Pengembangan Kawasan Hutan Kota sebagai Tempat Wisata Pengertian dan Ciri Ciri Sektor Informal

11. Pembangunan Berkelanjutan Dalam usaha pelaksanaan pembangunan terasa bahwa perencanaan ekonomi yang menghasilkan berbagai kemajuan ekonomi, serta yang dapat diukur melalui berbagai indikator-indikator ekonomi belum dapat memberikan gambaran bahwa usaha pembangunan berjalan secara sehat, wajar, di berbagai bidang yang saling mendukung. Pembangunan memerlukan indikator-indikator atau ukuranukuran yang lain yang dapat menunjukkan sampai seberapa jauh pembangunan sosial ekonomi berlangsung. Dalam pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, dikembangkan pola tata ruang yang menyerasikan tata guna lahan, air, serta sumber daya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang harmonis dan dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan kependudukan yang serasi. Tata ruang perlu dikelola berdasarkan pola terpadu melalui pendekatan wilayah dengan memperhatikan sifat lingkungan alam dan lingkungan sosial.

2.3 Pengembangan Kawasan Hutan Kota sebagai Tempat Wisata

Menurut Fakuara 1986, hutan kota berperan sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan wisata atau rekreasi bagi masyarakat kota yang dilengkapi dengan sarana bermain untuk anak – anak atau remaja, tempat peristirahatan, perlindungan dari polutan berupa gas, debu dan udara, serta merupakan tempat produksi oksigen. Menurut Irwan 1997, hutan kota yang dibangun pada areal pemukiman, maka yang harus dibangun adalah hutan kota dengan tipe pemukiman. Hutan kota ini, dititik beratkan kepada keindahan, penyejukkan, Universitas Sumatera Utara penyediaan habitat satwa khususnya burung, tempat bermain dan tempat bersantai. Dengan mengembangkan kawasan hutan kota menjadi tempat wisata, tentu saja hal ini akan sangat berdampak bukan hanya terhadap lingkungan akan tetapi juga terhadap masyarakat dan pemerintah.

2.4 Pengertian dan Ciri Ciri Sektor Informal

Menurut Hidayat 1983 dalam Hermanto 1995, di Indonesia pengertian umum dari sektor informal pedagang kaki lima meliputi tiga hal, yaitu : 1. Sektor yang tidak menerima bantuan atau proteksi ekonomi dari pemerintah, seperti perlindungan tarif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan pemberian kredit dengan bunga yang relatif rendah, pembimbingan teknis dan ketatalaksanaan perlindungan dan perawatan tenaga kerja, penyediaan tekhnologi dan hak paten; 2. Sektor yang belum mempergunakan bantuan ekonomi pemerintah, walaupun bantuan itu telah tersedia; 3. Sektor yang telah menerima dan menggunakan bantuan atau fasilitas yang disediakan oleh pemerintah, tetapi bantuan itu belum sanggup membuat unit usaha tersebut berdiri. Menurut Departemen Kesehatan RI 2002, sektor informal adalah kegiatan ekonomi tradisional yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Pola kegiatannya tidak teratur, baik dalam arti waktu, permodalan, maupun penerimaannya. 2. Pada umumnya tidak tersentuh oleh peraturan dan ketentuan yang diterapkan oleh pemerintah. Universitas Sumatera Utara 3. Modal, peraturan dan perlengkapan maupun pemasukan biasanya kecil dan diusahakan atas dasar hitungan harian. 4. Pada umumnya tidak mempunyai tempat usaha yang permanent dan tidak terpisah dengan tempat tinggal. 5. Tidak mempunyai keterikatan dengan usaha lain yang besar. 6. Pada umumnya dilakukan oleh golongan masyarakat yang berpendapatan rendah. 7. Tidak selalu membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus, sehingga secara luwes dapat menyerap tenaga kerja dengan bermacam-macam tingkat pendidikan Departemen Kesehatan RI, 1994 Menurut Simanjuntak 1985 dalam Departemen Kesehatan RI 1994, sektor informal adalah kegiatan ekonomi tradisional, yaitu usaha-usaha ekonomi di luar sektor modern atau sektor formal seperti perusahaan, pabrik dan sebagainya, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Kegiatan usaha biasanya sederhana, tidak tergantung pada kerja sama banyak orang bahkan kadang-kadang usaha perorangan dan sistem pembagian kerja yang tidak ketat. 2. Skala usaha relative kecil, biasanya dimulai dengan modal dan usaha kecil-kecilan. 3. Biasanya tidak memiliki izin usaha seperti halnya Firma, Perseroan Terbatas atau CV. 4. Sebagai akibat yang pertama, kedua dan ketiga membuka usaha disektor informal relatif lebih mudah daripada formal. Universitas Sumatera Utara

2.5 Sektor Informal sebagai Penciptaan Lapangan Kerja