Ibu Ati Gambaran Pengobat Tradisional

Tabel 4.1. Beberapa Tanaman Obat dengan Masing-Masing Kegunaannya No Nama Tanaman Kegunaan 1 Lateng ndiru Untuk mandi uap 2 Kerto Untuk mandi uap 3 Paris warup Untuk mandi uap dan kuning 4 Benang-benang jarum Untuk mandi uap dan tawar 5 Daun cimen riris Untuk mandi uap dan kuning 6 Daun belasih Untuk mandi uap 7 Belo sirih Untuk mandi uap 8 Tumbuk tulan Untuk mandi uap dan kuning 9 Polasari Untuk patah tulang 10 Raja bulung-bulung Untuk patah tulang 11 Asar-asar Untuk patah tulang 12 Kapel-kapel Untuk patah tulang 13 Bunga kiong Untuk kesemua obat digunakan 14 Paris Untuk patah tulang 15 Daun siberani Untuk patah tulang 16 Sigerbeng Untuk obat mata rabun 17 Daun krah kandang Untuk mandi uap dan patah tulang 18 Sere wangi Untuk mandi uap dan patah tulang 19 Daun debuk-debuk Untuk obat gula diabetes mellitus 20 Tubung Untuk mengompres luka yang bengkak

4.1.2. Ibu Ati

Pengobat tradisional selanjutnya adalah seorang ibu berusia 50 tahun, Ibu Ati atas permintaan dari informan maka nama sebenarnya harus saya samarkan. Pengetahuan dan keterampilannya sebagai pengobat tradisional dimulai ketika dia masih usia belia yang diperoleh dari ke dua orang tuanya. Awalnya Ibu Ati melakukan praktek pengobatan tradisional bergabung dengan orang tua dan saudaranya laki-laki. Perbedaan pemahaman dalam menangani pasien dengan saudaranya laki-laki yang juga berprofesi sebagai pengobat tradisional membuatnya berfikir untuk membuka praktek pengobatan tradisional secara mandiri. Perbedaan Regina Marintan Sinaga : Pengetahuan Pengobat Tradisional Tentang Penyakit Dan Cara Pembuatan Obat Tradisional, 2009 USU Repository © 2008 pemahaman tersebut terletak pada cara manajemen pengelolaan pengobatan tradisional tersebut, di mana Ibu Ati mengkombinasikan pengobatan tradisional dengan cara medis modern, sedangkan saudara laki-lakinya tidak berkenan dengan cara tersebut. Kemudian dia memberanikan dirinya untuk membuka secara mandiri pada tahun 2004 dengan bekal pengetahuan yang sudah dia peroleh dari ibu dan sebahagian dari bapaknya sebelum meninggal dunia. Ibu Ati menikah dengan dengan seorang laki-laki bernama Raja Perangin- angin, dari hasil pernikahannya memiliki 5 orang anak kandung dan seorang anak angkat anak dari saudara laki-laki yang dia asuh sejak masih bayi. Suaminya bekerja sebagai seorang pegawai negeri sipil, dan akibat menderita penyakit tekanan darah tinggi suaminya mendapat serangan stroke. Penyakit stroke yang dialaminya oleh suaminya sudah berlangsung selama lebih kurang dalam waktu 9 tahun hingga saya melakukan kajian ini, suaminya masih menderita sakit stroke dan hanya duduk tidak berdaya di kursi roda. Menurutnya, pada awal suaminya mendapat serangan stroke, ia merawat dengan menggunakan ramuan obat Karo serta terapi oukup setiap hari, dan kesehatannya perlahan mulai membaik. Tetapi, oleh karena suaminya tidak patuh dalam menjalani terapi serta pola makan yang tidak benar, maka penyakit stroke yang diderita suaminya menjadi lebih buruk. Kondisi suaminya sampai saat saya melakukan penelitian ini, belum pulih dari penyakit stroke. Dari ke-6 anaknya, anak yang pertama seorang laki-laki yang pernah bekerja sebagai teknisi di sebuah perkebunan swasta, ia panggil untuk melanjutkan sekolah, dan ia menyarankan untuk melanjutkan ke akademi fisioterapi. Untuk penjelasan itu, Regina Marintan Sinaga : Pengetahuan Pengobat Tradisional Tentang Penyakit Dan Cara Pembuatan Obat Tradisional, 2009 USU Repository © 2008 dapat dilihat dari narasi sebagai berikut, dan pembicaraan ini kami lakukan ketika anaknya yang paling sulung ia perkenalkan kepada saya. “Ini anakku yang paling besar baru datang, dia sudah bekerja di perkebunan swasta selama 4 tahun, walaupun dia hanya tamat SMA, gajinya besar tapi saya kasihan meliat anakku ini, ditempat Ia bekerja, ia adalah orang yang rajin dan menurut bosnya yang masih saudara dengan saya, anak saya ini rajin, pintar dan ulet dalam bekerja, makanya gajinya pun cukup besar kalau dibandingkan dengan orang lain yang tamat SMA. Tapi karena sekolahnya hanya SMA, dan ada karyawan yang baru masuk tamatan sarjana, beberapa tahun kemudian gaji yang sarjana tadi lebih tinggi dari anakku ini, padahal dia yang mengajari sarjana itu semua alat-alat di pabrik itu. Akhirnya saya panggil anakku ini balik ke Medan, saya sarankan supaya kuliah lagi ambil jurusan fisioterapi, jadi nanti setelah anakku ini tamat kami bisa kerja sama mengembangkan pengobatan ini. Karena saya berencana akan membangun tanah disebelah rumah ini, buka klinik pengobatan tradisional yang lebih profesional bersama dengan keahlian anak saya sebagai seorang fisioterapist, kan itu pasti nyambung nanti dengan usaha saya ini”. Dan menurutnya, karena kebaikan dan kepintarannya itu ia mempercayakan bahwa anaknya akan mempergunakan kesempatan yang ia berikan untuk melanjutkan sekolah. Dan dari bincang-bincang saya dengan anaknya, terlihat keinginan yang tinggi untuk melanjutkan sekolah, dapat dilihat dari narasi di bawah ini. “Sakit hati rasanya ‘kak, karena aku cuma tamat SMA, aku yang mengajari sarjana-sarjana baru tamat itu, padahal 3 bulan kemudian setelah habis masa training, gaji yang sarjana itu hampir sama dengan gajiku yang sudah kerja selama 4 tahun, trus beberapa tahun kemudian gajinya jauh lebih besar dari pada aku, padahal kalau gajiku naik pun nggak seberapa naiknya ‘kak, makanya sukur kali lah mamak ini mau mengkuliahkan aku lagi.” “Kata mamak aku melanjut di akademi fisioterapi, aku mau aja karena kalau kuliat dari usaha mamak, nenek dan bulang, bisa diandalkan untuk hidup yang baik, apalagi kalau aku sudah punya keahlian nanti, pastilah usaha mamak ini jadi lebih maju”. Regina Marintan Sinaga : Pengetahuan Pengobat Tradisional Tentang Penyakit Dan Cara Pembuatan Obat Tradisional, 2009 USU Repository © 2008 Demikian anak Ibu Ati menjelaskan rencananya ke depan bersama ibunya untuk membuka usaha dalam bentuk klinik pengobatan tradisional. Ibu Ati mempunyai latar belakang pendidikan sebagai perawat hewan, sehingga mendukung pekerjaannya dalam melakukan praktik pengobatan tradisional. Saya melihat dari caranya dalam menangani pasien yang pada umumnya adalah pasien patah tulang. “Periksa semua tubuhnya, mana tau ada bagian-bagian tubuh seperti perut bagian dalam walaupun tidak nampak ada luka tapi karena benturan bisa saja ada yang luka dalam dan itu tandanya ada gangguan apabila di tekan terasa sakit”, katanya menjelaskan. Dalam melaksanakan praktik-praktik pengobatan, ia dibantu oleh 3 orang asisten, 2 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Salah seorang yang membantunya itu pada awalnya adalah pasiennya yang menderita sakit lambung dan lever. Laki-laki itu menjelaskan kepada saya bahwa dia sudah bosan berobat ke dokter tapi belum juga sembuh, akhirnya dia memutuskan untuk berobat ke Ibu Ati dan menurutnya perkembangan kesehatannya mengalami kemajuan yang cukup baik. Akhirnya laki- laki itu memutuskan untuk tinggal di rumah Ibu Ati untuk mempelajari cara-cara pengobatan tradisional dimulai dari cara merawat orang sakit, melakukan urutan pijatan dan lain-lain yang berhubungan dengan pengobatan tradisional. Satu lagi lelaki asisten Ibu Ati, telah 4 tahun membantu melakukan praktik- praktik pengobatan tradisional. Setiap bulan dia memperoleh upah Rp.200.000,. dengan ketentuan tempat tinggal dan biaya keperluan makan gratis Ibu Ati tidak meminta pungutan biaya. Untuk lelaki ini Ibu Ati sudah mempercayakan dalam Regina Marintan Sinaga : Pengetahuan Pengobat Tradisional Tentang Penyakit Dan Cara Pembuatan Obat Tradisional, 2009 USU Repository © 2008 menangani pasien ketika ia melakukan kegiatan lain seperti arisan yang dilaksanakan ibu-ibu di sekitar tempat tinggalnya, kegiatan tersebut mengharuskannya untuk meninggalkan pekerjaan dalam menangani pasien. Setelah ia pulang, ia akan menanyakan kepada lelaki ini atas tindakan pengobatan yang sudah dilakukan dan selanjutnya ia melihat lagi kondisi pasien yang sudah ditangani lelaki tersebut. Sedangkan perempuan bernama Diana melakukan pekerjaan seperti memasak makanan yang juga akan diberikan kepada pasien rawat inap, membersihkan rumah dan mencuci peralatan-peralatan yang berhubungan dengan pengobatan dan kadang- kadang membantu membersihkan tubuh pasien. Sistem pemberian upah sama seperti yang dilakukan kepada ke-2 lelaki asisten Ibu Ati. Cerita lain Ibu Ati adalah tentang pengembangan usahanya, sehingga menurutnya pengobatan tradisional yang dia kelola dapat bertahan dan berkembang dengan baik hingga sekarang. “Aku merintis dan membuka praktek di sini sangat minim sekali, dan aku memberanikan diri untuk menyewa rumah sebesar Rp. 2.000.000tahun dan sampai sekarang aku bisa membayar sewa rumah ini Rp. 7.000.000tahun”. “Aku juga memberanikan diri untuk membangun rumah untuk tempat tinggal kami, dan membeli tanah kosong di sebelah rumah yang aku sewa ini, rencananya insya Allah kalau diberi rejeki aku mau bangun klinik pengobatan tradisional yang lebih baik dari yang aku sewa sekarang ini”. Beliau juga melakukan kerja sama dengan sebuah klinik, bila pasien mengalami luka bagian luar yang parah, dia menjelaskan kepada pasien bahwa penanganannya dibarengi dengan obat medis. “Aku nggak mau memperlama-lama Regina Marintan Sinaga : Pengetahuan Pengobat Tradisional Tentang Penyakit Dan Cara Pembuatan Obat Tradisional, 2009 USU Repository © 2008 merawat pasien, jadi aku campur dengan obat medis, kalau bisa diobati dengan cepat kenapa mesti dilama-lamakan” katanya menjelaskan. “Itu makanya kalau ada pasien yang luka parah, aku telepon bidan, aku ceritakan kondisi pasien kemudian bidan tersebut akan menanyakan obatnya sama dokter lalu bidan itu datang, kalau perlu disuntik ya disuntik, kalau nggak perlu cukup dengan obat makan saja”. Untuk pasien rawat inap dia melakukan pelayanan seperti layaknya sebuah rumah sakit, memasak makanan pasien, memberi susu, buah, snak, dan air tulang sup juga telur ayam. “Aku kasi telur ayam kampung karena mengandung protein tinggi sehingga akan mempercepat penyembuhan, juga aku kasih air sop tulang sapi supaya tulang yang patah cepat nyambung jadi cepat sembuh pasiennya”. “Susu yang aku berikan IGG plus karena aku masuk anggota dari produk susu itu’ katanya menjelaskan. “Makanya tarifnya pun lumayan mahal Rp. 200.000hari karena perawatannya juga ‘ku kerjakan seperti di rumah sakit lah, itu pun kalau dibandingkan dengan rumah sakit Glen Eagles masih lebih murah tarif yang ‘ku buat itu, karena kalau sudah rawat inap 24 jam aku harus pantau sipasien, sampai kadang- kadang aku pun ikut begadang. Menurut Ibu Ati, ia masuk sebagai anggota multy level marketing MLM IGG plus selain untuk menambah penghasilan juga ia meyakini produk tersebut sangat baik karena mengandung kalsium yang cukup untuk memperkuat tulang sehingga mempercepat proses penyembuhan pada tulang yang patah. Ia mengatakan sumber kalsium tinggi juga diperoleh dari makanan sehari-hari seperti tulang sop sapi, ikan dan susu. Itulah sebabnya maka ia memberikan jenis makanan tersebut kepada pasien Regina Marintan Sinaga : Pengetahuan Pengobat Tradisional Tentang Penyakit Dan Cara Pembuatan Obat Tradisional, 2009 USU Repository © 2008 yang ia rawat. Menurutnya pengetahuan itu ia peroleh dari berbagai buku yang khusus ia beli dari toko buku, juga dengan menghadiri pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh MLM yang ia ikuti. Untuk pembuatan ramuan obat, dilakukan secara bersama-sama dengan ibunya, bila pembuatan ramuan obat sudah selesai akan dilakukan pembagian obat sesuai dengan kesepakatan yang sudah mereka setujui. Untuk penyakit yang sulit seperti “guna-guna” ia akan minta tolong kepada ibunya untuk membantu menangani pasien tersebut sebab ia hanya mengetahui dari ciri-cirinya saja tetapi belum memiliki kemampuan untuk “berhubungan dan melakukan dialog dengan makhluk halus” yang diyakini sebagai mediator untuk mengirimkan penyakit. Menurut Ibu Ati, ia pernah meminta kepada ibunya agar memberikan kemampuan yang dimiliki ibunya dalam menangani pasien kena guna-guna, tetapi ibunya berkata ia harus sabar karena suatu saat akan tiba masanya ia akan memperoleh kemampuan seperti ibunya. Demikian gambaran ibu Ati sebagai pengobat tradisional.

4.1.3. Ibu Imah