keluarga sebesar 0,796 dan reliabel untuk kuesioner respon cemas sebesar 0,881 karena nilai uji reliabilitas lebih dari 0.70 maka instumen penelitian ini dinyatakan reliable.

4.7 Rencana pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan mengisi kuesioner. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti mendapat rekomendasi izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan surat izin dari lokasi penelitian yaitu RSUP H. Adam Malik Medan.

Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat dan prosedur pelaksanaan penelitian kepada calon responden dan yang bersedia berpartisipasi diminta untuk menandatangani informed consent atau responden dapat menyatakan persetujuan secara verbal. Sebelum membagikan kuesioner, peneliti terlebih dahulu menyeleksi responden yang sesuai dengan kriteria penelitian. Responden yang sesuai dengan kriteria penelitian dan yang bersedia diberi lembar kuesioner dan diberi kesempatan untuk bertanya apabila ada pernyataan yang tidak dipahami. Peneliti memberikan waktu dan mendampingi responden dalam mengisi kuesioner; peneliti memeriksa kejelasan dan kelengkapan data. Jika ada data yang kurang, dapat langsung dilengkapi. Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis.


(44)

4.8 Analisa Data

Dalam penelitian ini peneliti melakukan analisa data melalui empat tahap yaitu:

1. Editing memeriksa kelengkapan data responden dan memastikan bahwa semua jawaban terisi.

2. Coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2010). Pertama, peneliti membuat kode pada kuesioner sebagai pengganti identitas responden. Selanjutnya peneliti memberikan kode pada masing-masing variabel dalam kuesioner.

3. Processing : Peneliti memasukkan (entry) data kuesioner yang telah diisi oleh responden ke komputer. Data berupa jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang berbentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau perangkat lunak komputer.

4. Cleaning: Hal yang dilakukan tahap ini adalah pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan ke paket komputer. Peneliti melihat kembali kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan lain-lain. Dari data yang telah dimasukkan sebelumnya tidak ada missing

(data yang hilang).

Pengolahan data penelitian dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer berbasis statistik. Adapun Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian iniialah:

a. Analisa univariat

Untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini analisa data dengan metode statistik univarat digunakan untuk menganalisa variabel independen


(45)

(data demografi dan dukungan keluarga) dan variabel dependen (respon cemas anak yang akan menjalani pembedahan). Untuk menganalisa variabel dukungan keluarga dan variabel respon cemas ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

b. Analisa bivariat

Untuk melihat hubungan antara variabel independen (dukungan keluarga) dan variabel dependen (respon cemas anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan) digunakan formulasi korelasi Spearman Rank (Rho). Uji korelasi Spearman Rank (Rho) digunakan pada penelitian ini karena variabel dukungan keluarga dan respon cemas anak usia sekolah yang akan menjalani pembedahan merupakan variabel dengan skala ordinal (kategorik) (Hidayat, 2008).

Untuk mengetahui apakah hubungan itu lemah, sedang atau kuat dipakai standar korelasi menurut Burns dan Grove (2001) dalam Christine (2010). dapat dilihat pada tabel 4.1berikut.

Tabel 4.1 Kriteria Penafsiran Korelasi

Nilai r Penafsiran

Diatas -0.5 Korelasi negatif tinggi

Hubungan negatif dengan interprestasi kuat - 0.3 sampai – 0.5 Korelasi negatif sedang

Hubungan negatif dengan interpretasi memadai - 0.1 sampai – 0.3 Korelasi negatif rendah

Hubungan negatif dengan interpretasi lemah

0 Tidak ada / hubungan

0.1 sampai 0.3 Korelasi positif rendah

Hubungan positif dengan interpretasi lemah 0.3 sampai 0.5 Korelasi positif sedang

Hubungan positif dengan interpretasi memadai Diatas 0.5 Korelasi positif tinggi


(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan mulai dari bulan September hingga November 2013 di RSUP. H. Adam Malik Medan. Responden pada penelitian ini adalah pasien anak dan keluarga yang menemani pasien dalam menjalani kemoterapi. Hasil penelitian ini menguraikan karakteristik demografi, dukungan keluarga, dan respon cemas anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi di RSUP. H. Adam Malik Medan

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga terhadap respon cemas anak usia sekolah yang menderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan.

5.1.1 Karekteristik Demografi

Deskripsi karakteristik demografi keluarga dan pasien anak usia sekolah yang menjalani kemoterapi di RSUP. H Adam Malik Medan didapat dari 31 responden. Mayoritas responden yang memiliki hubungan sebagai ibu 27 orang (87.1%), pendidikan SMA 13 orang (41,9%), lain-lain 25 orang (80,6%), dan 25 keluarga berpenghasilan dibawah Rp 1.750.000 (80,6%). Selanjutnya 16 orang responden anak berjenis kelamin laki-laki (51,6%), 8 orang berusia 12 tahun (25,8%), dan 22 orang (71%) pendidikan SD. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.1


(47)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentasi data demografi keluarga dan anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi di RSUP. H. Adam Malik Medan (n=31)

Data Demografi Frekuensi Persentase (%) Usia Anak 6 7 8 9 10 11 12 3 8 2 2 7 1 8 9,7 25,8 6,5 6,5 22,6 3,2 25,8 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 16 15 51,6 48,4 Pendidikan SD SMP 22 9 71 29

Hubungan Dengan Pasien

Bapak Ibu 4 27 12,9 87,1 Pekerjaan Orangtua/Wali PNS Wiraswata Pegawai Swasta Lain-Lain 2 3 1 25 6,5 3,2 9,7 80,6 Pendidikan Orangtua/Wali SD SMP SMA Perguruan Tinggi 4 6 13 8 12,9 19,4 41,9 25,8 Penghasilan

< Rp 1.750.000,00 >Rp 1.750.000,00

25 6

80,6 19,4


(48)

5.1.2 Dukungan Keluarga

Berdasarkan hasil analisa data dukungan keluarga pasien anak yang menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan secara keseluruhan, mayoritas responden mendapatkan dukungan keluarga baik 14 orang (45,2%), dapat dilihat pada tabel 5.2

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan tingkat dukungan keluarga pada anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi di RSUP.H Adam Malik Medan 2013

Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase (%)

Baik 14 45,2

Cukup 12 38,7

Kurang 5 16,1

5.1.3. Respon Cemas Anak

Berdasarkan hasil analisa data menunjukkan bahwa respon cemas anak dalam menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan secara keseluruhan, mayoritas responden memiliki cemas ringan yaitu sebesar 13 orang (41,9%), dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan total skor respon cemas anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi di RSUP.H Adam Malik Medan 2013

Tingkat Respon Cemas Frekuensi Persentase (%)

Respon cemas ringan 13 41,9

Respon cemas sedang 12 38,7


(49)

5.1.4 Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Respon Cemas Anak Usia dalam Menjalani Kemoterapi

Hubungan dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi di RSUP. H.Adam Malik Medan pada penelitian ini menggunakan uji koefisien korelasi Spearman (Correlations Spearman’s Rho). Hasil penelitian didapat koefisien korelasi (r) antara dukungan keluarga terhadap respon cemas anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi yaitu (r) -0,609 dengan tingkat signifikasi (p) 0,000. Hal ini menggambarkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga terhadap respon cemas anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan dimana kekuatan hubungannya kuat yang berpola negatif, dalam arti semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin rendah respon cemas anak usia sekolah yang menderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan.

Tabel 5.4 Hasil analisa antara dukungan keluarga terhadap respon cemas anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi di RSUP. H Adam Malik Medan 2013

Variabel 1 Variabel 2 r p Keterangan

Dukungan Keluarga

Respon Cemas

-0,609 0,000 Hubungan korelasi negatif dengan interpretasi kuat


(50)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Analisis Karakteristik Responden

Pengalaman dan pengetahuan anak tentang jenis penyakit berkembang pada usia sekolah (Papalia, 2001 dalam Agias, R & Fens, 2009). Hasil pengamatan karakteristik responden bahwa mayoritas usia anak 12 tahun (25,8%). Anak yang lebih muda cenderung lebih cemas dibandingkan anak yang lebih tua (Stuart & Laraia, 2005). Hasil ini sesuai dengan pendapat Feist (2009) dalam Muafifah. K (2013) yang menyatakan semakin bertambahnya usia akan mempengaruhi kematangan psikologis seseorang sehingga faktor usia mempengaruhi kecemasan seseorang. Umur menunjukan ukuran waktu pertumbuhan dan perkembangan seorang individu. Umur berkorelasi dengan pengalaman, pengalaman berkorelasi dengan pengetahuan, pemahaman dan pandangan terhadap suatu penyakit atau kejadian sehingga akan membentuk persepsi dan sikap (Haryanto, 2002).

Mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki (51,6%), dimana tingkat kecemasan laki-laki jauh lebih rendah dari perempuan. Trismiati (2004) menyatakan bahwa wanita secara umum lebih pencemas daripada pria. Menurut pendapat Wong (2008) menyatakan anak perempuan cenderung mengekspresikan ketakutan yang lebih banyak dan lebih kuat dibandingkan dengan anak laki-laki. Anak perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya daripada anak laki-laki karena anak perempuan lebih sensitif daripada anak laki-laki yang lebih aktif, eksploratif (Myres, 1983).

Mayoritas anak berpendidikan SD (71%). Respon cemas berat cenderung ditemukan pada responden yang berpendidikan rendah karena


(51)

rendahnya pemahanan terhadap efek samping kemoterapi sehingga membentuk persepsi yang menakutkan bagi mereka dalam menjalani kemoterapi.

Mayoritas hubungan dengan pasien sebagai ibu (87,1%). Setiawati (2008) mengemukakan bahwa peran sebagai ibu yaitu ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya berperan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh, pendidik anak-anaknya, pelindung dan salah satu anggota kelompok sosial dan dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan keluarga.

Mayoritas pekerjaan orangtua Lain-lain (IRT, Petani) 80,6%. Pekerjaan seseorang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh dari pekerjaannya. Jenis pekerjaan yang dimiliki responden sangat berpengaruh pada pengobatan anak yang menderita kanker. Responden yang memiliki pekerjaan dengan penghasilan lebih akan segera melakukan pengobatan terbaik dan menjalankan pengobatan di rumah sakit terbaik dengan jaminan kualitas kesehatan yang lebih baik. Responden yang memiliki pekerjaan dengan penghasilan cukup, sedang dan cenderung rendah walaupun demikian orangtua ingin agar anak selalu sehat tetap akan melakukan pengobatan, namun dengan menjalankan pengobatan yang standar (Desiana, 2011).

Mayoritas tingkat pendidikan orangtua SMA 41,9%. Menurut Notoatmodjo (2010) tingkat pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi pemahaman seseorang terhadap suatu pengetahuan. Orangtua dengan pendidikan tinggi cenderung menggunakan koping yang konstruktif dalam mengatasi kecemasan, hal ini disebabkan karena pengetahuan yang dimiliki sangat berperan dalam memberikan tindakan yang efektif terhadap permasalahan yang dihadapi. Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku dimana


(52)

individu dengan pendidikan lebih tinggi akan lebih mudah menerima informasi, mudah mengerti dan mudah menyelesaikan masalah (Stuart dan Laraia, 2005). Pendidikan pada umumnya berguna dalam merubah pola pikir, pola bertingkah laku dan pola pengambilan keputusan (Notoatmodjo, 2000 dalam Lutfa, 2008). Tingkat pendidikan responden berpengaruh terhadap keteraturan pengobatan pada anak yang menderita kanker. Tingkat pendidikan yang rendah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keterlambatan pengobatan pada anak. Tingkat pengetahuan responden yang rendah menyebabkan rendahnya pengetahuan responden tentang kanker yang dialami anak. Sukardja (2002) dalam Prihatini (2012) menyatakan bahwa salah satu faktor keterlambatan anak dalam pengobatan kanker adalah orangtua kurang menyadari bahaya kanker. Ketidaktahuan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan keterlambatan pengobatan kanker (Hawari, 2004).

Mayoritas penghasilan responden kurang dari Rp 1.750.000. Beberapa orangtua pasien yang kurang mampu telah mendapat bantuan dana dari pemerintah, hal ini dimungkinkan karena program biaya pengobatan negeri berasal dari askes, jamkesmas, jamkesda sehingga orangtua mempunyai kecemasan yang lebih rendah.

5.2.1. Dukungan Keluarga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas dukungan keluarga terhadap anak usia sekolah yang menderita kanker dalam menjalani kemoterapi adalah baik 45,2% (14 orang). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Julianta (2008) dengan sampel 38 didapat 26 (68,4%) responden mempunyai dukungan keluarga sangat baik terhadap pasien dalam menjalani


(53)

kemoterapi, selain itu Dalami (2010) menyatakan bahwa keluarga sangat penting untuk penyembuhan pasien karena keluarga merupakan sistem pendukung yang terdekat bagi pasien. Keterlibatan anggota keluarga secara terus menerus merupakan hal yang sangat menolong dan membangkitkan semangat bagi pasien dalam menjalani pengobatan (Anne & David, 2007).

Menurut Rosinta (2010) melakukan penelitian di Rb 1 RSUP. H. Adam Malik Medan dengan sampel 25 orang didapat 12 (48%) dukungan keluarga dalam kategori baik. Hal ini sesuai penelitian Utami (2013) bahwa dukungan keluarga sangat diperlukan untuk setiap anggota keluarga yang sakit, adanya dukungan keluarga yang tinggi maka pasien akan merasa lebih tenang dan nyaman dalam menjalani masa kemoterapi. Penelitian juga didukung oleh Naufal (2011) bahwa pasien yang menderita kanker sangat membutuhkan dukungan dari orang yang paling dekat sebagai tempat mereka mendapatkan semangat, kasih sayang dan pengertian.

Dukungan keluarga terhadap pasien dalam menjalani kemoterapi relative baik karena anak selama menjalani perawatan dan pengobatan di rumah sakit sebagian besar mendapatkan dukungan dari keluarganya. Hasil penelitian menunjukkan 20 (64,5%) keluarga selalu memuji ketenangan anak saat dilakukan pemeriksaan dalam menjalani kemoterapi. Hal ini sesuai pendapat Anne dan David (2007) bahwa dukungan emosional merupakan dukungan keluarga yang paling penting yang seharusnya diberikan kepada anggota keluarga karena merupakan hal penting dalam meningkatkan semangat pasien dan memberikan ketenangan, 14 (45,2%) keluarga selalu bergantian menjaga dan mendampingi anak pada saat perawatan dalam menjalani kemoterapi.


(54)

Adanya pendampingan keluarga, pasien merasa nyaman, tenang dan lebih kuat dalam menerima keadaan fisiknya sehingga akan memberi dampak yang baik terhadap proses penyembuhan penyakit (Chandra, 2009). Hal ini didukung juga Anne dan David (2007) menyatakan bahwa ketika seseorang sedang menghadapi situasi kritis dalam kehidupan, biasanya membutuhkan orang-orang yang dapat diajak bicara dan yang mendengarkan.

Dukungan yang baik dipengaruhi oleh dukungan dari orang yang sangat berarti. Hurlock (1980) dalam Muafifah. K (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang mendalam antara anak dengan keluarga. Menurut data demografi menunjukkan bahwa 27 (87,1%) hubungan dengan pasien sebagai ibu. Hal ini sesuai dengan pendapat Setiawati (2008) bahwa peran ibu yaitu ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya berperan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh, pendidik dan pelindung anak-anaknya. Dukungan juga dipengaruhi oleh pendidikan dan pekerjaan orangtua dimana SMA (41,9%) dan Lain-lain (80,6%), hal ini disebabkan karena orangtua dengan pendidikan yang rendah cenderung diikuti dengan status sosial ekonomi rendah yang akan berpengaruh terhadap biaya dalam proses pengobatan (Friedman, 1998) dan tingkat pendidikan yang rendah cenderung terjadi keterlambatan dalam upaya diagnosis dini ke pelayanan kesehatan akibat kurangnya paparan informasi (Subakti. E, 2004). Menurut data demografi menyatakan bahwa 80,6% orangtua pasien mempunyai penghasilan kurang dari Rp 1.750.000. Beberapa pasien yang kurang mampu telah mendapat bantuan dana dari pemerintah, tetapi bantuan tersebut tidak dapat membantu secara penuh karena pasien masih membutuhkan dana lagi untuk perawatan di rumah. Oleh karena itu,


(55)

penghasilan yang didapat oleh keluarga sangat membantu pasien ketika menjalani pengobatan.

Meskipun mayoritas anak mendapat dukungan keluarga baik tetapi ada juga mendapat dukungan keluarga kurang sebanyak 5 orang (16,1%). Berdasarkan hasil penelitian McCaughan (2000) terhadap pasien yang diterapi menunjukkan bahwa lebih dari setengah jumlah pasien yang diteliti menyatakan tidak mendapat dukungan informasi dari keluarga disebabkan karena hubungan yang kurang baik antara keluarga dengan pasien. Hasil penelitian yang dilakukan oleh McCauchan (2000) berbeda dengan penelitian ini karena dukungan informasional yang kurang bukan disebabkan karena hubungan yang tidak baik antara pasien dan keluarga tetapi berdasarkan karakteristik responden menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan yang rendah sehingga membuat keluarga kesulitan untuk mencari informasi dan menjelaskannya kepada responden. Selain itu, keluarga pasien kurang memahami efek samping yang timbul akibat pengobatan kemoterapi sehingga kurang dapat memberikan dukungan pada pasien tersebut untuk melanjutkan pengobatan kemoterapi yang sangat lama.

Dari hasil pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa mayoritas anak mendapatkan dukungan keluarga baik, hal ini disebabkan karena keterlibatan keluarga terus menerus dapat menolong dan membangkitkan semangat bagi anak dalam menjalani pengobatan. Adanya pendampingan keluarga maka anak merasa nyaman, tenang dan lebih kuat dalam menerima keadaan fisiknya sehingga keluarga sangat penting bagi penyembuhan anak. Selain itu juga dipengaruhi oleh karakteristik data demografi terdiri dari hubungan dengan


(56)

pasien, pekerjaan orangtua/wali, pendidikan orangtua/wali dan penghasilan. Terdapat juga anak kurang mendapatkan dukungan keluarga, hal ini disebabkan oleh dukungan informasional yang kurang antara anak dan keluarga karena berdasarkan karakteristik menunjukkan bahwa mayoritas anak memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan keluarga kurang memahami efek samping kemoterapi untuk menjelaskannya kepada anak.

5.2.2 Tingkat Cemas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas cemas anak dalam menjalani kemoterapi ringan 41,9% (13 orang). Hal ini sesuai penelitian Nuraidar (2011) dengan sampel 36 sebanyak 12 (33.3%) responden berada dalam kecemasan ringan. Hal ini dimungkinkan pengalaman pasien sebelumnya terhadap perawatan dan pengobatan di rumah sakit mempengaruhi kecemasan. Pengalaman awal ini sebagai bagian penting dan sangat menentukan bagi kondisi mental pasien di kemudian hari (Supartini, 2004). Hal ini juga didukung Lutfa (2008) menyatakan bahwa pengalaman pasien tentang kemoterapi kurang maka cenderung mempengaruhi peningkatan kecemasan dalam menajalani kemoterapi

Selain itu Hockenbery & Wilson (2000) menyatakan bahwa reaksi anak akibat situasi krisis salah satunya dipengaruhi oleh faktor usia anak, hal ini dimungkinkan karena dipengaruhi oleh faktor koping anak dalam menghadapi situasi krisis tersebut. Koping anak juga dipengaruhi oleh pengalaman dan pendampingan keluarga kepada anak dalam menjalani kemoterapi. Hal ini juga didukung Nursalam (2005) bahwa keluarga memberikan perhatian serta


(57)

memberikan rasa aman dan nyaman pada anak sehingga dapat meminimalkan dampak kecemasan dan stress pada anak.

Tingkat kecemasan pasien dalam menjalani kemoterapi relative ringan karena sebagian besar anak sudah lebih dari 1-2 x menjalani kemoterapi, sehingga tingkat kecemasan saat pengobatan lebih rendah. Hasil penelitian menunjukkan 20 (64,5%) responden tidak pernah khawatir mual muntah setiap menjalani kemoterapi. Pengalaman awal pasien dalam pengobatan merupakan pengalaman- pengalaman yang sangat berharga yang terjadi pada individu terutama untuk masa-masa yang datang (Kaplan & Sadock, 1997), hal ini disebabkan mual muntah merupakan salah satu efek samping yang paling dicemaskan oleh pasien dalam menjalani kemoterapi, 20 (64,5%) responden selalu bersemangat dalam menjalani kemoterapi. Hal ini sesuai dengan Lutfa (2008) bahwa dukungan keluarga yang besar kepada pasien secara psikologis dapat menambah semangat hidup yang dapat berdampak pada tingkat kecemasan yang rendah, selain itu motivasi hidup juga mampu mengurangi tingkat kecemasan karena dengan motivasi hidup yang dimiliki pasien tidak akan selalu berorientasi pada kecemasan yang dialami akan tetapi berusaha untuk mengejar tujuan dalam hidupnya.

Respon cemas anak ringan juga dipengaruhi oleh karakteristik demografi dimana responden mayoritas berumur 12 tahun (25,8%) sehingga anak mengetahui dengan jelas diagnosis dan jenis kanker yang mereka alami. Selain itu, anak sudah dapat menerima kondisinya dan mau menjalani pengobatan yang harus dijalani terhadap dirinya bahwa kanker merupakan pernyakit yang membutuhkan perawatan dan pengobatan dalam jangka waktu yang relatif


(58)

panjang karena bertujuan untuk mengatasi penyebaran kanker hingga ke akar-akarnya supaya dapat sembuh dari kanker.

Jika dilihat dari dari jenis kelamin dan pendidikan dimana mayoritas anak laki-laki (51,6%) dan SD (71%), menurut Power dalam Myers (1983) menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih rileks dibanding perempuan dan anak laki-laki memiliki ketahanan yang lebih besar terhadap adaptasi (Battrick & Glasper, 2004). Selain itu, faktor usia mempengaruhi kecemasan karena semakin bertambahnya usia akan mempengaruhi kematangan psikologis seseorang, sehingga anak yang lebih muda cenderung lebih cemas dibandingkan anak yang lebih tua.

Meskipun mayoritas anak memiliki respon cemas ringan tetapi ada juga anak memiliki respon cemas berat sebanyak 6 orang (19,4%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rollintan (2006) didapat hasil bahwa 14 (48,3%) pada pasien kanker berada dalam kecemasan berat. Menurut Jenkins (1991) dalam Rollintan (2006) mengungkapkan bahwa kecemasan dapat semakin meningkat akibat rasa nyeri yang ditimbulkan selama menjalani pengobatan. Kecemasan yang dirasakan pasien pada umumnya bercampur dengan suasana hati lainnya berupa ketidakpastian, ancaman terhadap kelangsungan hidup dan kemungkinanan cacat atau kehilangan fungsi tubuh (Jong, 2004). Selain itu Potter & Perry (2001) menyatakan bahwa tingginya kecemasan seseorang individu dimungkinkan oleh kondisi sakit, hospitalisasi, ketidaktahuan tentang pemeriksaan dan prosedur tindakan medis, takut terhadap nyeri, bergantung pada orang, deformitas atau ancaman lain terhadap citra tubuh dan kematian.


(59)

Dari hasil pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa mayoritas anak mengalami respon cemas ringan, hal ini disebabkan oleh pengalaman anak sebelumnya terhadap perawatan, pengobatan dan pendampingan keluarga kepada anak dalam menjalani kemoterapi. Selain itu juga dipengaruhi oleh karakteristik demografi anak yang terdiri dari usia anak, jenis kelamin dan pendidikan. Terdapat juga anak mengalami respon cemas berat, hal ini disebabkan oleh hospitalisasi, ketidaktahuan tentang pemeriksaan dan prosedur tindakan medis, takut terhadap nyeri, bergantung pada orang, deformitas atau ancaman lain terhadap citra tubuh dan kematian.

5.2.3 Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Respon Cemas Anak Usia Sekolah yang Menderita Kanker dalam Menjalani Kemoterapi

Hasil penelitian hubungan dukungan keluarga terhadap respon cemas anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi di RSUP. H. Adam Malik Medan menunjukkan bahwa nilai Probabilitas (p) dukungan keluarga mempunyai hubungan yang signifikan p=0,000 lebih kecil dari nilai level of significance

yaitu 0,05 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan respon cemas anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi. Hasil hipotesa alternative pada penelitian ini diterima yaitu terdapat hubungan antara dukungan keluarga terhadap respon cemas anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi. Didapat nilai korelasinya r=-0,609 dengan interprestasi kuat yang berarti semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin rendah respon cemas anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi.

Hasil penelitian ini sesuai Utami (2013) yang membuktikan bahwa semakin tinggi dukungan keluarga yang diberikan dari keluarga terhadap


(60)

pasien dalam menjalani kemoterapi maka akan semakin rendah tingkat kecemasan yang dialami pasien bahkan tidak mengalami kecemasan sama sekali. Dukungan keluarga yang besar kepada pasien dapat menambah semangat hidup bagi pasien yang dapat berdampak pada tingkat kecemasan yang rendah (Lutfa, 2008). Penelitian didukung juga Engel (2013) bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat membantu pasien dalam meningkatkan kemampuan koping pasien dalam menghadapi berbagai

stressor yang dihadapinya. Dengan kemampuan koping tersebut maka tingkat kecemasan pasien yang dialaminya dapat diminimalisir.

Mangan (2003) menyatakan bahwa pasien kanker umumnya muncul perasaan cemas akan penyakitnya sehingga pasien cenderung sulit untuk beradaptasi dengan penyakit yang dideritanya dan juga gelisah pada saat mengalami gejala pada penyakitnya. Dukungan dari keluarga adalah sumber dukungan sosial yang paling tinggi, saat pasien yakin bahwa mereka mempunyai keluarga yang mendukung maka keyakinan akan kemampuan mengatasi kecemasan yang dialaminya akan meningkat yang dapat meredakan dan mengatasi tekanan yang dirasakannya (Sarason 1986 dalam Christine 2010)

         


(61)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan pada penelitian ini menunjukkan nilai Probabilitas (p) dukungan keluarga mempunyai hubungan yang signifikan (p =0,000 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap respon cemas anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi di RSUP. H. Adam Malik Medan dengan kekuatan korelasi r = - 0,609 dan masuk ke dalam kategori hubungan kuat. Penggunaan uji korelasi Spearman Rank (Rho) dari penelitian ini bersifat negatif yang juga membuktikan bahwa semakin tinggi dukungan keluarga yang diberikan maka semakin rendah respon cemas anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi dan sebaliknya semakin rendah dukungan yang diberikan keluarga maka semakin tinggi respon cemas anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik

6.2. Saran

6.2.1 Praktek Keperawatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi perawat tentang pentingnya meningkatkan dukungan keluarga yang baik dan menurunkan kecemasan pada anak dalam menjalani kemoterapi serta dalam melakukan asuhan keperawatan dapat lebih optimal, komprehensif dan lebih peka terhadap psikologis anak sehingga anak dapat menerima kondisinya sebagaimana mestinya.


(62)

6.2.2. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi institusi pendidikan untuk pengembangan pendidikan keperawatan khususnya keperawatan keluarga dan keperawatan anak sehingga dapat meningkatkan pemahaman peserta didik bahwa pentingnya dukungan keluarga pada setiap intervensi yang diberikan khususnya pada anak dalam menjalani kemoterapi dan dapat digunakan sebagai bahan referensi/bacaan bagi mahasiswa keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien kanker terkait aspek psikososial pasien.

6.2.3. Penelitian Keperawatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal bagi penelitian selanjutnya dan diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat terhadap peneliti sendiri sekaligus motivasi untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut baik di institusi pendidikan ataupun di pelayanan keperawatan.  

 

   

     

   


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Admin (2011). Cara Memotivasi Pasien Kanker. Diakses di

http://www.4lifesistemimun.com dibuka pada tanggal 10 Oktober 2013 Anne & David. (2007). Melawan Kanker. Jakarta: Mitra Media

Battrick, C.,& Glasper, E. A (2004). The View of Children and Their Families or being in Hospital British Journal of Nursing

Chandra. (2009). Pengaruh Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Kesembuhan Penderita Post Teraumatic Stress Disorder (PTSD) di Pusat Pelayanan Terpadu. di http://www.repository.usu.ac.i pada tanggal 2 November 2013

Christine, M . (2010) Hubungan Dukungan Keluarga dengan Respon Cemas Anak Usia Sekolah terhadap Pemasangan Intravena di Rumah Sakit Advent Medan. Diambil tanggal 04 April 2013 dari http://repository.usu.ac.id/

Dalami, E. (2010). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media

Engel, S. (2013), Hubungan dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Akibat Hospitalisasi pada Anak di Usia Pra Sekolah di IRINA E BLU RSUP Prof Dr.R.D KANDOU MANADO. Diambil tanggal 18 November 2013 dari http://www.skripsistikes.wordpress.com

Friedman, M. (1998). Keperawatan keluarga : Teori dan Praktek Edisi Ketiga. Jakarta: EGC.

Hawari, D. (2008). Menejemen Stress, Cemas dan Depresi.FKUI. Jakarta

Hidayat, A. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.

__________ (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

Hockenberry , J.M. & Wilson, D. (2007). Wong’s nursing care of infant and children. (8 th edition). Canada: Mosby Company


(1)

HASIL RELIABEL INSTRUMENT PENELITIAN

1.

Dukungan Keluarga

Item-Total Statistics Scale Mean

if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

PERTANYAAN1 42.00 45.556 .118 . .801

PERTANYAAN2 42.20 42.400 .529 . .779

PERTANYAAN3 42.20 41.289 .425 . .783

PERTANYAAN4 42.30 41.344 .448 . .782

PERTANYAAN5 42.50 40.056 .571 . .773

PERTANYAAN6 42.10 41.656 .376 . .787

PERTANYAAN7 42.60 41.600 .632 . .774

PERTANYAAN8 42.50 41.389 .444 . .782

PERTANYAAN9 42.10 40.544 .566 . .774

PERTANYAAN10 42.20 41.067 .541 . .776

PERTANYAAN11 42.30 41.567 .427 . .783

PERTANYAAN12 41.90 44.322 .364 . .789

PERTANYAAN13 41.80 43.956 .292 . .791

PERTANYAAN14 42.40 42.711 .354 . .788

PERTANYAAN15 42.40 43.822 .247 . .795

PERTANYAAN16 42.70 44.233 .205 . .798

PERTANYAAN17 41.50 47.167 -.026 . .801

PERTANYAAN18 42.00 43.111 .557 . .781

PERTANYAAN19 42.10 39.656 .658 . .768

PERTANYAAN20 41.80 52.844 -.793 . .831

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

44.40 47.156 6.867 20

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items


(2)

2.

Respon Cemas Anak

Item-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

PERTANYAAN1 39.90 84.322 .626 .871

PERTANYAAN2 40.20 90.400 .179 .884

PERTANYAAN3 40.20 88.178 .402 .877

PERTANYAAN4 40.20 89.289 .446 .877

PERTANYAAN5 40.10 86.322 .554 .874

PERTANYAAN6 40.20 87.733 .436 .876

PERTANYAAN7 40.00 84.667 .716 .870

PERTANYAAN8 40.60 90.711 .531 .877

PERTANYAAN9 40.30 91.567 .146 .883

PERTANYAAN10 39.60 92.933 .018 .889

PERTANYAAN11 40.10 80.322 .859 .864

PERTANYAAN12 39.90 82.544 .636 .870

PERTANYAAN13 39.70 82.011 .651 .870

PERTANYAAN14 40.20 85.067 .647 .871

PERTANYAAN15 39.50 85.389 .458 .876

PERTANYAAN16 40.10 83.878 .610 .871

PERTANYAAN17 39.90 92.100 .085 .886

PERTANYAAN18 40.40 87.156 .508 .875

PERTANYAAN19 40.10 83.656 .771 .868

PERTANYAAN20 40.60 90.711 .531 .877

PERTANYAAN21 40.00 87.111 .339 .880

PERTANYAAN22 40.20 88.400 .384 .878

PERTANYAAN23 40.00 80.222 .758 .866

PERTANYAAN24 39.10 96.100 -.188 .891

PERTANYAAN25 39.70 86.011 .484 .875

Reliability Statistics Cronbach's Alpha

N of Items

.881 25

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(3)

 

HASIL FREKUENSI PENELITIAN

Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Respon Cemas Anak Usia Sekolah yang

Menderita Kanker dalam Menjalani Kemoterapi di RSUP. H. Adam Malik

Medan Tahun 2013

1.

Data

 

Demografi

 

 

Umuranak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 6 3 9.7 9.7 9.7

7 8 25.8 25.8 35.5

8 2 6.5 6.5 41.9

9 2 6.5 6.5 48.4

10 7 22.6 22.6 71.0

11 1 3.2 3.2 74.2

12 8 25.8 25.8 100.0

Total 31 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 15 48.4 48.4 48.4

perempuan 16 51.6 51.6 100.0

Total 31 100.0 100.0

Pendidikananak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 22 71.0 71.0 71.0

SMP 9 29.0 29.0 100.0


(4)

Hbngndgnpasien

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Bapak 4 12.9 12.9 12.9

Ibu 27 87.1 87.1 100.0

Total 31 100.0 100.0

Pekerjaanorangtua

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PNS 2 6.5 6.5 6.5

Wiraswasta 3 9.7 9.7 16.1

Pegawai swasta 1 3.2 3.2 19.4

lain-lain 25 80.6 80.6 100.0

Total 31 100.0 100.0

Pendidikanorangtua

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 4 12.9 12.9 12.9

SMP 6 19.4 19.4 32.3

SMA 13 41.9 41.9 74.2

Perguruan Tinggi 8 25.8 25.8 100.0

Total 31 100.0 100.0

Penghasilan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <1.750.000.000 25 80.6 80.6 80.6

>1.750.000.000 6 19.4 19.4 100.0


(5)

2.

Dukungan Keluarga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20-33 KURANG 5 16.1 16.1 16.1

34-47 CUKUP 12 38.7 38.7 54.8

48-60 BAIK 14 45.2 45.2 100.0

Total 31 100.0 100.0

3.

Respon Cemas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 25-37 RINGAN 13 41.9 41.9 41.9

38-50 SEDANG 12 38.7 38.7 80.6

51-63 BERAT 6 19.4 19.4 100.0

Total 31 100.0 100.0

HASIL KORELASI PENELITIAN

Correlations

DukunganKeluar ga

ResponCemasA nak

Spearman's rho DukunganKeluarga Correlation Coefficient 1.000 -.609**

Sig. (2-tailed) . .000

N 31 31

ResponCemasAnak Correlation Coefficient -.609** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 31 31

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(6)