Indikator yang digunakan untuk menilai status vitamin A pada seseorang meliputi riwayat pemberian makanan, gambaran klinis, tes
fungsional dan biokimia. Klinis yang paling sering terjadi yaitu rabun senja.
18
Indikator fungsional digunakan untuk mengukur integritas epitelial organ, dengan tehnik biopsi conjunctival-impression cytology CIC, uji L:M dual-
sugar intestinal-permeability dan uji papillary dark adaptation.
19,20
Indikator biokimia digunakan untuk mengukur kadar serum retinol seseorang, dengan
menggunakan uji relative-dose-response RDR assay.
18
Baku emas untuk penilaian ini adalah kadar vitamin A dalam hati.
21
Konsentrasi serum retinol diklasifikasikan menurut kriteria WHO sebagai defisiensi 0.35 molL =
10 gdL; rendah 0.35 sampai 0.70 molL = 10 sampai 20 gdL dan normal 0.70 molL = 20 gdL.
22
2.3. Hubungan Diare Dengan Vitamin A
Sejak awal abad XX, vitamin A telah digolongkan sebagai vitamin anti infeksi,
19
karena defisiensi vitamin ini memungkinkan terjadinya beragam kejadian infeksi,
23,24
walaupun mekanisme pasti masih belum jelas. Fauzi dkk mengutip laporan Scrimshaw dkk 1968 yang menyatakan bahwa
“tidak ada defisiensi nutrien yang lebih bersifat sinergistik dengan penyakit infeksi selain
defisiensi vitamin A .”
25
Semba dkk dan Grotto dkk mengutip hasil penelitian Green dan Mellanby tahun 1928 yang pertama sekali menemukan adanya
Universitas Sumatera Utara
mekanisme kerja anti infeksi vitamin A pada percobaan yang dilakukannya pada hewan.
24,26
Beberapa peneliti juga mendapat bukti bahwa salah satu organ utama efek imunologik dari vitamin A adalah usus dan vitamin A merupakan salah
satu mikronutrien essensial sistem imun tubuh. Secara langsung, vitamin A dapat memulihkan dan mempertahankan integritas epitel yang rusak,
sehingga menekan translokasi mikroorganisme dan infeksi lebih lanjut.
27
Secara tidak langsung vitamin A menstimulasi sistem imun tubuh dengan menginduksi respon antibodi sIgA secretory IgA, antibodi terbanyak yang
diproduksi limfosit usus, yang menghalangi kontak mukosa dengan mikroorganisme. Vitamin A juga meningkatkan aktifitas sel T, Interleukin-12
IL-12, IL-5 dan IL-6 dan menekan aktifitas interferon- IFN- yang kemudian mengaktifasi sel T sitotoksik dan makrofag.
26,27
Pada saluran pencernaan, defisiensi vitamin A dapat sebagai faktor risiko maupun akibat diare. Diare dapat menyebabkan defisiensi vitamin A
melalui beberapa mekanisme. Pertama, kerusakan mikrovili usus menekan fungsi brush border retinyl esterase yang berperan dalam absorpsi vitamin A
pada usus. Kedua, banyaknya vitamin A yang keluar bersama dengan diare. Sebaliknya, anak dengan defisiensi vitamin A cenderung mengalami diare
karena defisiensi vitamin A memperpanjang siklus sel dari sel crypt dan menggangu kemampuan migrasinya, menekan differensiasi sel goblet usus
Universitas Sumatera Utara
dan produksi mukus, menyebabkan terjadi kerusakan atau atrofi vili usus, sehingga integritas epitel usus terganggu, dan menjadi rentan terhadap
infeksi.
23,26
Selain itu, defisiensi vitamin A menyebabkan gangguan respon antibodi tubuh.
27
Karena itu, pada tahun 1996, IVACG International Vitamin A Consultative Group mengeluarkan Policy Statement on Vitamin A, Diarrhea
and Measles, yang merekomendasikan suplementasi vitamin A sebagai strategi penting memperkecil konsekuensi dari defisiensi vitamin ini.
18
Diare Infeksi mikroorganisme virus,
bakteriparasit di saluran cerna DefisiensiVitamin A
Gangguan stabilitas integritas membran usus halus
Gangguan imunitas saluran cerna sIgA Sel T
Ekskresi vitamin A
Gambar 2.1. Hubungan vitamin A dengan diare
Absorbsi vitamin A
Universitas Sumatera Utara
2.4. Manfaat Vitamin A pada Terapi Diare Akut