yang ia rawat. Menurutnya pengetahuan itu ia peroleh dari berbagai buku yang khusus ia beli dari toko buku, juga dengan menghadiri pertemuan-pertemuan yang
diselenggarakan oleh MLM yang ia ikuti. Untuk pembuatan ramuan obat, dilakukan secara bersama-sama dengan
ibunya, bila pembuatan ramuan obat sudah selesai akan dilakukan pembagian obat sesuai dengan kesepakatan yang sudah mereka setujui. Untuk penyakit yang sulit
seperti “guna-guna” ia akan minta tolong kepada ibunya untuk membantu menangani pasien tersebut sebab ia hanya mengetahui dari ciri-cirinya saja tetapi belum memiliki
kemampuan untuk “berhubungan dan melakukan dialog dengan makhluk halus” yang diyakini sebagai mediator untuk mengirimkan penyakit. Menurut Ibu Ati, ia pernah
meminta kepada ibunya agar memberikan kemampuan yang dimiliki ibunya dalam menangani pasien kena guna-guna, tetapi ibunya berkata ia harus sabar karena suatu
saat akan tiba masanya ia akan memperoleh kemampuan seperti ibunya. Demikian gambaran ibu Ati sebagai pengobat tradisional.
4.1.3. Ibu Imah
Pengobat tradisional selanjutnya bernama Ibu Imah, mengelola pengobatan tradisional tersebut dengan meneruskan usaha yang sudah dirintis oleh kakek dan
kedua orang tuanya pada tahun 1959 dan memperoleh izin dari dinas kesehatan pada tahun 1971. Ibu Imah merupakan generasi ketiga yang meneruskan usaha pengobatan
tersebut dan izin atas namanya sendiri diperoleh pada tahun 2005. Keterlibatannya berawal dari membantu ke dua orang tuanya membantu
membuat ramuan obat dan melihat kedua orang tuanya dalam melakukan pengobatan.
Regina Marintan Sinaga : Pengetahuan Pengobat Tradisional Tentang Penyakit Dan Cara Pembuatan Obat Tradisional, 2009
USU Repository © 2008
Ibu Imah seorang sarjana ekonomi dari sebuah perguruan tinggi swasta di Kota Medan. Ibu Imah mulai melakukan pengobatan pada usia 20 tahun. Ketika saya
menanyakan apa yang membuatnya melakukan pengobatan tradisional, dia memberikan jawaban, “Saya melakukan ini karena panggilan hati dan naluri, ini
memang tidak bisa dijelaskan secara logika tapi itulah yang terjadi pada saya, bukan karena ketertarikan tapi lebih kepada panggilan dan naluri”. “Karena kalau saya pergi
kemana saja, seperti ada yang manggil dari dalam diri saya dan memang benar di rumah sudah ada pasien yang menunggu”. “Ilmu yang saya peroleh memang dari
orang tua saya, bapak dan ibu saya, kemudian saya kembangkan dengan mengikuti sekolah pijat terapi akupuntur di Bogor selama 6 bulan”. “Saya kan harus mengikuti
perkembangan zaman dan ini harus berjalan ‘long distance’ jadi harus dikelola dengan baik sesuai dengan ilmu manajemen yang saya peroleh waktu saya kuliah”.
Lanjutnya lagi “Tapi ilmu manajemen itu nggak bisa dikembangkan secara keseluruhan dalam pengobatan tradisional, seperti manajemen produk, untuk produk-
produk tertentu yang kami buat bila dipasarkan di apotik ada keterbatasan- keterbatasan, seperti bentuk kemasan dan pendaftaran ke Dinas Kesehatan’.
“Sebenarnya pengobatan yang saya lakukan selalu berhubungan dengan medis, karena kalau ada yang fraktur saya suruh di roentgen, dan biasanya apa yang
saya katakan tentang keadaan pasien ketika saya melakukan pengobatan, kemudian sesudah dilakukan roentgen selalu cocok dengan apa yang saya katakan sebelumnya”.
“Saya menganggap pengobatan medis adalah mitra saya, tetapi mereka menganggap khususnya dokter menganggap pengobatan tradisional adalah saingannya, karena
Regina Marintan Sinaga : Pengetahuan Pengobat Tradisional Tentang Penyakit Dan Cara Pembuatan Obat Tradisional, 2009
USU Repository © 2008
tempat saya melakukan pengobatan lebih bagus dari tempat praktek dokter”. “Juga orang medis menganggap pengobatan tradisional itu kuno, saya pernah diundang oleh
Dinas Kesehatan mengikuti pertemuan, tapi yang terjadi adalah mereka ‘menjustifikasi’ pengobatan tradisional itu kuno, sehingga kalau saya diundang lagi
mengikuti pertemuan seperti itu saya nggak mau lagi datang”. Narasi di bawah ini merupakan tanggapan dokter lokasi praktek berdekatan
dengan praktik pengobatan Ibu Imah atas pernyataan Ibu Imah yang menyatakan bahwa tempat pengobatannya lebih bagus dari tempat praktek dokter,
“Boleh-boleh saja ia Ibu Imah mengatakan bahwa tempat praktiknya lebih bagus tapi fasilitas pengobatan yang digunakan tetap masih
dengan cara tradisional, dan khusus untuk pengobatan patah tulang yang ringan ia memang dapat menanganinya tetapi untuk patah tulang
yang berat, ia belum tentu dapat mengobatinya”.
Saya juga melakukan percakapan dengan seorang ibu dan menurut pengakuannya, keluarga mereka sudah lama mengenal pengobatan tersebut dan
menggunakan jasa pelayanan itu sejak ia masih kecil. “Aku akui Imah ini memang jago mengobati pasien terutama menangani urat saraf, pinggang sebelah kiri ku suka
sakit dan aku berobat ke dokter, kata dokter aku sakit ginjal lalu dikasih obat, setelah obatnya habis pinggangku sakit lagi, kemudian mamak ku bilang supaya aku berobat
ke Imah aja, dan baru 1 kali ia urut aku dan ngurutnya juga nggak lama-lama cuma 10 menit saja, sakitnya berkurang. Imah bilang aku akan ia urut sebanyak 3 kali, aku
diurut 1 kali seminggu, ia bilang saraf ginjalku terganggu dan dibadanku banyak
Regina Marintan Sinaga : Pengetahuan Pengobat Tradisional Tentang Penyakit Dan Cara Pembuatan Obat Tradisional, 2009
USU Repository © 2008
angin, sekarang ini perasaanku sudah enakan nggak sakit lagi seperti awal aku berobat sama Imah”.
Selanjutnya ketika saya menanyakan bagaimana cara Ibu Imah mengobati pasien dia menjawabnya seperti narasi di bawah ini.
“Saya mengobati pasien mengalir aja seperti apa adanya dari naluri, ini memang nggak masuk akal tetapi seperti saya pernah bilang sama
kamu, saya mengobati pasien dengan naluri saya, seperti ada yang membisikkan kepada saya bahwa saya harus melakukan pengobatan
ini, dan saya berfikir saya melakukannya juga untuk menolong orang yang sakit”. “Begitu juga ketika saya melakukan pengobatan, semua
rata-rata saya lakukan dengan pengurutan, waktu saya mengurut pasien ikuti aja kata hati nurani saya dan saya nggak bisa menjelaskan
bagaimana itu terjadi”. Menurutnya pengetahuan tentang obat-obat tradisional dan berbagai penyakit
khususnya patah tulang selain dari orang tua juga dari buku-buku obat tradisional dan sebagian dari buku kedokteran terutama yang menyangkut anatomi tubuh manusia.
Dan dari pengamatan yang saya lakukan terlihat ada gambar anatomi tubuh manusia yang tergantung dengan ukuran yang cukup besar di dinding tempat dia melakukan
praktik-praktik pengobatan. Selanjutnya dia berkata, “Kalau ada yang cocok dari buku itu saya ikuti dan saya kombinasi dengan obat yang diajarkan oleh ibu saya, dan
kembali lagi ke kata hati nurani”. Untuk ukurandosis ramuan obat yang dipergunakan dalam pengobatan dia
katakan seperti ini, “pengetahuan tentang dosis obat yang saya kasih ke pasien murni dari ibu saya, karena ibu saya mengajarkan bagaimana ukuran-ukuran yang pas untuk
tiap-tiap penyakit”. “Untuk menentukan pantangan makanan juga tidak bisa saya jelaskan karena semua itu berdasarkan hati nurani”. Tetapi setiap orang berobat tidak
Regina Marintan Sinaga : Pengetahuan Pengobat Tradisional Tentang Penyakit Dan Cara Pembuatan Obat Tradisional, 2009
USU Repository © 2008
boleh makan yang asam-asam dan kacang-kacangan, saya nggak bisa jelaskan ini sudah berlangsung lama sejak orang tua saya melakukan pengobatan dengan ramuan
ini”. Jenis penyakit yang ditangani Ibu Imah kebanyakan patah tulang, terkilir, dan
penyakit yang berhubungan dengan saraf seperti saraf terjepit, penyakit ginjal yang diakibatkan oleh saraf yang terganggu sehingga mengganggu ginjal, dan juga
penyakit yang menyerang anak-anak seperti masuk angin, diare, panas, tidak selera makan, pegal karena capek. “Kalau ada penyakit seperti kista dan tumor saya bisa
merasakannya dari urutan yang saya lakukan, maka saya sarankan pergi ke dokter supaya dioperasi saja, terus terang saya nggak bisa menanganinya”.
Ramuan obat yang dipakai, yaitu: 1.
Minyak pengalun urut terdiri dari 2 jenis yaitu untuk anak-anak dan dewasa digunakan untuk urutanmengurut.
2. Param kocok untuk rematik, asam urat dan terkilr yang sudah lama.
3. Kompres digunakan untuk panas disebabkan oleh infeksi, patah tulang
dan juga digunakan pada tubuh yang bengkak. 4.
Tawar, untuk menguatkan tulang. 5.
Param anak-anak, digunakan untuk masuk angin dan mencret. 6.
Rempah oukup, direbus lalu dilakukan penguapan pada tubuh untuk meningkatkan stamina dan memperlancar peredaran darah.
Ramuan obat tersebut dibuat dan pengerjaannya dilakukan oleh ibunya dan tergantung ‘mood’. Maksud Ibu Imah, penentuan waktu membuat ramuan obat
Regina Marintan Sinaga : Pengetahuan Pengobat Tradisional Tentang Penyakit Dan Cara Pembuatan Obat Tradisional, 2009
USU Repository © 2008
tergantung dari keinginan ibunya kapan waktu yang baik untuk membuat ramuan obat tersebut. “Semua tergantung sama ibu saya dalam mengerjakan dan menentukan
kapan pembuatan ramuan obat, karena yang tau hanya ibu saya tapi kami juga sudah mempelajari pembuatannya karena suatu saat ibu saya kan tua, jadi kami harus
mengetahuinya, tetapi untuk sekarang ini semuanya masih dilakukan oleh ibu saya”, demikian dia menjelaskan kepada saya tentang waktu pembuatan ramuan obat.
Selanjutnya saya dapat menggambarkan rumah yang menjadi tempat praktik pengobatan yang digunakan ibu Imah, sebuah gedung permanen yang menurut saya
cukup bagus untuk sebuah tempat pengobatan tradisional dengan luas 7 x 15 m, lantai terbuat dari keramik serta langit-langit rumah terbuat dari gypsum, dan rumah
tersebut bertingkat. Pada ruangan praktek pengobatan ada kursi yang cukup bagus diletakkan pada ruang tunggu untuk pasien dan orang yang mendampingi pasien, ada
2 buah tempat tidur untuk melakukan praktik pengobatan kepada pasien. Tempat ramuan obat terbuat dari etalase yang tergantung sudah permanen, dan bentuk dari
etalase tersebut juga sudah cukup baik, menurut pengamatan saya layaknya seperti etalase di sebuah apotik.
Untuk bahan-bahan yang dipakai dalam ramuan obat dan juga cara pembuatan serta teknik pengobatan yang digunakan saya tidak bisa berharap banyak
dari bincang-bincang saya dengan Ibu Imah, karena beliau tidak berkenan memberikan informasi secara detail kepada saya. Walaupun saya mencoba secara
perlahan dengan kesabaran saya yang cukup tinggi untuk mendapatkan informasi yang saya inginkan, tetapi beliau tetap ‘kekeh’ dengan pendiriannya bahwa ia tidak
Regina Marintan Sinaga : Pengetahuan Pengobat Tradisional Tentang Penyakit Dan Cara Pembuatan Obat Tradisional, 2009
USU Repository © 2008
akan memberikan secara mendalam tentang cara pembuatan ramuan dan bahan-bahan yang digunakan. Percakapan tentang penjelasan keengganannya untuk memberikan
informasi tentang cara pembuatan ramuan obat dan teknik pengobatan dapat dilihat dari narasi seperti di bawah ini.
‘Ini menyangkut rahasia perusahaan saya, jadi saya berhak untuk tidak memberitahu kepada kamu, ada juga orang yang datang seperti kamu
bahkan dari DEPKES sendiri pun pernah datang menanyakan ramuan obat apa yang kami pakai, juga dari yang ngaku-ngaku LSM, dan saya
tidak kasih tau rahasia ramuan tawar yang kami pakai’, katanya memberikan alasan kepada saya atas rahasia ramuan obat yang
dipakai. Saya berfikir tentulah ini disebabkan oleh adanya ‘persaingan yang cukup
ketat’ diantara pengobat tradisional, sehingga ia tidak mau memberikan informasi atas pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan. Penjelasan ini dapat dilihat dari narasi
di bawah ini. Contohnya ketika saya menanyakan bahan-bahan apa saja yang dipakai untuk ramuan tawar, ia menolak untuk menjelaskan kepada saya.
“Saya tidak bisa jelaskan bahan-bahan apa yang dipakai untuk setiap jenis obat yang kami buat, karena ini adalah menyangkut rahasia usaha
kami, sedangkan untuk ramuan tawar kem-kem di tempat lain, walaupun kami masih ada hubungan kekeluargaan, ramuan itu tidak
sama isinya. Jadi tidak mungkin saya ceritakan sama kamu rahasia usaha kami ini”.
Demikian juga ketika saya akan mengambil gambar praktik dan ruangan
untuk pembuatan ramuan obat, saya tidak diperkenankan untuk mengambil gambar tersebut. Demikian kata Imah, “Janganlah kamu ngambil gambar tempat praktek
saya, karena nanti takut dicontoh orang pula tempat praktekku ini, payah itu, ini menyangkut usaha saya”. Ketika saya katakan, bahwa setiap orang yang datang baik
Regina Marintan Sinaga : Pengetahuan Pengobat Tradisional Tentang Penyakit Dan Cara Pembuatan Obat Tradisional, 2009
USU Repository © 2008
pasien dan pengunjung yang datang bisa saja meniru, lalu dia katakan, “Itu berbeda karena kamu kan dengan sengaja mengambil gambarnya, dan bisa saja itu akan
dipublikasikan, jadi orang akan mudah menirunya”. Demikianlah gambaran dari 3 sosok pengobat tradisional yang saya selidiki,
dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda dan usia yang bervariasi, kajian ini saya coba untuk menggalinya secara mendalam. Meskipun ada 1 orang dari
informan saya ini, tidak memperkenankan saya untuk mengetahui segala jenis kegiatan yang berhubungan dengan praktik-praktik pengobatan tradisional, tetapi
saya akan memperoleh informasi yang tidak saya peroleh tersebut kepada informan lainnya.
4.2. Konsep Sehat dan Sakit Pengobat Tradisional dalam pengobatan