Uraian Proses Uraian proses produksi pada pembuatan lori melewati beberapa tahapan

digunakan pada PT. Kharisma Abadi Jaya adalah LPG dan oksigen yang digunakan untuk proses pemotongan plat baik yang tipis maupun yang tebal dari berbagai macam ukuran yang diperlukan dalam proses produksi. 3. Bahan Tambahan Bahan tambahan merupakan bahan yang digunakan dalam proses produksi dan bercampur dengan bahan baku membentuk produk akhir. Bahan tambahan yang digunakan adalah PT. Kharisma Abadi Jaya adalah cat tahan panas yang digunakan untuk memberikan warna pada lori maupun pada Chimney boiler. Untuk lori, cat tahan panas yang digunakan adalah cat yang berwarna hitam. Untuk produksi 1 buah lori dibutuhkan 3 kaleng cat yang masing-masing ukurannya 5kg. Sedangkan cat tahan panas yang digunakan untuk chimney boiler adalah cat yang berwarna silver. Untuk produksi 1 buah chimney boiler dibutuhkan 9 kaleng cat yang masing-masing ukurannya 1kg.

2.6.3. Uraian Proses Uraian proses produksi pada pembuatan lori melewati beberapa tahapan

yaitu sebagai berikut: 1. Pengukuran Tahapan pertama adalah proses pengukuran. Besi yang berat dibawa ketempat pengukuran dengan forklift dan juga dengan crane sedangkan yang ringan dibawa secara manual. Pada bagian ini dilakukan pemberian tanda garis potong, nomor identifikasi, jarak lubang baut, diameter lubang baut dan jumlah lubang baut yang sesuai dengan gambar produk yang akan digunakan. Untuk Universitas Sumatera Utara menjaga kualitas produk agar baik maka pemberian tanda harus dilakukan dengan akurat dan jelas. Hal ini dikarenakan untuk menghindari kesalahan pada proses selanjutnya yaitu pemotongan dan pelubangan. 2. Pemotongan Pemotongan material dilakukan dengan menggunakan mesin blander potong. Dalam proses pemotongan ini harus dilakukan dengan hati-hati agar ketika bahan dirakit tidak terjadi kelebihan atau kekurangan ukuran karena mengingan ketebalan besi yang akan dipotong. Dalam proses pemotongan ini dilakukan oleh banyak karyawan karena terdapat bagian material yang kecil dan berjumlah banyak sebagai penyangga MS Plate. 3. Pengeboran Pembuatan lubang dilakukan pada material yang akan menjadi body lori. Mesin yang digunakan untuk melubangi MS Plate adalah mesin bor magnet yang yang menggunakan tenaga elektrik. Pengeboran ini dilakukan sesuai dengan ukuran yang tellah dilakukan pada proses selanjutnya. Pada proses ini tidak memerlukan tenaga yang besar hanya saja perlu ketelitian pada saat pelubangan agar ukuran diameter yang dikehendaki tidak salah. 4. Pengerolan Setelah plat besi dipotong dan dilubangi secara tepat, maka dilakukan pengerollan untuk membentuk body lori yang sedikit melengkung pada sisi kanan dan kirinya. Plat besi ini diangkat ke mesin pengerollan dengan menggunakan crane. Proses ini sedikit sulitg karena harus memperhatikan lengkungan yang diinginkan agar sesuai dengan lori yang akan dibuat nantinya. Universitas Sumatera Utara 5. Perakitan Setelah menyiapkan seksi lori dan body maka dilakukan perakitan untuk menyatukan seluruh komponen. Material yang akan dirakit ini dipindahkan dengan menggunakan crane. Namun untuk yang ringan dipindahkan secara manual seperti seksi lori. Untuk merakitnya maka body lori terlebih dahulu harus dibalikkan keatas kemudian baru dapat dirakit dengan seksi lori, besi siku, besi strip, roda dan aksesoris lainnya. Dalam pengerjaan perakitan ini. Tanda-tanda yang diberikan pada proses pengukuran sangatlah penting. Melalui tanda-tanda tersebut maka akan membantu pada proses menyatukan body dengan seksi lori. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses perakitan adalah pengaruh pada bentuk komponen yang akan terjadi sebagai akibat dari panas yang dihasilkan selama proses pengelasan. Selain mengakibatkan penyusutan pada panjang material, pengelasan juga dapat mengakibatkan perubahan bentuk pada material, karena itu perlu dilakukan pemilihan metode pengelasan yang dapat mengurangi terjadinya perubahan bentuk pada material. Untuk mengurangi perubahan bentuk yang terjadi pada material akibat pengelasan dapat juga dipasang alat bantu sementara. Sebelum proses perakitan harus dilakukan pemeriksaan terhadap komponen yang meliputi nomor identifikasi, jumlah dan kualitasnya dalam hal ini terhadap karat dan cacat. Bila ditemukan ketidaksesuaian maka komponen harus diperbaiki atau diganti. Semua perubahan bentuk dari komponen harus diluruskan terlebih dahulu sebelum proses perakitan untuk memastikan dihasilkannya produk yang sesuai. Universitas Sumatera Utara Bentuk bevel dan jarak antar komponen yang akan dilas harus diperiksa dan diperbaiki bila ditemukan ketidaksesuaian. 6. Pengelasan Pada tahap ini bagian komponen yang telah disatukan, dilas sehingga tidak ada bagian yang terlewatkan. Proses pengelasan ini menggunakan mesin las. Metode pengelasan yang digunakan di PT. Kharisma Abadi Jaya dilakukan secara manual karena itu hasil dari pengelasan sangat tergantung kepada kecakapan dari operator las. Bahan yang dipakai adalah elektrode yaitu kawat las yang dilapisi dengan fluks. Lapisan fluks menghasilkan terak las yang berfungsi untuk melindungi hasil las agar tidak terkontaminasi oleh gas oksigen dan nitrogen yang berada di udara. Kualitas hasil las yang terkontaminasi oleh kedua gas tersebut akan buruk. 7. Pengecatan Sebelum proses pengecatan, terlebih dahulu permukaan lori yang selesai dirakit dibersihkan dari karat yang menempel dipermukaan lori menggunakan mesin gerinda atau sikat kawat. Setelah semua permukaan lori selesai dibersihkan kemudian dilakukan pengecatan dengan warna hitam sebanyak dua kali. Pengecatan dilakukan sebanyak dua kali agar cat lebih tebal menempel pada permukaan lori. Pengecatan dilakukan menggunakan kuas dengan cat tahan panas. Universitas Sumatera Utara

BAB III LANDASAN TEORI

Dokumen yang terkait

Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Sales Promotion Girl (SPG) Pengguna Sepatu Hak Tinggi di Suzuya Medan Plaza pada Tahun 2015

33 205 129

Hubungan Sikap Kerja Dengan Musculoskeletal Disorders Pada Penjahit Di Pusat Industri Kecil Menteng Medan 2015

10 61 112

ANALISIS FAKTOR RISIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) DENGAN METODE QUICK EXPOSURE CHECKLIST (QEC) PADA PEKERJA LAUNDRY

2 18 18

Analisis Faktor Risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs) Dengan Metode Quick Exposure Checklist (QEC) Pada Pekerja Laundry (Analysis of Musculoskeletal Disorders Risk Factors With Exposure Checklist Method To Laundry Workers)

0 36 7

Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung Tahun 2013

2 28 147

Evaluasi Resiko Postur Kerja di UMKM Gerabah Menggunakan Metode Quick Exposure Checklist

0 4 7

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DENGAN METODE Analisis Risiko Postur Kerja Dengan Metode Quick Exposure Checklist (QEC) Dan Pendekatan Fisiologi Pada Proses Pembuatan Tahu (Studi Kasus : Tahu APU Klaten).

0 2 19

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DENGAN METODE Analisis Risiko Postur Kerja Dengan Metode Quick Exposure Checklist (QEC) Dan Pendekatan Fisiologi Pada Proses Pembuatan Tahu (Studi Kasus : Tahu APU Klaten).

0 2 14

ANALISIS POSTUR KERJA PENYEBAB CUMULATIVE TRAUMA DISORDERS (CTDs) DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUICK EXPOSURE CHECKLIST (QEC) SERTA USULAN PERBAIKAN KERJANYA (Studi Kasus : PT. Makmur Alam Sentosa I Pada Stasiun Repairing).

0 0 9

ANALISA POSTUR KERJA OPERATOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUICK EXPOSURE CHECKLIST (QEC).

0 0 5