15
1. Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai
pendidik profesional. 2.
Meningkatkan proses dan hasil pembelajaran. 3.
Meningkatkan kesejahteraan guru. 4.
Meningkatkan martabat guru dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.
Dari pemaparan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitiandengan judul “Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru Sekolah Dasar di Kabupaten Deli Serdang Studi pada SD Negeri Nomor 106812
Bandar Klippa.”
1.2 Fokus Masalah
Berangkat dari kasus di atas, untuk menjamin kelancaran penelitian dan mendapatkan hasil penelitian yang mendalam, maka penelitian ini dibatasi pada
implementasi kebijakan sertifikasi guru sekolah dasar di kabupaten Deli Serdang. Kasus yang diangkat oleh peneliti adalah bagaimana pelaksanaan kebijakan sertifikasi
guru sekolah dasar dan faktor-faktor apa saja yang menghambat implementasi kebijakan sertifikasi guru sekolah dasar tersebut.
16
1.3 Rumusan Masalah
Berkaitan dengan uraian pada latar belakang diatas, maka permasalahan yang
dikemukakan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana implementasi kebijakan sertifikasi guru sekolah dasar di Kabupaten Deli Serdang?”
1.4 Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi kebijakan sertifikasi guru sekolah dasar di Kabupaten Deli Serdang.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1.
Secara subjektif, bermanfaat untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berfikir dalam menganalisa masalah-masalah serta menerapkan
teori-teori yang ada . 2.
Secara praktis, memberikan data dan informasi yang berguna bagi semua kalangan terutama bagi mereka yang secara serius mengamati kebijakan
sertifikasi guru sekolah dasar. 3.
Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak bagi kepustakaan Departemen Ilmu
Administrasi Negara dan bagi kalangan penulis lainnya yang tertarik untuk mengeksplorasi kembali kajian tentang pelaksanaan kebijakan sertifikasi guru
sekolah dasar di Kabupaten Deli Serdang.
17
1.6 Kerangka Teori
Secara umum, teori adalah sebuah sitem konsep abstrak yang mengindikasikan adanya hubungan diantara konsep – konsep tersebut yang
membantu kita memahami sebuah fenomena. Sehingga bisa dikatakan bahwa sebuah teori adalah suatu kerangka kerja konseptual untuk mengatur pengetahuan
dan memyediakan suatu cetak biru untuk melakukan beberapa tindakan selanjutnya.
Dalam Nazir 1983: 19, Kerlinger mendefinisikan teori sebagai sebuat set konsep atau construct yang berhubungan satu dengan lainnya, suatu set dari
proporsi yang mengandung suatu pandangan sistematis dari fenomena. Untuk memperoleh pemahaman yang sama atas konsep - konsep yang
digunakan dalam penelitian ini dan menjadi kerangka berfikir bagi peneliti, maka berikut beberapa konsep yang dianggap relevan dengan kasus penelitian yang
dibahas.
1.6.1 Kebijakan Publik 1.6.1.1 Pengertian Kebijakan Publik
Secara etimologi, kebijakan publik terdiri atas dua kata, yaitu kebijakan dan publik. Dari kedua kata yang saling berkaitan. Dari kedua kata yang saling berkaitan
tersebut, oleh Graycar dalam Kabann 2008:59 kebijakan dapat dipandang dari
18
empat perspektif, yaitu filosifis, produk, proses, dan kerangka kerja. Sebagai suatu konsep filosofis, kebijakan dipandang sebagai serangkaian prinsip atau kondisi yang
diinginkan. Sebagai suatu produk, kebijakan diartikan sebagai serangkaian kesimpulan atau rekomendasi. Sebagai suatu proses, kebijakan menunjuk pada cara
diaman melalui cara tersebut suatu organisasi dapat mengetahui apa yang diharapkan darinya yaitu program dan mekanisme dalam mencapai produknya. Sedangkan
sebagai suatu kerangka kerja, kebijakan merupakan suatu proses tawar-menawar dan negoisasi untuk merumuskan isu-isu dan metode implementasinya.
Sedangkan W. Wilson dalam bukunya Parsons 2008:15 memandang hal lain dari makna modern gagasan “kebijakan” policy, yaitu seperangkat aksi atau rencana
yang mengandung tujuan politik yang berbeda dengan makna “administration”. Kata policy mengandung makna kebijakan sebagai rationale, sebuah manifestasi dari
penilaian yang penuh pertimbangan. Lebih lanjut Wayne Parsons memberi definisi kebijakan adalah usaha untuk mendefinisikan dan menyususn basis rasional untuk
melakukan atau tidak melakukan tindakan. Selanjutnya masih dalam bukunya Parsons pengertian kebijakan tampak lebih jelas dari definisi yang dikemukakan oleh
Anderson yaitu bahwa istiah “kebijakan” atau “policy” digunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor atau melihat aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.
Sementara itu, gagasan tentang publik berasal dari Bahasa Inggris yaitu public yang berarti masyarakat umum dan juga rakyat. Menurut Parsons 2008:3, publik itu
sendiri berisi aktivitas manusia yang dipandang perlu untuk diatur atau diintervensi oleh pemerintah atau aturan sosial, atau setidaknya oleh tindakan bersama.
19
Jika digabungkan, rumus kebijakan publik yang dikemukakan Thomas R. Dye adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan
Winarno. 2002:15. Sedikit berbeda dengan Wildavsky dalam Kusumanegara 2010 yang mendefinisikan kebijakan publik adalah suatu hipotesis yang mengandung
kondisi-kondisi awal dari aktivitas pemerintah dan akibat-akibat yang bisa diramalkan. Selanjutnya menurut Anderson dalam Winarno 2002 sifat kebijakan
publik adalah tidak dapat dipahami secara lebih baik bila konsep ini dirinsi menjadi beberapa kategori, seperti tuntutan-tuntutan kebijakan policy demands, keputusan-
keputusan kebijakan policy decisions, pernyataan-pernyataan kebijakan policy statements hasil-hasil kebijakan policy outputs, dan dampak-dampak kebijakan
policy outcomes. Dari definisi-definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa kebijakan publik
adalah seperangkat putusan yang telah ditetapkan pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukkan dalam memenuhi kepentingan orang banyak
1.6.1.2 Tahapan Kebijakan Publik
Proses analisis kebiakan adalah serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan didalam proses kegiatan yang pada dasarnya bersifat politis. Aktivitas
politis tersebut dijelaskan sebagai proses pembuatan kebijakan dan divisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan waktu
: penyusunan agenda kebijakan, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi
20
kebijakan, dan penilaian kebijakan.
5
1. Penetapan agenda kebijakan agenda setting
Sedangkan aktivitas perumusan masalah, peramalan forecasting, rekomendasi kebijakan, pemantauan monitoring, dan
evaluasi kebikakan adalah aktivitas yang lebih bersifat intelektual. Dalam memecahkan masalah yang dihadapi kebijakan publik, lebih lanjut
Dunn mengemukakan tahapan analisis yang harus dilakukan, yaitu :
Perumusan masalah dapat memasok pengetahuan yang relevan dengan kebijakan yang mempersoalkan asumsi-asumsi yang mendasari definisi
maslah dan memasuki proses pembuatan kebijakan melalui penyusunan agenda. Perumusan masalah dapat membantu menemukan asumsi-asumsi
yang tersembunyi, mendiagnosis penyebab-penyebabnya, memetakan tujuan-tujuan yang memungkinkan, memadukan pandangan-pandangan
yang betentangan, dan merancang peluang-peluang kebijakan yang baru. Perumusan kebijakan harus difasilitasi berupa dukungan sosial, dukungan
politik, dukungan budaya. 2.
Formulasi kebijakan Dalam tahap formulasi kebijakan, peramalan dapat menyediakan
pengetahuan yang relevan dengan kebijakan tentang masalah yang akan terjadi dimasa mendatang sebagai akibat dari diambilnya alternatif,
termasuk tidak melakukan sesuatu. 3.
Adopsi kebijakan
5
Dunn, William N. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Th. 2003, Hal.22
21
Pada tahap ini pengambil kebijakan terbantu dalam rekomendasi yang membuahkan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan tentang
manfaat atau biaya alternatif yang akibatnya dimasa mendatang telah diestimasikan melalui peramalan.
4. Implementasi kebijakan
Pemantauan atau monitoring menyediakan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan tentang akibat dari kebijakan yang diambil sebelumnya
terhadap pengambilan kebijakan pada tahap implementasi kebijakan. Pemantauan membantu menilai tingkat kepatuhan, menemukan akibat-
akibat yang tidak diinginkan dari kebijakan dan program, mengidentifikasi hambatan dan rintangan implementasi, dan menemukan letak pihak-pihak
yang bertanggung jawab pada setiap tahap kebijakan. Proses implementasi membutuhkan fasilitasi, seperti tim, lembaga, peraturan, dan sumberdaya.
5. Evaluasi kebijakan
Evaluasi kebijakan membuahkan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan tentang ketidaksesuaian antara kinerja kebijakan yang
diharapkan dengan yang benar-benar dihasilakan.
1.6.2 ImplementasiKebijakan
Pemerintah membuat kebijakan publik karena ada sesuatu hal yang urgen dan berpengaruh dengan kepentingan publik. Kebiajakan ini tentunya harus ditentukan
secara tepat dan efektif bagi kelangsungan hidup publik. Hessel Nogi S. Tangkilisan 2003:2 berpendapat bahwa jika sebuah kebijakan diambil secara tepat, maka
kemungkinan kegagalan pun masih bisa terjadi jika proses implementasi tidak tepat.
22
Bahkan sebuah kebijakan yang brilian sekalipun jika diimplementasikan buruk bisa gagal untk mencapai tujuan yang telah ditetapkan para perancangnya.
Hal yang paling penting dalam proses kebijakan adalah pengimplementasiannya. Secara etimologi, implementasi berasal dari bahasa Inggris,
yaitu to implemen, it meansto provide themeans for carrying out menyediakan sarana untuk melakukan sesuatu dan to give practicaleffect to untuk menimbulkan
dampakakibat terhadap sesuatu. Sesuatu yang dimaksud dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat berupa undang-undang, peraturan pemerintah,
keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.
Dalam Syaukani, Gaffar dan Rasyid, M. Ryaas 2002:295 Pressman dan Wildavskymerumuskan implementasi sebagai proses interaksi diantara perangkat
tujuan dan tindakan yang mampu untuk meraihnya, serta serangkaian aktivitas langsung dan diarahkan untuk menjadikan program berjalan, dimana aktivitas
tersebut mencakup : a.
Organisasi : pembentukan atau penataan kembali sumber daya, unit-unit serta metode untuk menjadikan program berjalan.
b. Interpretasi : menafsirkan agar program menjadi dan pengarahan yang tepat
untuk dapat diterima dan dilaksanakan. c.
Penerapan : ketentuan rutin dari pelayanan, pembayaran, atau lainnya yang dapat disesuaikan dengan tujuan atau perlengkapan program.
23
Adapun dalam mengimplemetasikan suatu kebijakan dikenal beberapa model sebagai berikut:
6
1.6.2.1 Model Implementasi Kebijakan George Edward III
Edward melihat implementasi kebijakan sebagai suatu proses yang dinamis, dimana terdapat banyak faktor yang saling berinteraksi dan mempengaruhi
implementasi kebijakan. Faktor-faktor tersebut perlu ditampilkan guna mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap implementasi. Oleh karena itu,
Edward menegaskan bahwa dalam studi implementasi terlebih dahulu harus diajukan dua pertanyaan pokok yaitu:
i. Apakah yang menjadi prasyarat bagi implementasi kebijakan?
ii. Apakah yang menjadi faktor utama dalam keberhasilan implementasi
kebijakan? Menurut Edward ada 4 faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau
kegagalan implementasi suatu kebijakan, yaitu faktor komunikasi, sumber daya, struktur birokrasi, dan disposisi.
7
a Struktur Birokrasi
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari
aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya
6
Tanglilisan. Kebijakan Publik yang Membumi. Yogyakarta: YPAPI dan Lukman Offset. Th.2003. Hal.20
7
Subarsono. Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Th.2005. Hal.10
24
rincian tugas dan prosedur pelayanan yang telah disusun oleh organisasi. Rincian tugas dan prosedur pelayanan menjadi pedoman bagi implementor
dalam bertindak. Selain itu struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape yakni
prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Pada akhirnya menyebabkan aktivitas oraganisasi tidak fleksibel.
b Komunikasi
Persyaratan pertama bagi implementasi kebijakan yang efektif adalah bahwa mereka yang melaksanakan keputusan harus mengetahui apa yang mereka
lakukan. Keputusan-keputusan kebijakan dan perintah-perintah harus diteruskan kepada personil yang tepat sebelum keputusan dan perintah-
perintah tersebut dapat diikuti. Menurut Edward ada 3 indikator penting dalam proses komunikasi kebijakan yaitu transmisi, kejelasan, dan
konsistensi. c
Sumber Daya Sumber daya adalah faktor yang paling penting dalam implementasi kebijakan
agar efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia,, yakni kompetensi implementor, dann sumber daya finansial.
d Disposisi
Disposisi adalah watak atau karakteristik yang dimiliki oleh implementor seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila implementos
memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik pula seperti yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika
25
implemetor memiliki sifat atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.
Faktor-faktor yang menjadi perhatian Edward mengenai disposisi dalam implementasi kebijakan terdiri atas :
1. Pengangkatan birokrasi. Sikap pelaksana akan menimbulkan
hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan bila personel yang ada tidak melaksanakan kebiijakan yang diinginkan
oleh pejabat-pejabat yang lebih atas. Karena itu pengangkatan dan pemilihan personel pelaksana kebijakan haruslah orang-orang yang
memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan, lebih khusus lagi pada kepentingan warga masyarakat.
2. Insentif merupakan salah satu teknik yang disarankan untuk
mengatasi masalah sikap para pelaksana kebijakan dengan memanipulasi insentif. Pada dasarnya orang bergerak berdasarkan
kepentingan dirinya sendiri, maka memanipulasi insentif oleh para pembuat kebijakan mempengaruhi tindakan para pelaksana kebijakan.
Dengan cara menambah keuntungan atau biaya tertentu mumgkin akan menjadi faktor pendorong yang membuat para pelaksana
menjalankan perintah dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya memenuhi kepentingan pribadi atau organisasi.
26
1.6.2.2 Model Implementasi Kebijakan Gogin
Untuk mengimplementasi kebijakan dengan model Gogin ini dapat mengidentifikasikan variable-variabel yang mempengaruhi tujuan-tujuan formal pada
keseluruhan implementasi yakni : 1.
Bentuk dan isi kebijakan termasuk didalamnya kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi.
2. Kemampuan organisasi dengan segala sumber daya berupa dana maupun
insentif lainnya yang akan mendukung implementasi secara efektif, dan 3.
Pengaruh lingkungan dari masyarakat dapat berupa karakteristi, motivasi, kecendrungan hubungan antara warga masyrakat, termasuk pola
komunikasinya.
1.6.2.3 Model Implementasi Kebijakan Grindle
Sebagaimana dikutip oleh Wahab 2001 Grindle menciptakan model implementasi sebagai kaitan antara tujuan kebijakan dan hasil-hasilnya, selanjutnya
pada model ini hasil kebiajakan yang dicapai akan dipengaruhi oleh isi kebijakan yang terdiri dari :
1. Kepentingan-kepentingan yang dipengaruhi,
2. Tipe-tipe manfaat,
3. Derajat perubahan yang diharapkan,
4. Letak pengambilan keputusan,
5. Pelaksanaan program, dan
6. Sumber daya yang dilibatkan.
27
Isi sebuah kebiajakan akan menunjukkan posisi pengambilan keputusan oleh sejumlah besar pengambilan kebijakan, sebaliknya ada kebijakan tertentu yang
lainnya hanya ditentukan oleh sejumlah kecil satu unit pengambil kebijakan. Pengaruh selanjutnya adalah lingkungan yang terdiri dari :
1. Kekuasaan, kepentingan, dan startegi aktor yang terlibat.
2. Karakteristik lembaga penguasa, dan
3. Kepatuhan dan daya tanggap.
Karenannya setiap kebijakan perlu mempertimbangkan konteks atau lingkaran dimana tindakan administrasi dilakukan.
1.6.2.4 Model Implementasi Van Meter dan Van Horn
Model kebijakan yang dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn dipengaruhi oleh 6 faktor, yaitu :
1. Standar kebijakan dan sasaran yang menjelaskan rincian tujuan
keputusan kebiajkan secara menyeluruh. 2.
Sumber daya kebijakan berupa dana pendukung implementasi. 3.
Komunikasi inter organisasi dan kegiatan pengukuran digunakan oleh pelaksana untuk memakai tujuan yang hendak dicapai.
4. Karakteristik pelaksana, artinya karakteristik organisasi faktor krusial
yang menentukan berhasil tidaknya suatu program. 5.
Kondisi sosial ekonomi dan politik yang dapat mempengaruhi hasil kebijakan.
6. Sikap pelaksana dalam memahami kebijakan yang akan ditetapkan.
28
Van Meter dan Van Horn menegaskan bahwa pada dasarnya kinerja dari implementasi kebijakan adalah penilaian atas tingkat ketercapaian standar
dan sasaran kebijakan tersebut.
8
1.6.3 Sertifikasi Guru
1.6.3.1 Pengertian Sertifikasi
Sertifikasi guru adalah upaya peningkatan mutu guru yang diikuti dengan peningkatan kesejahteraan guru, sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu
pembelajaran dan mutu pendidikan Depdiknas, 2008:1. Sertifikasi guru diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar profesional guru. Guru profesional
merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang bermutu.
1.6.3.2 Prinsip Sertifikasi
1. Dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel Objektif yaitu
mengacu kepada proses perolehan sertifikat pendidik yang impartial, tidak diskriminatif, dan memenuhi standar pendidikan nasional. Transparan yaitu
mengacu kepada proses sertifikasi yang memberikan peluang kepada para pemangku kepentingan pendidikan untuk memperoleh akses informasi
tentang pengelolaan pendidikan, yang sebagai suatu sistem meliputi masukan,
8
Samodra, Yuyun dan Agus. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT.Raja Graffindo Persada. Th.1994. Hal.19
29
proses, dan hasil sertifikasi. Akuntabel merupakan proses sertifikasi yang dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan pendidikan secara
administratif, finansial, dan akademik. 2.
Berujung pada peningkatan mutu pendidikan nasional melalui peningkatan mutu guru dan kesejahteraan guru. Sertifikasi guru merupakan upaya
pemerintah dalam meningkatkan mutu guru yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru. Guru yang telah lulus uji sertifikasi guru
akan diberi tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok sebagai bentuk upaya Pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan guru. Tunjangan
tersebut berlaku, baik bagi guru yang berstatus pegawai negeri sipil PNS maupun bagi guru yang berstatus non-pegawai negeri sipil non PNSswasta.
Dengan peningkatan mutu dan kesejahteraan guru maka diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara
berkelanjutan. 3.
Dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan. Program sertifikasi pendidik dilaksanakan dalam rangka memenuhi amanat Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
4. Dilaksanakan secara terencana dan sistematis
Agar pelaksanaan program sertifikasi dapat berjalan dengan efektif dan efesien harus direncanakan secara matang dan sistematis.Sertifikasi mengacu
30
pada kompetensi guru dan standar kompetensi guru.Kompetensi guru mencakup empat kompetensi pokok yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan profesional, sedangkan standar kompetensi guru mencakup kompetensi inti guru yang kemudian dikembangkan menjadi kompetensi guru
TKRA, guru kelas SDMI, dan guru mata pelajaran. 5.
Menghargai pengalaman kerja guru Pengalaman kerja guru disamping lamanya guru mengajar juga termasuk
pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti, karya yang pernah dihasilkan baik dalam bentuk tulisan maupun media pembelajaran, serta aktifitas lain
yang menunjang profesionalitas guru. Hal ini diyakini bahwa pengalaman kerja guru dapat memberikan tambahan kompetensi guru dalam mengajar.
6. Jumlah peserta sertifikasi guru ditetapkan oleh pemerintah
Untuk alasan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan sertifikasi guru serta penjaminan kualitas hasil sertifikasi, jumlah peserta pendidikan profesi dan uji
kompetensi setiap tahunnya ditetapkan oleh pemerintah.Berdasarkan jumlah yang ditetapkan pemerintah tersebut, maka disusunlah kuota guru peserta
sertifikasi untuk masing-masing Provinsi dan KabupatenKota.Penyusunan dan penetapan kuota tersebut didasarkan atas jumlah xlv data individu guru
perKabupaten Kota yang masuk di pusat data Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
9
9
https:guruqungeblog.wordpress.com20110410prinsip-sertifikasi-guru Diakses pada tanggal 22 Februari 2015 pukul 21.45 WIB
31
1.6.3.3 Tujuan dan Manfaat Sertifikasi
Sertifikasi guru bertujuan untuk meningkatkan mutu dan menentukan kelayakanguru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan
mewujudkan tujuanpendidikan nasional. Adapun manfaat ujian sertifikasi guru dapat diperikan sebagaiberikut :
1. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang
dapat merusak citra profesi guru. 2.
Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan profesional.
3. Menjadi wahana penjaminan mutu bagi LPTK , dan kontrol mutu dan
jumlah guru bagi pengguna layanan pendidikan. 4.
Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan LPTK dari keinginan internal dan tekanan eksternal yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan
yang berlaku. 5.
Memperoleh tujangan profesi bagi guru yang lulus ujian sertifikasi.
10
1.6.3.4 Persyaratan untuk Sertifikasi
Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007, sertifikasi guru dalam jabatan dapat diikuti oleh guru dalam jabatan
yang telah memiliki kualifikasi akademik sarjana S1 atau diploma empat D- IV.Guru Non PNS yang dapat disertifikasi adalah guru Non PNS yang berstatus
sebagai guru tetap pada satuan pendidikan tempat yang bersangkutan
10
http:www.sepertinya.comtujuan-sertifikasi-guru.html Diakses pada tanggal 22 Februari 2015 pukul 21.35 WIB
32
bertugas.Penentuan guru calon peserta sertifikasi dalam jabatan menggunakan sistem ranking bukan berdasarkan seleksi melalui tes. Kriteria penyusunan ranking setelah
memenuhi persyaratan S1D4 adalah: 1 masa kerjapengalaman mengajar, 2 usia, 3 pangkatgolongan bagi PNS, 4 beban mengajar, 5 jabatantugas tambahan,
dan 6 prestasi kerja.
11
1.6.3.5 Instrumen Sertifikasi
Dalam Permendiknas Nomor 18 tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan disebutkan bahwa sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan
melalui uji kompetensi dalam bentuk penilaian portofolio alias penilaian kumpulan dokumen yang mencerminkan kompetensi guru, dengan mencakup 10 sepuluh
komponen yaitu : 1 kualifikasi akademik, 2 pendidikan dan pelatihan, 3 pengalaman mengajar, 4 perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, 5 penilaian
dari atasan dan pengawas, 6 prestasi akademik, 7 karya pengembangan profesi, 8 keikutsertaan dalam forum ilmiah, 9 pengalaman organisasi di bidang pendidikan
dan sosial, dan 10 penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan. Jika kesepuluh komponen tersebut telah dapat terpenuhi secara obyektif dengan mencapai
skor minimal 850 atau 57 dari perkiraan skor maksimum 1500, maka yang bersangkutan bisa dipastikan untuk berhakmenyandang predikat sebagai guru
profesional, beserta sejumlah hak dan fasilitas yangmelekat dengan jabatannya.
11
http:math070017.blogspot.com201201makalah-guru.html Diakses pada tanggal 22 Februari 2015 pukul 22.00 WIB
33
1.7 Definisi Konsep
Konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok, atau
individu tertentu. Untuk menentukan batasan yang lebih jelas, dalam rangka menyederhanakan pemikiran atas masalah yang diteliti, maka penulis mengemukakan
konsep-konsep antara lain:
1.
Kebijakan Publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya- sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah public atau
pemerintah.
2.
Implementasi Kebijakan adalah tahap pembuatan keputusan diantara pembentukan sebuah kebiajakan seperti halnya pasal-pasal sebuah undang-
undang legislatif, pengeluaran sebuah peraturan eksekutif, pelolosan keputusan pengadilan, atau keluarnya standar peraturan dan konsekuensi dari
kebijakan bagi masyarakat yang memepengaruhi beberapa aspek kehidupan.
3.
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru yang telah memenuhi standar kompetensi guru. Sertifikasi guru bertujuan untuk: 1
menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, 2 meningkatkan
proses dan mutu hasil pendidikan, 3 meningkatkan martabat guru, 4 meningkatkan profesionalitas guru.
34
BAB II METODE PENELITIAN
2.1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif menurut Hamidi 2005:14 lebih
mengutamakan perspektif emik. Penelitian dalam hal inimengumpulkan data berupa cerita rinci dari para responden dan diungkapkan apa adanya sesuai dengan bahasa,
pandangan para responden. Ciri pokok dari penelitian deskriptif adalah memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada saat penelitian dilakukan saat
sekarang atau masalah-masalah yang bersifat aktual dan menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya dan diiringi dengan interpretasi.
Dalam tradisi penelitian kualitatif, proses penelitian dan ilmu pengetahuan tidak sesederhana apa yang terjadi pada penelitian kuantitatif, karena sebelum hasil-
hasil penelitian kualitatif memberi sumbangan kepada ilmu pengetahuan, tahapan penelitian kualitatif melampaui berbagai tahapan berfikir kritis-ilmiah, yang mana
seorang peneliti memulai berfikir secara induktif, yaitu menangkap berbagai fakta atau fenomena-fenomena sosial, melalui pengamatan di lapangan, kemudian
menganalisanya serta berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apa yang diamati Bungin, 2007:6.