Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hadirnya masyarakat informasi information society yang diyakini sebagai salah satu agenda penting masyarakat dunia pada milenium ketiga, antara lain ditandai dengan pemanfaatan internet yang semakin meluas dalam berbagai aktifitas kehidupan manusia, bukan saja di Negara-negara maju tapi juga di Negara berkembang termasuk Indonesia. Fenomena ini pada gilirannya telah menempatkan Informasi sebagai komoditas ekonomi yang sangat penting dan menguntungkan. 1 Kecanggihan Teknologi Informasi ini telah memberikan fasilitas-fasilitas dan kemudahan-kemudahan yang sangat membantu pekerjaan manusia serta kebutuhan-kebutuhan lainya. Perpaduan teknologi komputer dengan teknologi telekomunikasi telah mampu menciptakan jaringan-jaringan atau komputer network yang bersifat mendunia, aplikasinya pun kini semakin berkembang bukan hanya di lingkungan Universitas, Pusat penelitian dan Laboratorium untuk keperluan yang bersifat ilmiah atau Riset, akan tetapi kini telah berkembang di lingkungan perusahaan, Perbankan, Instansi Pemerintah, Militer, Hukum dan 1 Ashadi Siregar, Negara, Masyarakat, dan Teknologi Informasi, makalah pada Seminar Teknologi Informasi, Pemberdayaan Masyarakat, dan Demokrasi, Yogyakarta, 19 September 2001. h. 47 1 Peradilan dan individu perorangan. 2 Sebagaimana yang diungkapkan oleh Soerjono Soekanto bahwa, “Pembangunan merupakan perubahan terencana dan teratur yang antara lain mencakup aspek-aspek politik, ekonomi, demografi, psikologi, huku, intelektual maupun teknologi.” 3 Kini ada kecenderungan bahwa berbagai kebijakan didasarkan pada sistem komputer. Internet saat ini telah menghubungkan jaringan komputer lebih dari tiga ratus ribu 300.000 network of networks yang menjangkau sekitar seratus 100 Negara di dunia setiap 30 menit waktu rata-rata muncul satu jaringan tambahan lagi atau ratusan halaman informasi web pages yang baru tersajikan setiap menitnya sehingga memperkaya khazanah yang telah ada yaitu sekitar lima puluhan juta halaman, ditafsirkan bahwa memakai internet akan melonjak melebihi seratus juta orang di awal tahun 2000. Sekarang bahkan telah terdapat TV net yaitu Pesawat Televisi dengan kemampuan menjelajahi Informasi dan membuat orang yang sama sekali tidak mengetahui kemampuan, dan membuat orang yang sama sekali tidak mengetahui pengetahuan tentang komputer dapat memanfaatkan kecanggihan teknologi information super highway bagi kehidupan mereka sehari-hari, misalnya untuk berbelanja jarak jauh, menyaksikan live concert, mengikuti seminar internasional, melacak informasi dan sebagainya. 2 Budi Raharjo, Pernak Pernik Peraturan dan Pengaturan Cyberspace di Indonesia, 2003. h. 107 3 Soerjono Soekanto, Kegunaan Sosiologi Hukum Bagi Kalangan Hukum, Bandung, 1989. h. 11 Ada juga teknologi Wireless Application Protocol WAP yang memungkinkan teknologi telepon genggam mengakses internet, membayar rekening bank, sampai dengan memesan tiket pesawat Fenomena tersebut menunjukkan bahwa semakin meningkatnya kehidupan masyarakat modern terhadap teknologi komputer, sehingga komputer merupakan teknologi kunci keberhasilan pembangunan pada masa sekarang dan masa yang mendatang, dengan kata lain kehadiran teknologi di bidang komputer merupakan kebutuhan yang tidak dapat dielakkan untuk menunjang pembangunan nasional. Namun di samping itu patut pula disadari bahwa perkembangan teknologi komputer tersebut dapat atau telah menimbulkan berbagai kemungkinan yang buruk baik yang diakibatkan karena keteledoran, dan kekurang mampuan maupun kesengajaan yang dilandasi karena itikad buruk, oleh sebab itu kebijakan pengembangan teknologi komputer harus pula diimbangi dengan kebijakan di bidang proteksinya, terutama kebijakan yang berkaitan dengan proteksi yuridisnya dengan peraturan perundang-undangan. 4 Fenomena tindak kejahatan pada internet memang harus diwaspadai karena kejahatan ini agak berbeda dengan kejahatan lain pada umumnya. Kejahatan pada internet dapat dilakukan tanpa mengenal batas teritorial dan tidak diperlukan interaksi langsung antara pelaku dengan korban kejahatan. Bisa 4 Gultom, Elisatris., Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi. Cet, pertama. PT Refika Aditama. Bandung: 2005. h. 25 dipastikan dengan sifat global internet, semua negara yang melakukan kegiatan internet hampir pasti akan terkena impas perkembangan kejahatan ini. Dalam Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE tersirat perbuatan pemalsuan data yakni terdapat dalam Pasal 31 ayat 1 2 dan 3, Pasal 32 ayat 1 2 dan 3. Pemberlakuan UU ITE ini dapat dikatakan sebagai ketentuan aturan hukum dalam menjerat pelaku cyber crime yang dalam penelitian ini dikhususkan dalam kasus pemalsuan data. Menurut perspektif hukum pidana Islam Fiqih Jinayah, karena di dalam undang-undang tersebut telah memenuhi unsur-unsur yang ada dalam fiqih jinayah. Penerapan sanksi yang diberikan kepada pelaku pemalsuan data ini menurut fiqih jinayah de ngan menggunakan sanksi ta’zir, di mana sanksi ta’zir ini hukumannya tidak ditentukan oleh nas maupun hadis, melainkan diserahkan kepada Ulil Amri. Tujuan dari sanksi ta’zir ini untuk memberikan rasa jera pada setiap pelaku jarimah. Dalam kajian hukum Islam tindak kejahatan pemalsuan data pada jaringan internet ini bisa diqiyaskan dengan tindakan penipuan atau pencurian data informasi, yang mana dalam hal ini terdapat dalil yang berkaitan tentang penelitian ini, yaitu: Surat Al-Hajj ayat 30 .....          Artinya : “…….. Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta. ” Sehubungan dengan hal di atas menarik perhatian penulis untuk menyusun skripsi yang berjudul : ”TINDAK PIDANA PEMALSUAN DATA DALAM UNDANG UNDANG NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DAN KAJIAN HUKUM ISLAM ”

B. Pembatasan Dan Rumusan Masalah