Pelaksana Transaksi Pencatatan Transaksi Penjamahan dari Harta Membandingkan Pertanggungjawaban yang dicatat dengan Harta

Pemisahan tugas tidak hanya untuk mengindarkan penyelewengan akan tetapi sekaligus merupakan alat saling mencek pekerjaan para tugas, misalnya dalam hal penerimaan uang yang sebenarnya dapat dicek dengan jumlah menurut buku kas yang dikerjakan oleh orang yang berbeda. Contoh ini mengambarkan konsepsi bahwa prosedur control yang dirancang untuk menemukan kesalahankekeliruan dan penyelewengan tersebut diatas yaitu dilaksanakan oleh orang yang tidak mempunyai fungsi ganda. Prosedur pengawasan yang dilakukan oleh orang tersebut dilaksanakan secara bebas Independen

3. Pelaksana Transaksi

Untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa transaksi yang dilakukan sesuai dengan otorisasinya, diperlukan bukti bahwa otorisasi tersebut dilakukan oleh orang-orang yang bertindak sesuai dengan ruang lingkup wewenang mereka, dan bahwa transaksi yang dilakukan sesuai dengan otorisasi yang diberikan. Untuk mengetahui apakah transaksi dengan anggaran atau standar biaya. Dalam beberapa hal diperlukan pengawasan langsung dari karyawan untuk mengetahui apakah transaksi telah dilaksanakan.

4. Pencatatan Transaksi

Tujuan pengawasan akuntansi sehubungan dengan pencatatan transaksi mensyaratkan, bahwa transaksi dibukukan dengan jumlah dana dan dengan periode akuntansi dimana transaksi tersebut dilaksanakan dan diklarifikasi dalam perkiraan yang tepat. Setiap transaksi yang memerlukan pertangung jawab atas harta benda perusahaan harus dicatat menurut jumlah yang semestinya, dalam masa transaksi terjadi dan digolongkan dalam perkiraan yang sesuai. Universitas Sumatera Utara

5. Penjamahan dari Harta

Tujuan dari perlindungan harta menghendaki bahwa penjamahan terhadap harta perusahaan dibatasi kepada perusahaan yang diberikan wewenang saja. Yang dimaksud disini dengan penjamahan harta ialah secara fisik atau adanya kesempatan dapat disalahgunakan secara fisik maupun secara tidak langsung dengan cara menbuat dokumen yang dapat memberikan wewenang untuk mempergunakan harta tersebut. Untuk dapat membatasi penjamahan harta diperlukan secara fisik atau alat pencegah. Untuk menentukan jumlah dan kualitas personel yang diberikan wewenang untuk berhubungan dengan harta perusahaan, perlu diperhatikan sifat aktiva yang bersngkutan terhadap kesalahan kekeliruan dan penyelewengan . Pembatasan terhadap wewenang berhubungan langsung dengan aktiva, memerlukan adanya pemisahan fisik yang tepat atas aktiva tersebut dan penggunaan alat-alat pengawas.

6. Membandingkan Pertanggungjawaban yang dicatat dengan Harta

Sewaktu-waktu harus dilakukan perbandingan antara angka yang dibukukan dengan fisik dari harta yang dicatat. Misalnya membandingkan buku kas dengan uang kas yang dijaga dikasir. Hal ini berkaitan erat dengan unsur yang keempat yaitu pencatatan transaksi. Jika ada perbedaan didalam menbandingakan catatan perusahaan dengan harta yang benar-benar ada dalam perusahaan maka hal ini dapat memberikan indikasi bahwa ada transaksi yang tidak dicatat atau salah dalam melakukan pencatatan. Beberapa contoh mengenai perbandingan ini adalah perhitungan jumlah uang kas, rekening Koran bank, perhitungan persediaan dan lain-lain. Frekuensi pelaksanaan perbandingan antara pertanggungjawaban aktiva yang dicatat dengan yang sebenarnya ada tergantung pada materialitas dan kepekaaan aktiva tersebut dengan kehilangan karena kesalahankekeliruan atau penyelewengan. Sistem pengawasan intern tidak dianggap sepenuhnya efektif, Universitas Sumatera Utara meskipun telah dirancang dan disusun dengan sebaik-baiknya dalam menjamin keselamatan harta perusahaan. Hal ini disebabkan keterbatasan yang melekat yang harus disadari. Keterbatasan-keterbatasan yang melekat tersebut menurut Mulyadi 2000 : 183 antara lain : 1. Persekongko lan collusion Persekongkolan dapat menghancurkan sistem pengawsan intern yang bagaimanapun baiknya. Dengan adanya persekongkolan, pemisahan tugas seperti ini dalam rencana dan prosedur perusahaan tidak akan berjalan seperti yang diharapkan. 2. Biaya Tujuan pengawasan intern bukannya untuk sekedar berlangsungnya pelaksanaan tugas atau usaha yang efisien dan mencegah tindakan yang dapat merugikan perusahaan. Pengawasan juga harus mempertimbangkan biaya dan kegunaannya. Dalam penyusunan sistem pengawasan intern seringkali kurang karena keterbatasan dana. Seharusnya dipertimbangkan antara biaya kegunaan penyusunan sistem pengendalian intern. 3. Kelemahan Manusia Sistem pengawasan intern dilaksanakan oleh manusia. Manusia tidak luput dari kesalahan, misalnya lupa, kurang teliti, dan sebagainya dapat mengakibatkan sistem pengawasan intern tidak berjalan sebagaimana yang dikehendaki. Oleh karena itu pembentukan dan pembinaan suatu sistem pengawasan intern merupakan pertanggung jawab managemen yang sangat penting, maka sistem pengawasan intern harus diawasi secara terus-menerus oleh managemen untuk mengetahui apakah sistem tersebut berjalan dengan sebagaimana mestinya dan dimodifikasi seperlunya sesuai dengan perubahan keadaan. Universitas Sumatera Utara

C. Pengertian Gaji dan Upah