10
hasil penelusuran kepustakaan, tidak ada yang persis sama dengan judul yang penulis pilih, yaitu Problematika Pasca Bencana Tsunami Terhadap Sertifikasi Hak Milik
Atas Tanah Melalui Ajudikasi Di Kota Banda Aceh. Namun ada kemiripan pada judul dan lokasi, akan tetapi berbeda permasalahnnya, yaitu yang ditulis oleh
mahasiswa Program Kenotariatan atas nama Fitria Sari, Nim: 047011026, yang bersangkutan menulis tentang “Tata Laksana Kepemilikan Hak Milik Atas Tanah
Pasca Gempa dan Tsunami Suatu Penelitian Di Kota Banda Aceh”, dimana penelitian yang bersangkutan lebih memfokuskan kepada tata cara memperoleh hak
milik atas tanah dikawasan bencana Tsunami. Sedangkan penelitian lain yang memiliki kemiripan yaitu yang ditulis oleh Surya Darma, Nim: 067011087 dimana
yang bersangkutan menulis tentang Kajian Yuridis Pengadaan Tanah Untuk Relokasi Korban Tsunami Di Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat. Dan satu
lagi yaitu yang ditulis oleh Desi Helfira, Nim: 057011016 yaitu menulis tentang Aspek
Hukum Perjanjian
Pemborongan Dalam
Pelaksanaan Pembangunan
Perumahan Oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi BRR dan Non-Government Organization NGO Bagi Korban Bencana Alam Gempa Bumi dan Tsunami Studi
Pada Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh. Berdasarkan penelusuran tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada satupun
penelitian yang memiliki kesamaan dengan yang penulis teliti untuk penulisan tesis ini, sehingga otentisitasnya dapat dipertanggung jawabkan.
D. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
11
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan pelaksanaan sertifikasi hak milik atas tanah
melalui ajudikasi pasca bencana Tsunami di Kota Banda Aceh. 2.
Untuk mengetahui dan menjelaskan permasalahan yang timbul terhadap sertifikasi hak milik atas tanah melalui ajudikasi pasca bencana Tsunami di Kota
Banda Aceh. 3.
Untuk mengetahui dan menjelaskan upaya hukum yang dapat ditempuh dalam rangka menyelesaikan permasalahan yang timbul terhadap sertifikasi hak milik
atas tanah melalui Ajudikasi pasca bencana Tsunami.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
Hasil Penelitian diharapkan dapat memperluas khasanah dan wawasan tentang hukum agraria, khususnya mengenai sertifikasi hak atas tanah melalui ajudikasi
pertanahan dikawasan yang terkena dampak bencana alam seperti bencana Tsunami. Sehingga menjadi literatur kepustakaan bagi pengembangan ilmu
hukum khususnya hukum agraria di masa yang akan datang. 2.
Manfaat Praktis Hasil Penelitian ini diharapkan dapat membantu penyelesaian masalah hukum
yang timbul dan sebahagian masih belum tuntas sehubungan sertifikasi hak
milik atas tanah dikawasan yang terkena dampak bencana Tsunami. Sehingga diharapkan menjadi masukan bagi pemerintah dalam hal ini Badan Pertanahan
Universitas Sumatera Utara
12
Nasional BPN, dalam menyelesaikan permasalan-permasalahan di bidang pertanahan terutama yang terjadi di kawasan bekas bencana Tsunami di Kota
Banda Aceh.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
a. Kerangka Teori
Teori adalah susunan konsep, definisi yang dalam, yang menyajikan pandangan yang sistematis tentang fenomena, dengan menunjukkan hubungan antara
variabel yang satu dengan yang lain, dengan maksud untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
4
Menurut M. Solly Lubis, teori adalah: Suatu kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu
kasus atau permasalahan problem yang dijadikan bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui yang dijadikan
masukan dalam membuat kerangka berpikir dalam penulisan.
5
Kemudian menurut J.J.H Bruggink: Teori
merupakan keseluruhan
pernyataan yang saling berkaitan,
yang dikemukakan untuk menjelaskan tentang adanya sesuatu, maka teori hukum
dapat ditentukan dengan lebih jauh sebagai sesuatu keseluruhan pernyataan- pernyataan yang saling berkaitan dan berkenaan dengan hukum. Dengan itu
harus cukup menguraikan tentang apa yang diartikan dengan unsur teori dan harus mengarahkan diri kepada unsur hukum.
6
Oleh karena itu teori merupakan sebuah desain langkah penelitian yang berhubungan dengan kepustakaan, isue kebijakan maupun nara sumber penting
4
Sofyan Syafri Harahap, Tips Menulis Skripsi dan Menghadapi Ujian komprehensif, Pustaka Quantum, Jakarta, Hal. 40.
5
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV Mandar Maju, Bandung, 1994, hal.80.
6
J.J.H Bruggink, Refleksi Tentang Hukum, Alih Bahasa Arief Sidharta, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hal 2.
Universitas Sumatera Utara
13
lainnya. Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk menstrukturisasikan penemuan selama penelitian, membuat beberapa pemikiran, ramalan atau prediksi
atas dasar penemuan dan menyajikannya dalam bentuk penjelasan, uraian maupun pernyataan.
Agar kerangka teori meyakinkan, maka harus memenuhi syarat: Pertama; teori yang digunakan dalam membangun kerangka berpikir harus merupakan pilihan dari
sejumlah teori yang dikuasai secara lengkap dengan mencakup perkembangan- perkembangan terbaru. Kedua; analisis filsafat dari teori-teori keilmuan dengan cara
berpikir keilmuan yang mendasari pengetahuan tersebut dengan pembahasan secara ekplisit mengenai postulat, asumsi, dan prinsip yang mendasarinya. Ketiga; mampu
mengindentifikasikan masalah yang timbul sekitar disiplin keilmuan tersebut.
7
Dengan demikian Teori merupakan pijakan bagi peneliti untuk memahami persoalan yang diteliti dengan benar dan sesuai dengan kerangka berpikir ilmiah.
8
Sehubungan dengan permasalahan yang penulis teliti tentang Problematika Pasca Bencana Tsunami Terhadap Sertifikasi Hak Milik Atas Tanah Melalui
Ajudikasi di Kota Banda Aceh, maka kerangka teori yang digunakan dalam menganalisa permasalahan berkaitan dengan sertifikasi tersebut adalah dengan
menggunakan pokok-pokok pikiran dari Teori Kepastian Hukum.
7
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, Hal. 318-321
8
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006, hal.26.
Universitas Sumatera Utara
14
Dalam sejarah perkembangan ilmu hukum, dikenal 3 tiga jenis aliran konvensional tentang tujuan hukum, salah satu diantaranya adalah aliran normatif-
dogmatik. Aliran ini menganggap bahwa pada asasnya hukum adalah semata-mata untuk menciptakan kepastian hukum.
9
Salah satu penganut aliran ini adalah John Austin dan Van Kant, yang bersumber dari pemikiran positivisme hukum, yang melihat hukum sebagai sesuatu
yang otonom atau hukum dipahami dalam bentuk peraturan tertulis semata. Artinya, karena hukum itu otonom, sehingga tujuan hukum semata-mata untuk kepastian
hukum dalam melegalkan kepastian hak dan kewajiban seseorang. Van Kant
berpendapat bahwa tujuan hukum adalah menjaga setiap kepentingan manusia agar tidak diganggu dan terjamin kepastiannya.
10
Utrecht menyatakan bahwa tujuan hukum adalah demi adanya kepastian hukum.
11
Beliau secara tegas menghendaki agar tujuan hukum hendaknya diarahkan untuk adanya kepastian hukum. Kepastian hukum, artinya hukum dimungkinkan
sebesar-besarnya untuk adanya peraturan umum yang berlaku bagi setiap orang, tanpa melihat latar belakang dan status sosial.
12
Dalam kepastian hukum, maka hukum dalam pengertian yuridis tertulis sangat diagung-agungkan. Dalam sejarah dan teori
maupun mazhab hukum, paham kepastian hukum merupakan pengejawantahan dari
9
Ibid, Hal. 74.
10
Ibid .
11
Waluyadi, Pengantar Ilmu Hukum Dalam Perspektif Hukum Positif, Djambatan, Jakarta, 2001, hal. 44.
12
Ibid , Ha. 46.
Universitas Sumatera Utara
15
aliran “legisme”, yang tidak mengakui adanya hukum yang tidak tetulis.
13
Sehingga menimbulkan konsekuensi bahwa faktor-faktor non yuridis tidak mendapat prioritas
didalamnya. Pelaksanaan sertifikasi hak atas tanah melalui mekanisme ajudikasi terhadap
tanah yang berada pada kawasan bekas bencana Tsunami, merupakan suatu langkah untuk memberikan kepastian hukum kepada masyarakat yang memiliki hak atas
tanah. Pelaksanaan tersebut merupakan perwujudan dari ketentuan Pasal 19 UUPA, yang menyebutkan: “Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan
pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan- ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.”
Tugas untuk melakukan pendaftaran tanah diseluruh Indonesia dibebankan kepada Pemerintah, yang oleh Pasal 19 ayat 1 UUPA ditentukan bertujuan tunggal,
yaitu untuk menjamin kepastian hukum.
14
Menurut penjelasan UUPA, pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah merupakan kewajiban dari Pemerintah yang bertujuan
memberikan kepastian hukum yang bersifat rechtscadaster. Rechtscadaster artinya, untuk kepentingan pendaftaran tanah saja dan hanya mempermasalahkan haknya, apa
dan siapa pemiliknya, bukan untuk kepentingan lain seperti perpajakan. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi agar pendaftaran tanah dapat
menjamin kepastian hukum adalah:
13
Ibid, Hal. 47.
14
Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, CV. Mandar Maju, Bandung, 2008, Hal. 167.
Universitas Sumatera Utara
16
1. Tersedianya peta bidang tanah yang merupakan hasil pengukuran secara kadastral, yang dapat dipakai untuk rekonstruksi batas dilapangan dan batas-
batasnya merupakan batas yang sah menurut hukum. 2. Tersedianya daftar umum bidang-bidang tanah yang dapat membuktikan
pemegang hak yang terdaftar sebagai pemegang hak yang sah menurut hukum.
3. Terpeliharanya daftar umum pendaftaran tanah yang selalu mutakhir, yakni setiap perubahan data mengenai hak atas tanah, seperti peralihan hak tercatat
dalam daftar umum.
15
Bahwa dalam rangka memberikan kepastian hak khususnya terhadap bidang- bidang tanah yang terletak dikawasan bekas Tsunami, maka pemerintah telah
melakukan kebijakan pendaftaran tanah secara sistematik, yaitu yang dilakukan secara serentak di seluruh wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintah melalui Menteri
AgrariaKepala BPN. Pendaftarannya dilakukan melalui mekanisme ajudukasi. Pendaftaran melalui mekanisme ajudikasi tersebut didasarkan pada PP No. 24
tahun 1997, yaitu Pasal 1 butir 8, yang menyatakan sebagai berikut: “ajudikasi adalah kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka proses pendaftaran tanah untuk pertama
kali meliputi pengumpulan data dan penetapan data fisik dan data yuridis mengenai suatu atau beberapa objek pendaftaran tanah untuk keperluan pendaftaran”.
Pendaftaran hak atas tanah pada kawasan bekas bencana Tsunami bertujuan memberikan kepastian hak, yang dalam hal ini diwujudkan dengan penerbitan
sertifikat hak atas tanah, yang merupakan bukti yuridis. Sehingga siapa yang disebut namanya dalam sertifikat dialah sebagai pemiliknya.
Akan tetapi terhadap sertifikat yang merupakan alat bukti yang kuat atas kepemilikan hak atas tanah pasca bencana Tsunami, dikemudian hari ternyata telah
15
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
17
menimbulkan beberapa permasalahan. Hal ini bisa jadi sebagai akibat dari mekanisme pendaftaran yang belum maksimal. Oleh karena itu melalui pendekatan
teori kepastian hukum terutama aliran positisme menjadi alat analisa dalam rangka menganalisa berbagai problema yang muncul berkaitan dengan sertifikasi hak atas
tanah pasca bencana Tsunami tersebut. b.
Konsepsi Konsep adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsep adalah unsur-
unsur abstrak yang mewakili kelas-kelas fenomena dalam satu bidang studi, sehingga dengan demikian merupakan penjabaran abstrak daripada teori. Pendefinisian konsep
dan perumusan teori berlangsung setiap saat. Hal ini merupakan langkah yang diperlukan dalam suatu proses penelitian ilmiah.
Oleh karena konsep merupakan bagian penting dari suatu teori. Maka konsep membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut dengan
istilah definisi operasional operational definition. Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindari perbedaan pengertian atau penafsiran mendua dubius dari
suatu istilah yang dipakai. Yang dimaksud dengan definisi operasional ialah suatu definisi yang
didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang didefinisikan atau “mengubah konsep-konsep
yang berupa konstruksi dengan kata-kata yang
Universitas Sumatera Utara
18
menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji kebenarannya oleh orang lain.
16
Kegunaan dari adanya konsepsi agar ada pegangan dalam melakukan penelitian atau penguraian, sehingga dengan demikian memudahkan bagi orang lain
untuk memahami batasan-batasan atau pengertian-pengertian yang dikemukakan. Maka untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus diberikan
format tentang beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang singkron dengan tujuan yang telah ditentukan. Adapun konsep dasar
yang dikemukakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Problematika adalah permasalahan atau masalah yaitu suatu kendala atau
persoalan yang harus dipecahkan, dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan sesuatu yang diharapkan dengan baik
agar tercapai hasil yang maksimal.
17
2. Sertifikasi adalah penyertifikatan, pembuatan sertifikat.
18
3. Sertifikasi hak atas tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi
pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dengan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-
bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian tanda bukti
16
Jonathan Sarwono, 0p.Cit., Hal.68.
17
Pengertian masalah ”httpid.shvoong.comhumanitiestheory-criticism2020002 diakses pada tanggal 27 Januari 2013
18
Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer, Gita Media Press, Surabaya, 2006, Hal. 435.
Universitas Sumatera Utara
19
hak bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya beserta hak-hak tertentu yang membebaninya dalam bentuk suatu Sertifikat.
19
4. Data Fisik adalah keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar, termasuk keterangan mengenai adanya
bangunan diatasnya Pasal 1 angka 6 PP No.24 Tahun 1997 5. Data yuridis adalah keterangan mengenai status hukum bidang tanah dan
satuan rumah susun yang didaftar, pemegang haknya dan hak pakai lainnya serta bebab-beban lain yang membebaninya Pasal 1 angka 7 PP No. 24
Tahun 1997. 6. Ajudikasi adalah kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka proses pendaftaran
tanah untuk pertama kali, meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan data yuridis mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran
tanah untuk keperluan pendaftarannya Pasal 1 butir 8 PP No. 24 Tahun 1997.
7. Sertifikat adalah Surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat 2 huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf,
hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan.
19
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok Agraria, Isi Pelaksanaannya
, Djambatan, Jakarta, 1999, Hal. 72.
Universitas Sumatera Utara
20
8. Kepastian hukum hak atas tanah adalah kepastian untuk menjamin hak atas tanah dari pemiliknya terhadap
letak, batas, luas dan jenis hak atas tanahnya.
20
G. Metode Penelitian 1.