Standard Nordic Questionnaire SNQ Uji Chi -Square Uji Kai Kuadrat

- Pengawasan yang intensif Melalui pengawasan yang intensif dapat dilakukan pencegahan secara lebih dini terhadap kemungkinan terjadinya resiko sakit akibat kerja.

3.4. Standard Nordic Questionnaire SNQ

Ada beberapa cara dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui hubungan antara tekanan fisik dengan resiko keluhan otot skeletal. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan berbagai faktor subjektif seperti kinerja, motivasi, harapan dan toleransi kelelahan. Salah satunya adalah melalui Standard Nordic Questionnaire SNQ. Melalui kuesioner ini dapat diketahui bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari Tidak Sakit TS, Agak Sakit AS, Sakit S dan Sangat Sakit SS. Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada Gambar 3.1. maka dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. Universitas Sumatera Utara Sumber : Gempur Santoso, Ergonomi : Manusia, Peralatan dan Lingkungan Gambar 3.1. Standard Nordic Questionnaire

3.5. Postur Kerja

Pertimbangan ergonomi yang berkaitan dengan postur kerja dapat membantu mendapatkan postur kerja yang nyaman bagi pekerja, baik itu postur kerja berdiri, duduk maupun postur kerja lainnya. Pada beberapa jenis pekerjaan terdapat postur kerja yang tidak alami dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini akan mengakibatkan keluhan sakit pada bagian tubuh, cacat produk bahkan cacat tubuh. Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan postur tubuh saat bekerja : NO JENIS KELUHAN TINGKAT KELUHAN Tidak Sakit Agak Sakit Sakit Sangat Sakit Sakit kaku di leher bagian atas 1 Sakit kaku di leher bagian bawah 2 Sakit di bahu kiri 3 Sakit di bahu kanan 4 Sakit lengan atas kiri 5 Sakit di punggung 6 Sakit lengan atas kanan 7 Sakit pada pinggang 8 Sakit pada bokong 9 Sakit pada pantat 10 Sakit pada siku kiri 11 Sakit pada siku kanan 12 Sakit pada lengan bawah kiri 13 Sakit pada lengan bawah kanan 14 Sakit pada pergelangan tangan kiri 15 Sakit pada pergelangan tangan kanan 16 Sakit pada tangan kiri 17 Sakit pada tangan kanan 18 Sakit pada paha kiri 19 Sakit pada paha kanan 20 Sakit pada lutut kiri 21 Sakit pada lutut kanan 22 Sakit pada betis kiri 23 Sakit pada betis kanan 24 Sakit pada pergelangan kaki kiri 25 Sakit pada pergelangan kaki kanan 26 Sakit pada kaki kiri 27 Sakit pada kaki kanan Universitas Sumatera Utara 1. Semaksimal mungkin mengurangi keharusan pekerja untuk bekerja dengan postur membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau dalam jangka waktu yang lama. Untuk mengatasi masalah ini maka stasiun kerja harus dirancang dengan memperhatikan fasilitas kerjanya yang sesuai dengan kondisi fisik pekerja, agar operator dapat menjaga postur kerjanya dalam keadaan tegak dan normal. Ketentuan ini sangat ditekankan khususnya pada pekerjaan yang harus dilaksanakan dalam keadaan berdiri. 2. Pekerja tidak seharusnya menggunakan jangkauan maksimum. Pengaturan postur kerja dalam hal ini dilakukan dalam jarak jangkauan normal. Untuk hal-hal tertentu operator harus mampu dan cukup leluasa mengatur tubuhnya agar memperoleh postur kerja yang nyaman. 3. Pekerja tidak seharusnya duduk atau berdiri dengan leher, kepala, dada atau kaki berada dalam posisi miring. Beberapa sikap kerja yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut : 1. Hindari posisi kepala dan leher yang terlalu menengadah ke atas 2. Hindari tungkai yang menaik 3. Hindari postur memutar atau asimetris 4. Sediakan sandaran bangku yang cukup di setiap bangku

3.5.1. The Quick Exposure Check QEC

QEC adalah suatu alat untuk penilaian terhadap resiko kerja yang berhubungan dengan ganguan otot Work Related Musculoskeletal Disorders – WMSDs pada tempat kerja. QEC menilai gangguan resiko yang terjadi pada Universitas Sumatera Utara bagian belakang punggung back, bahulengan should arm, pergelangan tangan hand wrist, dan leher neck. Alat ini mempunyai beberapa fungsi, antara lain : a. Mengidentifikasi faktor resiko WMSDs b. Mengevaluasi gangguan resiko untuk daerahbagian tubuh yang berbeda-beda. c. Mengevaluasi efektivitas dari suatu intervensi ergonomi di tempat kerja. d. Menyarankan suatu tindakan yang perlu diambil dalam rangka mengurangi gangguan resiko yang ada. e. Mendidik para pemakai tentang resiko muskuloskeletal di tempat kerja. Penilaian QEC dilakukan kepada peneliti dan pekerja. Selanjutnya dengan penjumlahan setiap skor hasil kombinasi masing-masing bagian diperoleh skor dengan kategori level tindakan. Tabel 3.1. Penilaian Pekerja Worker QEC Faktor Kode 1 2 3 4 Beban a ≤ 5 kg 6-10 kg 11-20 kg 20 kg Durasi b 2 jam 2-4 jam 4 jam Kekuatan tangan c 1 kg 1-4 kg 4 kg Vibrasi d Tidak adakecil Sedang Tinggi Visual e Tidak diperlukan Diperlukan untuk melihat detail Universitas Sumatera Utara Tabel 3.1. Penilaian Pekerja Worker QEC Lanjutan Faktor Kode 1 2 3 4 Langkah f Tidak susah Kadang-kadang susah Lebih sering susah Tingkat stres g Tidak ada Kecil sedang tinggi Sumber : www.hse.gov.uk Tabel 3.2. Penilaian Observer QEC Faktor Kode 1 2 3 Belakang A Hampir netral Berputar atau bengkok sedikit Cenderung berputar atau bengkok Frekuensi pergerakan bagian belakang B ≤ 3 menit Kira-kira 8 menit ≥12 menit Tinggi tugas C Pada atau setinggi pinggang Setinggi dada Setinggi bahu Gerakan bahu lengan D Sesekali Reguler teratur dengan jeda Hampir kontinu Postur pergelangan tangantangan E Hampir lurus Bengkok berputar Universitas Sumatera Utara Tabel 3.2. Penilaian Observer QEC lanjutan Faktor Kode 1 2 3 Pergerakan pergelangan tangantangan F ≤ 10 menit 11-20 menit ≥ 20 menit Postur leher G Hampir netral Kadang-kadang bengkokberputar secara berlebihan pada kepalaleher Bengkok berputar secara berlebihan pada kepalaleher Sumber : www.hse.gov.uk Tabel 3.3. Nilai Level Tindakan QEC Level Tindakan Persentase Skor Tindakan Total Skor Exposure 1 0-40 Aman 32-70 2 41-50 Diperlukan beberapa waktu ke depan 71-88 3 51-70 Tindakan dalam waktu dekat 89-123 4 71-100 Tindakan sekarang juga 124-176 Sumber : www.hse.gov.uk Exposure level E dihitung berdasarkan persentase antara total skor aktual exposure X dengan total skor maksimum X maks yaitu : Universitas Sumatera Utara 100 X X E maks × = Dimana : X = total skor yang diperoleh dari penilaian terhadap postur punggung + bahu lengan + pergelangan tangan + leher X maks = total skor maksimum untuk postur kerja punggung + bahu lengan + pergelangan tangan + leher . X maks adalah konstan untuk tipe-tipe tugas tertentu. Pemberian skor maksimum X maks = 162 apabila tipe tubuh adalah statis, termasuk duduk atau berdiri dengan tanpa pengulangan repetitive yang sering dan penggunaan tenagabeban yang relatif rendah. Untuk Pemberian skor maksimum X maks = 176 apabila dilakukan manual handling, yaitu mengangkat, mendorong, menarik, dan membawa beban.

3.6. Statistik

Metode statistik adalah prosedur yang digunakan dalam pengumpulan, penyajian, analisis dan penafsiran data. Metode tersebut terbagi dalam dua kelompok yaitu statistika deskriptif dan inferensia statistik.

3.6.1. Statistik Deskriptif

Statistika deskriptif adalah metode yang berkaitan dengan pengumpulan data dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Sedangkan inferensia statistik adalah metode yang berhubungan dengan analisis sebagian data untuk kemudian sampai pada peramalan atau penarikan kesimpulan Universitas Sumatera Utara mengenai keseluruhan data. Beberapa pengolahan data dalam statistika deskriptif yaitu : 1. Perhitungan Rata-rata Mean Perhitungan rata-rata biasanya dapat disingkat dengan rata-rata yaitu jumlah dari semua data dibagi dengan banyaknya data. Rata-rata untuk sampel biasanya dinyatakan dengan simbol X dan untuk populasi dinyatakan dengan simbol µ. Data terbagi atas data yang dikelompokkan dan data yang tidak dikelompokkan. Perhitungan rata-rata untuk data yang tidak dikelompokkan yaitu dengan menjumlahkan semua data yang dibagi dengan banyaknya data dapat dinyatakan dengan rumus: X = n Xi n i ∑ =1 Keterangan : Σ = Tanda jumlah n = Banyaknya data X i = Besarnya tiap-tiap data. Untuk mencari rata-rata data yang dikelompokkan biasanya disusun dalam distribusi frekuensi. Rata-ratanya dapat dicari dengan rumus: X = ∑ ∑ = = k i i n i u i f f X 1 1 Universitas Sumatera Utara Keterangan : k = banyaknya kelas f = frekuensi 2. Standar Deviasi Standar deviasi menunjukkan penyimpangan data dari rata-ratanya. Pada standar deviasi untuk menghilangkan pengaruh positif dan negatif selisih data dengan rata-rata tidak dengan harga mutlak, tetapi dengan dikuadratkan kemudian jumlah dari kuadratnya diakarkan. Standar deviasi untuk populasi biasanya diberi simbol σ, sedangkan untuk sampel diberi simbol s. Rumus untuk data yang tidak dikelompokkan adalah sebagai berikut: σ = n U Xi k i ∑ = − 1 2 atau ∑ ∑ = = − = n i n i Xi Xi n n 1 2 1 2 . 1 σ 1 2 1 − − = ∑ = n X Xi s n i atau 1 1 1 2 2 − − = ∑ ∑ = = n n X X n s n i n i i i 3. Nilai Maksimum dan Minimum Nilai maksimum adalah nilai terbesar dari sejumlah data yang disimbolkan dengan X maks. Nilai minimum adalah nilai terkecil dari sejumlah data dilambangkan dengan X min . 4. Range Range adalah wilayah sekumpulan data yang merupakan selisih antara pengamatan terbesar dan pengamatan terkecil dengan rumus : Universitas Sumatera Utara min X X R maks − = 5. Median Median dari segugus data yang telah diurutkan dari data terbesar hingga data terkecil adalah pengamatan yang tepat di tengah bila data itu ganjil atau rata- rata dua pengamatan di tengah bila data itu genap. Untuk data yang telah dikelompokkan rumus yang dipakai adalah:             − + = 2 2 2 2 1 f F n C L M e 6. Modus Modus segugus pengamatan adalah nilai yang paling sering terjadi atau memiliki frekuensi yang paling tinggi.       + + = 2 1 1 d d d C L M o

3.6.2. Statistik Nonparametrik

Istilah nonparametrik sendiri pertama kali digunakan oleh Wolfowitz, 1942. Istilah lain yang sering digunakan antara lain distribution-free statistics dan assumption-free test. Dari istilah ini dengan mudah terlihat bahwa metode statistik nonparametrik merupakan metode statistik yang dapat digunakan dengan mengabaikan segala asumsi yang melandasi metode statistik parametrik terutama yang berkaitan dengan distribusi normal. Uji statistik parametrik diterapkandipakai sebagai uji statistik apabila skala datapengukuran sekurang-kurangnya berskala interval dan data yang Universitas Sumatera Utara dimiliki terdistribusi normal. Apabila salah satu atau kedua syarat pada uji statistik parametrik ini tidak terpenuhi, maka uji statistika parametrik tidak dapat dipergunakanditerapkan, sehingga diperlukan uji lain, yaitu uji statistik nonparametrik. Uji pada statistik nonparametrik digunakan pada saat berikut : 1. Apabila hipotesis yang harus diuji tidak melibatkan suatu parameter populasi. 2. Apabila data telah diukur dengan skala yang lebih lemah dibanding yang dipersyaratkan oleh uji pada statistik parametrik yang semestinya digunakan. Sebagai contoh, data mungkin terdiri atas data hitung atau data peringkat, sehingga menghalangi penerapan uji pada statistik parametrik yang semestinya lebih tepat. 3. Apabila asumsi yang diperlukan agar penggunaan suatu uji pada statistik parametrik, misalnya data yang dimiliki terdistribusi normal, menjadi kaburtidak valid. Dalam banyak hal, rancangan suatu proyek riset mungkin menganjurkan penggunaan uji pada statistik parametrik tertentu. Pemeriksaan data mungkin mengungkapkan bahwa salah satu atau beberapa asumsi yang mendasari pengujian betul-betul tidak dapat dipenuhidipatuhi. Dalam hal ini, uji pada statistik nonparamaterik merupakan pengganti satu-satunya. 4. Apabila hasil riset harus segera disajikan dan perhitungan dikerjakan manual. Universitas Sumatera Utara

3.7. Uji Chi -Square Uji Kai Kuadrat

10 Uji distribusi normal adalah uji untuk mengukur apakah data berdistribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik. Cara yang biasa dipakai untuk menghitung masalah ini adalah Chi-Square dan Kolmogorov-Smirnov K- S. Kedua tes dinamakan masuk dalam kategori Goodness of Fit Test, yaitu uji apakah data empirik yang didapatkan dari lapangan sesuai dengan distribusi teoritik tertentu. Kedua uji ini memiliki perbedaan yang dapat dijadikan landasan dalam memilih uji yang tepat untuk data yang akan diolah. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 3.4. Perbedaan Antara Chi-Square dan Kolmogorov-Smirnov No. Chi-Square Test K-S Test 1. Ukuran sampel besar Ukuran sampel kecil 2. Mengelompokkan data ke dalam kategori Data tidak dikelompokkan 3. Membandingkan distribusi teoritik dan empirik observasi berdasarkan kategori Membandingkan frekuensi kumulatif distribusi teoritik dan frekuensi kumulatif distribusi empirik observasi 4. Dapat diaplikasikan ke distribusi diskrit dan kontiniu Hanya untuk distribusi yang kontiniu 5. Approximate Exact Sumber : Engineering Statistic Handbook Dalam statistik, chi-square dilambangkan dengan X 2 termasuk dalam statistik nonparametrik. Distribusi nonparametrik adalah distribusi dimana besaran-besaran populasi tidak diketahui. Distribusi ini sangat bermanfaat dalam melakukan analisis statistik jika kita tidak memiliki informasi tentang populasi atau jika asumsi-asumsi yang dipersyaratkan untuk penggunaan statistik 10 Andi Supangat, Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi dan Nonparametrik, Jakarta, Kencana, 2008, p.307-311 Universitas Sumatera Utara parametrik tidak terpenuhi. Pengujian menggunakan uji chi-square dilakukan dengan membandingkan antara fakta yang diperoleh berdasarkan hasil observasi dengan fakta yang didasarkan secara teoritis yang diharapkan. Tahap pengujian dengan menggunakan chi-squre pada dasarnya hanya menentukan nilai berdasarkan hasil observasi dan harapannya untuk kemudian dibandingkan dengan nilai berdasarkan nilai kritis yang menunjukkan luas di bawah kurva berdasarkan tingkat kepercayaan dan derajat kebebasannya. Nilai kritis tersebut ditetapkan dari tabel chi-square . Dalam menentukan uji nyata dari suatu persoalan yang diungkapkan, jumlah derajat kebebasan v ditentukan oleh: a. v = k - 1, k: banyaknya peristiwa yang terjadi Derajat kebebasan ini digunakan jika frekuensi yang diharapkan dapat dihitung tanpa menduga parameter populasi dari statistik sampelnya. b. v = k – 1 - m Derajat kebebasan ini digunakan jika frekuensi yang diharapkan dapat dihitung hanya dengan menduga m parameter populasi dari statistik sampelnya. c. Tingkat keyakinan 1- α atau tingkat ketidakyakinan taraf nyata α ditetapkan sebagai nilai kritis untuk menarik kesimpulan dari yang diobservasi, selanjutnya dapat ditunjukkan ada beda atau tidaknya setelah dibandingkan hasil perhitungan nilai yang diobservasi dan nilai berdasarkan nilai kritisnya. Universitas Sumatera Utara d. Penarikan kesimpulan untuk menyatakan ada beda atau tidak dinyatakan sebagai berikut : jika maka ada perbedaan yang nyata dan jika maka tidak ada perbedaan yang nyata antara hasil observasi dan yang diharapkan. e. Secara umum tahapan pengujian didasarkan pada penetapan hipotesis nol H o , yaitu menetapkan kesimpulan sementara berdasarkan asumsi dari yang membuat pengamatan sedangkan hipotesis alternatif H a adalah kebalikan dari hipotesis nol. f. Untuk mengambil kesimpulan diterima atau ditolaknya kesimpulan semantara hipotesis sering digunakan taraf nyata 1, 5 dan 10 atau dengan kata lain pengamatan dilakukan dengan tingkat keyakinan antara 99, 95 dan 90. Selanjutnya batas pengamatan ini dijadikan sebagai batas nilai kritis untuk menolak atau menerima hipotesis dengan ketentuan seperti di atas. Jika nilai mendekati nol, dapat diartikan bahwa frekuensi yang diamati hampir sama dengan frekuensi yang diharapkan. g. Uji chi-square dapat dipakai untuk menentukan apakah distribusi teoritis seperti distribusi normal dan lainnya sesuai dengan distribusi empiris, yaitu distribusi yang diperoleh dari data sampel yang dijadikan sebagai objek pengamatan. Universitas Sumatera Utara

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Kharisma Abadi Jaya yang beralamat di Jl. Pasar II Tanjung Selamat, Saentis Percut Sei Tuan. PT. Kharisma Abadi Jaya merupakan usaha yang bergerak di bidang manufacturing dalam mengelola produk yang berasal dari plat besi. Penelitian pendahuluan dilakukan pada tanggal 27 Januari 2010 untuk mengetahui kondisi perusahaan dan menganalisa permasalahan yang terjadi di usaha tersebut. Pengambilan data yang diperlukan untuk penelitian melalui wawancara, observasi pengamatan dan pengukuran secara langsung dimulai pada bulan Januari 2010 hingga April 2010

4.2. Rancangan Penelitian

Studi pada penelitian ini dilakukan dengan 2 cara yaitu studi eksploratif yang dilakukan pada penelitian pendahuluan untuk mengetahui secara mendalam tentang kondisi perusahaan serta proses produksi sehingga dapat dirumuskan permasalahan serta tujuan penelitian. Studi eksploratif yang dilakukan adalah dengan cara mewawancarai pemilik perusahaan dan pekerja. Wawancara dilakukan untuk mengetahui tentang sejarah dan latar belakang perusahaan dan juga mengetahui keluhan yang dialami oleh pekerja. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Sales Promotion Girl (SPG) Pengguna Sepatu Hak Tinggi di Suzuya Medan Plaza pada Tahun 2015

33 205 129

Hubungan Sikap Kerja Dengan Musculoskeletal Disorders Pada Penjahit Di Pusat Industri Kecil Menteng Medan 2015

10 61 112

ANALISIS FAKTOR RISIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) DENGAN METODE QUICK EXPOSURE CHECKLIST (QEC) PADA PEKERJA LAUNDRY

2 18 18

Analisis Faktor Risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs) Dengan Metode Quick Exposure Checklist (QEC) Pada Pekerja Laundry (Analysis of Musculoskeletal Disorders Risk Factors With Exposure Checklist Method To Laundry Workers)

0 36 7

Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung Tahun 2013

2 28 147

Evaluasi Resiko Postur Kerja di UMKM Gerabah Menggunakan Metode Quick Exposure Checklist

0 4 7

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DENGAN METODE Analisis Risiko Postur Kerja Dengan Metode Quick Exposure Checklist (QEC) Dan Pendekatan Fisiologi Pada Proses Pembuatan Tahu (Studi Kasus : Tahu APU Klaten).

0 2 19

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DENGAN METODE Analisis Risiko Postur Kerja Dengan Metode Quick Exposure Checklist (QEC) Dan Pendekatan Fisiologi Pada Proses Pembuatan Tahu (Studi Kasus : Tahu APU Klaten).

0 2 14

ANALISIS POSTUR KERJA PENYEBAB CUMULATIVE TRAUMA DISORDERS (CTDs) DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUICK EXPOSURE CHECKLIST (QEC) SERTA USULAN PERBAIKAN KERJANYA (Studi Kasus : PT. Makmur Alam Sentosa I Pada Stasiun Repairing).

0 0 9

ANALISA POSTUR KERJA OPERATOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUICK EXPOSURE CHECKLIST (QEC).

0 0 5