Hasil Wawancara PENYAJIAN DATA

63

BAB IV PENYAJIAN DATA

Pada bab ini penulis akan menyajikan data yang telh diperoleh melalui penelitian dilapangan untuk kemeudian dianalisis berdasarkan teori yang ada. Data tersebut terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperolh dari hasil wawancara dengan informan. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang memperkuat data primer.

4.1 Hasil Wawancara

Wawancara adalah salah satu cara untuk mendapatkan informasi dari informan kunci tentang implentasi kebijakan sertifikasi guru sekolah dasar di Kabupaten Deli Serdang studi pada SD Negeri Nomor 106812 Bandar Klippa. Sesuai dengan rancangan penelitian, telah ditetapkan jumlah informan kunci yaitu bapak Dra. Firman Sembiri sebagai kasi tenaga dan fasilitas pendidikan yang menangani sertifikasi. Sedangkan yang menjadi informan tambahan yaitu ibu Sulistiati, S.Pd yang mengajar di SD Negeri Nomor 106812, serta sebagai informan tambahan yaitu ibu Duma Sari Daulay, S.Pd sebagai kepala sekolah di SD Negeri Nomor 106812. Tipe wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe wawncara berstruktur, yaitu sebelum memulai wawancara terlebih dahulu penulis menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaan-pertanyaan yang 64 disusun jelas berhubungan dengan proses implementasi kebijakan sertifikasi guru sekolah dasar di Kabupaten Deli Serdang studi pada SD Negeri Nomor 106812 Bandar Klippa. Berkut adalah indikator implementasi dari sebuah kebijakan, yaitu :

1. Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dari suatu sumber berita kepada penerima media tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan tanggapan dari penerima. Komunikasi merupakan sarana untuk menyebarluaskan informasi. Untuk menghindariterjadinya gangguan pada komunikasi perlu adanya ketepatan waktu dalam penyampaian informasi, harus jelas jelas informasi yang disampaikan dan memerlukan ketelitian serta konsistensi dalam menyampaikan informasi. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi di dalam pelaksanaan kebijakan sertifikasi ini, peneliti melakukan wawancara dengan Kasi Tenaga dan Fasilitas Pendidikan, bapak Dra. Firman Sembiring dengan menanyakan bagaimana pelaksanaan sosialisasi sertifikasi guru terhadap guru-guru di Kabupaten Deli Serdang bahwasanya : “Sosialisasi bagi calon peserta PLPG dilakukan sekali setahun, tetapi kalau untuk yang sudah sertifikasi dilakukan rutin setiap tahun. Dan secara intensif melalui kepala sekolah atau pengawas selalu kami lakukan sosialisasi, dimana nantinya kepala sekolah atau pengawas yang menyampaikan kepada guru-guru” hasil wawancara 04 Juni 2015 Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepaa guru di SD Negeri Nomor 106812 yaitu ibu Sulistiati, S.Pd bahwasanya : 65 “Sering dilakukan sosialisasi. Kemarin saya mengikuti sosisalisasi di sekolah Sukirman dan biasanya tempat sosialisasinya pindah-pindah. Pembicaranya dari Dinas Pendidikan. Kemarin yang menjadi pembicara ketika sayang mengikuti sosialisasi itu ibu Miskah”hasil wawancara 10 Juni 2015 Pernyataan ibu Sulistiati diatas juga diperkuat oleh pernyataan ibu Duma Sari Daulay,S.Pd selaku kepala sekolah di SD Negeri Nomor 106812 Bandar Klippa bahwasanya : “Dinas Pendidikan seing melakukan sosialisasi, terutama kami kan sudah diajarkan tentang bagaimana teknik-teknik mengajar. Semua itu ada sosislaisasinya, terutama dari dinas, dari pengawas, kepala sekolah dituntut untuk bekerja maksimal” hasil wawancara 10 Juni 2015 Dari segi hambatan mengenai pelaksanaan pelaksanaan kebijakan sertifikasi guru ini, peneliti memperoleh informasi dari bapak Dra. Firman Sembiring yang mengatakan bahwasanya : “Hambatan barangkali dari segi penyampaian informasi kepada pihak calom peserta sertiifikasi dan guru-guru yang sudah serifikasi sedikit mengalami kesulitan dikarenakan letak geografis dari Kabupaten Deli Serdangyang jauh. Tetapi dari segi-segi lainnya hampir tidak ada hambatan yang dihadapi” hasil wawancara 04 Juni 2015

2. Sumberdaya

Sumberdaya adalah faktor yang paling penting dalam implementasi kebijakan agar efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, yakni kompetensi implementor dan sumberdaya inansial. Pelayanan staff yang berada di Dinas Pendidikan merupakan salah satu bagian dari sumberdaya. 66 Untuk mengetahui bagaimana pelayanan staff di Dinas Pendidikan Kabupaten Deli Serdang, khususnya staff-staff yang bekerja dalam bidang sertifikasi, peneliti bertanya kepada ibu Duma Sari Daulay tentang bagaimana pelayanan staff di Dinas Pendidikan Deli Serdang dan informan mengatakan : “Bagus, sudah cukup bagus. Ketika mengantarkan berkas-berkas ke dinas tidak semua guru-guru ikut mengantarkan kesana. Cukup satu orang saja mewakili dari setiap sekolah, misalnya operator atau TU. Inikan sekarang guru-guru sedang sibuk pemberkasan. Semua berkas-berkas dikumpulkan kemudian nanti diantarkan ke Dinas, di sana nanti ada staff yang menangani sertifikasi ini. Kalau dalam situasi sibuk mengurus berkas seperti sekarang ini staff-staff di sana siap melayyani guru-guru walaupun sudah lewat dari jam kerja pegawai”hasil wawancara 10 Juni 2015 Dinas Pendidikan adalah pihak yang paling mengetahui informasi-informasi mengenai sertifikasi guru ini. Informasi-informasi baru yang diberikan oleh pusat pertama kalinya tentu akan disampaikan ke Dinas Pendidikan terlebih dahulu, kemudian Dinas Pendidikan yang menuruskan informasi tersebut kepada Kepala Sekolah dan Guru-guru yang bersangkutan langsung dengan sertifikasi ini. Untuk mengetahui bagaimanaguru-guru mendapatkan informasi tersebut, peneliti melakukan wawancara dengan ibu Duma Sari Daulay yang menyatakan : “Untuk informasi tenttang sertifikasi kira mudah untuk kami dapatkan. Dinas Pendidikan sering memberitahu saya melalui sms pesan singkat mengenai informasi yang baru, misalkan ketika SK Dirjen guru-guru yang sudah sertifikasi sudah keluar, atau jika ada aturan-aturan yang baru. Dan Dinas Pendidikan pun mempunyai situs-situs di internet. Jadi guru-guru yang sudah bisa mengoperasikan internet bisa melihat sendiri informasi tersebar di internet” hasil wawancara 10 Juni 2015 67 Selain pelayanan staff dam informasi peneliti juga bertanya mengenai pembagian tugas dan wewenang dalam proses implementasi kebijakan sertifiikasi ini. Pertanyaan itu peneliti tanyakan kepada bapak Dra. Firman Sembiring dan beliau mengatakan : “Ya, masing-masing pihak punya tugas dan kewenangannya masing-masing ya. Mulai dari dinas, pengawas, kepala sekolah, guru-guru, bahkan staff atau pegawai yang ada di sekolah dan di Dinas Pendidikan yang membantu, misalkan dalam hal mengumpulkan berkas-berkas, atau mengirimkan berkas- berkas ke dinas. Kalau saya sendiri sebagai Kasi Tenaga dan Fasilitas Pendidikan bertanggungjawab dalam hall verivikasi. Itu terhitung mulai dari Maret 2014 sampai sekarang. Kalau penanggungjawab keseluruhan itu kepala dinas”hasil wawancara 04 Juni 2015 Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada kepala sekolah SD Negeri Nomor 106812 Bandar Kllipa. Ia mengatakan tentang wewenang yang ia punya terkait dengan sertifikasi guru bahwasanya : “Saya selaku kepala sekolah mempunyai tanggungjawab kepada guru-guru saya di sini. Kalau untuk setifikasi saya hanya mengetahui, memberi rekomendasi apakah guru itu mengajar sesuai dengan persyaratan untuk bisa sertifikasi, dan apakah ia sydah memenuhi semua persyaratan, misalkan bagaimana dengan pendidikannya apakah sudah S1, lamanya dia mengajar, umurnya berapa. Tapi untuk tahap selanjutnya yang menentukan tetap dinas”hasil wawancara 10 Juni 2015 Sarana dan prasarana dalam pelaksanaan sertifikasi guru ini juga menjadi salah satu faktor keberhasilan implementasi kebijakan sertifikasi guru ini. Peneliti bertanya kepada bapak Dra. Firman Sembiring mengenai sarana dan prasaran yang menunjang implementasi sertifikasi ini dan beliau mengatakan : 68 “Kalau mengenai sarana dan prasarana mungkin lebih ke hal pendanaan. Untuk pelaksanaan sertifikasi ini ya tahun-tahun sebelumnya belum ada dana untuk sarana dan prasaran sertifikasi, baru tahun ini diberikan dana. Itupun dana yang diberikan kecil dibandingkan jumlah peserta yang kita harus sosialisasikan” hasil wawancara 04 Juni 2015

3. Disposisi

Disposisi adalah watak atau karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan menjalankan kebijakan dengann baik pula seperti yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sifat atau perspektiif yang berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif. Mengenai disposisi peneliti menanyakan kepada ibu Duma Sari Daulay mengenai kriteriaseleksi khusus bagi guru yang mendapatkan sertifikasi. Informan mengatakan : “Kriteria pertama dilihat dulu jenjang pendidikannya, yaitu dia harus sarjana, masa kerjanya, dan umurnya. Tetapi kalau seorang guru sudah cukup umurnya, seperti ada salah satu guru saya di sisni dia belum sarjana tapi jika dilihat dari masa kerjanya dia sebenarnya sudah layak ikut sertifikasi. Tetapi karena dia belum sarjana, jadi ya belum bisa ikut sertifikasi. Pada tahun 2011 yang menjadi kriteria seorang guru bisa ikut sertifikasi dilihat dari masa kerja dan umur, walaupun belum sarjana tapi bisa ikut sertifikasi. Beda lagi waktu masa saya dulu tahun 2007, kriterianya harus sudah sarjana. Untuk tahun ini ada lagi peraturan yang baru. Jika tidak sarjana sertifikasi akan ditarik”hasil wawancara 10 Juni 2015 Pernyataan diatas juga didukung oleh jawaban dari ibu Sulistiati yang mengatakan bahwasanya : 69 “Kriterianya itu ya dilihat dari lamanya dia mengajar, umur, kemudian pendidikannya, tetapi yang paling penting lama dia mengajar. Ya bisa dikatakan sebagai apresiasi, misalkan dia sudah mengajar selama 34 tahun wajar saja menurut saya jika dia bisa ikut sertifikasi” hasil wawancara 10 Juni 2015 Peneliti juga menanyakan kepada informan apakah yang menjadi penyebab dicopotnya sertifikasi guru terhadap guru yang sudah setifikasi dan peneliti mendapatkan jawaban atas pertanyaan tersebut dari bapak Dra. Firman Sembiring yang mengatakan : “Hal yang dapat membuat sertifkasi seorang guru itu dicabut apabila guru tersebut tidak menaati atau tidak dapat menjalankan tanggungjawab atau kewajibannya sebagai guru yang profesional, contohnya jika jam mengajarnya tidak terpenuhi 24 jamminggu, dari segi administrasi. Sd dan SMP itu sekarang sudah menggunakan aplikasiuntuk daftar hadir mereka namanya dapodik. Kalaupun diaplikasi dia terpenuhi 24 jamminggu namun jikan dia tidak mengajar selama 24 jamminggu maka tunjjangan sertifikasinya tidak bisa dibayarkann sesuai dengan petunjuk teknisnya. Untuk tahun 2015 ini PKG Penilaian Kinerja Guru menjadi salah satu syarat pembayaran tunjangan sertifikasi”hasil wawancara 04 Juni 2015 Selanjutnya peneliti juga menanyakan tentang tunjangan sertifikasi yang diperoleh guru yang sudah sertifikasi. Bapak Dra. Firman Sembiring yang mengatakan : “Tunjangan sertifikasi itu dibayarkan pertiga bulan, ditransferkan melalui rekening bank BRI dan bank BNI. Besaran tunjangan sertifikasi itu jumlahnya berbeda-beda tiap-tiap guru. Karena kan tunjangan itu jumlahnya sebesar jumlah gaji pokok. Jadi masing-masing guru berbeda jumlah tunjangan yang didapatkan”hasil wawancara 04 Juni 2015 70 Berbeda dengan pernyataan diatas, ibu Duma Sari Daulay,S.Pd mengatakan bahwa : “Jika dilihat dari peraturan yang ada seharusnya pembayaran tunjangan sertifikasi itu dibayarkan pertiga bulan. Tetapi kenyataannya terkadang pembayarannya itu lewt dari pertiga bulan. Seperti untuk tahun ini sudah memasuki bulan Juni tetapi tunjangan sertifikasi baru semalam dikeluarkan. Itupun masih rekening bank BNI saja yang sudah dikeluarkan”. hasil wawancara 10 Juni 2015 Peneliti juga menanyakan tentang berita yang pernah peneliti baca mengenai keterlambatan pembayaran tunjangan sertifikasi. Peneliti menanyakan hal tersebut kepada bapak Dra. Firman Sembiring yang mengatakan : “Didalam berita yang saudari mungkin disana tertulis tunjangan tersebut dibayarkan tanggal sekian bulan sekian tetapi pada kenyataannya SK Dirjen belum keluar, dan petunjuk teknis belum keluar. Karena salah satu syarat pembayaran tunjangan sertifikasi harus memilikiSKTP Surat Keputusan Tunjangan Sertifkasi,kemudian harus ada petunjuk teknisnya. Petunjuk teknis itu terlebih dahulu kami pelajar untuk selanjutnya kami minta berkas- berkas SK, berkala, rekening bank yang harus diserahkan guru yang sudah sertifikasi sesuai dengan isi dari petunjuk teknis tersebut. Kemudian dari situlah nanti kami menghitung besaran tunjangan profesinya. Jika tidak ada berkas yang dikumpulkan apa yang mau kami bayarkan ? Tahun 2015 ini bukan hanya berkas yang diminta tetapi juga PKG Peneilaian Kinerja Guru juga harus dicantumkan. Jadi karena proses-proses diatas pasti jadi lambat kan? Mungkin secara umum orang-orang sering berfikir mengapa lambat sekali penyaluran tunjangan sertifikasi ini. Saya pribadi pun inginnya ya bisa cepat dibayarkan sesuai dengan yang ada di SK Dirjen supaya tidak ada tanda tanya lagi. Makanya saya sering marah kepada guru-guru yang datang bertanya kesini. Ibu-ibu semua mau uangnya cepat dibayarkan tetapi berkas ibu-ibu sampai sekarang belum diserahkan. Jadi ya keterlambatan itu terjadi karena guru itu sendiri”hasil wawancara 04 Juni 2015 Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada guru di SD Negeri Nomor 106812, ibu Sulistiati,S.Pd yang mengatakan bahwa : 71 “Ibu tidak tahu ya. Kita guru-guru ini ya polos-polos saja. Hanya dinas yang tahu. Kalau ibu bilang seperti ini nanti ibu yang salah. Pemerintah daerah lah yang tahu”hasil wawancara 10 Junii 2015 Penyataan diatas juga diperkuat oleh jawaban dari ibu Duma Sari Daulay yang mengatakan bahwasanya : “Kita pun tidak tahu. Kalau guru-guru saya bertanya kepada saya ya saya bertanya ke dinas. Kita belum tahu jelasnya keterlambatan ini dimana” hasil wawancara 10 Juni 2015

4. Struktur Birokrasi

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu aspek struktur birokrasi yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya rincian tugas dan posedur pelayanan menjadi pedoman bagi implementor dalam bertindak. Selain itu struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tap, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Pada akhirnya akan menyebabkan aktivitas organisasi yang tidak fleksibel. Salah satu pertanyaan yang peneliti tanyakan yang berhubungan dengan struktur birokrasi yaitu pedoman dalam implementasi kebijakan sertifikasi guru. Peneliti mendapatkan jawaban dari bapak Dra. Firman Sembiring yang mengatakan bahwa : “Yang menjadi pedoman terlaksananya sertifikasi guru ini adalah Undang- undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan 72 Pemerintah Nomor 74 tahun 2008, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 tahun 2009. Pelaksanaan sertiikasi ini sudah sesuai dengan pedoman-pedoman diatas. Kalau untuk misalkan pelaksanaan pelatihan setiap tahunnya kkan ada lagi petunjuk teknisnya. Seperti untuk tahun 2015 ini ada lagi petunjuk teknis untuk PLPG dan petunjuk teknis untuk PPGC sebagai penjabaran dari peraturan yang ada”hasil wawancara 04 Juni 2015 Pelaksanaan sertifikasi ini tentu ada pihak yg menjadi penanggungjawab. Peneliti melakukan wawancara dengan bapak Dra. Firman Sembiring tentang siapa yang bertanggungjawab dan mengawasi jalannnya kebijakan sertifikasi ini dan informan menjawab bahwasanya : “Penanggungjawab secara keseluruhan itu ya kepala dinsa. Cuman kalau untuk verifikasi itu saya sendiri yang bertanggungjawab. Tetapi ya kepala sekolah, pengawas, guru-guru pun sebenarnya juga ikut bertanggungjawab dan mengawasi jalannya kebijakan sertifikasi ini. Kita sama-sama memantau lah”hasil wawancara 04 Juni 2015 Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada ibu Duma Sari Daulay,S.Pd yang mengatakan bahwasanya : “Menurut ibu itu tanggungjawab semua. Tanggungjawab dinas, pengawas, kepala sekolah, pemerintah, terutama guru itu sendiri. Kalau di sekolah ini ya tanggungjawab saya. Tapi yang paling penting ya tanggungjawab guru itu sendiri yang sudah sertifikasi”hasil wawancara 10 Juni 2015 Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan jawaban dari ibu Sulistiatiyang mengatakan bahwasanya : “Ya tanggungjawab guru, pemerintah, dan pemerintah daerah”hasil wawancara 10 Juni 2015 73

BAB V ANALISIS DATA