Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut para ahli psikologi perkembangan, manusia terbagi dalam beberapa fase salah satunya adalah masa remaja. Masa remaja menurut sebagian besar orang adalah masa yang menyenangkan, indah bisa melakukan apapun yang dikehendaki, dan juga merupakan masa yang memiliki kesan mendalam sehingga sulit untuk dilupakan. Memang tidak semua orang berpendapat demikian, karena banyak juga yang berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa yang sulit dengan begitu banyak permasalahan di dalamnya. Disamping itu, masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai penyimpangan dan ketidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-teori perkembangan yang membahas ketidakselarasan, gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan. Sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja, mereka juga dihadapkan pada tugas-tugas yang berbeda dari tugas pada masa kanak-kanak. Sebagaimana diketahui dalam setiap fase perkembangan, termasuk pada masa remaja, individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Apabila tugas-tugas tersebut berhasil diselesaikan dengan baik, maka 2 akan tercapai kepuasan, kebahagiaan dan penerimaan dari lingkungan, yang akan turut menentukan keberhasilan individu dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan fase berikutnya. Akan tetapi tidak semua remaja dapat memenuhi tugas-tugas perkembangannya dengan baik. Hurlock 1973 menyatakan bahwa ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugas tersebut diantaranya, adalah: 1 masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai. 2 masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau pemikiran berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orang tua. Jean Erskine, 1994 dalam Santrock, 2003 mengatakan bahwa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia, yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa, memahami arti remaja penting karena masa remaja adalah masa depan setiap masyarakat. Sedangkan Tuner dan Helms, 1995 dalam Santrock, 2003 mengatakan bahwa masa remaja adalah masa dimana manusia sedang mengalami perkembangan begitu pesat baik fisik, biologis dan sosial. Periode remaja berkurang ketergantungannya terhadap keluarga dan lebih banyak berada diluar rumah, dengan mencari pertemanan dengan teman sebaya yang mempunyai perasaan dan sikap yang sama. 3 Masa remaja juga dapat diartikan sebagai masa dimana seseorang sedang mencari identitasnya, maka tidak heran bila kebanyakan dari remaja selalu mempunyai keinginan untuk mencoba sesuatu hal yang baru, walaupun terkadang kurang disertai dengan pemikiran yang panjang. Santrock 2003 mengatakan bahwa remaja memiliki pemikiran tentang siapakah diri mereka dan apa yang membuat mereka berbeda dengan orang lain, mereka memegang erat identitas tentang dirinya dan berpikir bahwa identitasnya bisa menjadi stabil, dan pemahaman tentang dirinya terjadi dikarenakan adanya interaksi sosial-budaya. David Elkind, 1976 dalam Santrock 1995. mengatakan bahwa masa remaja masih memiliki dua egosentris dalam dirinya yakni: imaginary audience ialah keyakinan remaja bahwa orang lain memperhatikan dirinya sebagaimana halnya dengan dirinya sendiri. Sehingga remaja senang berperilaku yang mengundang perhatian orang lain dan membuktikan bahwa dirinya ada. Egosentris remaja yang lain adalah the personal fable ialah bagian egosentrisme remaja yang unik, yakni remaja merasa bahwa tidak seorangpun dapat mengerti bagaimana perasan mereka sebenarnya. Dikarenakan sikap keegosentrisan remaja tersebut, maka remaja cenderung melakukan hal-hal yang ceroboh yang seharusnya tidak dilakukan, maka tidak heran bila banyak remaja yang terkesan sengaja melanggar aturan-aturan yang ada. Segala perubahan yang dialami oleh remaja baik secara fisik maupun psikis, membuat mereka lebih senang berada dekat dengan teman-teman seusianya dan cenderung menjauh dari orang tua mereka, sehingga terkadang mereka bertindak sesuai dengan apa yang mereka inginkan berdasarkan 4 lingkungan pergaulan mereka. Tentu saja hal tersebut dapat menimbulkan kecemasan orang tua mereka. Orang tua yang memiliki anak usia remaja tentu akan sering merasa cemas, karena mereka takut dan khawatir bila anak mereka mengalami hal-hal yang buruk ketika berada diluar jangkauannya. Karena itu tidak sedikit orang tua yang memberikan perlindungan “ekstra” dalam menjaga anak-anak mereka David Elkind, 1976. Frank Furedi, 2010 menjelaskan dari hasil riset yang telah dilakukannya bahwa orang tua di Inggris kini memiliki banyak kecemasan dalam membesarkan anak mereka, bahkan secara ekstrim bersikap paranoid, akibat berbagai ancaman terhadap keselamatan dan kesejahteraan anak-anak mereka. Sehingga anak-anak dibesarkan dalam suasana penuh kecemasan dan di-protect sedemikian rupa. Oleh karenanya anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya dirumah dan sedikit berbaur dan beraktifitas dengan teman-teman sebaya mereka, karena orang tua lebih senang dan merasa tenang jika anak-anak mereka berada di dalam rumah atau berada didekat mereka. Masih menurut Frank Furedi 2010, orang tua dengan tingkat kecemasan yang tinggi, cenderung membatasi aktifitas anak, karena orang tua merasa cemas akan adanya situasi yang mengancam yang terkait dengan diri anaknya. Sehingga orang tua akan memiliki rasa curiga yang berlebihan. 5 Kecemasan orang tua akan keselamatan anak mereka bukan hanya timbul dengan sendirinya, melainkan juga dipicu oleh beberapa faktor yang ada pada orang tua itu sendiri maupun lingkungan masyarakat. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan kecemasan orang tua Stuart, 1998 diantaranya adalah: 1 Banyaknya menonton liputan kriminalitas yang sering ditayangkan di televisi. Orang tua yang sering menononton liputan kriminalitas, akan cepat merasa khawatir dan cemas akan keselamatan anggota keluarganya terutama anak- anak mereka. 2 Kepribadian orang tua yang pencemas. Orang tua yang diasuh dengan pola asuh yang berlebihan ketika mereka kecil, maka mereka akan tumbuh menjadi orang yang mudah merasa cemas begitu juga ketika mereka sudah menjadi orang tua, sehingga ia akan menerapkan hal yang sama kepada anak-anak mereka karena khawatir bila anak mereka tidak dilindungi dengan perlindungan yang “ekstra” anak mereka akan terancam keselamatannya. Pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk meneliti tentang intensitas, trait kepribadian 5 faktor dan kaitannya dengan kecemasan orang tua akan keselamatan remaja. Fenomena ini menarik untuk diteliti mengingat maraknya liputan kriminalitas yang tersaji di setiap Televisi, sehingga bisa menimbulkan kecemasan pada orang tua akan keselamatan putera-puterinya bila berada di luar rumah. 6 Menurut Pervin dan John 1997 kepribadian seseorang sangat menentukan bagaimana seseorang itu bertingkah laku dalam kehidupan sehari- hari nya. Menurut Pervin dan John 2005 trait kepribadian adalah disposisi dalam diri seseorang yang mengarahkan seseorang untuk berperilaku dalam situasi yang berbeda. Trait kepribadian atau yang dikenal juga dengan faktor kepribadian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lima trait besar the big 5 yang terdiri dari extraversion, agreeableness, conscientiousness, emotional stability, dan openness to experience 3 Jenis kelamin, biasanya perempuan akan mudah terserang rasa cemas, karena mereka langsung berhadapan dengan anak mereka dalam pengasuhan, jika dibandingkan orang tua laki-laki. 4 Tingkat pendidikan. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan mudah merasa cemas karena mereka banyak menerima informasi dari sekitar lingkungan mereka, maka secara otomatis mereka akan melindungi anak mereka dengan perlindungan yang lebih ketat, hal ini berbeda dengan orang tua yang tingkat pendidikannya rendah, biasanya akan lebih „santai’ dalam menjaga anak-anak mereka. Dengan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti tertarik untuk menguji faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap kecemasan orang tua akan keselamatan remaja. 7

1.2 Perumusan dan Batasan Masalah