Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Peraturan Menteri Dalam Negeri Permendagri Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, baik di tingkat provinsi maupun tingkat kabupatenkota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Kedua Undang-Undang di bidang otonomi daerah tersebut berdampak pada terjadinya pelimpahan kewenangan yang semakin luas kepada pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan fungsi pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya untuk mewujudkan tingkat kinerja keuangan pemerintah kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Utara. Implementasi otonomi daerah adalah sebagai format kebijakan yang diharapkan mampu memecahkan problema keuangan pemerintah pusat karena sebelum era otonomi daerah, pemerintah pusat menguasai pendapatan daerah sehingga daerah sangat tergantung dengan alokasi bantuan dari pusat. Perubahan sistem penyelenggaraan pemerintah daerah yang memakai metode desentralisasi mempunyai kewenangan yang sangat luas, yang merupakan proses pengurangan atau penghapusan peran dan wewenang pemerintah pusat guna Universitas Sumatera Utara menciptakan pemberdayaan pemerintah daerah dan masyarakat daerah untuk bisa mengembangkan daerahnya secara mandiri dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD untuk memberi indikasi yang baik bagi kemampuan keuangan daerah sehingga akan terlihat kinerja keuangan daerah secara utuh. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan yang lebih luas oleh pemerintah daerah tersebut perlu didukung oleh sumber pembiayaan yang memadai. Disadari bahwa sumber-sumber penerimaan antar satu daerah dengan daerah lainnya sangat beragam. Ada beberapa daerah dengan sumber daya yang dimiliki mampu menyelenggarakan otonomi daerah, namun tidak tertutup kemungkinan ada beberapa daerah akan menghadapi kesulitan dalam menyelenggarakan tugas desentralisasi karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki daerah tersebut. Sumber-sumber Penerimaan Daerah dalam pelaksanaan desentralisasi meliputi: 1. Dana Bagi Hasil DBH. 2. Dana Alokasi Umum DAU. 3. Dana Alokasi Khusus DAK. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah meliputi: 1. Hasil Pajak Daerah. 2. Hasil Retribusi Daerah. 3. Hasil Badan Usaha Milik Daerah BUMD. 4. Lain-lain PAD yang sah. Universitas Sumatera Utara Salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan pembangunan daerah adalah kemampuan keuangan daerah yang memadai. Semakin besar keuangan daerah maka semakin besar pula kemampuan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan daerah. Pemerintah daerah akan dapat menjalankan fungsinya dalam rangka otonomi atau desentralisasi secara baik bila diterima sumber-sumber keuangan yang cukup untuk melaksanakan fungsi tersebut. PAD sebenarnya menjadi barometer utama suksesnya pelaksanaan otonomi daerah dan diharapkan dengan adanya otonomi daerah ini maka kemandirian daerah dapat diwujudkan lewat struktur PAD yang kuat. Perubahan Undang-Undang otonomi daerah tersebut tentunya membawa konsekuensi kepada perubahan dalam pengelolaan desentralisasi fiskal kepada pemerintah daerah. Perubahan ini membuat pemerintah daerah diharapkan lebih mampu melaksanakan pembangunan di segala bidang terutama untuk pembangunan sarana prasarana publik. Pembangunan tersebut diharapkan dapat dilaksanakan secara mandiri oleh pemerintah daerah baik dari sisi perencanaan, pembangunan maupun pembiayaannya. Oleh karena itu kreativitas dan inisiatif suatu daerah dalam menggali sumber-sumber keuangan akan sangat tergantung pada kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah itu sendiri. Kemampuan keuangan pemerintah daerah dalam mengelola keuangannya dituangkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD yang menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai kegiatan pelaksanaan tugas pembangunan. Mobilisasi sumber daya keuangan untuk membiayai berbagai aktivitas daerah ini dapat meningkatkan kinerja pemerintah Universitas Sumatera Utara daerah dalam menjalankan fungsinya tetapi mobilisasi sumber dana secara berlebihan dapat menimbulkan dampak jangka panjang yang tidak kondusif. Untuk mengetahui kesiapan suatu daerah dalam menghadapi otonomi daerah maka perlu diadakan suatu analisis terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya demi mewujudkan tingkat kemandirian di daerahnya. Alat analisis yang dapat digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan pemerintah daerah adalah dengan melakukan analisis desentralisasi fiskal dan kemampuan pemerintah daerah dalam meningkatkan PAD yang merupakan salah satu aspek penting dalam otonomi daerah. Diimplementasikannya desentralisasi fiskal, sejalan dengan diberikannya otonomi yang lebih luas kepada daerah kabupaten dan daerah kota dan membuka peluang bagi pemerintah daerah untuk memaksimalkan pendapatan asli daerahnya. Kinerja keuangan pemerintah daerah pada dasarnya adalah kemampuan dari pemerintah daerah dalam meningkatkan dan menggali potensi sumber-sumber pendapatan asli daerah. Kinerja keuangan pemerintah daerah Provinsi Sumatera Utara setelah otonomi daerah dan diterapkannya desentralisasi fiskal secara rata-rata menunjukkan pertumbuhan pendapatan asli daerah kabupatenkota pemekaran di Provinsi Sumatera Utara meningkat sebesar 55,47 per tahun Sumut Dalam Angka. Jadi kinerja keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara setelah implementasi desentralisasi fiskal dan otonomi daerah mengalami peningkatan, sehingga dapat dikatakan ada indikasi bahwa Desentralisasi Fiskal dan Pendapatan Universitas Sumatera Utara Asli Daerah berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah KabupatenKota di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dan menetapkan judul tesis: “Analisis Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Pendapatan Asli Daerah PAD terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara”.

1.2. Rumusan Masalah