TINJAUAN PUSTAKA Hubungan Perilaku Ibu Mengenai Kesehatan Gigi Anak Dengan Lactobacillus sp. Anak Usia 2-5 Tahun di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ar Raudhatul Hasanah, Medan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ECC merupakan karies rampan yang banyak terjadi pada anak. American Dental Association ADA mendefinisikan ECC sebagai adanya satu permukaan gigi atau lebih pada gigi sulung yang mengalami kerusakan dengan atau tanpa kavitas ataupun yang ditambal pada anak usia sampai dengan 71 bulan. ECC sering disebut Baby Bottle tooth decay, Nursing Bottle Syndrome, dan Rampant Caries Lesions. 4 Berdasarkan perkembangannya, ECC dibagi menjadi 4 stadium yaitu : 1. Stadium inisial Stadium inisial dikarakteristikkan dengan adanya lesi demineralisasi yang opak seperti kapur pada permukaan gigi insisivus sulung maksila ketika anak berusia 10 – 20 bulan atau kadang lebih muda. Pada stadium ini, lesi bersifat reversibel tetapi sering terabaikan oleh orang tua maupun dokter gigi saat memeriksa rongga mulut anak. Garis putih yang khas dapat dilihat pada bagian servikal permukaan labial dan palatal gigi insisivus maksila, dapat didiagnosa setelah gigi yang terlibat dikeringkan. Gambar 2. ECC stadium Inisial Universitas Sumatera Utara 2. Stadium kedua Stadium kedua berlangsung ketika anak berusia antara 16 – 24 bulan. Bagian dentin ikut terlibat ketika lesi putih pada gigi insisivus berkembang dengan cepat. Pada stadium ini, anak mulai mengeluh terjadinya hipersensitifitas terhadap rasa dingin. Dentin terekspos dan bewarna kuning serta konsistensinya lunak. Orang tua terkadang sadar akan perubahan warna gigi anak dan menjadi perhatian. Pada gigi molar sulung maksila terlihat lesi inisial pada bagian servikal, proksimal dan oklusal. Gambar 3. Karies labial stadium 1 dan 2 pada anak usia 3 tahun 3. Stadium ketiga Stadium ketiga mulai berlangsung ketika anak berusia antara 20 – 36 bulan, dengan gambaran yang khas yaitu lesi yang besar dan dalam pada gigi insisivus maksila serta terjadi iritasi pulpa. Anak mengeluh sakit ketika mengunyah atau saat menyikat gigi. Anak juga mengeluh rasa sakit spontan pada malam hari. Saat tahap ini terjadi, pada gigi molar sulung maksila berlangsung ECC stadium 2 dan pada gigi molar sulung mandibula dan kaninus maksila berlangsung ECC stadium 1. Universitas Sumatera Utara Gambar 4. ECC stadium 3 4. Stadium keempat Stadium keempat mulai berlangsung ketika anak berusia antara 30 – 48 bulan. Gambaran karakteristik pada stadium ini yaitu adanya fraktur koronal gigi anterior maksila sebagai akibat destruksi amelodentinal. Pada stadium ini, gigi sulung anterior maksila biasanya nekrosis dan gigi molar sulung maksila berlangsung ECC stadium 3. Gigi molar dua dan kaninus maksila serta molar satu mandibula berlangsung ECC stadium 2. Beberapa anak menderita tetapi tidak dapat mengekspresikan keluhan sakit gigi mereka. Mereka mengalami gangguan tidur dan menolak makanan. 9 Gambar 5. Destruksi gigi insisivus maksila dengan abses gigi 51 stadium 4 Universitas Sumatera Utara Gambar 6. ECC stadium 4 Karies merupakan suatu penyakit multifaktorial dimana keempat faktor utama berinteraksi dan menyebabkan ketidakseimbangan dalam demineralisasi dan remineralisasi antara permukaan gigi dengan plak biofilm di sekitarnya. 2 Umumnya, karies dimulai dari enamel tapi bisa saja dimulai dari dentin atau sementum. Enamel tersusun atas struktur kimia yang kompleks yang mengandung 97 mineral kalsium, fosfat, karbonat dan fluor, air 1 dan bahan organik 2. Gigi desidui lebih mudah terkena karies daripada gigi permanen. Ini terjadi karena gigi desidui mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah mineral lebih sedikit daripada gigi permanen. Selain itu, secara kristalografis gigi desidui tidak sepadat gigi permanen. Hal ini mungkin yang menjadi salah satu alasan tingginya prevalensi karies pada anak. Saliva memainkan peran penting dalam proses karies yaitu berperan sebagai self cleansing dan sistem bufer, membuat proses karies berjalan lebih lama dan juga berperanan pada proses remineralisasi dengan menghasilkan kalsium, fosfat dan fluor. 14,15 Universitas Sumatera Utara Pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Streptococcus mutans dan Lactobacillus sp. berkaitan dalam karies gigi. 16 Streptococcus mutans diyakini sebagai bakteri awal pada proses terjadi dan berkembangnya karies, diikuti Lactobacillus sp. saat sudah terjadi kavitas pada enamel. 17 Lactobacillus sp. merupakan bakteri komensalis gram positif berbentuk coccobacillary kebanyakan bentuk batang, alfa ataupun non-haemolitik dan bersifat anaerob fakultatif serta menghasilkan asam laktat yang akan merusak bahan – bahan anorganik dari email sehingga memicu terjadinya proses karies. Lactobacillus sp. dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu golongan homofermenters yang utamanya menghasilkan asam laktat 65 dari fermentasi glukosa contohnya L. casei dan golongan heterofermenters yang menghasilkan selain asam laktat juga menghasilkan asetat, etanol dan karbon dioksida contohnya L. fermentum. 19 Lactobacillus sp. hidup pada kondisi microaerophilic dengan adanya karbon dioksida dan pH yang asam 6,0 serta banyak terdapat di dalam rongga mulut dan bagian tubuh lainnya. Banyak penelitian menunjukkan prevalensi yang tinggi pada karies permukaan akar. Bakteri ini dianggap menjadi kandidat penyebab karies karena dijumpai jumlahnya yang tinggi pada kebanyakan lesi karies enamel. Korelasi positif antara jumlah Lactobacillus sp. di dalam plak dan saliva dengan aktivitas karies; kemampuan Lactobacillus sp. untuk mensintesa polisakarida baik ekstraseluler maupun intraseluler dari sukrosa; kemampuan beberapa spesies Lactobacillus sp. menyebabkan karies pada tikus gnotobiotics bebas kuman. Kenyataan bahwa jumlah Lactobacillus sp. di dalam plak gigi yang diambil dari tempat yang sehat biasanya rendah. Walaupun peran Lactobacillus sp. pada proses Universitas Sumatera Utara karies belum dijelaskan dengan baik, dipercaya bahwa spesies ini terlibat lebih dalam pada proses lesi enamel yang dalam dan merupakan organisme pelopor dalam proses karies terutama pada dentin. 18,19 Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dimakan sehari – hari yang menempel di permukaan gigi. Substrat ini berpengaruh terhadap karies secara lokal di dalam mulut. Menaker 1980 menyatakan bahwa pada penduduk dengan diet makanan terutama yang mengandung lemak dan protein hanya ditemukan sedikit bahkan tidak ditemukan karies sama sekali di giginya. Proses karies akan terhambat bila anak makan dengan menu diet tinggi lemak. 20 Vipeholm 1978 membuktikan tidak hanya jenis karbohidrat saja yang menyebabkan karies, tetapi frekwensi dan bentuk fisik juga berperan penting dalam menentukan karies. Karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan yang bersifat lengket serta mudah hancur di dalam mulut lebih memudahkan timbulnya karies dibanding bentuk fisik lain, misalnya kue – kue, roti, es krim, susu, coklat, permen dan lain – lain. Selain itu, Rugg-Gunn dkk 1984 juga menyatakan jumlah asupan gula harian pada anak lebih besar korelasinya terhadap karies dibanding dengan frekwensi makan gula. Makanan yang paling sering dimakan anak di antara dua waktu makan mempunyai ciri – ciri pH rendah, mengandung gula tinggi dan lengket. 20 Beberapa jenis sayuran dan makanan telah diteliti untuk mengetahui hubungannya dengan karies. Sayuran dan buah yang berserat serta mengandung air bersifat membersihkan karena harus dikunyah dan dapat merangsang sekresi saliva karenanya dapat berperan sebagai penghambat terjadinya karies. Namun tidak semua Universitas Sumatera Utara buah memiliki peranan dalam menghambat karies. Buah apel misalnya ternyata tidak ada hubungannya dengan pengurangan karies. Buah jeruk manis dan buah-buahan yang tidak berserat juga tidak dapat membantu mengurangi timbulnya karies bahkan jus dapat menyebabkan karies. 20 Ketika makanan atau minuman yang mengandung karbohidat dikonsumsi, pH plak mulai menurun. Keadaan ini dapat bertahan selama 20 – 30 menit sebelum sifat bufer saliva menetralisir keasaman plak. 21 Ketika asam dihasilkan, kristal enamel akan rusak dan terjadi kavitas. Waktu yang diperlukan untuk membentuk sebuah kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan. 14,15 Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP