kegiatan e-commerce antara lain dikenal adanya dokumen elektronik yang kedudukannya disetarakan dengan dokumen yang dibuat di atas kertas.
Berkaitan dengan hal itu, perlu diperhatikan sisi keamanan dan kepastian hukum dalam pemanfaatan teknologi informasi, media, dan
komunikasi agar dapat berkembang secara optimal. Oleh karena itu, terdapat tiga pendekatan untuk menjaga keamanan di cyber space, yaitu pendekatan
aspek hukum, aspek teknologi, aspek sosial, budaya, dan etika. Untuk mengatasi gangguan keamanan dalam penyelenggaraan sistem secara
elektronik, pendekatan hukum bersifat mutlak karena tanpa kepastian hukum, persoalan pemanfaatan teknologi informasi menjadi tidak optimal.
2. Definisi Tindak Pidana dan Tindak Pidana Pemalsuan Data dalam
Undang-Undang ITE
Ada berbagai istilah untuk tindak pidana mencakup kejahatan dan pelanggaran, antara lain delict delik, perbuatan pidana, peristiwa pidana,
perbuatan yang boleh dihukum, pelanggaran pidana Criminal act, dan sebagainya. Tindak pidana berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat
dikenakan hukuman pidana.
45
45
Topo Santoso, Menggagas Hukum Pidana Islam, Bandung: Asy-Syaamil, 2001, Cet.2, h. 132
Tindak pidana adlah perbuatan yang melanggar larangan yang diatur oleh aturan hukum yang diancam dengan sanksi pidana.
46
Tindak pidana adalah istilah yang dikenal dari hukum pidana belanda, yaitu “stafbaar feit”, Simons menerangkan bahwa stafbaar feit adalah suatu
perbuatan manusia dengan sengaja atau lalai, di mana perbuatan tersebut diancam dengan hukuman Undang-Undang, dan dilakukan oleh manusia yang
dapat dipertanggung jawabkan. Sedangkan Van Hamel merumuskan stafbaar feit adalah kelakuan orang menselijke gedraging, yang dirumuskan dalam
waktu yang bersifat melawan hukum, yang patut dipidana stafwaardig dan dilakukan dengan kesalahan.
47
Dalam kamus besar Bahasa Indosesia, pemalsuan menurut bahasa berarti proses, perbuatan atau cara memalsukan.
48
Sedangkan data menurut bahasa suatu dokumen yang berisi huruf, angka dan tulisan.
Kejahatan mengenai pemalsuan atau disingkat dengan kejahatan pemalsuan adalah berupa kejahatan yang di dalamnya mengandung unsur
keadaan ketidak benaran atau palsu atas suatu objek, yang suatu tampak dari
46
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989, h. 89
47
Moeljatno, asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002, h. 56
48
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989, h. 639
luar seolah-olah benar adanya, padahal sesungguhnya bertentangan dengan yang sebenarnya.
Perbuatan-perbuatan itu dapat berupa penghapusan kalimat, kata, angka, tanda tangan, dan berupa penambahan dengan suatu kalimat, kata atau
angka, dapat berupa pergantian kalimat, kata, angka, tanggal, atau tanda tangan.
Dengan demikian diambil garis besarnya bahwa yang dimaksud dengan kejahatan atau tindak pidana pemalsuan data adalah suatu perbuatan
kejahatan perbuatan ini dilakukan, sudah ada sebuah data atau dokumen asli. Kemudian pada data atau dokumen yang asli ini, terhadap isinya dilakukan
pemalsuan surat. Yang tersebut tampak dari luar seolah-olah benar adanya padahal sesungguhnya bertentangan dengan yang sebenarnya.
Dalam jaringan network, peng-copy-an data dapat dilakukan secara mudah tanpa harus melalui izin dari pemilik data. Hanya sebagaian kecil saja
dari informasi dan data di internet yang tidak bisa ”diambil” oleh para pengguna internet Pencurian bukan lagi hanya berupa pengambilan barang
material berwujud saja, tetapi juga termasuk pengambilan data secara tidak sah.
Istilah memanipulasi data ini dikenal dengan sebutan The Trojan horse yang mempunyai pengertian sebagai berikut :
49
”Suatu perbuatan yang bersifat mengubah data atau instruksi pada sebuah program, menghapus, menambah, membuat data atau pada sebuah program
menjadi tidakterjangkau dengan tujuan kepentingan pribadikelompok”. The Trojan Horse saat ini dapat dimungkinkan dilakukan secara online
melalui sistem jaringan. Hal tersebut memungkinkan bagi seseorang untuk melakukan tindak pidana pemalsuan dengan sasaran sistem database
perusahaan maupun perbankan yang menggunakan teknologi jaringan. Pelaku dalam tindak pidana ini memanfaatkan fungsi internet sebagai
salah satu media publiksi yang disalahgunakan untuk kepentingan sendiri atau golongannya. Teknologi informasi tersebut saat ini sangat memungkinkan
pihak-pihak termasuk juga pers melakukan delik ini. Penggunaan website sebagai salah satu alat publikasi diinternet tergolong sangat efektif. Bahkan
dimasa mendatang bukan tidak mungkin fungsi publikasi dari internet akan menjadi mediator terpenting dari suatu informasi.
Yusuf Randi dalam bukunya yang berjudul ”Proteksi terhadap kriminalitas dalam bidang komputer”
50
menyebutkan bahwa pemalsuan yang dilakukan dengan saran komputer sebagai data diddling mempunyai
49
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2005, h. 40
50
Yusuf Randi, Proteksi terhadap kriminalitas dalam bidang komputer, Bandung: Refika Aditama, 2000. h. 80.
pengertian yakni suatu perbuatan yang mengubah data valid sah dengan cara yang tidak sah dan dengan mengubah input masukan data atau outputkeluar
data. Apabila dikaitkan dengan delik-delik yang ada di dalam KUHP, maka data diddling dapat dikategorikan sebagai perbuatan tanpa wewenangnya
memalsukan data pemasluan data. Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tersirat perbuatan
pemalsuan data yakni terdapat dalam :
51
Pasal 30
1 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
mengakses Komputer danatau Sistem Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun.
2 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
mengakses Komputer danatau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk memperoleh Informasi Elektronik
danatau Dokumen Elektronik.
3 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
mengakses Komputer danatau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol
sistem pengamanan.
Pasal 31
1 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
melakukan intersepsi atau penyadapan atas Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik dalam suatu Komputer danatau
Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain.
2 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
melakukan intersepsi atas transmisi Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik yang tidak bersifat publik dari, ke, dan di
dalam suatu Komputer dan atau Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain, baik yang tidak menyebabkan perubahan apa pun
maupun yang menyebabkan adanya perubahan, penghilangan,
51
Redaksi New Merah Putih, Undang-Undang ITE Informasi dan Transaksi Elektronik, New Merah Putih. Cet. 1, Yogyakarta: 2009. h. 30
danatau penghentian Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik yang sedang ditransmisikan.
3 Kecuali intersepsi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat
2, intersepsi yang dilakukan dalam rangka penegakan hukum atas permintaan kepolisian, kejaksaan, danatau institusi penegak
hukum lainnya yang ditetapkan berdasarkan undang-undang.
4 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara intersepsi sebagaimana
dimaksud pada ayat 3 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 32
1 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
dengan cara apa pun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan,
menyembunyikan suatu Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik milik Orang lain atau milik publik.
2 Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
dengan cara apa pun memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik kepada Sistem
Elektronik Orang lain yang tidak berhak.
3 Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 yang
mengakibatkan terbukanya suatu Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik yang bersifat rahasia menjadi dapat diakses
oleh publik dengan keutuhan data yang tidak sebagaimana mestinya.
52
B. Jenis-jenis Tindak Pidana Pemalsuan Data