35
2.4 Tipe Kepribadian
2.4.1. Definisi Kepribadian
Secara etimologis, istilah personality atau kepribadian, asal mulanya berasal dari kata latin “per” dan “sonare”, yang berkembang menjadi kata
”persona” yang berarti ”topeng”. Pada zaman romawi dulu, aktor drama menggunakan topeng itu untuk menyembunyikan identitas dirinya agar dia tampil
membawa peran-peran karakter jahat sekalipun sesuai dengan tuntutan permainan dalam drama. Berasal dari teknik drama lalu berkembang menjadi istilah
personality . Kata personality
tersebut diartikan ”apa” yang terlihat pada diri seseorang pemakai topeng, bukan apa yang ada dalam diri pribadi orang yang memakai
topeng Sujanto dkk, 1991. Menurut Agus Sujanto, dkk 1991 kepribadian adalah suatu totalitas
psikhophisis yang kompleks dari individu, sehingga nampak di dalam tingkah lakunya yang unik. Istilah psikhophisis, menunjukkan bahwa kepribadian
bukanlah semata-mata mental dan bukan neural, melainkan bersatunya badan dan jiwa sehingga menjadi kesatuan pribadi.
Sedangkan definisi kepribadian menurut Allport 1937 adalah organisasi atau susunan yang dinamis dari sistem psikofisik dalam diri individu yang
menentukan penyesuaian dirinya yang unik khas terhadap lingkungannya Calvin S.Hall Gardner Lindzey, 1993.
36
Dan menurut Pervin dan John 1997 kepribadian seseorang sangat menentukan bagaimana seseorang itu bertingkah laku dalam kehidupan sehari-
harinya. Menurut Larsen Buss kepribadian merupakan sekumpulan trait
psikologis dan mekanisme didalam individu yang diorganisasikan, relatif bertahan yang mempengaruhi interaksi dan adaptasi individu didalam lingkungan meliputi
lingkungan intrafisik, fisik dan lingkungan sosial Mastuti, 2005. Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian
menurut peneliti adalah sebuah karakteristik didalam diri individu yang relatif menetap, bertahan, yang mempengaruhi penyesuaian diri individu terhadap
lingkungan. Secara khusus faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepribadian
ada dua yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan Mastuti, 2005. Faktor genetik mempunyai peranan penting didalam menentukan kepribadian khususnya yang
terkait dengan aspek yang unik dari individu . Pendekatan ini berargumen bahwa keturunan memainkan suatu bagian yang penting dalam menentukan kepribadian
seseorang Mastuti, 2005. Faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang membuat seseorang sama
dengan orang lain karena berbagai pengalaman yang dialaminya. Faktor lingkungan terdiri dari faktor budaya, kelas social, keluarga, teman sebaya,
situasi. Diantara faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepribadian adalah pengalaman individu sebagai hasildari budaya tertentu.
37
Masing-masing budaya mempunyai aturan dan pola sangsi sendiri dari perilaku yang dipelajari, ritual dan kepercayaan. Hal ini berarti masing-masing anggota
dari suatu budaya akan mempunyai karakteristik kepribadian tertentu yang umum Mastuti, 2005.
Faktor kelas sosial membantu menentukan status individu, peran yang mereka mainkan, tugas yang diembannyadan hak istimewa yang dimiliki. Faktor
ini mempengaruhi bagaimana individu melihat dirinya dan bagaimana mereka mempersepsi anggota dari kelas sosial lain Pervin John, 2005.
Faktor lingkungan yang paling penting adalah pengaruh keluarga Pervin John, 2005. Orang tua yang hangat dan penyayang atau yang kasar dan
menolak, akan mempengaruhi perkembangan kepribadian pada anak. Menurut Pervin John, 2005 lingkungan teman mempunyai pengaruh dalam
perkembangan kepribadian. Situasi mempengaruh dampak keturunan dan lingkungan terhadap kepribadian.
3.4.2. Pendekatan Trait dalam Kepribadian
Ada beberapa pendekatan yang dikemukakan oleh para ahli untuk memahami kepribadian. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah teori trait.
Teori trait merupakan sebuah model untuk mengidentifikasi trait-trait dasar yang diperlukan untuk menggambarkan suatu kepribadian. Trait didefinisikan sebagai
suatu dimensi yang menetap dari karakteristik kepribadian, hal tersebut yang membedakan individu dengan individu yang lain Mastuti, 2005.
38
Selama beberapa tahun debat diantara para tokoh-tokoh teori trait mengenai jumlah serta sifat dimensi trait yang dibutuhkan dalam menggambarkan
kepribadian. Sampai pada tahun 1980-an setelah ditemukan metode yang lebih canggih dan berkualitas, khususnya analisa faktor, mulailah ada suatu konsensus
tentang jumlah trait. Saat ini para peneliti khususnya generasi muda menyetujui teori trait yang mengelompokkan trait menjadi lima besar, dengan dimensi bipolar
Pervin John, 2005 yang disebut Big Five. Secara modern bentuk dari taksonomi big five, diukur dengan dua
pendekatan utama. Cara pertama dengan berdasar pada self rating pada trait kata sifat tunggal, seperti talkactive, warm, moody, dsb. Pendekatan lain dengan self
rating pada item-item kalimat, seperti hidupku seperti langkah yang cepat Larsen Buss, 2005.
Lewis R. Goldberg telah melakukan penelitian secara sistematik dengan menggunakan trait kata sifat tunggal. Taksonomi Goldberg telah diuji dengan
menggunakan analisa faktor, yang hasilnya sama dengan struktur yang ditemukan oleh Norman tahun 1963. Menurut Goldberg Larsen Buss, 2005 big five
terdiri dari: a. Surgency atau extraversion: banyak bicara, terbuka, asertif, bergerak maju.
Lawannya adalah malu, diam, tertutup, segan, tidak banyak bicara b. Agreeableness: simpati, baik hati, hangat, pengertian, tulus. Lawannya adalah
tidak simpati, jahat, kasar, dan kejam.
39
c. Conscientiousness: teratur. Rapi, tertib, praktis, cepat, tepat waktu. Lawannya adalah tidak teratur, tidak tertib, ceroboh, tidak praktis, cengeng.
d. Emotional Stability : tenang, santai, stabil. Lawannya adalah tidak kreatif, tidak imaginative, tidak pintar.
e. Intellec atau Imagination : kreatif, imaginative, pintar. Lawannya adalah tidak kreatif, tdak imaginative, tidak pintar.
Sementara itu, pengukuran big five yang menggunakan trait kata tunggal sebagai sebuah item, dikembangkan oleh Paul T.Costa dan Robert R. Mc Crae.
Alat yang digunakan untuk mengukur ini dinamakan NEO-PI-R Larsen Buss, 2005. Kelima trait dikenali dengan model kepribadian lima faktor yaitu
Openness, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness dan Neuroticism yang disingkat OCEAN Pervin, 2005.
Faktor-faktor didalam big five menurut Costa Mc Crae dalam Costa Widiger, 2002 meliputi:
1 Neuroticism Dimensi ini menilai kestabilan dan ketidakstabilan emosi. Mengidentifikasi
kecenderungan individu apakah mudah mengalami stres, mempunyai ide-ide yang tidak realistis, mempunyai coping response yang maladaptive. Secara
emosional mereka labil, dimensi ini menampung kemampuan seseorang untuk menahan setres. Orang dengan kemampuan emosional positif cenderung
berciri tenag, bergairah dan aman. Sementara mereka yang skornya
40
neuroticism tingggi cenderung tertekan, gelisah, mudah mengalami kecemasan dan merasa tidak aman dalam Costa Widiger, 2002.
2 Extraversion Faktor ini merupakan dimensi yang penting dalam kepribadian, dimana
extraversion ini dapat memprediksi banyak tingkah laku sosial. Menurut penelitian, seseorang yang memiliki faktor extraversion yang tinggi, akan
mengingat semua interaksi sosial, berinteraksi dengan lebih banyak orang dibandingkan dengan seseorang dengan tingkat extraversion yang rendah.
Menilai kuantitas dan interaksi interpersonal, level aktivitasnya, kebutuhan untuk didukung, kemampuan untuk berbahagia. Dimensi ini menunjukkan
tingkat kesenagan seseorang akan hubungan. Kaum ekstravert ekstravensinya tinggi cenderung ramah dan terbuka serta menghabiskan banyak waktu untuk
mempertahankan dan menikmati sejumlah besar hubungan. Sementara kaum introvert ekstraversion rendah cenderung tidak sepenuhnya terbuka dan
memiliki hubungan yang lebih sedikit dan tidak seperti kebanyakan orang lain, mereka lebih senag dengan kesendirian Costa Widiger,2002.
3 Openness to Experience Openness mengacu pada bagaimana seseorang bersedia melakukan
penyesuaian pada suatu ide atau situasi yang baru. Menilai usahanya secara proaktif dan penghargaannya terhadap pengalaman demi kepentingannnya
sendiri. Menilai bagaimana ia menggali sesuatu yang baru dan tidak biasa. Dimensi ini mengamanatkan tentang minat seseorang. Orang dengan tingkat
41
Openness tinggi cenderung terpesona oleh hal baru dan inovasi. Ia menjadi imajinatif, benar-benar sensitif dan intelek. Sementara orang dengan tingkat
Openness yang rendah, ia nampak lebih konvensional, pemikiran sempit dan menemuka kesenagan dalam keakraban Costa Widiger, 2002.
4 Agreeableness Agreeableness dapat disebut juga mudah beradaptasi dengan lingkungan
sosial yang mengindikasikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah, menghindari konflik dan memiliki kecendrungan untuk
mengikuti orang lain. Menilai kualitas orientasi individu dengan kontinum mulai dari lemah lembut sampai antagonis didalam berpikir, perasan dan
perilaku dimensi ini merujuk kepada kecenderungan seseorang untuk tunduk kepada orang lain. Orang yang sangat mampu bersepakat jauh lebih
menghargai harmoni daripada ucapan atau cara mereka. Mereka tergolong orang yang kooperatif dan percaya pada orang lain. Orang yang menilai
rendah kemampuan untuk bersepakat memusatkan perhatian lebih pada kebutuhan mereka sendiri ketimbang kebutuhan orang lain Costa Widiger,
2002. 5 Conscientiousness
Menilai kemampuan individu didalam organisasi. Baik mengenai ketekunan dan motivasi dalam mencapai tujuan sebagai perilaku langsungnya. Sebagai
lawannya menilai apakah individu tersebut tergantung, malas dan tidak rapi. Dimensi ini merujuk pada jumlah tujuan yang menjadi pusat perhatian
42
seseorang. Orang yang mempunyai skor yang tinggi cenderung mendengarkan kata hati dan mengejar sedikit tujuan dalam satu cara yang terarah dan
cenderung bertanggung jawab, kuat bertahan, tergantung dan berorientasi pada prestasi. Sementara yang skornya rendah ia akan cenderung menjadi
lebih kacau pikirannya, mengejar banya tujuan, dan lebih hedonistic Costa Widiger, 2002.
THE BIG FIVE TRAIT FAKTOR and ILLUSTRATIVE SCALES
Pervin, Cervon, John, 2005 Karakteristik Nilai Tinggi
Trait Scales Karakteristik Nilai Rendah
NEORITICISM N
Kuatir, gugup, emosional, tidak aman, merasa tidak
mampu, mudah panik Kecendrungan pada
kejiwaan menyedihkan, berlebihan, membujuk, ide
tidak praktis Tenang, rileks, tidak
emosional, memiliki daya tahan terhadap stress, merasa
aman, puas atas diri sendiri
EKSTRAVERSION E
Suka bergaul, aktif, banyak bicara, orientasi pada orang
lain, optimis, terbuka terhadap perasaannya, penuh
kasih saying Kapasitas kegembiraan,
memerlukan dorongan Pendiamsuka menyendiri,
sederhana, tidak berlebihan dalam kesenangan,
menjauhkan diri, orientasi pada tugas, pemalu, serius
OPENNESS O
Memiliki rasa ingin tahu yang besar, minat yang luas,
kreatif, modern Toleransi untuk menjelaskan
ketidakakraban Konvensionilbiasa,
sederhana, minat yang menetap, tidak artistik, tidak
analitis, rendah hati, menjaga tradisi
AGREEABLENESS A
Lembut hati, baik hati, mudah percaya, penolong,
pemaaf, penurut, jujur Kesatuan orientasi
merupakan lanjutan kesatuan dari perasaan
kasihan ke pertentangan dalam pikiran, perasaan, dan
tindakan Suka mengejek, tidak sopan,
kasar, curiga, tidak kooperatif, pendendam, bengiskejam,
cepat marah. Suka memerintah, manipulative
CONCIENTIOUNESS C
Mengatur, dapat diandalkan, pekerja keras, disiplin diri,
rapi, ambisius, tekunkeras hati
Individu yang terorganisir, gigih, dan penuh motivasi
pada perilaku yang mempunyai tujuan
Tanpa tujuan, tidak dapat diandalkan, lalai, pemalas,
tidak perhatiancuek, ceroboh, kemauan yang lemah,
hedonistic
43
2.5 Kerangka berpikir