Lokasi Penelitian Tehnik Pengumpulan Data Analisis Data

23 hukum, hasil penelitian, hasil seminar, makalah, majalah serta dokumen- dokumen lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. c. Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang yaitu mencakup bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus umum dan eksiklopedia.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Kota Banda Aceh yang meliputi 3 tiga wilayah kecamatan, yaitu: Kecamatan Meuraxa Tim Ajudikasi No.0101-03, Kuta Alam Tim Ajudikasi No.0101-05 dan Jaya Baru Tim Ajudikasi 0101-06. Kesemuanya termasuk dalam wilayah hukum Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Banda Aceh.

4. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: a. Penelitian Kepustakaan library Research yakni upaya untuk memperoleh data dari penelusuran literatur kepustakaan, peraturan perundang-undangan, majalah, koran, artikel dan sumber lainnya yang berhubungan dengan objek telaah penelitiaan ini; b. Penelitian lapangan Field Research dilakukan dengan cara wawancara, yang dilakukan secara langsung dan mendalam, terarah dan sistematis ditujukan kepada narasumber yang telah ditetapkan yang terkait dengan permasalahan yang diteliti, diantaranya meliputi: Universitas Sumatera Utara 24 1. 2 dua orang Pejabat kantor Badan Pertanahan BPN Kota Banda Aceh; - Kepala kantor BPN - Kepala bagian pendaftaran tanah 2. 3 tiga orang mantan anggota Tim Ajudikasi BPN Kota Banda Aceh; 3. 3 tiga orang Keuchik Kepala Desa diwilayah Penelitian. 4. 2 dua Notaris 5. Panitera Mahkamah Syari’ah Kota Banda Aceh

5. Analisis Data

Data primer dan data sekunder yang berhasil dikumpulkan melalui penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan kemudian dianalisis secara kualitatif. Data sekunder merupakan data yang tersedia, sehingga hanya mencari dan mengumpulkan, sedangkan data primer adalah data yang hanya dapat diperoleh dari sumber asli atau pertama di lapangan. Setelah pengumpulan data dilakukan, baik dengan studi kepustakaan maupun studi lapangan, maka data-data tersebut dianalisis secara kualitatif, yakni dengan mengadakan pengamatan data-data yang diperoleh dan menghubungkan tiap-tiap data yang diperoleh tersebut dengan ketentuan- ketentuan maupun asas-asas hukum yang terkait dengan permasalahan yang diteliti, sehingga dengan logika induktif, yaitu berpikir dari hal yang khusus menuju hal yang lebih umum, dengan menggunakan perangkat normatif, yakni interpretasi dan konstruksi hukum, sehingga diharapkan dapat dihasilkan kesimpulan yang bersifat umum terhadap permasalahan dan tujuan penelitian. Universitas Sumatera Utara 25 Analisa kualitatif merupakan analisis yang mendasarkan pada adanya hubungan semantis antar variabel yang diteliti. Tujuannya ialah agar peneliti mendapatkan makna hubungan variabel-variabel, sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam penelitian. Selanjutnya diinterpretasikan yang hasilnya digunakan sebagai bahan dalam penulisan tesis. Universitas Sumatera Utara 26

BAB II PELAKSANAAN SERTIFIKASI HAK MILIK ATAS TANAH

MELALUI AJUDIKASI PASCA BENCANA TSUNAMI

A. Pengertian dan Dasar Hukum Sertifikasi Hak Milik Atas Tanah

Dasar hukum pendaftaran tanah dalam UUPA diatur dalam Pasal 19 yang menyebutkan : 1 Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah diselurruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.’ 2 Pendaftaran tersebut dalam ayat 1 pasal ini menyebutkan : a. Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah; b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut; c. Pemberian surat-surat tanda-bukti-hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. 3 Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan Negara dan masyarakat, kemampuan lalu lintas ekonomi serta kemungkinan penyelenggaraannya, menurut pertimbangan Menteri Agraria. 4 Dalam Peraturan Pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan pendaftaran termaksud dalam ayat 1 diatas,dengan ketentuan bahwa rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya-biaya tersebut. Sebagai realisasi ketentuan Pasal 19 ayat 1 tersebut diatas pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 Tentang Pendaftaran Tanah. Dalam rangka penyempurnaan dari PP Nomor 10 tahun 1961 pemerintah mengeluarkan PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Dengan diberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, maka PP Nomor 10 Tahun 1961 dinyatakan tidak berlaku lagi. Pengertian Pendaftaran tanah menurut ketentuan pasal 1 angka 1, PP Nomor 24 Tahun 1997 adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 27 Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan- satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. Berdasarkan aturan tersebut diatas, ditentukan suatu rangkaian tugas dari pemerintah yang berkewajiban untuk mengatur dan menetapkan status bidang tanah dari aspek hak yang melekat atas tanah tersebut. Tugas negara dalam menetapkan tugas lembaga Badan Pertanahan Nasional dirinci sedemikian rupa, mulai dari waktu yang terus menerus, sistematis dan terarah. Pengumpulan dan penyusunan data pendaftaran tanah tersebut merupakan suatu keharusan yang dijalankan, yang berfungsi sebagai tertib administrasi oleh negara maupun subyek hak atas tanah tersebut. Dengan kegiatan tersebut akan diperoleh kejelasan kedudukan tanah sebagai obyek hak yang jelas dari aspek fisik dan yuridisnya. Dalam hal ini, terdapat beberapa pendapat sarjana yang mendefinisikan pendaftaran tanah secara berbeda. Perbedaan itu terjadi pada susunan redaksi, namun tetap memiliki makna dan tujuan yang sama. Pendapat-pendapat tersebut antara lain dikemukakan oleh Rudolf Hemanses : “Pendaftaran tanah Kadaster adalah pendaftaran atau pembukuan bidang- bidang tanah dalam daftar-daftar, berdasarkan pengukuran dan pemetaan, yang seksama”. 23 23 Ali Achmad Chomzah, Hukum Agraria Pertanahan Indonesia – Jilid II, Prestasi Pustakaraya, Jakarta, April 2004, hal.1 Universitas Sumatera Utara 28 Berkaitan dengan pengertian pendaftaran tanah Boedi harsono berpendapat, pendaftaran tanah adalah : Suatu rangkaian kegiatan, yang dilakukan oleh NegaraPemerintah secara terus menerus dan teratur, berupa pengumpulan keterangan atau data-data tertentu yang sda di wilayah-wilayah tertentu, pengolahan, penyimpanan, dan penyajiannya bagi kepentingan rakyat, dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum bidang pertanahan, termasuk penertiban tanda buktinya dan pemeliharaannya. 24 Mengacu pada definisi di atas, digambarkan bahwa lembaga pendaftaran tanah adalah suatu lembaga yang kedudukannya langsung diatur oleh negara. yang bertugas untuk mengatur kedudukan tanah secara berkesinambungan. teratur dan sistematis dan tahun ke tahun. Aturan ini meliputi aspek ukuran, letak, wilayah dan bentuk hak yang dimiliki oleh subyek hak atas tanah tersebut. Tujuan yang penting dan lembaga ini adalah untuk menciptakan kepastian hukum bagi subyek hak atas tanah tersebut. Sedangkan Maria S.W. Soemardjono menjelaskan, kegiatan pendaftaran tanah tujuan akhirnya adalah: “Kegiatan pendaftaran tanah yang akan menghasilkan tanda bukti hak atas tanah yang disebut sertifikat, merupakan realisasi salah satu tujuan UUPA. Kewajiban untuk melakukan pendaftaran itu pada prinsipnya dibebankan kepada pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan secara bertahap, daerah demi daerah berdasarkan pertimbangan ketersediaan peta dasar pendaftaran. Di Indonesia, dan sekitar 55 juta bidang tanah yang ada, bani sekitar 30 yang bersertifikat”. 25 24 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok Agraria, Isi Pelaksanaanya, Djambatan, Jakarta, 1999, Hal. 72 25 Maria S.W. Sumarjono, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi. Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2005. Hal. 201. Universitas Sumatera Utara 29 Sertifikat hak atas tanah sebagai hasil akhir proses pendaftaran tanah, berisi data fisik keterangan tentang letak, batas, luas bidang tanah, serta bagian bangunan atau bangunan yang ada di atasnya bila dianggap perlu dan data yuridis keterangan tentang status tanah dan bangunan yang didaftar, pemegang hak atas tanah, dan hak- hak pihak lain yang berada di atasnya. Dengan memiliki sertifikat, maka status hukum berkenaan dengan jenis hak atas tanahnya, subyek hak, dan obyek haknya menjadi nyata. Pengertian secara yuridis tersebut belum memadai untuk menjelaskan pengertian pendaftaran, maka pengertian pendaftaran pada asalnya sama dengan kata cadastre dalam bahasa Belanda yang menunjukkan kepada luas nilai dan kepemilikan pada suatu bidang tanah. Capitastrum Latin yang bermakna suatu register atau kapita unit yang dibuatkan untuk pajak tanah Romawi capitatio Torrens. 26 Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia. pengertian tanah berarti permukaan bumi atau lapisan bumi yang di atas sekali, permukaan bumi yang diberi batas, daratan. Dengan demikian, tanah dapat diartikan sebagai suatu ruang permukaan bumi, tanah yang oleh subyek hukum yang menguasainya dengan pergunakan dengan sifat dan tujuan dan pada haknya 27 . Pendaftaran tanah adalah suatu pencatatan hak atas tanah yang meliputi luas permukaan, batasan-batasannya, oleh dan pada instansi atau lembaga terkait yang berwenang dalam masalah 26 A.P. Perlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Mandar Maju, E3andung. 990. 27 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 11 Cet. Kelima. Balai Pustaka. Jakarta, 1995, hal.1026. Universitas Sumatera Utara 30 pertanahan di Indonesia yaitu Badan Pertanahan Nasional di bawah Menteri Negara Agraria. Sedangkan Van Huls menjelaskan, pendaftaran tanah adalah: “Kadaster is een isntellingdie door middle van kaarten en register en een orneshrving geeft van alle stuken het gebiet van den staat gellege. Kadaster adalah suatu badan dengan peta-peta dan daftar-daftar yang memberikan uraian semua bidang tanah yang terletak dalam suatu wilayah negara” 28 Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa lembaga pendaftaran tanah bertujuan untuk menjelaskan dan menggambarkan suatu status baik dan aspek ukuran, tempat serta jenis hak yang berlaku atas tanah tersebut. Tujuan lembaga ini adalah untuk menjamin dan menciptakan kepastian, kegunaan dan keadilan hukum bagi pemilik tanah. Sotendik Muller memberikan pengertian pendaftaran tanah, sebagai berikut: “Kadaster is een instelling dis door middle van plans of karteen en register, opgemaakt naar aanleiding van matigt en scatting, on seen beeld en schriving van he grondheid van staat in al zine order delen en grant geefi. Kadaster adalah suatu lembaga yang dengan cara kartu dengan pendaftaran, dibentuk berdasarkan pengukuran dengan perhitungan yang memberikan Pada kita suatu penulisan dan pada dasar dalam artian bagian dan batas-batas. 29 Pengertian pendaftaran tanah menurut sotendik Muller, memfokuskan dasar kepemilikan tanah bagi seseorang serta pada batas-batas keberadaan sebidang tanah. Dengan adanya dasar kepemilikan tanah tersebut, maka adanya suatu hak yang berlaku bagi pemilik tanah terhadap tanahnya, hal ini tidak cukup, karena pemilik tanah harus mengetahui batas-batas tanahnya, yang antara hak pemilik tersebut 28 Asmawati Tesis, Faktor - faktor Penghambat Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Daerah Tingkat II Batang Hari , PPS-USU, Medan, 1996. hal-18. 29 Ibid Universitas Sumatera Utara 31 terhadap tanah yang lain. Tujuan dari dasar hak atas tanah serta batas-batasnya tersebut adalah suatu yang mutlak harus dimiliki bagi subyek yang berhak atas tanah. Berikutnya Jaarsma menjelaskan: “Kadaster is een instelling die door middle van kaartenen register en een omschrjving geeft van alle stuken hed gebied van den staat gelegen. Kadaster adalah suatu badan dengan peta-peta dan daftar-daftar yang memberikan uraian sebuah bidang tanah yang terletak dalam wilayah suatu negara.” 30 Definisi yang diuraikan oleh Jaarsma memfokuskan pada lembaga pendaftaran tanah an sich, serta tugas-tugas yang dimiliki oleh lembaga tersebut terhadap kedudukan sebidang tanah, dan aspek ukuran, dan terutama letaknya dalam suatu wilayah tertentu. Aspek pandang dan definisi tersebut adalah satu arah, semata- mata melihat lembaga pendaftaran tanah sebagai subjek. Penelaahan tersebut menerangkan kedudukan lembaga pendaftaran tanah dengan rincian tugasnya terhadap keberadaan tanah. Kemudian Douglass J. Whalan memberikan definisi pendaftaran tanah: The register consists of individual grants, sertficates or folio contained within it at any diven time. Added to these are documents that may be deemed to be embodied in the register upon registration Together these indicate the parcel of land in a particular title, title person untitle to interests there in and the nature and extent of those interest There are also axiciliary register which assist in the orderly administration of the system such as a parcel index, a normal inmle1 listing registered proprietors and a day book and which documents are entered pending final registration.” 31 hak seseorang akan tanah melalui sertifikat yang memuat dasar kepemilikan, serta yang dilengkapi dengan daftar harga, batas-batas, letak, luas, tingkatan. Kegunaan-kegunaan 30 Ibid. 31 Whalan. J.Qouglass, The Torrens System in Australia, Sydney, Melbourne- Brishana. Perth, 1982, hal.18. Universitas Sumatera Utara 32 dan elemen-elemen tersebut, selain berguna bagi subjek hak atas tanah juga berguna bagi negara untuk mewujudkan ketertiban administrasi pertanahan. Definisi pendaftaran tanah menurut Douglass J, Whalan, melihat lembaga pendaftaran tanah dan objeknya an sich, bukan dan aspek subjek lembaga tersebut. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997, dikenal dua macam pendaftaran tanah, yaitu: 1. Pendaftaran tanah secara sistematik Pendaftaran ini adalah kegiatan pendaftaran untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftarkan dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa7 kelurahan pasal 1 angka 10 PP No. 24 Tahun 1997. 2. Pendaftaran tanah secara sporadik Pendaftaran ini adalah kegiatan pendataran tanah untuk pertama kali mengenai suatu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa kelurahan secara individual atau massal Pasal 1 angka 11 PP No.24 tahun 1997. Khusus untuk Provinsi Aceh dan Sumatera Utara yang terkenadampak bencana tsunami, telah dikeluarkannya Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 114-11-2005 tentang Manual Pendaftaran Tanah Berbasis Masyarakat Pada Lokasi Bencana Tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam yang Menjadi Obyek Kegiatan Pemulihan Hak Atas Tanah dan Rekonstruksi sistem Universitas Sumatera Utara 33 Administrasi Pertanahan Aceh. Istilah dalam bahasa Inggris Reconstruction of Aceh Land Administration System RALAS . Persyaratan dan prosedur dalam manual tersebut hanya berlaku untuk wilayah Nanggroe Aceh Darussalam dan Nias Sumatera Utara dalam rangka program rekonstruksi sistem administrasi pertanahan di wilayah tersebut.

B. Asas dan Tujuan Pendaftaran Tanah 1.

Asas-asas Pendaftaran Tanah Asas-asas pendaftaran tanah diatur dalam pasal 2 PP No.24 tahun 1997, di mana ditentukan pendaftaran tanah dilaksanakan berdasarkan asas sederhana, aman, terjangkau, mutakhir dan terbuka. a. Asas sederhana dimaksudkan: Mengandung pengertian bahwa dalam pendaftaran tanah agar ketentuan- ketentuan pokoknya maupun prosedurnya dengan mudah dapat dipahami oleh pihak-pihak yang tidak berkepentingan, terutama pemegang hak atas tanah. b. Asas aman menunjukkan, bahwa pendaftaran tanah perlu diselenggarakan secara teliti dan cermat sehingga hasilnya dapat memberi jaminan kepastian hukum sesuai tujuan hukum pendaftaran tanah itu sendiri. c. Asas terjangkau, maksudnya bahwa keterjangkauan bagi pihak-pihak yang memerlukan, khususnya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi lemah. Pelayanan yang diberikan dalam rangka Universitas Sumatera Utara 34 penyelenggaraan pendaftaran tanah hams bisa terjangkau oleh pihak-pihak yang memerlukannya. d. Asas Mutakhir dimaksudkan adalah kelengkapan yang memadai dalam pelaksanaannya dan kesinambungan dalam pemeliharaan datanya. Data yang tersedia harus menunjukkan keadaan Yang mutakhir. Untuk itu perlu diikuti kewajiban mendaftar dan pencatatan perubahan-perubahan yang terjadi di kemudian hari. Menurut A.P. Perlindungan di Indonesia dalam pendaftaran tanah digunakan sistem Torrens. 32 Keuntungan dan sistem ini adalah: 1. Menetapkan biaya-biaya yang tidak terduga sebelumnya. 2. Meniadakan pemeriksaan yang berulang-ulang. 3. Meniadakan kebanyakan rekaman. 4. Secara tegas menyatakan dasar haknya. 5. Melindungi terhadap kesulitan-kesulitan yang tidak tersebut dalam sertifikat. 6. Meniadakan hamper tidak mungkin pemalsuan. 7. Tetap memelihara sistem tersebut tanpa menambah saksi yang menjengkelkan, oleh karena yang memperoleh keuntungan dan pada sistem tersebut yang membayar biaya. 8. Dia memberikan hak pribadi, oleh karena negara menjamin tanpa batas. Sedangkan asas-asas dalam pendaftaran tanah secara umum yang berasal dan aliran-aliran atau sistem hukum yang berbeda terdapat beberapa macam asas yang dianut oleh negara-negara di dunia dalam sistem pendaftaran tanah. Di antara asas hukum yang dianut oleh negara-negara di dunia dalam sistem pendaftaran tanah tersebut belum jelas Indonesia mengikuti hukum mana atau meniru asas dan negara 32 A.P. Perlindungan, Op-cit, hIm. 126. Universitas Sumatera Utara 35 mana, karena asas yang dianggap sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia maka asas tersebut akan digunakan dalam pendaftaran tanah. Adapun asas-asas hukum yang dianut karena dianggap sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia adalah: a. Asas Torrens System System ini bersifat sederhana, efisien, murah dan selalu dapat diteliti pada akta siapa yang bertanda tangan penanggung jawab dan setiap mutasi hak diketahui. Oleh karena Pada sertifikat tanah bila terjadi mutasi, maka nama yang sebelumnya dicoret dengan tinta halus sehingga masih terbaca dan pemilik baru tertulis nama serta dasar hukum peralihan haknya. b. Asas Negatif Asas ini merupakan hak atas tanah seseorangkelompok yang sudah terdaftar dan mendapatmemperoleh sertifikat hak milik atas tanah. Apabila pihak lain yang dapat membuktikan hak tersebut secara sah dengan alasan dan bukti-bukti yang lebih kuat atas hak tanah tersebut di depan pengadilan dan ternyata dimenangkan ,maka pihak yang dimenangkan tersebut dapat meminta kepada kantor badan Pertanahan Nasional untuk membalik nama hak atas tanah tersebut untuk dan atas namanya. Sifat dari sistem ini adalah bahwa pendaftaran tanahpendataran hak atas tanah tidaklah menjamin bahwa nama-nama yang terdaftar dalam buku tanah tidak dapat untuk dibantah, jika nama yang terdaftar dalam buku tanah bukanlah pemilik yang sebenarnya. Universitas Sumatera Utara 36 Sistem ini menganggap nama yang tercantum dalam sertifikat tanah dianggap benar, sampai dapat dibuktikan suatu keadaan sebaliknya. Adapun asas peralihan hak atas tanah menurut sistem negatif adalah nemo pluis yuris yakni melindungi pemegang hak atas tanah yang sebenarnya dan tindakan orangbadan hukum yang mengalihkan dan mendaftarkan hak tanpa diketahui oleh pemegang hak yang sebenarnya. c. Asas Publisitas Asas ini menganggap bahwa pendaftar tanah itu bersifat umum dan terbuka. Artinya, setiap orang dapat meminta informasi dan Kantor Pertanahan atas setiap hak dan pemilikan yang terdaftar dan setiap syarat-syarat dalam suatu mutasi hak, ataupun dalam pengikatan jaminan atas pendirian hak barn serta berlaku pada pihak ketiga jika tercatat di Kantor Pertanahan. Asas in tercermin dengan adanya data yuridis tentang hak atas tanah, seperti obyek dan subyek. Dengan adanya data ini maka siapa saja yang ingin mengetahui data atas tanah itu, tidak perlu mengadakan penyelidikan langsung ke lokasi tanah yang bersangkutan, karena segala data tersebut dapat diketahui dengan mudah di Kantor Pertanahan KabupatenKota setempat. Karenanya setiap peralihan hak atas tanah tersebut dapat berjalan dengan lancar dan tertib serta tidak memakan waktu yang lama. d. Asas Spesialitas ini merupakan asas pendaftaran hak atas tanah itu harus jelas dan tertentukhusus diketahui lokasinya, sehingga peran dan surat ukur adalah menjelaskan lokasi dari Universitas Sumatera Utara 37 tanah tersebut. Asas ini memberi suatu keterangan yang jelas kedudukan dan hak tersebut yang didaftarkan, sehingga tanah tersebut diketahui masuk wilayah hukum mana, sehingga memudahkan untuk menentukan kelompok daftar buku tanah. Dalam asas ini tergambar antara lain: a. Tanah tersebut terletak di desakelurahan mana, b. Masuk wilayah kecamatan mana hak atas tanah tersebut, dan c Hak atas tanah termasuk wilayah hukum kabupatenkota dan provinsi mana. Asas ini memiliki kelemahan, yakni apabila terjadi pemecahan pemekaran wilayah desakelurahan dan kecamatan, maka data dalam sertifikat yang berhubungan dengan hak atas tanah tidak sesuai lagi dengan keadaan wilayah hak atas tanah tersebut. Asas ini bertujuan untuk memberikan kejelasan letak hak atas tanah secara konkrit sehingga tidak sulit untuk mendata atau mengetahui informasi hak atas tanah tersebut. Kemudian terhadap asas kepastian hukum yang sesuai dengan Pasal 19 ayat 1 UUPA, untuk menjamin kepastian hukum hak atas tanah pemerintah mengadakan pendaftaran tanah dan hak atas tanah seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan yang berlaku yakni Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Dengan demikian akan terdapat suatu perlindungan yang jelas terhadap hak atas tanah yang didaftarkan oleh pemiliknya. Terwujudnya kepastian hukum hak atas tanah sesuai dengan tujuan UUPA, dilakukan melalui sarana pendaftaran tanah pendaftaran hak-hak atas tanah yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan Universitas Sumatera Utara 38 pendaftaran tanah yang berlaku, hingga sekarang telah banyak membawa basil yang positif dalam rangka usaha penataan kembali penggunaan, penguasaan dan pemilikan tanah di samping adanya hal-hal yang bersifat negatif. Pendaftaran tanah di Indonesia dikatakan menggunakan System Torrens, hanya tidak jelas dan mana kita meniru sistem tersebut. 33 Dengan keutamaan-keutamaan di atas maka ada baiknya dalam pendaftaran tanah menganut System Torrens, karena sistem ini dianggap sesuai dengan keadaan masyarakat Indonesia, balk secara filosofis, politis dan sosiologis. Sehingga dengan sistem ini, maka pendaftaran tanah lebih terlaksana secara sistematis dan teratur yang bertujuan untuk mendapatkan kepastian hukum bagi pemilik tersebut. Bagi masyarakat dengan pendaftaran tanah berarti telah mendapat jaminan kepastian hukum dalam memiliki hak atas tanah sedangkan bagi negara adanya ketertiban dalam administrasi tentang pertanahan yang sangat membantu dalam mengarahkan rencana pembangunan yang berkesinambungan. ini semua dalam upaya mewujudkan suatu kesejahteraan di mana masyarakat dapat secara aman melaksanakan hak dan kewajiban yang diperoleh dan tanah. 34 Pendaftaran tanah adalah tanggung jawab negara dan perlu untuk diatur masalah proses pendaftaran tanah tersebut dan perlu aturan yang menerangkan tentang tata cara yang berkaitan dengan pendaftaran tanah. Selanjutnya dikeluarkan peraturan pelaksananya. Di dalam Pasal 9, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, obyek pendaftaran tanah meliputi: 33 A.P. Perlindungan, Op cit.,HaL 18 34 Bakhtiar Efendi, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan-peraturan Pelaksananya, Alumni, Bandung, 1993, hal.7. Universitas Sumatera Utara 39 a. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai; b. Tanah hak pngeIo1aan; c. Tanah wakaf, d. Hak milik atas satuan rumah susun; e. Hak tanggungan; f. Tanah negara. Bila UUPA merupakan aturan yang mengatur tentang pendaftaran tanah merupakan tanggung jawab pemerintah dan lebih menitik beratkan peran pemerintah, akan tetapi dalam PP No. 24 Tahun 1997 merupakan suatu pengaturan pendaftaran tanah yang menitikberatkan Pada kewajiban masyarakat untuk mendaftarkan tanah yang dikuasainya dengan segala hak-haknya.

2. Tujuan Pendaftaran Tanah