BAB III KETENTUAN DAN SANKSI HUKUMAN BAGI PELAKU TINDAK
KEJAHATAN PEMALSUAN DATA
A. Sanksi Bagi Pelaku Tindak Pidana Pemalsuan Data Menurut Hukum Islam
1. Dasar Hukum Larangan Tindak Pidana Pemalsuan Data
Sebagaimna uraian sebelumnya bahwa di dalam hukum Islam, pembahasan secara khusus dan jelas, mengenai tindak pidana pemalsuan data
ini belum ditemukan, akan tetapi, bukan berarti tidak ada ketentuan yang bisa dijadikan landasan larangan terhadap tindak pidana pemalsuan ini, mengingat
hukum islam adalah hukum yang dibangun berdasarkan pemahaman manusia yang berlaku secara universal, relevan pada setiap zaman waktu, dan makan
ruang manusia.
27
Secara umum perbuatan memalsukan data merupakan perbuatan dusta bohong, karena pada dasarnya di dalam perbuatan tersebut terdapat dusta
yakni dengan tidak memberikan keterangan yang sebenarnya seharusnya di dalam data-data yang dipalsukan tersebut, baik mengenai tanda tangan, isi
data-data, stempel maupun cara memperoleh data-data tersebut.
27
Said Agil Husin al-Munawar, Hukum Islam dan Pluralitas Sosial, Jakarta: Penamdani, 2004 Cet. 1, h. 6
33
Di dalam al- Qur’an terdapat sejumlah ayat yang melarang dengan
tegas untuk tidak berbuat dusta al-Kidzb. Secara etimologis, kata al-Kidzb difahami sebagai lawan dari al-Shidiq. Lafadz kadzaba dalam segala
bentuknya terdapat 238 buah di dalam al- Qur’an. Ungkapan dusta dalam ayat-
ayat tersebut sering ditunjukan kepada orang kafir, karena mereka tidak membenarkan Wahyu Allah, bahkan mereka sering membuat ungkapan
tandingan dalam rangka mendustakan ayat. Dalam surat An-Nahl ayat 116 Allah mengingatkan :
Artinya : Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yng disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk
mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah
tiadalah beruntung. Q.S. An-Nahl 16: 116.
Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa berbohong adalah sifat tercela dan sangat berbahaya, termasuk dalam konteks pemalsuan data yang
berarti berbohong dalam memberikan keterangan yang sebenarnya di dalam isi data tersebut.
Hukum Islam
sangat mengecam
perbuatan-perbuatan yang
mengandung unsur kebohongan dan kepalsuan karena akibat-akibat buruk
yang ditimbulkannya, seperti contoh perbuatan sumpah palsu dan kesaksian palsu. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh bukhari dan muslim
yang bersumber dari Abu Bakrah yang berbunyi :
ّص ه ْ س ق ْع ه ض ْبأ ْ ع ْ ب بأ ْب ْح ل ْع ْ ع ه ب ْشإْل ق ه ْ س ّب ّْق ئ ْل ْ أب ْم أ اأ مّس ّْع ه
اأ ْ ل ش ْ ل ْ ق اأ ف سّجف م ْ ل ْل ْ ع
لْ ف ْ ل ش ْ ل ْ ق ل
Artinya : Dari Abdurrahman bin Abi Bakrah, dari bapaknya berkata Rasulullah SAW bersabda, maukah kalian saya beritahu tentang
dosa-dosa besar?, kami menjawab tentu wahai Rasulullah, beliau bersabda, menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, pada
saat itu beliau duduk bersandar, lalu bersabda, menyekutukan Allah, juga ucapan atau kesaksian palsu, beliau terus bersabda
tentang kesaksian palsu HR.Bukhari.
28
Selain itu, perbuatan memalsu juga termasuk ke dalam penipuan dan pengelabuan. Islam melarang umatnya mengelabui dan menipu dalam
berbagai hal, sekalipun dalam menjalankan jual beli dan seluruhnya dan seluruh permuamalahan di antara manusia. Sebab, penipuan dan pengelabuan
adalah suatu perbuatan aniaya dan orang, yakni menletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Di samping itu, penipuan dan pengelabuan merusak
kewajiban tanggung jawab dan kepercayaan serta membisaakan diri memakai yang haram. Karena itu penipuan dan pengelabuan termasuk ke dalam salah
28
Bukhari, Al-Maktabatu Samilah, Juz 18. h. 372
satu sifat orang munafik. Orang yang menipu dan mengelabui, maka pada dirinya telah sadarat seperempat kadar munafik.
29
Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang berbunyi :
30
ق مّس ّع ه ل ع ب ه ع ع :
ف م عب ح
ل م ّصخ ف م ّصخ ف
م صل خ ف م ع
: فّخ ع
ف خ ,
ع ح
جف مص خ غ ل
Artinya : Dan Abdullah Ibn Amr, bahwa Nabi Muhammad Saw telah bersabda: “Ada empat perkara, barang siapa terdapat sifat itu
maka ia benar-benar seorang munafik dan barang siapa yang ada dalam dirinya salah satu dari sifat-sifat tersebut, maka ia memiliki
karakter kemunafikan hingga ia melepaskannya, yaitu jiaka dipercaya ia berkhianat, dalam riwayat lain: jika berjanji ia
mengingkari. Jika berbicara ia berdusta, jika membuat perjanjian ia serta, dan jika berdebat ia berlaku curang.”H.R. Bukhari.
Islam melarang segala macam bentuk penipuan dan pengelabuan, termasuk perbuatan pemalsuan data, karena perbuatan zalim. Adapun dari segi
bahasa pengertian zalim ialah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Ia adalah perbuatan melampaui batas atau bertindak terhadap hak manusia
dengan cara yang tidak benar. Allah mengharamkan manusia berlaku zalim
29
TM. Hasbi Ash-Shiddiqi, Al-Islam Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 1998, Cet. 1, h. 583
30
Muhammad Nashiriddin Al-Bani, Mukhtasar Shahih Bukhari, Jakarta: Pustaka Azzam, 2004, Cet. 2, h. 33
terhadap sesamanya sebagaimana hadits Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang berbunyi :
مّّْل إف مّّْل ّّل ق مّس ّْع ه ّص ه ْع ْب ب ج ْ ع
س ْ أ ّع ْم ّ ح ْم ّْق ْ م ّْ أ ّّل ْ م ْل مْ
ّظ ْم م حم ْ ّح ْس ْم ء م
مّسم
Artinya : Dari Jabir bin Abdullah bahwasannya Rasulullah Saw telah bersabda; Hindarilah kezaliman, karena kezaliman itu adalah
kegelapan pada hari kiamat kelak, Jauhilah kekikiran, karena kekikiran itu telah mencelakakan menghancurkan orang-orang
sebelum kalian yang menyebabkan mereka menumpahkan darah dan menghalalkan yang diharamkan. H.R. Muslim
31
Berdasarkan adanya kesesuaian antara tindak pidana pemalsuan data dengan jarimah pemalsuan tanda tangan dan pemalsuan stempel, maka
tindakan Khalifah Umar bin Al-Khatab yang pernah memberikan hukuman terhadap Mu’an ibn Zaidah, sebagai pelaku jarimah pemalsuan stempel Bait-
Mal cukup untuk dijadikan landasan hukum larangan terhadap tindak pidana pemalsuan surat tersebut.
32
Karena tindakan pemberian hukuman oleh Khalifah Umar ibn Al-Khatab terhadap pelaku pemalsuan tersebut
menunjukkan bahwa, setiap perbuatan memalsukan adalah melakukan perbuatan yang dilarang karena termasuk ke dalam perbuatan dusta, penipuan,
dan pengelabuan. Sedangkan perbuatan menipu dan mengelabui merupakan
31
Subhan dan Imran Rasyadi, Ringkasan Shahih Muslim, Jakarta: Pustaka Azzam, 2003 Cet. 1, h. 256
32
Abd. Al-Aziz Amir, At-Takzir Fi Asy- Syari’ah Al-Islamiyah, Dar Al-Fikr Al-Arabi, 1969,
h. 262-268. Lihat juga A.H. Djazuli, Fiqh Jinayat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996, h. 205
perbuatan zalim yang dapat merugikan bahkan dapat mencelakakan orang lain, karena zalim adalah perbuatan menganiaya. Oleh karenanya harus
diberikan hukuman bagi siapa saja yang melakukannya, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 279.
Artinya : Maka jika kamu tidak mengerjakan meninggalkan sisa riba, maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan
jika kamu bertaubat dari pengambilan riba, maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya. Al-
baqarah 2: 279
2. Sanksi Pidana Pelaku Tindak Pidana Pemalsuan Data dalam Hukum