Pengertian dan Dasar Hukum Sertifikasi Hak Milik Atas Tanah

26

BAB II PELAKSANAAN SERTIFIKASI HAK MILIK ATAS TANAH

MELALUI AJUDIKASI PASCA BENCANA TSUNAMI

A. Pengertian dan Dasar Hukum Sertifikasi Hak Milik Atas Tanah

Dasar hukum pendaftaran tanah dalam UUPA diatur dalam Pasal 19 yang menyebutkan : 1 Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah diselurruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.’ 2 Pendaftaran tersebut dalam ayat 1 pasal ini menyebutkan : a. Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah; b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut; c. Pemberian surat-surat tanda-bukti-hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. 3 Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan Negara dan masyarakat, kemampuan lalu lintas ekonomi serta kemungkinan penyelenggaraannya, menurut pertimbangan Menteri Agraria. 4 Dalam Peraturan Pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan pendaftaran termaksud dalam ayat 1 diatas,dengan ketentuan bahwa rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya-biaya tersebut. Sebagai realisasi ketentuan Pasal 19 ayat 1 tersebut diatas pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 Tentang Pendaftaran Tanah. Dalam rangka penyempurnaan dari PP Nomor 10 tahun 1961 pemerintah mengeluarkan PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Dengan diberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, maka PP Nomor 10 Tahun 1961 dinyatakan tidak berlaku lagi. Pengertian Pendaftaran tanah menurut ketentuan pasal 1 angka 1, PP Nomor 24 Tahun 1997 adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 27 Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan- satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. Berdasarkan aturan tersebut diatas, ditentukan suatu rangkaian tugas dari pemerintah yang berkewajiban untuk mengatur dan menetapkan status bidang tanah dari aspek hak yang melekat atas tanah tersebut. Tugas negara dalam menetapkan tugas lembaga Badan Pertanahan Nasional dirinci sedemikian rupa, mulai dari waktu yang terus menerus, sistematis dan terarah. Pengumpulan dan penyusunan data pendaftaran tanah tersebut merupakan suatu keharusan yang dijalankan, yang berfungsi sebagai tertib administrasi oleh negara maupun subyek hak atas tanah tersebut. Dengan kegiatan tersebut akan diperoleh kejelasan kedudukan tanah sebagai obyek hak yang jelas dari aspek fisik dan yuridisnya. Dalam hal ini, terdapat beberapa pendapat sarjana yang mendefinisikan pendaftaran tanah secara berbeda. Perbedaan itu terjadi pada susunan redaksi, namun tetap memiliki makna dan tujuan yang sama. Pendapat-pendapat tersebut antara lain dikemukakan oleh Rudolf Hemanses : “Pendaftaran tanah Kadaster adalah pendaftaran atau pembukuan bidang- bidang tanah dalam daftar-daftar, berdasarkan pengukuran dan pemetaan, yang seksama”. 23 23 Ali Achmad Chomzah, Hukum Agraria Pertanahan Indonesia – Jilid II, Prestasi Pustakaraya, Jakarta, April 2004, hal.1 Universitas Sumatera Utara 28 Berkaitan dengan pengertian pendaftaran tanah Boedi harsono berpendapat, pendaftaran tanah adalah : Suatu rangkaian kegiatan, yang dilakukan oleh NegaraPemerintah secara terus menerus dan teratur, berupa pengumpulan keterangan atau data-data tertentu yang sda di wilayah-wilayah tertentu, pengolahan, penyimpanan, dan penyajiannya bagi kepentingan rakyat, dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum bidang pertanahan, termasuk penertiban tanda buktinya dan pemeliharaannya. 24 Mengacu pada definisi di atas, digambarkan bahwa lembaga pendaftaran tanah adalah suatu lembaga yang kedudukannya langsung diatur oleh negara. yang bertugas untuk mengatur kedudukan tanah secara berkesinambungan. teratur dan sistematis dan tahun ke tahun. Aturan ini meliputi aspek ukuran, letak, wilayah dan bentuk hak yang dimiliki oleh subyek hak atas tanah tersebut. Tujuan yang penting dan lembaga ini adalah untuk menciptakan kepastian hukum bagi subyek hak atas tanah tersebut. Sedangkan Maria S.W. Soemardjono menjelaskan, kegiatan pendaftaran tanah tujuan akhirnya adalah: “Kegiatan pendaftaran tanah yang akan menghasilkan tanda bukti hak atas tanah yang disebut sertifikat, merupakan realisasi salah satu tujuan UUPA. Kewajiban untuk melakukan pendaftaran itu pada prinsipnya dibebankan kepada pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan secara bertahap, daerah demi daerah berdasarkan pertimbangan ketersediaan peta dasar pendaftaran. Di Indonesia, dan sekitar 55 juta bidang tanah yang ada, bani sekitar 30 yang bersertifikat”. 25 24 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok Agraria, Isi Pelaksanaanya, Djambatan, Jakarta, 1999, Hal. 72 25 Maria S.W. Sumarjono, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi. Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2005. Hal. 201. Universitas Sumatera Utara 29 Sertifikat hak atas tanah sebagai hasil akhir proses pendaftaran tanah, berisi data fisik keterangan tentang letak, batas, luas bidang tanah, serta bagian bangunan atau bangunan yang ada di atasnya bila dianggap perlu dan data yuridis keterangan tentang status tanah dan bangunan yang didaftar, pemegang hak atas tanah, dan hak- hak pihak lain yang berada di atasnya. Dengan memiliki sertifikat, maka status hukum berkenaan dengan jenis hak atas tanahnya, subyek hak, dan obyek haknya menjadi nyata. Pengertian secara yuridis tersebut belum memadai untuk menjelaskan pengertian pendaftaran, maka pengertian pendaftaran pada asalnya sama dengan kata cadastre dalam bahasa Belanda yang menunjukkan kepada luas nilai dan kepemilikan pada suatu bidang tanah. Capitastrum Latin yang bermakna suatu register atau kapita unit yang dibuatkan untuk pajak tanah Romawi capitatio Torrens. 26 Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia. pengertian tanah berarti permukaan bumi atau lapisan bumi yang di atas sekali, permukaan bumi yang diberi batas, daratan. Dengan demikian, tanah dapat diartikan sebagai suatu ruang permukaan bumi, tanah yang oleh subyek hukum yang menguasainya dengan pergunakan dengan sifat dan tujuan dan pada haknya 27 . Pendaftaran tanah adalah suatu pencatatan hak atas tanah yang meliputi luas permukaan, batasan-batasannya, oleh dan pada instansi atau lembaga terkait yang berwenang dalam masalah 26 A.P. Perlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Mandar Maju, E3andung. 990. 27 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 11 Cet. Kelima. Balai Pustaka. Jakarta, 1995, hal.1026. Universitas Sumatera Utara 30 pertanahan di Indonesia yaitu Badan Pertanahan Nasional di bawah Menteri Negara Agraria. Sedangkan Van Huls menjelaskan, pendaftaran tanah adalah: “Kadaster is een isntellingdie door middle van kaarten en register en een orneshrving geeft van alle stuken het gebiet van den staat gellege. Kadaster adalah suatu badan dengan peta-peta dan daftar-daftar yang memberikan uraian semua bidang tanah yang terletak dalam suatu wilayah negara” 28 Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa lembaga pendaftaran tanah bertujuan untuk menjelaskan dan menggambarkan suatu status baik dan aspek ukuran, tempat serta jenis hak yang berlaku atas tanah tersebut. Tujuan lembaga ini adalah untuk menjamin dan menciptakan kepastian, kegunaan dan keadilan hukum bagi pemilik tanah. Sotendik Muller memberikan pengertian pendaftaran tanah, sebagai berikut: “Kadaster is een instelling dis door middle van plans of karteen en register, opgemaakt naar aanleiding van matigt en scatting, on seen beeld en schriving van he grondheid van staat in al zine order delen en grant geefi. Kadaster adalah suatu lembaga yang dengan cara kartu dengan pendaftaran, dibentuk berdasarkan pengukuran dengan perhitungan yang memberikan Pada kita suatu penulisan dan pada dasar dalam artian bagian dan batas-batas. 29 Pengertian pendaftaran tanah menurut sotendik Muller, memfokuskan dasar kepemilikan tanah bagi seseorang serta pada batas-batas keberadaan sebidang tanah. Dengan adanya dasar kepemilikan tanah tersebut, maka adanya suatu hak yang berlaku bagi pemilik tanah terhadap tanahnya, hal ini tidak cukup, karena pemilik tanah harus mengetahui batas-batas tanahnya, yang antara hak pemilik tersebut 28 Asmawati Tesis, Faktor - faktor Penghambat Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Daerah Tingkat II Batang Hari , PPS-USU, Medan, 1996. hal-18. 29 Ibid Universitas Sumatera Utara 31 terhadap tanah yang lain. Tujuan dari dasar hak atas tanah serta batas-batasnya tersebut adalah suatu yang mutlak harus dimiliki bagi subyek yang berhak atas tanah. Berikutnya Jaarsma menjelaskan: “Kadaster is een instelling die door middle van kaartenen register en een omschrjving geeft van alle stuken hed gebied van den staat gelegen. Kadaster adalah suatu badan dengan peta-peta dan daftar-daftar yang memberikan uraian sebuah bidang tanah yang terletak dalam wilayah suatu negara.” 30 Definisi yang diuraikan oleh Jaarsma memfokuskan pada lembaga pendaftaran tanah an sich, serta tugas-tugas yang dimiliki oleh lembaga tersebut terhadap kedudukan sebidang tanah, dan aspek ukuran, dan terutama letaknya dalam suatu wilayah tertentu. Aspek pandang dan definisi tersebut adalah satu arah, semata- mata melihat lembaga pendaftaran tanah sebagai subjek. Penelaahan tersebut menerangkan kedudukan lembaga pendaftaran tanah dengan rincian tugasnya terhadap keberadaan tanah. Kemudian Douglass J. Whalan memberikan definisi pendaftaran tanah: The register consists of individual grants, sertficates or folio contained within it at any diven time. Added to these are documents that may be deemed to be embodied in the register upon registration Together these indicate the parcel of land in a particular title, title person untitle to interests there in and the nature and extent of those interest There are also axiciliary register which assist in the orderly administration of the system such as a parcel index, a normal inmle1 listing registered proprietors and a day book and which documents are entered pending final registration.” 31 hak seseorang akan tanah melalui sertifikat yang memuat dasar kepemilikan, serta yang dilengkapi dengan daftar harga, batas-batas, letak, luas, tingkatan. Kegunaan-kegunaan 30 Ibid. 31 Whalan. J.Qouglass, The Torrens System in Australia, Sydney, Melbourne- Brishana. Perth, 1982, hal.18. Universitas Sumatera Utara 32 dan elemen-elemen tersebut, selain berguna bagi subjek hak atas tanah juga berguna bagi negara untuk mewujudkan ketertiban administrasi pertanahan. Definisi pendaftaran tanah menurut Douglass J, Whalan, melihat lembaga pendaftaran tanah dan objeknya an sich, bukan dan aspek subjek lembaga tersebut. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997, dikenal dua macam pendaftaran tanah, yaitu: 1. Pendaftaran tanah secara sistematik Pendaftaran ini adalah kegiatan pendaftaran untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftarkan dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa7 kelurahan pasal 1 angka 10 PP No. 24 Tahun 1997. 2. Pendaftaran tanah secara sporadik Pendaftaran ini adalah kegiatan pendataran tanah untuk pertama kali mengenai suatu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa kelurahan secara individual atau massal Pasal 1 angka 11 PP No.24 tahun 1997. Khusus untuk Provinsi Aceh dan Sumatera Utara yang terkenadampak bencana tsunami, telah dikeluarkannya Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 114-11-2005 tentang Manual Pendaftaran Tanah Berbasis Masyarakat Pada Lokasi Bencana Tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam yang Menjadi Obyek Kegiatan Pemulihan Hak Atas Tanah dan Rekonstruksi sistem Universitas Sumatera Utara 33 Administrasi Pertanahan Aceh. Istilah dalam bahasa Inggris Reconstruction of Aceh Land Administration System RALAS . Persyaratan dan prosedur dalam manual tersebut hanya berlaku untuk wilayah Nanggroe Aceh Darussalam dan Nias Sumatera Utara dalam rangka program rekonstruksi sistem administrasi pertanahan di wilayah tersebut.

B. Asas dan Tujuan Pendaftaran Tanah 1.