Sanksi dan Ancaman Pidana Tindak Kejahatan Pemalsuan Data dalam

satu tahun, dan menurut sebagian yang lain, bila hukum pengasingan itu sebagai hukman takzir boleh lebih dari 1 satu tahun. Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa hukuman yang dapat diberikan kepada pelaku tindak pidana pemalsuan surat menurut hukum Islam adalah berupa hukiman takzir yakni dalam bentuk hukuman jilid dan pengasingan. Sebagaimana Khalifah Umar Ibn al-Khattab telah mengasingkan Mu’an Ibn zaidah yang memalsukan stempel Bait al-Maal setelah sebelumnya dijilid sebanyak 100 seratus kali.

B. Sanksi dan Ancaman Pidana Tindak Kejahatan Pemalsuan Data dalam

Undang-Undang ITE Hukum dibuat dan diberlakukan sebagai perlindungan kepada setiap orang agar dapat memberikan rasa aman dari semua perbuatan yang dapat menunggu dan mengancamnya. Adanya sanksi dalam hukum, diharapkan dapat memberikan perlindungan kepada setiap manusia dari berbagai gangguan tersebut. Tindak pidana pemalsuan data merupakan salah satu perbuatan yang dirasa mengganngu dan merugikan, sehingga ketentuan dan sanksinya harus benar-benar ditegakkan. Begitu pula di dalam Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik akan ditemukan ketentuan sanksi pidana bagi siapa saja yang melakukan pemalsuan data yang dapat menimbulkan suatu hak, perikatan sebagai bukti palsu dari pada suatu hal, atau melakukan pemalsuan terhadap akta-akta otentik. Tersirat perbuatan pemalsuan data yakni terdapat dalam : Pasal 30 1 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer danatau Sistem Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun. 39 2 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer danatau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk memperoleh Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik. 3 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer danatau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan. Pasal 31 1 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atau penyadapan atas Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik dalam suatu Komputer danatau Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain. 2 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atas transmisi Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik yang tidak bersifat publik dari, ke, dan di dalam suatu Komputer dan atau Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain, baik yang tidak menyebabkan perubahan apa pun maupun yang menyebabkan adanya perubahan, penghilangan, danatau penghentian Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik yang sedang ditransmisikan. 3 Kecuali intersepsi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2, intersepsi yang dilakukan dalam rangka penegakan hukum atas permintaan kepolisian, kejaksaan, danatau institusi penegak hukum lainnya yang ditetapkan berdasarkan undang-undang. 39 Redaksi New Merah Putih, Undang-Undang ITE Informasi dan Transaksi Elektronik, New Merah Putih. Cet. 1, Yogyakarta: 2009. h. 29-30 4 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara intersepsi sebagaimana dimaksud pada ayat 3 diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 32 1 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik milik Orang lain atau milik publik. 2 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik kepada Sistem Elektronik Orang lain yang tidak berhak. 3 Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 yang mengakibatkan terbukanya suatu Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik yang bersifat rahasia menjadi dapat diakses oleh publik dengan keutuhan data yang tidak sebagaimana mestinya. Ketentuan pidana Pasal 30, Pasal 31 dan Pasal 32 Undang – undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elktronik diatur dalam: Pasal 46 1 Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat 1 dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 enam tahun dan atau denda paling banyak Rp600.000.000,00 enam ratus juta rupiah. 2 Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat 2 dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 tujuh tahun dan atau denda paling banyak Rp700.000.000,00 tujuh ratus juta rupiah. 3 Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat 3 dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 delapan tahun dan atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 delapan ratus juta rupiah. Pasal 47 Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat 1 atau ayat 2 dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan atau denda paling banyak Rp. 8.00.000.000,00 delapan ratus juta rupiah. Pasal 48 1 Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 ayat 1 dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 delapan tahun dan atau denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 dua miliar rupiah. 2 Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 ayat 2 dipidana dengan pidana penjara paling lama 9 Sembilan tahun dan atau denda paling banyak 3.000.000.000,00 tiga miliar rupiah. 3 Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 ayat 3 dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 Sembilan tahun dan atau denda paling banyak 5.000.000.000,00 lima miliar rupiah. 40 40 Redaksi New Merah Putih, Undang-Undang ITE Informasi dan Transaksi Elektronik, New Merah Putih. Cet. 1, Yogyakarta: 2009. h. 40-41

BAB IV TINDAK PIDANA PEMALSUAN DATA SERTA PENANGGULANGAN

DALAM UNDANG-UNDANG ITE DAN HUKUM ISLAM

A. Pemalsuan Data Menurut Undang-Undang ITE

1. Penjelasan atas Undang-Undang ITE

Pemanfaatan Teknologi Informasi, media, dan komunikasi telah mengubah baik perilaku masyarakat maupun peradaban manusia secara global. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah pula menyebabkan hubungan dunia menjadi tanpa batas borderless dan menyebabkan perubahan sosial, ekonomi, dan budaya secara signifikan berlangsung demikian cepat. Teknologi Informasi saat ini menjadi pedang bermata dua karena selain memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban manusia, sekaligus menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum. 41 Saat ini telah lahir suatu rezim hukum baru yang dikenal dengan hukum siber atau hukum telematika. Hukum siber atau cyber law, secara internasional digunakan untuk istilah hukum yang terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Demikian pula, hukum telematika yang 41 Redaksi New Merah Putih, Undang-Undang ITE Informasi dan Transaksi Elektronik, New Merah Putih. Cet. 1, Yogyakarta: 2009. h. 45 47