Hambatan Pelaksanaan Sertifikasi Hak Milik Atas Tanah Pasca Bencana Tsunami

95

BAB III PROBLEMATIKA SERTIFIKASI HAK MILIKATAS TANAH

MELALUI AJUDIKASI PASCA BENCANA TSUNAMI

A. Hambatan Pelaksanaan Sertifikasi Hak Milik Atas Tanah Pasca Bencana Tsunami

Sebagaimana diketahui, dampak bencana tsunami sangat besar sehingga dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh dan Nias, khususnya dalam bidang pertanahan memerlukan penanganan yang serius. Akan tetapi tetap terjadi hambatan di lapangan. Adapun hambatan dan kendala tersebut dapat dijelaskan berikut di bawah ini: 1. Tidak diketahui subjek kepemilikannya Terhadap tanah yang tidak diketahui keberadaan pemiliknya Tim Ajudikasi bersama dengan tim 9 terdiri dari unsur tuha peut, kepala dusun dan Geuchik, tetangga yang berbatas langsung dengan persil tanah yang diukur tetap dilakukan pengukuran. Akan tetapi sertifikatnya tidak diterbitkan sampai ada pemiliknya. Menurut Deni Santo: apabila pemilik tanah yang dilakukan pengukuran dan pemetaan tidak ada ditempat, tanahnya tetap di ukur dan dilakukan pemetaan serta pengumuman, proses penerbitan sertifikat akan di pending, pendataan tetap dilakukan, namun datanya akan menjadi arsip di kantor BPN setempat, hingga datang pemiliknya kelak dan dibuatkan pengumuman. 53 Adapun materi pengumuman pada pendaftaran tanah 53 Deni Santo, Mantan Ketua Tim Ajudikasi, wawancara, tanggal 26 Januari 2013 Universitas Sumatera Utara 96 dimaksud adalah peta pendaftaran tanah, daftar bidang-bidang tanah, dan formulir persetujuan terhadap pengumuman data fisik dan data yuridis. Tidak adanya pemilik tanah dan ahli warisnya,seperti salah satu obyek yang terdapat di Desa Lampoh Daya, kecamatan Jaya Baru Tim Ajudikasi 0101-06, milik M.Dahlan, akibat bencana Tsunami tidak ada ahli waris yang tersisa, setelah dilakukan pengukuran, pemetaan hingga tahap akhir penerbitan sertifikat tidak ada pemilik maupun ahli warisnya, hanya dibuat buku tanah. Sertifikat akan dikeluarkan oleh kantor BPN kota B. Aceh setelah ada kejelasan ahli warisnya. 54 Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Kepala Kantor BPN Kota Banda Aceh, apabila hal ini terjadi, maka berdasarkan aturan yang ada manual pendaftaran tanah di lokasi bencana tsunami maka sertifikat tidak akan dikeluarkandiserahkan kepada yang berhak sebelum adanya kejelasan tentang hak kepemilikan dan ahli waris atas tanah yang bersangkutan harus dapat dibuktikan dengan penetapan ahli waris yang dikeluarkan oleh Mahkamah Syari’ah setempat. 55 2. Tidak jelasnya masalah perwalian dan ahli waris Pada musibah tsunami yang lalu, banyak anak yatim dan piatu yang tidak bersama keluarganya atau bahkan belum jelas kondisinya. Tentunya nasib mereka harus dilindungi, terutama menyangkut hak atas harta dan tanah mereka, mereka seharusnya dipelihara oleh wali, kerabat terdekat yang bisa memberi kasih sayang. Apabila masih ada hartanya, seperti tanah, hendaknya harta tersebut diurus 54 Samodra Yogalelana, Mantan Anggota Tim Ajudikasi, Wawancara, tanggal 25 Januari 2013. 55 Yasri, Ketua BPN Kota Banda Aceh, Wawancara, tanggal 26 Januari 2013 Universitas Sumatera Utara 97 kerabatwalinya dan atau dengan pengawasan Baitul Maal desa Imuem Meunasah. Pengesahan perwalian dilakukan oleh Mahkamah Syari’ah Banda Aceh yang dalam program sertifikasi tanah langsung turun ke desakelurahan. Wali yang melalaikan kewajibannya dapat dicabut haknya oleh Mahkamah Syari’ah. Untuk penetapan perwalian dilakukan berdasarkan permohonan, dalam hal ini perkara jurisdictio voluntaria perkara volunter, dengan putusan akhir yang disebut sebagai penetapan. Dengan adanya penetapan tersebut maka seseorang dianggap memiliki kapasitas dan legalitas sebagai wali terhadap anak yang berada dalam pengampuannya. Namun demikian hakim haruslah hati-hati dalam menetapkan perwalian tersebut, jangan sampai merugikan kepentingan si anak kelak. Yasril mengungkapkan bahwa : Pihak BPN hingga saat ini masih terkendala dalam memproses sebanyak 25.000 sertifikat tanah korban tsunami. Terkendalanya proses pembuatan sertifikat itu karena hingga saat ini para pemilik tanah belum melengkapi syarat yang ditetapkan yaitu adanya surat penetapan perwalian dari Mahkamah Syari’ah, yang berhak rnenerima adalah ahli waris yang sudah ditetapkan oleh Mahkamah Syari’ah, penyerahannya disaksikan Kepala DesaKeuchik setempat. 56 Untuk mengetahui hal tersebut diatas Badan Pertanahan Nasional BPN telah mengambil kebijaksanaan dengan menetapkan ketentuan tentang waris dan perwalian dalam pendaftaran tanah yaitu : 56 Yasril, Kepala BPN Kota Banda Aceh, Wawancara, tanggal 26 Janruari 2013. Universitas Sumatera Utara 98 a. Melakukan musyawarah di dalam keluarga yang bisa dibantu oleh Imuem Menasah dan Tuha Puet desakelurahan untuk menentukan pembagian warisan dan bila perlu menentukan wali bagi anak dibawah 18 tahun yang tidak mempunyai orang tua lagi. b. Penentuan wali kemudian akan disahkan oleh Mahkamah Syari’ah yang akan turun ke desakelurahan. c. Hasil keputusan ini kemudian dituliskan dalam kesepakatan ahli waris dan atau wall yang sudah dibuat oleh Badan Pertanahan Nasional BPN. d. Berdasarkan kesepakatan tersebut, BPN akan mendaftarkan tanah yang diwariskan ini sesuai dengan hasil kesepakatan keluarga tersebut. e. Bila tidak tercapai kesepakatan atau tidak bisa didamaikan di tingkat desakelurahan atau keluarga, maka tanah tersebut tidak dapat disertifikatkan dan rnasalahnya dicatat dalam buku tanah. Sementara itu, sengketa dapat diajukan untuk diselesaikan oleh Mahkamah Syari’ah. Untuk bidang tanah yang masih bermasalah, hanya dibuatkan buku tanahnya saja, jika kemudian pemilik atau kuasanya dapat menyelesaikan masalahnya dapat segera mendaftarkan tanahnya ke kantor pertanahan setempat. 57 Jika pengajuan dilakukan tidak lebih dari satu tahun atau program masih berjalan tidak kena biaya, bilamana telah lewat jangka waktu setahun maka dekenakan biaya, karena program ajudikasi sudah berakhir untuk saat ini. BPN akan melakukan monitoring atas bidang-bidang tanah yang masih 57 MDFANS, Manual Pendaftaran Tanah, BPN-BRR, Jakarta, 2005, Hal 18. Universitas Sumatera Utara 99 dianggap bermasalah dan belum diterbitkan sertifikatnya agar masyarakat dapat segera menyelesaikannya. Dalam hal penyelesaiannya dilakukan dalam masa proyek program berjalan, biaya proses ditanggung proyek dan pemilik tanah tidak dikenakan biaya. Sebagaimana yang terjadi di Desa Lamjabat, sebagaimana dijelaskan oleh Maisarah Ridwan, bahwa : di desa Lamjabat terdapat 4 empat orang yang harus ditetapkan oleh Hakim Mahkamah Syari’ah Banda Aceh sebagai ahli waris wali terhadap hak milik atas tanah, dimana salah satunya adalah Maisyarah Ridwan, dikarenakan seluruh anggota keluarga lainnya telah menjadi korban tsunami dan meninggal semua. Proses penetapan Maisarah Ridwan sebagai ahli waris tidaklah serumit yang dibayangkan oleh banyak orang asal saja mengetahui prosedur yang harus ditempuh, namun dikarenakan tingkat peahaman dan penyuluhan kepada masyarakat yang taraf pendidikan dan pengetahuannya rendah sangatlah menentukan dalam proses ini. Setelah mengisi formulir bukti kesepakatan pewarisan yang diketahui Keuchik dan Imam Meunasah, kemudian mengisi formulir bukti kesepakatan perwalian yang ditantangani anggota keluarga jika masih ada, mengetahui Keuchik dan Imam Meunasah serta ditetapkan oleh Hakim Mahkamah Syari’ah yang langsung datang ke desa, pada tempat dan waktu yang telah ditentukan sebelumnya. 58 Di wilayah kerja tim ajudikasi No.0101-05, H. Achmadi menjelaskan . Tidak ada masalah selama pemahaman dan penyuluhan kepada masyarakat yang 58 Maisarah Ridwan, Pernilik SHM No.51, Desa Lamjabat, wawancara, tanggal 23 Januari 2013. Universitas Sumatera Utara 100 berpendidikan rendah itu diberikan oleh aparat hukum, karena dengan diberikan pemahaman akan sangat menentukan dalam proses penetapan ahli waris dan perwalian di wilayah kerja tim ajudikasi Kecamatan Kuta Alam yang meliputi desa Lambaro Skep, Lamdingin, Lampulo dan Gampong Mulia. 59 Sementara itu, di lokasi kerja tim ajudikasi No.0101-06 Kecamatan Jaya Baru, seperti yang dijelaskan oleh Samodra Yogalelana : “menyangkut masalah penetapan perwalianahli waris di desa Lampoh Daya 3 bidang tanahperwalian, Desa Bitai 5, Punge Blang Cut 8. Sementara itu. untuk desa-desa lainnya yang menjadi wilayah kerja tim ajudikasi kami yaitu; Desa Lamteumen Timur, Emperum, Lam Jamee, Lamteumen Barat, Geuceu Meunara dan Ulee Pata tidak ada masalah perwalian selain kefahaman, birokrasi dan penyuhan kepada masyarakat yang taraf pendidikan dan pengetahuannya rendah sangatlah menentukan dalam proses ini.. 60 3. Kurangnya partisipasi masyarakat Pelaksanaan pendafaran tanah di lokasi-lokasi bencana tsunami tersebut dilaksanakan dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat. Adanya kesepakatan dalam masyarakat desakelurahan tersebut akan menjadi dasar bagi BPN untuk memberikan pengakuan legal approval atas bidang-bidang tanah tersebut sebagaimana sebelum terjadinya bencana tsunami. Selain itu, keterlibatan masyarakat juga sangat diharapkan dalam keseluruhan tahapan program. 59 H. Achmadi, mantan Ketua Tim Ajudikasi No.0101-05- Kec. Kuta Alam, Wawancara, tanggal 25 Januari 2013. 60 Samodra Yogalelana, Ketua Tim Ajudikasi No.0101-06- Kec.Jaya Baru, Opcit, tanggal 24 Januari 2013. Universitas Sumatera Utara 101 Berdasarkan pengertian di atas, peran serta masyarakat mutlak diperlukan demi tercapainya sasaran yang diharapkan yaitu tertibnya administrasi pertanahan dam seluruh masyarakat memiliki bukti kepemilikan tanah yaitu sertifikat. Baik sertitikat hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha maupun hak-hak lainnya yang diatur dalam UUPA. Menurut Yasril bahwa: partisipasi masyarakat haruslah benar-benar nyata di dalam program ini. Karena, hanya masyarakatlah yang tahu persis tentang, obyek dan subyek setiap jengkal persil tanah yang ada dilokasi tempat mereka tinggal. 61 Dia melanjutkan bahwa banyaknya ditemui kendala tentang ketidak-hadiran masyarakat pemilik tanah sewaktu dilakukan proses pengukuran, pengumpulan data yuridis dan verifikasi data diakibatkan oleh masih tersebarnya pengungsi, pengungsi tidak tinggal dalam satu lokasi yang sama, sehingga informasipengumuman yang disampaikan tidak dapat mereka terima sepenuhnya. Namun bukanlah perkara yang mudah untuk mengumpulkan masyarakat dalam sebuah desakelurahan walaupun telah diadakan pengumuman dan undangan yang disampaikan kepada warga desakelurahan setempat. Menyangkut hal tersebut diakui oleh Sudirman Ali: bukannya masyarakat tidak mau berpartisipasi dalam proses pembuatan sertifikat tanah, akan tetapi yang benar adalah warga yang tinggal berpencar-pencar sehingga sangat sulit untuk menghubungi satu keluarga dengan keluarga yang Iainnya, ada yang tinggal 61 Yasril, Kepala BPN Kota Banda Aceh, Wawancara,. tanggal 26 Januar 2013 Universitas Sumatera Utara 102 dipengungsian dan barak-barakcamp seperti di Mata le, Lambaro bahkan ada yang tinggal di Jantho. Belum lagi yang ikut dengan keluarganya bahkan sampai ke Pulau Jawa. ada juga yang dibawa keluar negeri oleh walikeluarganya 62 . Sementara itu Radhiah, pemilik tanah di desa Asoe Nanggroe mengemukakan: Bahwa kami masih sangat trauma dan tidak sanggup untuk melihat tempat tinggalnya yang telah luluh lantak akibat tsunami, sehingga proses ajudikasi tanahnya diwakilkan diberi kuasa kepada tetangganya 63 . Jadi, yang bersangkutan masih terbayang ketakutan dan shock karena tsunami, oleh sebab itu dapat disimpulkan bukannya tidak mau berpartisipasi, ada alasan yang dapat diterima. 4. Tidak jelasnya status hak atas tanah Hambatan lain yang ditemui berdasarkan hasil penelitian adalah tanah yang sebelum terjadinya bencana tsunami telah bermasalah persoalan status hukum atas tanah dan belum tuntas terselesaikan secara hukum. Dalam terminologi hukum di sebut belum mempunyai kekuatan hukum yang tetap inkracht van gewisjde, seperti yang terdapat di lokasi tim ajudikasi 0101-05 Kecamatan Kuta Alam, tepatnya di desa Lambaro Skep. Menurut Mukhlis Jafar di desa Lambaro Skep terdapat 527 bidang tanah yang diklaim milik TN1-AD, sehingga setelah dilakukan pengukuran dan pemetaan diputuskan untuk tidak dikeluarkan sertifikat dikarenakan sebelum tsunami juga 62 Sudirman Ali, Warga Desa Suricn-Kecamatan Meraxa-B.Aceh, Wawancara, tanggal 24 Januari 2013 63 Radhiah, Warga Asoe Nanggoe Pemilik sertifikat tsunami No.SHM-176, Wawancara, 28 Januari 2013. Universitas Sumatera Utara 103 sudah ada gugatan warga yang meminta ganti rugi pembebasan tanah. Sehingga berdasarkan kesepakatan warga desa Lambaro Skep dengan tim ajudikasi 0101-05, sertifikat tidak diterbitkan sampai dengan adanya kejelasan pemilik tanah tersebut. 64 Masalah sengketa tanah tersebut terjadi sejak tahun 1980 hingga saat ini belum ada putusan pengadilan.

B. Permasalahan Pasca Sertifikasi Hak Milik Atas Tanah Di Kawasan Bekas Bencana Tsunami