5 Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan merupakan catatan-catatan sistematis yang berisi penjelasan dari bagian-bagian dalam laporan
keuangan yang disajikan. PSAK No.1 2007 : 69 menyatakan bahwa :
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan arus kas harus
berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan:
a informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting;
b informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan
perubahan ekuitas; c informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan
keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
Contoh dari catatan atas laporan keuangan dapat dilihat pada
lampiran.
3. Arus Kas Bersih
Arus kas bersih perusahaan umumnya berbeda dengan laba akuntansi, karena beberapa pendapatan dan beban yang tercantum dalam laboran laba
rugi tidak dibayar secara tunai selama satu tahun. Arus kas bersih merupakan perubahan total jumlah kas selama satu periode yang hendak dilaporkan atau
dengan kata lain mempunyai kas aktual yang dihasilkan oleh perusahaan dalam satu waktu tertentu. Nilainya diperoleh dengan cara menjumlahkan
pertambahan atau pun pengurangan kas dari setiap kegiatan perusahaan yang diklasifikasikan dalam tiga tipe jenis kegiatan yaitu operasi, investasi dan juga
Universitas Sumatera Utara
pendanaan, sehingga dapat dilihat perubahan saldo kas dari satu periode ke periode berikutnya Luga, 2008 : 38.
Sebagai contoh nilai arus kas bersih dapat dilihat dari laporan arus kas PT. Bank Central Asia Tbk tahun 2007 yang terdapat pada lampiran. Dapat dilihat
bahwa terdapat kenaikan arus kas bersih sebesar Rp 4.513.090.000.000
4. Profitabilitas
Analisis rasio profitabilitas merupakan analisis yang memperlihatkan seberapa besar kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan
baik bagi investor maupun bagi para pemegang saham dengan menggunakan aset atau modal yang dimilikinya. Sebagaimana menurut Haryanto dan Toto
2003 : 142 : Profitabilitas perusahaan adalah salah satu cara untuk menilai secara tepat
sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat dari aktivitas investasinya. Jika kondisi perusahaan dikategorikan menguntungkan
menjanjikan keuntungan di masa mendatang, maka banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut.
Dan hal itu tentu saja mendorong harga saham menjadi lebih tinggi lagi. Ada tiga rasio yang biasa digunakan dalam mengukur tingkat profitabilitas
perusahaan :
a Net Profit Margin NPM
Net Profit Margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilan laba bersih dari kegiatan operasionalnya. Hanafi 2005
: 42 menyatakan bahwa rasio ini juga bisa diinterprestasikan sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya ukuran efisiensi di
Universitas Sumatera Utara
Laba bersih setelah pajak Pendapatan operasional
perusahaan pada periode tertentu. Untuk menghitung profitabilitas perusahaan digunakan rumus sebagai berikut:
NPM
=
X 100
Contoh perhitungan NPM dapat dilihat sebagai berikut : Dari laporan laba rugi PT. Bank Central Asia Tbk yang terdapat pada
lampiran diketahui bahwa laba bersih setelah pajak untuk tahun 2007 adalah Rp 4.489.252.000.000
dan pendapatan operasional untuk tahun 2008 adalah Rp 6.331.260.000.000, maka :
NPM
=
X 100
NPM
=
X 100 NPM
= 70,9 NPM yang tinggi menunjukkan
semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersih
oleh suatu perusahaan. Secara umum, rasio yang rendah menunjukkan ketidakefisienan manajemen.
b Return on Investment ROI
Return on Investment ROI sering disebut sebagai Return on Asset ROA. ROI mengukur kemampuan perusahaan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. ROI dihitung dengan cara membandingkan laba bersih setelah pajak dengan total aset.
Rp 4.489.252.000.000 Rp 6.331.260.000.000
Laba bersih setelah pajak Pendapatan operasional
Universitas Sumatera Utara
Laba bersih setelah pajak Total aktiva
Rp 4.489.252.000.000 Rp 218.005.008.000.000
Laba bersih setelah pajak Total aktiva
ROI = X 100
Contoh perhitungan ROI dapat dilihat sebagai berikut : Dari laporan laba rugi PT. Bank Central Asia Tbk yang terdapat pada
lampiran diketahui bahwa laba bersih setelah pajak untuk tahun 2007 adalah Rp 4.489.252.000.000 dan total aktiva untuk tahun 2007 adalah Rp
218.005.008.000.000, maka : ROI =
X 100 ROI =
X 100
ROI = 2,05 Semakin tinggi tingkat ROI suatu perusahaan, semakin baik
perusahaan tersebut karena kita dapat menilai seberapa efisien perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan.
c Return on Equity ROE
Syamsuddin 2000 : 64 menyatakan “Return on Equity ROE merupakan suatu pengukuran dari penghasilan income yang tersedia
bagi para pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan.” Return on Equity ROE dihitung dengan rumus
sebagai berikut.
RO
E
= X 100
Laba bersih setelah pajak Total ekuitas
Universitas Sumatera Utara
Contoh perhitungan ROE dapat dilihat sebagai berikut : Dari laporan laba rugi PT. Bank Bumi Central Asia Tbk yang terdapat
pada lampiran diketahui bahwa laba bersih setelah pajak untuk tahun 2007 adalah Rp 4.489.252.000.000 dan total ekuitas untuk tahun 2007
adalah Rp 20.441.731.000.000, maka :
ROE = X 100
ROE = X 100
ROE = 21,96
Profitabilitas perusahaan perbankan menunjukkan pendapatan yang mampu dihasilkan perusahaan perbankan dalam suatu periode tertentu.
Dalam penelitian ini, rasio profitabilitas yang digunakan adalah ROE, karena rasio ini dapat mengukur tingkat pengembalian atas investasi
pemegang saham. Semakin tinggi ROE maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Hal ini tentunya merupakan daya tarik investor untuk
menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.
5. Kebijakan Dividen a Pengertian Dividen